GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI HIV/AIDS PADA SOPIR PARIWISATA DI DENPASAR
on
Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI HIV/AIDS PADA SOPIR PARIWISATA
DI DENPASAR
-
1 Ni Komang Dewi Trisia Pratiwi, 2 I Made Suindrayasa, 3 I Gusti Ayu Pramitaresthi 123Program Studi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Alamat Korespondensi: [email protected]
ABSTRAK
Sopir pariwisata merupakanbisalah.usatubkelompokuyanguberisiko terkena iHIV/AIDS. Penyakit HIV/AIDSi mempunyai prognosis yang buruk dan dapat menyebabkan kematian, untuk itu diperlukan upaya pencegahan terhadap penularan dari penyakit ini. Pentingnya memiliki pengetahuan tentang HIV/AIDS serta mampu bersikap dan berperilaku yang benar menjadi upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh sopir pariwisata untuk melindungi diri dari risiko penularan. Tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengetahuibgambaran dari ipengetahuan, isikap, danuperilaku yang dimiliki oleh sopir pariwisata di Denpasar terkait HIV/AIDS. Rancangan yang digunakan yaitu dekriptif dengan teknik purposive sampling dan sampel yang dipilih sebanyak 106 orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas sopir pariwisata berjenis kelamin laki-laki sebanyak 101 orang dengan rata-rata usia yaitu 38 tahun. Pendidikan terakhir sopir pariwisata mayoritas pada jenjang pendidikan SMA (71,7%), sebanyak 86 orang sopir pariwisata sudah menikah dan rata-rata sudah bekerja selama 11 tahun. Pengetahuan HIV/AIDS pada sopir pariwisata mayoritas sudah baik sebanyak 51,9%, sebanyak 56 orang memiliki sikap yang positif (52,8%) dan terdapat 42,5% sopir pariwisata memiliki perilaku berisiko terkena HIV/AIDS. Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan, diharapkan peneliti lain dapat melakukan ipenelitian ilebih ilanjut iterkait faktor-faktorayang mempengaruhi perilaku berisiko HIV/AIDS pada sopir pariwisata di Denpasar dan bagi instansi kesehatan diharapkan dapat melakukan pemeriksaan HIV bagi sopir pariwisata yang berisiko.
Kata kunci : HIV/AIDS, Pengetahuan, Perilaku, Sikap, Sopir Pariwisata
ABSTRACT
The tourism drivers are categorized to be one of the groups which is at risk of HIV/AIDS infection. HIV/AIDS has a bad prognosis and can cause death. Therefore, the prevention of HIV/AIDS spread is needed. The importance of having knowledge about HIV/AIDS and being able to behave properly is a preventive effort that can be done by tourism drivers from the infection risk of HIV/AIDS. The aims of this study is describing the knowledge, attitude, and behavior related to HIV/AIDS of the tourism drivers in Denpasar. This study uses a descriptive method and a purposive sampling technique with the number of sample is 106 people. The result of thei study ishows that ithe majority of the male tourism drivers are 101 people; the average age is 38 years old; their last education is senior high school (71.7%) in majority, the 86 of them are married; moreover, they have worked on average for 11 years. The majority of the tourism drivers are categorized have good knowledge of the HIV/AIDS (51.9%). There are 56 drivers who have a positive attitude towards the HIV/AIDS (52.8%). Furthermore, there are 42.5% of the tourism drivers who own risky behavior for the HIV/AIDS infection. Based on this result, the other researchers are expected to conduct further studies related to the factors which influence the behavior which is at risk for the HIV/AIDS affection owned by the tourism drivers in Denpasar; moreover, the health institute is expected to conduct the HIV/AIDS checks for them.
Keywords : Attitude, Behavior, HIV/AIDS, Knowledge, Tourism Drivers
81
PENDAHULUAN
Acquired Immune Deficiency Syndromel (AIDS) gmerupakan sekelompok penyakit yang timbul akibat penurunan kekebalan tubuh karena
infeksi oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia [Depkes RI], 2014). HIViudaniiAIDS.ubmenjadi......masalah
kesehatanghampir..gdi...seluruh.ddunia, termasukbditoIndonesia, sehingga tidak ada negara yang bisa menyatakan dirinya terbebas dari penyakit ini (Depkes RI, 2018).
Di Indonesia jumlah penderita HIV mengalamirpeningkatan ldariltahun kewtahun. Menurutzhlaporan situasi perkembangan iHIV-AIDS dan Penyakit InfeksigMenularwSeksualii(PIMS) per Desember 2017 terdapat 48.300 kasus HIV dimana mengalami peningkatan jumlah dari tahun 2016 yaitu sebanyak 41.250 kasus. Provinsi Bali menjadi salah satu provinsi dengan penderita HIV/AIDS paling banyak se-Indonesia dengan jumlah kasus tertinggi terjadi di Kota Denpasar (Kemenkes RI, 2017). Beberapa pekerjaan dengan prevalensi kejadian HIV/AIDSbbterbanyak yaitu tenagabnonhprofesional.(karyawan), ibu rumahvtangga,cwiraswasta, pekerja seks komersial (PSK), sopir, buruh kasar dan lain lain.
Bali terkenal dengan sektor pariwisatanya yang tidak dapat dipisahkan (Picard, 2006). Masyarakat Bali hampir setiap hari berinteraksi dengan wisatawan yang datang ke Bali, interaksi masyarakat dengan wisatawan dapat terjadi karena pekerjaan seperti sebagai pemandu wisata, sopir pariwisata, pekerja di hotel, maupun pedagang (Ekawati, Wulandari & Kurniati, 2014). Sopir pariwisata merupakan salah satu pelaku wisata yang paling dekat berinteraksi dengan
wisatawan (Asosiasi Sopir Pariwisata Bali, 2011).
Berdasarkan Surveip Terpaduf BiologiszdaniPerilaku tahunl 2016, sopir termasuk kelompok berisiko terkena HIV/AIDS dikarenakan sopir kerap kali bekerja dalam jangka waktu lama di luar rumah, dimana berisiko melakukan hubungan seksual dengan wanita pekerja seksual yang bisa didapatkan dengan mudah, dan sebagian besar tidak menggunakan kondom secara konsisten. Menurut data Kemenkes Tahun 2017, sebanyak 2330 sopir dari tahun 19872017 telah mengidap penyakit HIV/AIDS. Setelah dilakukan
penelitian, dapat diketahui bahwa hubungan seksual dengan pacar, pekerja seks komersial dan tamu/wisatawan selain dengan istri pernah dilakukan oleh hampir semua responden, dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan sebagai hiburan disela-sela pekerjaan. Perilaku seks yang berganti-ganti pasangan seperti itu akan berisiko tinggi untuk terkena penyakit HIV/AIDS (Nandasari & Hendrati, 2015).
Penyakit HIV/AIDS mempunyai prognosis yang buruk dan dapat menyebabkan kematian, untuk itu diperlukan upaya pencegahan terhadap penularan dari penyakit HIV/AIDS. Pentingnya memiliki pengetahuan tentang HIV/AIDS serta mampu bersikap dan berperilaku yang benar menjadi upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh sopir pariwisata untuk melindungi diri dari risiko penularan. Pengetahuan seseorang mengenai HIV/AIDS dipengaruhi oleh banyaknya informasi yang diketahui oleh orang tersebut yang bisa diperoleh dari pendidikan, pengalaman, lingkungan tempat bekerja dan media cetak maupun elektronik (Sudikno, 2011). Pengalaman pribadi seseorang, pemberitaan di media 82
massa, kebudayaan, pengaruh orang.lain, lembagabpendidikanbdanbagama.bserta situasibemosional menjadi faktor-faktor yang bisa mempengaruhi sikap seseorang pada suatu obyek mengenai HIV/AIDS (Wawan & Dewi, 2010). Perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimilikinya karena didasari oleh penelitian serta pengalaman yang dialami. Apabila seseorang berperilaku berdasarkan pengetahuan yang dimiliki maka perilaku tersebut akan bertahan lebih lama, begitupun sebaliknya (Notoatmojo, 2014).
Studi pendahuluan yang peneliti lakukan, didapatkanb6 dari 10 responden mengatakan HIV/AIDS bisa menular melalui air liur, keringat, bersentuhan, dan menggunakan sikat gigi bersama. Sikap sopir pariwisata terhadap HIV/AIDS diketahui bahwa 7 dari 10 responden mengatakan akan menjauhi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). 6 dari 10 responden mengatakan pernah berhubungan seksual dengan
pacar/PSK/wisatawan selain dengan istri.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin meneliti seberapa dalam pengetahuan mengenai HIV/ AIDS pada pada sopir pariwisata di Denpasar beserta sikap dan perilaku mereka terhadap hal tesebut. Tujuan penelitiani iniradalahfuntukvmengetahui seberapa dalam pengetahuan smengenaifiHIV/ AIDS padal sopir pariwisata di Denpasar beserta sikap dan perilaku mereka terhadap hal tesebut.
METODE PENELITIAN
Jenis gpenelitian vini yaitu penelitianbbkuantitatifkkdenganjjdesain deskriptif.bPopulasi..padalpenelitian..ini yaitugsopir pariwisata yang bekerja di wilayah Denpasar. Sampel penelitian berjumlah 106 orang yang dipilih melalui metode non-probability sampling khususnya purposive sampling. Adapun 2 kriteria yang dipakai yaitu secara inklusi yang berarti bersedia menjadi responden dan eksklusi yang berarti bisa membaca dan menulis
Instrument pengumpul data yang digunakan peneliti yaitu kuesioner pengetahuan, sikap dan perilaku mengenai HIV/AIDS diadopsi dari penelitian Saputra (2008) dan telah dimodifikasi serta validitas dan reliabilitasnya sudah teruji. Ada 34 item pertanyaan dalam kuesioner pengetahuan dengan nilai Alpha Cronbach’s 0,789. Kuesioner sikap terdiri dari 14 item pertanyaan dengan nilai Alpha Cronbach’s 0,733. Kuesioner perilaku terdiri dari enam item pertanyaan dengan nilai Alpha Cronbach’s 0,610.
Analisis yang digunakan yaitu analisis univariate menggunakan distribusi frekuensi dan tendensi sentral yang nantinya akan disajikan dalam bentuk tabel. Penelitian ini telah mendapat surat laik etik dari jKomisi EtikahlPenelitian gFK gUnud/RSUP Sanglah Denpasar dengan nomor kelaikan etik 652/UN14.2.2.VII.14/LT/2020.
83
HASIL PENELITIAN
Tabel 1.
Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Usia dan Lama Bekerja
Variabel |
Mean ± SD |
Min-Max 95% CI |
Usia |
38,21 ± 8,74 |
20-57 36,42 – 39,94 |
Variabel |
Median ± Varian |
Min-Max 95% CI |
Lama Bekerja |
10 ± 60,2 |
1-32 9,86 – 12,93 |
Berdasarkan tabel |
1 didapatkan |
sopir pariwisata yaitu 10 tahun dimana 1 |
hasil bahwa rata-rata |
usia sopir |
tahun merupakan waktu tersingkat dan |
pariwisata yaitu 38 tahun dengan range |
32 tahun merupakan waktu terlama | |
20-57 tahun dan standar deviasi yaitu 8,74. Nilai tengah lama bekerja menjadi |
bekerja sebagai sopir pariwisata. |
Tabel 2.
Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin, Pendidikan dan Status Perkawinan
Frekuensi (n) |
Persentase (%) | |
Laki-laki |
101 |
95,3 |
Jenis Kelamin Perempuan |
5 |
4,7 |
Total |
106 |
100 |
SMP |
8 |
7,5 |
SMA |
76 |
71,7 |
Pendidikan | ||
Perguruan Tinggi |
22 |
20,8 |
Total |
106 |
100 |
Menikah |
86 |
81,1 |
Belum Menikah |
17 |
16 |
Status Perkawinan | ||
Cerai |
3 |
2,8 |
Total |
106 |
100 |
Berdasarkan tabel 2 dapatidilihat bahwajjmayoritas sopir pariwisata yaitu sebanyakbh101 orang (95,3%) berjenis kelamin laki-laki, mayoritas pendidikan terakhir yang diselesaikan oleh sopir
pariwisata yaitu pada jenjang SMA sebanyak 76 orang (71,7%), dan mayoritas sopir pariwisata dengan status menikah yaitu sebanyak 86 orang (81,1%).
Tabel 3.
Gambaran Pengetahuan mengenai HIV/AIDS pada Sopir Pariwisata di Denpasar
Variabel |
Kategori |
Frekuensi (n) |
Persentase (%) |
Pengetahuan |
Baik |
55 |
51,9 |
mengenai |
Cukup |
38 |
35,8 |
HIV/AIDS |
Kurang |
13 |
12,3 |
Total |
106 |
100 |
Berdasarkan tabel 3 didapatkan HIV/AIDS pada sopir pariwisata yaitu
hasil bahwa pengetahuan mengenai dari 106 orang terdapat 55 (51,9%) orang
84
yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik.
Tabel 4.
Gambaran Sikap terhadap HIV/AIDS pada Sopir Pariwisata di Denpasar
Variabel |
Kategori |
Frekuensi (n) |
Persentase (%) |
Sikap terhadap |
Sikap positif |
56 |
52,8 |
HIV/AIDS |
Sikap negatif |
50 |
47,2 |
Total |
106 |
100 |
Berdasarkan tabel 4 didapatkan diperoleh dari 106 orang terdapat 56
hasil bahwa pengukuran sikap terhadap (52,8%) orang dengan sikap positif.
HIV/AIDS pada sopir pariwisata
Tabel 5.
Gambaran Perilaku mengenai HIV/AIDS pada Sopir Pariwisata di Denpasar
Variabel |
Kategori |
Frekuensi (n) |
Persentase (%) |
Perilaku mengenai |
Perilaku berisiko |
45 |
42,5 |
HIV/AIDS |
Perilaku tidak berisiko |
61 |
57,5 |
Total |
106 |
100 |
Dapat dilihat dari tabel 5 diatas bahwa pengukuran perilaku mengenai HIV/AIDS pada sopir pariwisata
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini mendapatkan nilai median pengetahuan yang dimiliki oleh sopir pariwisata mengenai HIV/AIDS yaitu 76,4 dengan nilai minimum 32,3 dan nilai maksimum 90. Setelah dikategorikan dari 106 orang terdapat 55 orang dalam pengetahuan kategori baik, 38 orang dikategorikan cukup dan 13 orang dikategorikan kurang. Penelitian dilakukan oleh Sari (2010), didapatkan bahwa dari 95 sopir truk yang memiliki pengetahuan HIV/AIDS baik (63,2%) dan pengetahuan tidak baik (36,8%).
Mayoritas sopir pariwisata beranggapan bahwa HIV terdapat dalam semua cairan tubuh. Hal ini didukung oleh penelitian Andari (2015), penelitian ini menunjukkan ternyata masyarakat banyak yang tidak tahu cairan tubuh apa saja yang dapat menularkan virus HIV
diperoleh dari 106 orang terdapat 61 (57,5%) orang dengan perilaku tidak berisiko.
dan hanya tahu penularan penyakit apabila bersentuhan dengan penyandang HIV/AIDS. Pada indikator cara penularan HIV/AIDS, sebanyak 65,1% sopir pariwisata berpendapat bahwa berciuman dapat menularkan HIV/AIDS, hal ini menunjukkan bahwa sopir pariwisata masih memiliki pengetahuan yang salah, karena menurut teori yang ada, berciuman tidak dapat menularkan HIV/AIDS selama tidak terdapat luka/sariawan dalam mulut atau gigi berlubang (Kemenkes RI, 2017).
Dari semua indikator yang ada pada indikator pengetahuan tentang HIV/AIDS, gejala HIV/AIDS adalah indikator pengetahuan yang paling kurang pada sopir pariwisata. Dari 7 soal yang ada, hanya 44,1% sopir pariwisata yang dapat menjawab dengan benar. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Abhinaja & Astuti (2013) juga
85
mendapatkan hal yang sama, dari hasil wawancara didapatkan bahwa pemahaman responden paling rendah adalah mengenai gejala HIV/AIDS.
Pengetahuan mengenai
HIV/AIDS pada sopir pariwisata mayoritas sudah baik (51,9%), hal ini dikarenakan sebagian besar sopir pariwisata sudah menyelesaikan pendidikan pada jenjang SMA (71,7%). Dimana sesuai teori, tingkatbpenerimaan serta responbseseorangiiiterhadapiisuatu informasiuppdapat dipengaruhi oleh pendidikani(Notoatmodjo, 2014). Selain itu, rata-rata usia sopir pariwisata termasuk dalam kategori usia dewasa. Kategori usia tersebut membuat ilmu dan informasi yang didapatkan juga semakin bertambah karena dipengaruhi oleh pengalaman dan tingkat kematangan seseorang seiring bertambahnya umur (Wawan & Dewi, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan bahwa sebesar 52,8% sopir pariwisata memiliki sikap positif dan 47,2% memiliki sikap negatif. Hasil penelitian Kristawansari (2012), mendapatkan bahwa dari 70 orang sopir truk yang bersikap baik sejumlah 6 orang (8,6%) , bersikap cukup sejumlah 62 orang (88,6%), dan yang bersika kurang sejumlah 2 orang (2,9%).
Sebagian besar sopir pariwisata di Denpasar memiliki sikap positif terhadap HIV/AIDS (52,8%). Hal ini didasari oleh pengetahuan sopir pariwisata mengenai HIV/AIDS yang sudah baik sehingga sikap positif terhadap HIV/AIDS pun dapat mudah terbentuk. Pengetahuan dibedakan dari sisi positif dan negatif yang dapat membentuk sikap seseorang. Semakin baik pengetahuan seseorang akan sesuatu akan menimbulkan sikap yang positif, dan begitu juga sebaliknya (Wawan & Dewi, 2011).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, perilaku sopir pariwisata mengenai lHIV/AIDS, 57,5% memiliki perilaku yangxtidak berisiko. Hasil penelitian tlain yang ldilakukan voleh Ekawati, Wulandari & Kurniati (2014), didapatkan bahwa dari 20 orang pelaku pariwisata (sopir travel dan pramuwisata) melakukan..hubungan seksual dengan pacar, PSK dan tamu/wisatawan selain dengan istri pernah dilakukan oleh hampir semua responden dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan sebagai hiburan disela-sela pekerjaan.
Sikap yang baik terhadap HIV/AIDS juga belum tentu diwujudkan dengan perilaku yang baik, berdasarkan penelitian Kristawansari (2013) yang mengemukakan tidak adanya keterkaitan secara signifikan antarabsikapisopiritruk terhadap HIV/AIDSbidenganibperilaku pencegahannya. Meskipun sebagian besar sopir pariwisata pada penelitian ini mempunyai perilaku tidak berisiko HIV/AIDS (57,5%), namun masih ada sopir pariwisata yang berperilaku sebaliknya yang mungkin dikarenakan sopir pariwisata belum begitu waspada terhadap penularan penyakit ini, atau karena kebutuhan biologis yang tidak terpenuhi mengingat pekerjaan sebagai sopir pariwisata sebagianinvbesar dilakukanivdiijbluarunrumah, sehingga memungkinkan untukudbsmelakukan hubungan seksualbyangiberisiko. Hal ini didukungibfoleh hasilbupenelitian Sari (2010), dimana sebanyak 70.5% sopir truk masih berperilaku berisiko terhadap HIV/AIDS meskipun memiliki
pengetahuan yang baik.
SIMPULAN DAN SARAN
Daribihasilbpenelitian yang telah dilakukan,babdapat diketahuibunbahwa sebanyak 51,9% sopir pariwisata mempunyai pengetahuan yang baik, 52,8% bersikap positif dan 42,5%
86
mempunyai perilaku berisiko terkena HIV/AIDS.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sehingga penelitian-penelitian berikutnya diharapkan bisa meneliti faktor-faktorbunlainijuvyang mempengaruhibduiperilaku berisiko mengenai HIV/AIDSbsiipada sopir pariwisata.
DAFTAR PUSTAKA
Abhinaja, I. G. W., & Astuti, P. A. S.
-
(2013) . Pengetahuan, sikap ibu rumah tangga mengenai infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS serta perilaku
pencegahannya di kelurahan
sanur, kecamatan denpasar
selatan, kota denpasar tahun 2013. Community Health. 1(3). ISSN 9772338 696019
Andari, S. (2015). Pengetahuan masyarakat tentang penyebaran HIV/AIDS. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Kesejahteraan Sosial. 14(2).
ISSN 0852 4785
ASPABA (Asosiasi Sopir Pariwisata Bali). (2011). Tentang ASPABA. Retrieved from
http://www.aspaba.com/tentang-aspaba/
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Situasi dan analisis HIV AIDS. Jakarta : Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Hari AIDS sedunia, momen stop penularan HIV: Saya berani, saya sehat! Retrieved from
http://www.depkes.go.id/article/ view/18120300001/hari-aids-sedunia-momen-stop-penularan-hiv-saya-berani-saya-sehat-.html
Ekawati, N. K., Wulandari, L. P. L., & Kurniati, D. P. Y. (2014). Laporan hasil penelitian studi tentang perilaku berisiko pelaku pekerja pariwisata (sopir travel dan pramuwisata) terhadap
HIV/AIDS di kota denpasar. Retrieved from
https://repositori.unud.ac.id/prot ected/storage/upload/repositori/8 f1f788bdc7c87322ae1563ed36c e643.pdf
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Laporan situasi perkembangan HIV-AIDS & PIMS di indonesia januari – desember 2017. Retrieved from http://siha.depkes.go.id/portal/fil es_upload/Laporan_HIV_AIDS _TW_4_Tahun_2017__1_.pdf
Kristawansari. (2013). Hubungan antara pengetahuan dan sikap sopir truk tentang HIV/AIDS dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS (studi kasus di area pangkalan truk alaa roban kabupaten batang tahun 2012). Unnes Journal of Public Health 2(3). ISSN 22526528
Nandasari, F., Hendrati, L. Y. (2015). Identifikasi perilaku seksual dan kejadian HIV (human
immunodeficiency virus) pada sopir angkutan umum di kabupaten sidoarjo. Jurnal Berkala Epidemiologi 3(1).
Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Picard, M. (2006). Bali pariwisata budaya dan budaya pariwisata. Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia
Saputra, G. (2008). Gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku terkait HIV AIDS pada siswa kelas 3 SMA PGRI 1 kota bogor
87
tahun 2008. Skripsi. Jakarta : Universitas Indonesia
Sari, M., Yuniar, N., & Jafriati. (2016). Analisis perilaku berisiko tertular human
immunodeficiency virus / acquired immune deficiency syndrome (HIV/AIDS) pada terpidana kasus narkoba di LAPAS kelas iia kota kendari tahun 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat 1(3). ISSN 2502731X
Sudikno, Simanungkalit, B., &
Siswanto. (2011). Pengetahuan HIV dan AIDS pada remaja di Indonesia. Jurnal Kesehatan Reproduksi 1(3). ISSN 23548762
Survei Terpadu Biologis dan Perilaku. (2016). Surveilans terpadu biologis dan perilaku pada kelompok berisiko tinggi di indonesia 2016. Jakarta : Departemen Kesehatan
Wawan, A. & Dewi, M. (2011). Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.
88
Volume 9, Nomor 1, Februari 2021
Discussion and feedback