Community of Publishing in Nursing (COPING), ISSN: 2303-1298

HUBUNGAN PEMBERIAN DISCHARGE PLANNING DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL JANTUNG

Heni Kumalasari, I Gusti Ngurah Ketut Sukadarma, Dewa Ayu Ari Rama Dewi

Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar Bali

Email: henykumalasari78@gmail.com

ABSTRAK

Pasien gagal jantung yang menjalani rawat inap akan mengalami masalah secara fisiologis maupun psikologis. Salah satu masalah psikologis yang harus segera ditangani adalah panic atau kecemasan berat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan discharge planning dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung di Ruang Emergency Pusat Jantung Terpadu (PJT) RSUP Sanglah Denpasar. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data menggunakan teknik consecutive sampling dan sampel yang didapat sebanyak 31 responden. Instrumen pengumpulan data dengan pedoman dokumentasi, data kuesioner Discharge Planning dan data kuesioner tingkat kecemasan. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden (51,6%) mendapat penjelasan discharge planning kurang lengkap dan data tentang tingkat kecemasan didapatkan hasil sebagian besar responden (87,1%) mengalami kecemasan ringan. Hasil uji korelasi dengan Spearman Rho (p ≤ 0,05), diperoleh nilai p=0,00 α=<0,05 dan nilai r = 0,373, artinya ada korelasi/hubungan sedang antara dischargeplanningdengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung, dengan arah hubungan menunjukkan nilai negatif, yang menyatakan ada korelasi berbanding terbalik antara discharge planningdengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung. Disarankan kepada petugas kesehatan khususnya perawat untuk mengoptimalkan dukungan psikologis bagi pasien gagal jantung khususnya kecemasan pasien.

Kata kunci : gagal jantung, tingkat kecemasan,discharge planning

ABSTRACT

Patients with heart failure will be suffer physiologically and psychologically. One of the psychological problems which needs to be immediately coped are panic or anxiety. The aims of this study is analyzing the relationship between the discharge planning and the level of anxiety on the heart failure patients at the Emergency PJT Ward Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. The design of this study is descriptive correlational with cross sectional approach. The data was collected by consecutive sampling technique from 31 respondents. The instruments used for collecting the data were documentation guideline, questioner of Discharge Planning and questioner of Anxiety Rating Scale. The results of the study show that among the respondents, 51,6 % were get incomplete discharge planning and that 87,1% were having light anxiety. The results of the correlational analysis test by Spearman Rho (p ≤ 0,05), the p value = 0,00 α = < 0,05 and the r value was 0.373, that means the discharge planning was inversely proportional to the level of anxiety of patients with heart failure. Based on the results of the study described above was suggested that especially for nurses, to optimally the support of psychological aspect of patients with heart failure especially the level of anxiety.

Keywords: heart failure, anxiety, discharge planning

PENDAHULUAN

Gagal jantung merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dan menjadi penyakit yang terus meningkat kejadiannya. Studi Framingham memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan bahwa kejadian gagal jantung per tahun pada orang berusia > 45 tahun adalah 7,2 kasus setiap 1000 orang laki-laki dan 4,7 kasus setiap 1000 orang perempuan. Di Amerika hampir 5 juta orang menderita gagal jantung (Sani, 2007).

Data Riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan RI tahun 2007 menyebutkan bahwa penyakit jantung masih merupakan penyebab utama dari kematian terbanyak pasien di rumah sakit Indonesia. Sedangkan menurut data Riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan RI tahun 2013, prevalensi gagal jantung berdasarkan wawancara di Indonesia sebesar 0,13 %, dan yang terdiagnosis dokter sebesar 0,3 %. Prevalensi gagal jantung berdasarkan terdiagnosis dokter

tertinggi DI Yogyakarta (0,25%), disusul Jawa Timur (0,19%), dan Jawa Tengah (0,18%).

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pemberian discharge planning dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar yang bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara pemberian discharge planning dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar, mengidentifikasi pemberian dischargeplanning serta tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung serta menganalisis hubungan antara pemberian discharge planning dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar. Manfaat penelitian ini diharapkan akan menambah pengetahuan dan pemahaman perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pasien gagal jantung, khususnya kecemasan pasien gagal jantung, sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam memberikan perawatan yang optimal.

METODE PENELITIAN

Penelitianini termasuk jenis penelitian deskriptif korelasionaldengan rancangan penelitian menggunakan cross sectional yang bertujuan untuk mencari hubungan pemberian discharge planning dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung. Populasi yang diteliti adalah pasien gagal jantung yang dirawat di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar. Peneliti mengambil sampel berjumlah 31 orang sesuai dengan kriteria sampel dengan menggunakan teknik consecutive sampling.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menggunakan lembar kuesioner untuk mendapatkan data berupa tanggapan atau respon penelitian.Instrumen pengumpulan data yang digunakan terdiri dari dua bagian. Bagianpertama kuisioner tentang

tingkat kecemasan yang menggunakan instrumen HARS(Halminton Anxiety Rating Scale)yang dikutip dari Hawari(2008), dan bagian kedua adalah kuesioner tentang kelengkapan rencana pengajaranuntuk persiapan pulang pasien (Albet, 2013).

Peneliti mendata pasien yang dirawat yang sesuai dengan kriteria inklusi, kemudian pasien dijelaskan tentang prosedur dan tujuan penelitian. Kemudian sampel menandatangani informed concern sebagai responden. Pengambilan data dilakukan memberikan kuesioner pemberian discharge planning kepada responden setelah pemberian discharge planning yang diisi oleh responden. Bersamaan dengan itu diberikan kuesioner untuk mengukur tingkat kecemasan responden tersebut.Setelah data terkumpulkan maka data ditabulasikan dan diberikan skor sesuai kelengkapan discharge planningdan skor sesuai tingkat kecemasan pasien, selanjutnya data dimasukkan dalam tabel frekuensi distribusi dan diinterpretasikan. Untuk menganalisis hubungan pemberian discharge planningdengan tingkat kecemasan pasien gagal jantung digunakan analisisKorelasi SpearmanRho, dimana pengambilan keputusan berdasarkannilai p(probability/probabilitas = 0,05).

HASIL PENELITIAN

Pada penelitian ini mayoritas responden adalah laki-laki sebanyak 17 orang (54.8%) dan paling banyak berada pada kelompok usia 31-40 tahun yaitu sebanyak 13 orang (41,9%). Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden penelitian tamat SMA yaitu sebanyak 16 orang (51,6%).Distribusi frekuensi responden berdasarkan discharge planningrespondenmempunyai kecenderungan mendapatkan discharge planning kurang lengkap, yaitu sebanyak 16 orang (51,6%).Semua responden yang diteliti mengalami kecemasan, dimana paling banyak mengalami kecemasan ringan yaitu sebanyak 27 orang (87,1%).

Pada hasil uji korelasi Spearman’s-Rhoterlihat nilai p=0,000 yang berarti nilai p<α =0,05, sehingga keputusannya adalah Ho ditolak dan disimpulkan “ada hubungan antara pemberiandischarge planning dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung yang dirawat di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar”. Adapun lemah tidaknya hubungan dilihat pada nilai r/C (koefisien korelasi) sebesar 0,373 (37,3%)yang menunjukkan ada hubungan sedang antara pemberiandischarge planning dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung yang dirawat di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar, dengan arah hubungan menunjukkan nilai negatif, yang menyatakan ada korelasi/hubungan berbanding terbalik antara discharge planningdengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung, yang berarti bahwa jika pasien gagal jantung mendapatkan discharge planning yang lengkap maka akan menurunkan tingkat kecemasan yang dialami pasien.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian pada 31 responden, didapatkan responden yang mendapatkan discharge planning kurang lengkap yaitu sebanyak 16 orang (51,6%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak semua penyampaian discharge planningdiberikan dengan lengkap akibat banyaknya jumlah pasien dengan berbagai diagnose gangguan kardiovaskuler, kurangnya jumlah tenaga, serta tingginya rutinitas petugas, sehingga sebagian besar pasien mendapatkan discharge planningkurang lengkap.

Discharge planning yang lengkap akan dapat meningkatkan pengetahuan pasien, memberikan tindak lanjut secara sistematis, mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang sudah disusun serta membantu pasien untuk mandiri dan siap melakukan perawatan dirumah (Spath, 2003 dalam Nursalam, 2008).

Discharge planning adalah berbagai disiplin ilmu yang memberi

kepastianbahwa pasien mempunyai suatu rencana untuk memperoleh perawatan yangberkelanjutan setelah meninggalkan rumah sakit (AHA, 1983 dalam Potter &Perry, 2005). Pasien yang perlu diberikan perawatan di rumah adalah mereka yangmemerlukan bantuan selama masa penyembuhan dari penyakit akut atau untukmencegah atau mengelola penurunan kondisi akibat penyakit kronis (Potter &Perry, 2005).pasien mengalami kecemasan pada rentang ringan sampai sedang. Responden yang mengalami kecemasan ringan berjumlah 27 orang (87,1%)dan yang mengalami kecemasan sedang berjumlah empat orang (12,9%).

Menurut Maramis (2005) kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman, dan kekawatiran yang timbul karena seseorang merasa akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui. Stuart dan Sundeen (1998) juga mengemukakan ansietas atau kecemasan berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya serta keadaan emosi yang tidak mempunyai objek emosi yang spesifik. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap suatu bahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut.

Videbeck (2008) menjelaskan bahwa kecemasanterjadi akibat perubahan sosial yang sangat cepat, dimana tanpa persiapan yang cukup seseorang tiba-tiba harus menjalani situasi baru yang belum siap untuk diterima. Kecemasan pada pasien dapat disebabkan ketidakmampuan pasien untuk beradaptasi dengan kondisi yang dihadapinya dan tidak adanya pengalaman atau belum pernah menjalani rawat inap. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Majid (2010) yang berjudul “Analisis Faktor Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Rawat Inap Ulang Pasien Gagal Jantung Kongestif di Rumah Sakit Umum Yogyakarta”, mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian rawat inap ulang

pasien gagal jantung kongestif adalah tingkat kecemasan pasien itu sendiri.

Menurut Hawari (2008) keluhan yang sering dirasakan oleh seseorang yang mengalami gangguan kecemasan adalah khawatir, firasat buruk, mudah tersinggung, takut akan pikiran sendiri, merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut, takut sendiri, takut pada keramaian, takut pada banyak orang, ganguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan, ganguan konsentrasi dan daya ingat, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, serta sakit kepala.

Hawari (2008) juga menjelaskan bahwa semakin menurun tingkat kecemasan seseorang membuktikanbahwa individu tersebut dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan kondisi yang dialami. Demikian juga pada penelitian ini didapatkan beberapa responden yang telah mendapatkan penjelasan tentang discharge planningyang lengkapserta mulai dapat beradaptasi dengan kondisi penyakitnya mengalami tingkat kecemasan yang ringan. Kecemasan pada pasien gagal jantung yang berada pada tingkat ringan dan sedang merupakan hal yang wajar dan masih ada pada tingkat yang dapat ditoleransi.

Hasil uji korelasi antara discharge planning dengan tingkat kecemasan mendapatkan nilai p (0,000) lebih kecil dari nilai α (0,05), maka hipotesis penelitian (Ha/H1) diterima yang berarti ada hubungan antara discharge planning dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar. Adapun lemah tidaknya hubungan dilihat pada nilai r/C (koefisien korelasi) sebesar 0,373 (37,3%)yang menunjukkan ada hubungan sedang antara pemberiandischarge planning dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung yang dirawat di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar, dengan arah hubungan menunjukkan nilai negatif, yang menyatakan ada korelasi/hubungan

berbanding terbalik antara discharge planningdengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung, yang berarti bahwa jika pasien gagal jantung mendapatkan discharge planning yang lengkap maka akan menurunkan tingkat kecemasan yang dialami pasien, demikian pula sebaliknya jika pasien gagal jantung mendapatkan discharge planning yang kurang lengkap maka akan meningkatkan tingkat kecemasan yang dialami pasien.

Ketika pasien mengetahui tentang penyakitnya, maka pasien tersebut akan berpikir tentang penyakitnya, cara pengobatan yang akan ditempuh, biaya yang dihabiskan, prognosis penyakitnya, dan lama penyembuhan dari penyakitnya. Pasien gagal jantung yang menjalani terapi pengobatan yang lama dan sering keluar masuk rumah sakit akan berdampak terhadap kecemasan yang dirasakan oleh pasien terhadap penyakit yang dialaminya. Salah satu dampak yang dialami merupakan reaksi psikologis terhadap dampak dari penyakit gagal jantung yang dihadapi oleh pasien (Zaviera, F., 2007).

Pasien gagal jantung mengalami kecemasan yang bervariasi dari kecemasan ringan sampai dengankecemasan berat. Kecemasan yang dialami pasienmempunyai beberapa alasan diantaranya cemasakibat sesak nafas, cemas akan kondisi penyakitnya,cemas jika penyakitnya tidak bisa sembuh, cemas dan takut akan kematian, yang dapat dilihat dari seringnya pasien bertanya tentang penyakitnya meskipun pertanyaan sudah dijawab, pasien terlihatgelisah, sulit istirahat dan tidak bergairah saat makan (Sani, 2007).

SIMPULAN DAN SARAN

Karakteristik yang didapatkan pada responden di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar berdasarkan pendidikan responden tamat SMA berjumlah 16 orang (51,6%), dan berdasarkan jenis kelamin responden laki-laki berjumlah 17 orang (54.8%).Discharge Planningyang

didapatkan pada pasien gagal jantung di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar berada pada tingkat kurang lengkap (51,6%). Ada hubungan sedang antara discharge planningdengan tingkat kecemasanpada pasien gagal jantung di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar, dengan arah hubungan menunjukkan nilai negatif, yang menyatakan ada korelasi/hubungan berbanding terbalik antara discharge planningdengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung, yang berarti jika pasien gagal jantung mendapatkan discharge planning yang lengkap maka akan menurunkan tingkat kecemasan yang dialami pasien.Hal ini berarti bahwa discharge planningmerupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada pasien gagal jantung.

Saran yang dapat diberikan adalah kepada perawat dengan mengoptimalkan pemberian informasi bagi pasien dan keluarga yang akan menjalani rawat inap dengan memberikan penyuluhan atau menggunakan media leaflet tentang discharge planning, mengembangkan penelitian tentang discharge planning dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung dengan sampel yang lebih banyak serta waktu yang lebih lama. Memperluas populasi penelitian sehingga mendapatkan populasi yang lebih banyak dan menggunakan metode observasi agar terlihat jelas bentuk discharge planning yang diberikan serta melakukan analisa tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung.

DAFTAR PUSTAKA

Adiantoro, heru. 2010. Discharge planing dan rehabilitasi pada pasien kardiovaskular.http://www.scribd.co m/doc/57173401/makalah-discharge-planning-dan-rehabilitasi. (akses: 15 oktober 2014)

Albet, 2013, hubungan discharge planning dengan tingkat kepuasan pasien di ruang angsoka i rsup sanglah

denpasar, skripsi tidak diterbitkan. Denpasar. Universitas udayana

Alwisol, 2006, psikologi kepribadian, umm press : malang

Black, j.m., & hawks, j.k., 2005, medical surgical nursing : clinical management for positive outcomes, volume ii, 7th edition, elsevier’s health sciences right departement : philadelphia.

Depkes r.i. 2007. Riset kesehatan dasar departemen kesehatan ri : jakarta

Depkes r.i. 2013. Riset kesehatan dasar departemen kesehatan ri : jakarta

Departemen kesehatan r.i.2007. Standar pelayanan minimal rumah sakit :jakarta

Hawari, d. 2008. Manajemen stres cemas dan depresi. Jakarta: balai penerbit fkui

Hidayat. 2011. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data. Salemba medika: jakarta

Inayah. 2008. Hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping pada pasien gagal jantung kongestif di rsu pandan arang boyolali. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta. Universitas indonesia

Maramis, w.f, 2005, catatan ilmu kedokteran jiwa, surabaya: airlangga university perss

Marwiati, 2005, hubungan tingkat kecemasan dengan strategi koping pada keluarga yang salah satu anggota keluarga dirawat dengan penyakit jantung, stikes ngudi waluyo ungaran : semarang.(skripsi) tidak dipublikasikan.

Perry, a.g. & potter, p. A. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep proses, dan praktik. Volume 1, edisi 4. Jakarta: egc

Prasetyo, d.h., 2006, psikoneuro-imunologi untuk keperawatan, uns press : surakarta.

Rilantono, dkk, 2004, buku ajar kardiologi, edisi kelima, fkui : jakarta.

Rofi,m., hariyati, pujasari. 2013. Faktor personil dalam pelaksanaan discharge planning pada perawat rumah sakit di semarang. Jurnal managemen keperawatan. 2013. Volume 1, no. 2, november 2013;

Sani, a., 2007, heart failure : current paradigm, cetakan pertama, medya crea : jakarta.

Sugiyono, 2005, statistika untuk penelitian, cetakan ketujuh, cv.alfabeta : bandung.

Soesanto, nukholis. 2008. Hubungan komunikasi terapiutik perawat dengan kecemasan pasien gangguan kardiovaskuler yang pertama kali dirawat di intensive coronary care unit rsu tugurejo, semarang. Flkkes jurnal keperawatan vol. 1 no. 2 – maret 2008

Siahaan, marthalena. 2009. Pengaruh discharge planning yang dilakukan oleh perawat terhadap kesiapan pasien pasca bedah akut abdomen menghadapi pemulangan di rsup h. Adam malik       medan.

Http://repository.usu.ac.id/handle/12 3456789/14260. (akses: 16 oktober 2014)

Stuart & sundeen. 2006. Buku saku keperawatan jiwa, diterjemahkan oleh kapoh ramona dan yudha egi komara, egc, jakarta

Stuart & sundeen, 1998. Prinsip dan praktik psikiatrik (terjemahan), egc : jakarta.

Tim penyusun rsup sanglah denpasar. 2012. Pedoman implementasi

standar jci (joint comissioninternational) : denpasar

Wulandari. 2011. Hubungan pelaksanaan discharge planning dengan kesiapan pulang pasien di ruang rawat inap kelas iii rsup sanglah denpasar tahun 2011. Skripsi tidak diterbitkan. Denpasar. Universitas udayana

Zaviera, f., 2007, teori kepribadian sigmund freud,  prismasophie :

yogyakarta

Volume 5, Nomor 3, Desember2017

146