Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

USIA DAN JENIS KELAMIN BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT ANSIETAS PASANGAN YANG DITINGGAL BEKERJA KELUAR NEGERI

Mohammad Fatkhul Mubin1, Livana PH2*, Fajar Rinawati3

  • 1FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang

  • 2Program Studi Sarjana Keperawatan dan Ners, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal 3Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri

*Email: [email protected]

ABSTRAK

Tuntutan sosial ekonomi membuat individu tertarik untuk bekerja keluar negeri, sehingga berdampak pada pasangan yang ditinggalkan. Dampak psikologis yang dialami pasangan yang ditinggal bekerja ke luar negeri adalah ansietas. Ansietas yang dirasakan pasangan berupa rasa khawatir, takut jika terjadi sesuatu pada pasangan selama bekerja diluar negeri. Ansietas yang dialami individu dipengaruhi beberapa faktor baik faktor internal maupun eksternal. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan usia dan jenis kelamin dengan tingkat ansietas pasangan yang ditinggal bekerja keluar negeri. Penelitian kuantitatif melalui pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel 60 responden di kabupaten Kendal. Data diambil menggunakan checklist dan wawancara yang sudah dimodifikasi dengan memakai skala Hamilton, terdiri dari 14 pertanyaan. Data dianalisis secara univariat menggunakan central tendensi dan distribusi frekuensi serta dianalisis secara bivariat mengunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki, berusia rata-rata 38 tahun. Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara usia dan jenis kelamin dengan tingkat ansietas pasangan yang ditinggal bekerja keluar negeri.

Kata kunci: usia, jenis kelamin, ansietas, bekerja keluar negeri

ABSTRACT

Socio-economic demands make individuals interested in working abroad, thus impacting the couple left behind. The psychological impact experienced by couples who are left working abroad is anxiety. Anxiety that is felt by the couple in the form of worry, fear if something happens to the couple while working abroad. Anxiety experienced by individuals is influenced by several factors, both internal and external factors. The research aims to determine the relationship of age and sex with the level of anxiety of couples who are left working abroad. Quantitative research through a cross sectional approach with a sample of 60 respondents in Kendal district. Data was taken using a checklist and an interview that was modified using the Hamilton scale, consisting of 14 questions. Data were analyzed univariately using central tendency and frequency distribution and analyzed bivariately using the chi square test. The results showed that the majority of respondents were male, an average age of 38 years. Chi square test results show there is a relationship between age and sex with the level of anxiety of couples who are left working abroad.

Keywords: age, gender, anxiety, work abroad

PENDAHULUAN

Tuntutan sosial ekonomi yang terjadi pada keluarga menyebabkan salah satu pasangan dalam keluarga memutuskan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dengan bekerja keluar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI). TKI telah berdiaspora hampir ke seluruh penjuru dunia. Jumlah TKI yang berada diluar negeri sebanyak 234.451 penduduk (BNP2TKI, 2017). Perubahan kondisi sosial mempengaruhi TKI yang berkerja di luar

negeri maupun pasangannya, awalnya tentu membawa dampak yang cukup berat baik yang dirasakan oleh yang bersangkutan maupun anggota keluarganya. Kondisi tersebut secara kejiwaan akan berdampak pada tingkat ansietas yang bersangkutan dan pasangannya. Dimana kebiasaan untuk bersama menjadi tidak ada, hal ini langsung atau tidak langsung berdampak pada pola fikir dan sikap pasangan yang ditinggalkan.

Dampak psikologis yang dialami pasangan yang ditinggal bekerja keluar

negeri adalah ansietas. Ansietas merupakan kebingungan atau kekhawatiran pada sesuatu yang terjadi tanpa penyebab yang jelas dan dihubungkan dengan ketidakberdayaan dan perasaan tidak menentu (Stuart, 2013). Ansietas merupakan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman (Herdman, 2012).

Setiap orang mengalami ansietas dari waktu ke waktu, dan umumnya individu dapat mengadaptasi dalam jangka waktu tertentu hingga ansietas tersebut berlalu. Ansietas dapat menimbulkan tuntutan yang besar pada individu, dan jika individu tersebut tidak dapat mengadaptasi, maka dapat terjadi penyakit. Segala macam bentuk ansietas pada dasarnya disebabkan oleh kurang mengertinya individu akan keterbatasan–keterbatasannya sendiri. Ketidakmampuan untuk melawan keterbatasan inilah yang akan menimbulkan frustasi, konflik, gelisah, dan rasa bersalah yang merupakan tipe–tipe dasar ansietas (Anotoga, 2006). Teori interpersonal menurut Stuart (2013) menunjukkan bahwa ansietas timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu individu dan harga diri rendah terutama rentan mengalami ansietas yang berat.

Keluarga yang ditinggalkan pasangan bekerja keluar negeri tentu mengalami ansietas karena tidak bertemu dalam jangka waktu yang cukup lama. Pasangan akan merasa tidak nyaman jika ada kabar buruk tentang anggota keluarga mereka yang terkena masalah diluar negeri. Kondisi ini akan menjadi beban ansietas tersendiri bagi

keluaraga yang ditinggalkan. Studi pendahuluan yang dilakukan di kecamatan Gemuh didapatkan hasil wawancara terhadap 6 responen yang mana pasangannya bekerja keluar negeri, 3 diantaranya berjenis kelamin laki-laki, berusia diatas 40 tahun dan mereka mengatakan ansietas bila mendapat kabar pasangannya mendapatkan majikan yang kasar, 2 diantaranya berjenis perempuan ,berusia dibawah 40 tahun dan mereka mengatakan ansietas pada awal kepergian pasanganya. Sedangkan 1 orang menyatakan usianya dibawah 30 tahun, berjenis kelamin laki-laki dan menyatakan bahwa dirinya tidak merasa ansietas karena istrinya mendapatkan majikan yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia dan jenis kelamin dengan tingkat ansietas pasangan yang ditinggal bekerja keluar negeri melalui penelitian kuantitatif.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif melalui pendekatan cross sectional dengan melibatkan 60 responden sebagai sampel penelitian di kabupaten Kendal. Data diambil menggunakan checklist dan wawancara yang sudah dimodifikasi dengan memakai skala Hamilton, terdiri dari 14 pertanyaan. Data hasil penelitian dikategorikan tidak ansietas, jika skore < 14; ansietas ringan, jika score 14-20; ansietas sedang, jika score 21-27; ansietas berat, jika score 28-41; dan panik, jika score 42-56. Data dianalisis secara univariat menggunakan central tendensi dan distribusi frekuensi serta dianalisis secara bivariat mengunakan uji chi square.

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian disajikan pada tabel berikut:

Tabel 1.

Karakteristik responden berdasarkan usia (n=60)

Umur

f

%

Mean

Median

Modus

Standar deviasi

Nilai Min-max

< 30 tahun

14

23

30-40 tahun

34

57

39

38,00

37

6,74

28-48

> 40 tahun

12

20

Tabel 1 menunjukan bahwa mayoritas responden berumur 38. Rata-rata umur responden adalah 39 tahun.

Tabel 2.

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin (n=60)

Jenis kelamin

f

%

Laki-laki

38

63

Perempuan

22

37

Tabel 2 menunjukan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki.

Tabel 3.

Hubungan usia dan jenis kelamin dengan tingkat ansietas responden (n=54)

Tingkat ansietas

Karakteristik Ringan-sedang

f

%

Usia

<39

21

35

>39

20

33

Jenis Kelamin

Laki-laki

24

40

Perempuan

14

23

Tabel 3 menunjukan

bahwa

mayoritas

responden mengalami ansietas ringan hingga sedang. Ada hubungan jenis kelamin dan usia dengan tingkat ansietas responden.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden berusia 30-40 tahun sebanyak 34 responden (57%). dan rata-rata responden berusia 39 tahun yang dikategorikan dalam usia dewasa. Usia dewasa merupkan tahap perkembangan manusia usia 25 – 60 tahun dimana pada tahap ini merupakan tahap dimana individu mampu terlibat dalam kehidupan keluarga, masyarakat, pekerjaan, dan mampu membimbing anaknya. Individu harus menyadari hal ini, apabila kondisi tersebut tidak terpenuhi dapat menyebabkan

Berat-panik

f

%

P value

18

30

0,001

1

2

14

23

0.000

8

14

ketergantungan

dalam

pekerjaan dan

keuangan (Keliat, Putri, PH, 2015). Individu Yng berada pada usia dewasa, cenderung memikirkan masalah keluarga, ekonomi, dan juga memikirkan masalah pribadi yang sedang dihadapinya. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Ami (2019) yang menyatakan bahwa perubahan usia individu mempengaruhi perilaku melalui perjalanan usianya yang disababkan karena proses pendewasaan, maka individu akan lebih mudah melakukan adaptasi perilaku hidup dengan lingkungannya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2007), umur adalah lama hidup individu terhitung saat mulai dilahirkan sampai berulang tahun, semakin cukup umur tingkat kematangan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan yang lebih

dewasa akan lebih dipercayai dari pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa seseorang. Hasil penelitian ini sesuai Caroline, Sara Charles, Jia (2019) menyatakan karakteristik individu dapat dilihat dari umur, jenis kelamin dan status perkawinan.

Hasil penelitian ini sesuai Menurut Suryabudhi (2003), seseorang yang menjalani hidup secara normal dapat diasumsikan bahwa semakin lama hidup maka pengalaman semakin banyak, pengetahuan semakin luas, keahliannya semakin mendalam dan kearifannya semakin baik dalam pengambilan keputusan tindakannya. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Nicole, André, Rochelle, Suzanne, Sheri (2019) yang mengatakan bahwa semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan individu, maka akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya dari pada orang belum cukup kedewasaannya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penleitian Setyawan (2008) terdapat hubungan antara usia dengan ansietas dengan nilai p=0,014 pada pasien pre-operasi diruang perawatan bedah.

Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 38 responden (63,0%). Hal ini dikarenakan banyak pasangan responden yang berjenis kelamin perempuan yang bekerja keluar negeri, tenaga kerja Indonesia yang bekerja keluar negeri umumnya bekerja sebagai pembantu rumah tangga, sehingga kebanyakan responden yang peneliti dapatkan berjenis kelamin laki-laki. Perempuan mempunyai sifat keterbukaan, seperti lebih banyak mengungkapkan keadaan dirinya dan sesuatu yang dirasakan, serta tentang kecemasan atau rasa tertekannya. Sedangkan laki-laki cenderung diam, tidak terbuka sehingga jika mempunyai masalah sering dipendam sendiri (Yumana dan Maramis, 2002). Karakteristik ini yang

menjadikan laki-laki mudah ansietas jika dibandingkan perempuan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden mengalami ansietas ringan hingga sedang sebanyak 22 responden (40%) terjadi pada laki-laki. Hal ini dikarenakan karena banyak hal yang dikhawatirkan responden terhadap masalah yang dihadapi istrinya dalam bekerja diluar negeri. Hasil penelitian PH, Fatoni, Mubin (2019) menyatakan bahwa masalah yang sering muncul pada istri atau suami yang bekerja keluar negeri antara lain: uang hasil bekerja habis karena ditipu orang lain, tidak pulang-pulang karena menikah dengan orang lain, sehingga suami atau istri yang ditinggal pasangnya akan merasa khawatir dengan kondisi tersebut.

Hasil penelitian minoritas responden mengalami ansietas berat hingga panik, hal ini dikarenakan adanya perpisahan. Perpisahan terjadi ketika individu harus di beri jarak dengan yang individu yang disayangi, sehingga suami atau istri yang bekerja keluar negeri harus mengorbankan perasaannya demi kebutuhan ekonomi yang harus tercukupi, baik kebutuhan anak, kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhan yang tidak terduga. Hasil penelitian PH, Fatoni, Mubin (2019) Masalah-masalah yang terjadi pada tenaga kerja Indonesia yang bekerja keluar negeri seperti kekurangan gaji, kematian tenaga kerja Indonesia, tenaga kerja Indonesia yang sakit, pemulangan tenaga kerja Indonesia karena salah dalam bekerja, pemutusan hubungan kerja, penipuan yang dilakukan oleh tenaga kerja Indonesia sehingga banyak responden yang mengalami ansietas. Ansietas yang dirasakan responden berkaitan dengan perasaan khawatir, sedih, merasa tidak pasti dan tidak berdaya. Hal ini membuat perasaan pasangannya yang ditinggal keluar negeri tidak karuan dan menimbulkan ansietas. Suami atau istri yang ditinggal pasangnya bekerja keluar negeri berharap agar pasangannya diberikan kesuksesan, selalu diberi kesehatan dan pulang ke Indonesia

dengan selamat dan mendapatkan ekonomi yang sesuai dengan harapan keluarga.

SIMPULAN

Ada hubungan jenis kelamin dan usia dengan tingkat ansietas pasangan yang ditinggal bekerja keluar negeri.

DAFTAR PUSTAKA

Ami Rokach. The Psychological Journey To and From Loneliness, Academic Press. 2019. Pages 143-171. ISBN 9780128156186.

https://doi.org/10.1016/B978-0-12-815618-6.00007-2.

(http://www.sciencedirect.com/scien ce/article/pii/B97801281561860000 72)

Caroline, Mavridis,. Sara Harkness, Charles M., Super, Jia Li Liu. Family workers, stress, and the limits of self-care. Children and Youth Services Review Volume 103. 2019, Pages 236-246. ISSN 0190-7409.https://doi.org/10.1016/j.childy outh.2019.06.011.

(http://www.sciencedirect.com/scien ce/article/pii/S0190740919300775).

Hawari, Dadang. (2009). Psikometri Alat Ukur (Skala) Kesehatan Jiwa. Jakarta : FKUI.

Livana, P. H., & Arisdiani, T. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Ansietas Mobilisasi Dini Pasien Post Operasi. Jurnal Ners dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 5(3), 207-211.

Livana, P. H., Fatoni, N., & Mubin, M. F. (2019). Gambaran Tingkat Ansietas Suami Atau Istri Yang Ditinggal Pasangannya Bekerja Diluar Negeri. Jurnal Keperawatan Jiwa, 5(1),                     48-52.

https://doi.org/10.26714/jkj.5.1.2017. 48-52

Livana, P. H., Keliat, B. A., & Putri, Y. S. E. (2016). Penurunan Tingkat Ansietas Klien Penyakit Fisik Dengan Terapi Generalis Ansietas Di Rumah Sakit Umum Bogor. Jurnal Keperawatan, 8(2), 64-73.

Nicole Racine, André Plamondon, Rochelle Hentges, Suzanne Tough, Sheri Madigan. Dynamic and bidirectional associations between maternal stress, anxiety, and social support: The critical role of partner and family support. Journal of Affective Disorders Volume 252. 2019. Pages 19-24. ISSN 0165-0327. https://doi.org/10.1016/j.jad.2019.03 .083.

(http://www.sciencedirect.com/scien ce/article/pii/S0165032718332166)

Smelter, Suzanne C. (2001) Buku Ajar Keperawatan Bedah, Jakarta : EGC

Spesialis Jiwa FIK 2005-2014 dan Tim Pengajar   Spesialis   Jiwa (2014).

Standar    Asuhan Keperawatan

Program Spesialis Jiwa. Jakarta : Program Magister Keperawatan Jiwa FIK UI

Stuart, G.W. (2013). Principles and practice of psychiatric nursing (10thedition). St.Louis: Elsevier Mosby.

Volume 7, Nomor 3, Desember 2019

170