Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

EDUBUZI : UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN BERGIZI PADA BALITA

Nonik Eka Martyastuti1*, Dewi Nugraheni Restu Mastuti2, Santoso Tri Nugroho1 1Program Studi Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pekalongan 2Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan *[email protected]

ABSTRAK

Sekitar 80 persen otak anak berkembang pada periode yang disebut dengan "golden age", yaitu usia 0 hingga lima tahun. Dalam periode ini asupan gizi yang baik dan cukup sangat diperlukan guna mendukung perkembangan otak anak tersebut. Perilaku pemberian makan yang dilakukan orang tua berperan penting dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Media promosi kesehatan berupa buku saku Edubuzi yang berisikan pengetahuan asupan balita dalam pemenuhan kebutuhan gizi, dirasa perlu untuk diperkenalkan kepada ibu yang mempunyai balita sehingga mereka mampu menyiapkan makanan yang bisa memenuhi kebutuhan gizi balitanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan edubuzi terhadap peningkatan pengetahuan ibu dalam pemberian makanan bergizi pada balita di Kabupaten Batang. Penelitian ini menggunakan metode pre eksperimen dengan rancangan one group pretest and posttest design dengan sampel sejumlah 48 orang ibu yang mempunyai balita gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Batang IV. Mayoritas responden adalah berusia antara 20-35 tahun (72,2%) dengan pendidikan setingkat SMP (75%), dan tidak memiliki pekerjaan (83,3%). Pengetahuan responden tentang gizi balita sebelum diberi perlakuan adalah: kategori pengetahuan kurang sebanyak (100%), dan kategori pengetahuan baik (0%). Setelah diberi perlakuan, kategori pengetahuan kurang, turun menjadi (33,3%) dan kategori pengetahuan baik, naik menjadi (66,7%). Uji analisis data menggunakan Wilcoxon didapatkan p-value : 0,000. Ada pengaruh pemberian Edubusi terhadap peningkatan pengetahuan ibu tentang gizi balita di Puskesmas wilayah kerja Batang IV.

Kata kunci: edubuzi, pengetahuan, gizi

ABSTRACT

About 80 percent of a child's brain develops in a period called the "golden age", which is the age of 0 to five years. During this period good and adequate nutrition is needed to support the child's brain development. Feeding behavior by parents plays an important role in meeting the nutritional needs of children. The health promotion media in the form of Edubuzi's pocket book containing knowledge of toddlers intake in fulfilling nutritional needs, it is felt necessary to be introduced to mothers who have toddlers so that they are able to prepare food that can meet the nutritional needs of their toddlers. This study aims to determine the effect of the use of edubuzi on increasing the knowledge of mothers in providing nutritious food to toddlers in Batang District. This study used a pre-experimental method with one group pretest and posttest design with a sample of 48 mothers who had malnutrition children in the work area of Puskesmas Batang IV. The majority of respondents were aged between 20-35 years (72.2%) with junior high school education (75%), and did not have a job (83.3%). Respondents' knowledge about toddlers nutrition before being given treatment are as many as (100%) less knowledge categories, and good knowledge categories (0%). After being treated, the category of insufficient knowledge fell to (33.3%) and the category of knowledge was good, rose to (66.7%). Test data analysis using Wilcoxon obtained p-value: 0,000. There is an influence of giving Edubusi to increase mother's knowledge about toddlers nutrition in Puskesmas working area Batang IV.

Keywords: edubuzi, knowledge, nutrition

PENDAHULUAN

Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dalam waktu yang

cukup lama, yang ditandai dengan berat badan di bawah normal (Indra dan wulandari, 2013). Kasus gizi buruk menjadi perhatian di Indonesia. Gizi kurang dan gizi buruk merupakan masalah yang perlu

mendapatkan perhatian, karena dapat menimbulkan “the lost generation”. Kualitas bangsa di masa depan akan sangat dipengaruhi keadaan atau status gizi pada saat ini terutama balita, apabila balita terkena gizi buruk atau gizi kurang akan mempengaruhi kualitas kehidupan masa mendatang(Widardo,2013).

Pemenuhan zat gizi dimulai dari usia bayi untuk pertumbuhan otaknya. Untuk pertumbuhan suatu jaringan sangat membutuhkan makanan yang mengandung zat gizi (Roesli, 2004) Pola asuh yang salah terjadi pada keluarga yang kurang memperhatikan gizi makanan anaknya akan berpengaruh secara signifikan terhadap timbulnya kasus gizi buruk (Sulistiyani, 2010). Perilaku pemberian makan yang dilakukan orang tua berperan penting dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak (Murashima et al., 2012). Orang tua bertanggung jawab terhadap pola konsumsi anak termasuk memenuhi kebutuhanzat gizi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak (Hockenberry dan Wilson, 2011). Orang tua tidak menentukan makanan yang sebaiknya dimakan anak tetapi cenderung menuruti keinginan makan anak tanpa ada upaya untuk memberi makanan yang tidak disukai sebelumnya (Chaidez et al.,2011). Penelitian Jansen et al., (2012) menyebutkan bahwa orang tua memberikan tekanan pada saat anak makan dengan memaksa anak untuk tetap makan meskipun anak sudah tidak mau.

Profil Indonesia Tahun 2015-2016 persentase balita kurus BB/TB di Jawa Tengah meningkat yang tadinya 7,7% menjadi 8,1% di Tahun 2016, dimana angka ini hampir diangka rata-rata Indonesia sebesar 8,7%(Pusat Data Informasi Gizi, 2015).Tercatat sebanyak 1074 balita terkena gizi buruk (BB/TB) di Jawa Tengah pada tri wulan ke 2 Tahun 2016 ini, angka ini masih dimungkinkan bertambah apabila penyebabnya tidak segera diatasi. Berdasarkan Buku Saku Pemantauan Status Gizi Jawa Tengah 2017 sebanyak 3,0% balita mempunyai status gizi buruk dan 14,0% balita mempunyai status gizi kurang, salah satunya

Kabupaten Batang yang memiliki prosentase balita gizi buruk usia 0-59 bulan sebanyak 4,3% balita gizi buruk. Berdasarkan hasil penimbangan bulanan pada tahun 2017 jumlah balita yang ditimbang sebanyak 49.164 (82,31%) dari jumlah balita yang ada (59.455), terdapat 746 (1,52%) Balita Gizi Buruk (Bawah Garis Merah/BGM), menurun bila dibandingkan dengan tahun 2016 sebanyak 798 balita (1,64%) BGM (Dinkes Kab.Batang, 2017).

Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauan tumbuh kembang balita di posyandu, dilanjutkan dengan penentuan status gizi oleh bidan di desa atau petugas kesehatan lainnya. Penemuan kasus gizi buruk harus segera ditindak lanjuti dengan rencana yang jelas, sehingga penanggulangan gizi buruk memberikan hasil yang optimal sesuai dengan penelitian wahyuningsih tahun 2018 tentang Strategi Peningkatan Status Gizi Balita di Kabupaten Batang: Upaya Menurunkan Angka Kejadian Gizi Buruk ” untuk salah satu langkah strateginya adalah perlu adanya pelatihan pengolahan PMT berbasis pangan lokal kepada ibu balita sebagai edukasi terhadap ibu balita dalam merubah pola perilaku pemberian makanan tambahan yang lebih berkualitas. Berdasarkan uraian diatas penulis ingin memberikan pengetahuan pada masyarakat terutama para ibu yang mempunyai balita terkait pemenuhan asupan zat gizi dengan pemberian makanan tambahan yang bernilai gizi tinggi yang berasal dari bahan pangan lokal dengan Penggunaan EDUBUZI (Edukasi pada ibu tentang gizi balita Terhadap peningkatan pengetahuan ibu balita dalam pemberian makanan bergizi pada balita di Kabupaten Batang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Penggunaan Edubuzi (Edukasi pada ibu tentang gizi balita) terhadap Peningkatan pengetahuan ibu dalam Pemberian Makanan bergizi pada Balita di Kabupaten Batang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan Metode Pre-Experiment dengan rancangan One Group Pre-test and and Post-test Design. Kuesioner untuk menguji pengetahuan responden diberikan sebelum dan sesudah diberi penyuluhan dan pelatihan Pembuataan Kudapan berbahan pangan lokal. Pengambilan data dilakukan dalam 3 kali pertemuan. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Ibu yang memiliki balita gizi buruk yang merupakan hasil informasi

terbaru dari data puskesmas yang ada diwilayah kerja Puskesmas Batang IV pada bulan Mei 2019. Sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah total sampling sejumlah 48 orang. Tempat penelitian di pusatkan di posyandu yang berada di wilayah kerja Puskesmas Batang IV.

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian sebagai berikut.

Tabel 1.

Karakteristik Ibu Balita Gizi Buruk (n=36)

Variabel

f

%

Usia Ibu

20 - 35 th

26

72,2

> 35 th

10

27,8

Pendidikan Ibu

< SMP

27

75,0

> SMP

9

25,0

Pekerjaan Ibu

Tidak bekerja

30

83,3

Bekerja

6

16,7


Tabel 2.

Jawaban ibu balita gizi buruk sebelum dan setelah perlakuan penyuluhan dan praktik dengan edubuzi (n=36)

Pertanyaan

Jawaban

Pre

Post

Peningkatan

f

%

f

%

Zat-zat gizi yang terdapat dalam makanan

Salah

16

44,4

2

5,6

terdiri atas ....

Benar

20

55,6

34

94,4

38,9

Tubuh mendapatkan energi dari 3 jenis zat

Salah

29

80,6

7

19,4

gizi, yaitu .....

Benar

7

19,4

29

80,6

61,1

Zat yang dapat melarutkan vitamin A, D, E,

Salah

26

72,2

8

22,2

dan K adalah .....

Benar

10

27,8

28

77,8

50,0

Sayuran dan buah-buahan merupakan bahan

Salah

29

80,6

9

25

makanan sumber ......

Benar

7

19,4

27

75

55,6

Asam lemak esensial omega-3 yang baik

Salah

26

72,2

6

16,7

untuk perkembangan otak anak-anak banyak

Benar

10

27,8

30

83,3

55,6

terdapat pada...

Berapakah berat badan ideal untuk anak usia 1

Salah

20

55,6

5

13,9

tahun?

Benar

16

44,4

31

86,1

41,7

Sayuran dan buah-buahan yang berwarna

Salah

28

77,8

8

22,2

kuning, merah, dan hijau tua sangat baik

Benar

8

22,2

28

77,8

55,6

dikonsumsi untuk anak-anak karena banyak mengandung ....


Tabel 3.

Pengetahuan ibu balita gizi buruk sebelum dan setelah diberi perlakuan dengan edubuzi

Pengetahuan

Pre test

Post test

t hitung

P value

f

%

f

%

Kurang

36

100

12

33,3

8,367

0,000

Baik

0

0,0

24

66,7


PEMBAHASAN

Karakteristik ibu balita gizi buruk

Karakteristik yang diteliti berupa umur tingkat pendidikan dan status pekerjaan. Ketiga karakteristik tersebut dianggap memiliki pengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki oleh ibu, terutama yang berkaitan dengan pemberian makanan bergizi pada balita.

Usia merupakan variable yang sangat penting dalam analisis-analisis kesehatan yang terkait dengan perilaku sehat. Perilaku adalah tingkah laku seseorang atau masyarkat yang berkaitan dengan kesehatan dirinya seperti dalam hal pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi terhadap masalah kesehatan dan penyakit. Usia merupakan salah satu karateristik demografi penting yang biasanya selalu diukur dalam penelitian kesehatan. Angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan usia.

Penelitian ini diketahui bahwa ibu yang memiliki balita gizi buruk berada pada kisaran umur kurang dari 35 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia ibu masih termasuk dalam wanita usia subur menurut pembagian yang dilakukan oleh Riskesda, yaitu antara 15-49 tahun. Sedangkan menurut Wintarti (2014), usia ibu tersebut termasuk kategori dewasa. Hal ini dapat menunjukkan bahwa ibu yang memiliki balita gizi buruk dalam pemberian makanan sudah mempunyai pengalaman pemberian makanan pada anggota keluarganya. Oleh karena itu, usia ibu juga dapat mempengaruhi kemampuan ibu dalam penyediaan makanan yang bergizi. Hal ini diperoleh melalui pengalaman sehari-hari di luar faktor pendidikannya. Dapat dikatakan bahwa usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

prilaku seseorang dalam bertindak atau melakukan suatu hal.

Menurut Notoadmodjo (2007), menyatakan bahwa salah satu faktor yang berhubungan dengan pengetahuan adalah umur. Semakin tua umur seseorang, pengetahuan yang dimiliki akan semakin banyak. Namun di masa sekarang tidak jarang juga usia muda memiliki pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan dengan usia yang lebih tua. Hal tersebut dikarenakan banyak faktor lain yangjuga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang selain factor umur, seperti media massa dan juga informasi.

Variabel karakteristik juga penting adalah pendidikan. Pendidikan seseorang merupakan salah satu proses perubahan tingkah laku, semakin tinggi pendidikan seseorang akan memperkaya pengetahuannya. Oleh karena itu seseorang diharapkan dapat berprilaku sehat seperti mencegah dirinya dari suatu penyakit jika ia berpendidikan tinggi. Tetapi hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan ibu rendah yakni < SMP (Sekolah Menengah Pertama) yang berpedoman pada ketentuan dari Kementrian Pendidikan Nasional terkait “wajib belajar 9 tahun”, hal ini dapat mempengaruhi sikap dan prilaku ibu khususnya dalam memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan status gizi anak. Makin tinggi pendidikan seseorang, makin tinggi pengetahuan gizi dan kesehatannya yang dapat berpengaruh terhadap pemilihan bahan makan yang akan dikonsumsi (Berg, 1986 dalam Al-kaff dan Ciptaningtiyas,2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, Sudargo, dan Paramastri (2006) di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara tingkat

pendidikan ibu dengan status balita. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu yang tamat SD, SMP, SMA, ataupun lulusan sarjana tidak memberikan pengaruh terhadap status gizi balita-nya. Hal itu sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Rarastiti dan Syauqy (2014) di Puskesmas Bugangan, Semarang Timur, diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan status gizi balita.

Variabel terakhir adalah pekerjaan. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa status responden mayoritas ibu tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga mengindikasikan kecendrungan ibu bisa beraktifitas lebih banyak terkait perawatan anak dan pemantauan kesehatan anak secara langsung. Pekerjaan merupakan aktifitas yang dilakukan seseorang setiap hari dalam kehidupannya dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dunia pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal tersebut, dapat menjadi harapan dengan sejalan dengan pengetahuan ibu terhadap pertumbuhan dan perkembangan status gizi anak. Namun, kenyataannya balita mereka masih mengalami gizi kurang. Ada kemungkinan hal tersebut dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi balita atau karena pola asuh ibu yang salah.

Pengetahuan ibu balita gizi buruk sebelum dan setelah diberi perlakuan dengan edubuzi.

Pengetahuan dapat diartikan sebagai kondisi tahu dari seseorang mengenai suatu hal. Dalam penelitian ini, pengetahuan yang dimaksud adalah kemampuan responden dalam menjawab 20 pertanyaan terkait gizi anak. Ibu balita gizi buruk yang menjadi responden diberikan kuesioner untuk mengukur pengetahuan sebelum diberikan perlakuan berupa penyuluhan dan praktik dalam pemberian makanan yang bergizi sesuai dengan usia balita.

Penyuluhan dan praktik ini dilakukan dengan menggunakan buku edubuzi yang

terkait dengan pola tahapan pemberian makanan pada balita sesuai dengan kebutuhan zat gizi usia balita sehingga dari bentuk dan tekstur makanan yang diberikan kepada balita itu dapat mendukung tumbuh kembang balita. Setelah selesai diberikan penyuluhan dan praktik tahapan pemberian makanan pada balita sesuai dengan kebutuhan zat gizi usia balita, peneliti kembali mengukur pengetahuan responden mengenai tahapan pemberian makanan pada balita sesuai dengan kebutuhan zat gizi usia balita.

Hasil penelitian, diketahui pengetahuan ibu balita gizi buruk mengalami peningkatan hasil pengetahuan ibu dari 36 orang responden sebelum diberi perlakuan (Pre test) penyuluhan dan praktik tahapan pemberian makanan pada balita sesuai dengan kebutuhan zat gizi usia balita didapat responden yang pengetahuannya kurang sebanyak 26 orang (100%) dan responden yang pengetahuannya baik sebanyak 0 orang (0%). Setelah diberi perlakuan (Post test ) penyuluhan dan praktik didapat responden yang pengetahuannya kurang sebanyak 12 orang (33,3%) dan responden yang pengetahuannya baik sebanyak 24 orang (66,7%).

Menurut Notoadmodjo (2007), seseorang yang terpapar informasi mengenai suatu topik tertentu akan memiliki pengetahuan yang lebih banyak dari pada yang tidak terapar informasi. Penyuluhan dengan media buku edubuzi dan praktik tahapan pemberian makanan pada balita sesuai dengan kebutuhan zat gizi usia balita. Merupakan salah satu metode untuk meningkatkan pengetahuan dengan melalui tulisan-tulisan dan gambar mengenai tahapan pemberian makanan yang bergizi pada balita. Sehingga dapat disimpulkan, seseorang yang terpapar suatu materi akan mengalami peningkatan pengetahuan yang lebih besar dari pada seseorang yang tidak terpaparinformasi.

Tabel penjabaran jawaban benar ibu balita gizi buruk dapat diketahui bahwa terdapat beberapa pertanyaan yang awalnya

hanya dapat dijawab oleh beberapa responden saja bertambah beberapa responden lagi. Namun, terdapat pula beberapa responden yang awalnya dapat menjawab dengan benar pertanyaan tetapi tidak mengalami peningkatan dan terdapat pula yang mengalami penurunan jawaban benar dari beberapa responden. Dapat dilihat dari perubahan pengetahuan ibu balita gizi buruk per item pertanyaan yang mengalami kenaikan setelah diberikan penyuluhan menggunakan media buku edubuzi dan praktik penyediaan makanan yang sesuai tahapan pemberian makanan yang bergizi pada balita yakni pada materi pertanyaan nomer soal 12 “ Berapakah berat badan ideal untuk anak usia 1 tahun?” merupakan soal dengan jawaban benar paling banyak setelah dilakukan intervensi. Dari 36 responden, terdapat 31 responden (86,1%) menjawab soal dengan benar setelah dilakukan intervensi. Peningkatan jawaban benar paling besar ada pada soal nomer 3 “ Tubuh mendapatkan energy dari 3 jenis zat gizi, yaitu” merupakan soal yang meningkat hasilnya setelah post test sebesar 61,1%. Sedangkan soal nomer 2 “Zat- zat gizi yang terdapat dalam makanan terdiri atas” justru terjadi penurunan jawaban benar sebesar 13,9% dari semula 94,4% menjadi 80,6%.

Walaupun ada beberapa pertanyaan yang mengalami penurunan hal ini tidak sebanding dengan peningkatan pengetahuan pada materi pertanyaan yang lain, sebagai mana yang telah disampaikan diatas. Dimana dalam penelitian ini peningkatan materi per item pertanyaan tersebut dilakukan sesaat mendapatkan perlakuan media dan aplikasi edubuzi apalagi jika media edubuzi tersebut secara lebih lama dan sering, maka peningkatan pengetahuan ibu balita gizi buruk tidak diragukan lagi akan meningkat dengan lebih baik dan status balita gizi buruk akan meningkat menjadi gizi baik.

Hasil penelitian diketahui bahwa dari uji statistik yang dilakukan menggunakan uji Wilcoxon mendapatkan nilai Pvalue sebesar 0,000 dengan pengetahuan ibu

balita gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Batang IV kabupaten Batang sebelum diberikan penyuluhan dan praktik penyediaan makanan yang sesuai tahapan pemberian makanan yang bergizi pada balita (pre-test) dan setelah diberikan penyuluhan dan praktik penyediaan makanan yang sesuai tahapan pemberian makanan yang bergizi pada balita (posttest). Hasil uji tersebut menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara pengetahuan ibu balita gizi buruk sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan dan praktik penyediaan makanan yang sesuai tahapan pemberian makanan yang bergizi pada balita dengan buku edubuzi. Hal ini dapat dilihat dari perubahan pengetahuan seperti yang diharapkan dari penyuluhan kesehatan yang dilakukan diman dari tidak tahu menjadi tahu.

Hasil penelitian lain yang didukung oleh Ernawati, dkk (2013) di wilayah kerja Puskesmas Antang Perumnas, dimana diperoleh nilai P value sebesar 0,000 menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna dari penyuluhan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan. Dimana penyuluhan kesehatan merupakan suatu penyampaian informasi yang berhubungan dengan kesehatan sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan.

Penelitian yang dilakukan Zulia dkk (2016), tentang Hubungan praktik pemberian makan dengan status gizi anak 3-5 tahun diperoleh ada hubungan antara praktik pemberian makan dengan status gizi nilai (p= 0,000 < 0,05). Sosialialisasi praktik pemberian makan pada Baduta (Bawah dua tahun) sangatlah penting, penelitian yang dilakukan di Ghana 80% ibu tidak mengetahui efek pemberian MPASI pada anak, 45% bayi di atas 6 bulan tidak mendapatkan MPASI yang tepat, sehingga perlu dilakukan pendidikan kesehatan tentang MPASI kepada ibu bayi Baduta (Eigyr, Ramsay, Bilderback& Safaii, 2016). Dari beberapa definisi yang dikemukakan diatas, pada kesimpulanya pendididikan kesehatan merupakan proses perubahan perilaku secara terencana pada

individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai kesehatanmenjadi tahu, dan dari tidak tahu mengatasi masalah kesehatan sendiri menjadi mandiri.

SIMPULAN

Adanya peningkatan pengetahuan ibu dalam pemberian makanan pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Batang IV setelah diberikan pendidikan kesehatan dan praktik dengan Buku Edubuzi.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta:   Percetakan PT

Gramedia     Pustaka     Umum

https://nasional.kompas.com/read/200 8/12/20/10101819/80.persen.otak.ana k.berkembang.di.usia.emas.

Roesli, U. 2004. Mengenai ASI Ekslusive. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Indra, D dan Wulandari Y. 2013.Prinsip-prinsip dasar ahli gizi. Jakarta: Dunia Cerdas.

Widardo. 2013.Pemantauan status gizi balita dan ibu hamil. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Wahyuningsih, dkk RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi dan Teknologi Kabupaten BatangVolume 2 (2018), Nomor 2, ISSN : 2549 6948 (online)

Buku saku pemantauan status gizi jawa tengah tahun 2017

Sulistiyani, 2010. Gizi Masyarakat I Masalah Gizi di Indonesia. Jember: Jember University Press.

Nix, S. 2005. William’s Basic Nutrition & Diet Therapy, Twelfth Edition. Elsevier Mosby Inc, USA.

Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. 2013. Ringkasan Eksekutif Data dan Informasi Kesehatan Provinsi Banten. Diakses pada tanggal 24 Juni 2014

dari http://www.depkes.go.id/downloads/k unker/banten.pdf.

Rahmawati, Ira; Sudargo, Toto; dan Paramastri, Ira. 2007. Jurnal Gizi Klinik     Indonesia.     Pengaruh

Peyuluhan dengan Media Audio Visiul     terhadap     Peningkatan

Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Balita Gizi Kurang dan Buruk di Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah. Volume 4, No. 2, November 2007:    69-77.

Diakses pada 30 Maret 2015 dari

http://repository.ugm.ac.id/digitasi/do wnload.php?file=1821_MU.11030004 .pdf.

Rarastiti, Chairunisa Nur dan Syauqy, Ahmad. 2014. Journal of Nutrition College. Hubungan Karakteristik Ibu, Frekuensi Kehadiran Anak ke Posyandu, Asupan

Energi dan Protein dengan Status Gizi Anak Usia 1-2 Tahun. Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 98 – 105. Diakses pada tanggal 6 Mei 2015 dari                    http://ejournal-

s1.undip.ac.id/index.php/jnc.

Volume 8, Nomor 1, April 2020

104