COPING Ners Journal

ISSN: 2303-1298

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI (SELF-ESTEEM) DENGAN TINGKAT STRES NARAPIDANA WANITA DI LAPAS KLAS IIA DENPASAR

I Gusti Ngurah Juniartha, I Dewa Made Ruspawan, Ida Erni Sipahutar

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Abstract. Go into prison is a tough adjustment for a person. Female inmates who enter prison will have an impact on the psychological form of self-esteem changes, someone who enter prisons and lived as prisoners can be a stressor factor for female prisoners. This study aims to determine the relationship between self-esteem (self-esteem) with stress levels of women prisoners in Class IIA Denpasar Prison. This study is a non-experimental studies with correlational research design using Cross-sectional approach. Sampling method in this study is purposive sampling technique with the sample was 64 study subjects. The data was collected using a questionnaire, Self-Esteem Inventory by Coopersmith (1967) and stress levels by Ahmad’s questionnaires. The study found that of 64 study subjects, the highest frequency of female inmates for the variable self-esteem was subject with intermediate selfesteem as many as 36 people (56.2%), followed by subjects with low self esteem as many as 16 people (25% ) and subjects with high self-esteem as many as 12 people (18.8%). Then while under the stress level of the subject, found subjects with mild stress levels as much as 15 people (23.4%), intermediate stress level is as many as 37 people (59.4%) and severe stress level by 12 people (18.8%). According to statistical test using the Spearman Rank test p = 0.05, found the sig. (2-tailed) = 0.011 which means the research hypothesis is accepted (Sig. (2-tailed) <p). In addition to the value obtained was -0.314 Correlation Coefficient, which means that the variable self-esteem to the level of stress has a negative relationship with the weak relationship between variables (range 0.2 - 0.399). Thus the conclusion of this study is there was a relationship between self-esteem (self-esteem) with stress levels of women prisoners in Class IIA Denpasar Prisons.

Keywords: Women Prisoners, Self Esteem, Stress Levels

PENDAHULUAN

Seorang wanita yang sedang menjalani hukuman penjara akan berdampak terhadap psikologisnya berupa penurunan harga diri. Hal tersebut diakibatkan karena seorang narapidana akan kehilangan kepribadian dan identitas diri, akibat peraturan dan tata cara hidup di lembaga pemasyarakatan. Selama menjalani pidana, narapidana diperlakukan sama atau hampir sama antara narapidana yang satu dengan narapidana yang lain. Selain itu seorang narapidana akan selalu diawasi oleh petugas secara terus-menerus sehingga narapidana merasa kurang aman, merasa selalu dicurigai, dan merasa selalu tidak dapat berbuat sesuatu. Jika dilihat secara psikologis, keadaan yang demikian menyebabkan narapidana menjadi tertekan jiwanya sehingga akan berdampak pada segi psikologisnya berupa penurunan harga diri.

Selain masalah psikologis berupa penurunan harga diri, seseorang yang masuk lembaga pemasyarakatan dan menjalani kehidupan sebagai narapidana adalah suatu penyesuaian diri yang berat. Secara umum, permasalahan yang menuntut narapidana untuk menyesuaikan diri adalah kehilangan kebebasan fisik, kehilangan kontrol atas hidup, kehilangan keluarga, kehilangan barang dan jasa, kehilangan keamanan, kehilangan hubungan heteroseksual, kurangnya stimulasi, dan gangguan psikologis lainnya. Hal-hal tersebut akan menyebabkan seseorang menjadi stres.

Khusus di Lapas Denpasar dikatakan sering terjadi perkelahian antar narapidana yang dipicu dengan masalah yang tidak serius namun berakibat fatal. Pernyataan tersebut didukung oleh Sarafino (2006) dalam Saragih (2011) yang mengatakan bahwa stres mampu

meningkatkan perilaku agresi, mudah marah, sikap bermusuhan, dan juga mempengaruhi perilaku menolong seseorang. Kasus terbaru diberitakan seorang narapidana di Lapas Denpasar yang membenturkan kepalanya sendiri ke tembok dan mengakibatkan perdarahan serius sehingga narapidana tersebut meninggal di tempat. Setelah diusut dengan mewawancarai para saksi, disimpulkan oleh polisi bahwa narapidana tersebut mengalami stres berat karena jauh dari keluarga. (Bali Post, 2012).

Menurut Cooke, dkk (1990), napi menghadapi berbagai stresor, tidak hanya dari dalam lapas, tetapi juga dari luar lapas. Semua stresor yang dihadapi manusia tidak selamanya akan menjadikan seseorang stres, untuk mengatasi stresor seseorang harus memiliki sebuah koping atau penyesuaian diri. Hal tersebut dipertegas oleh Maramis (1999) yang menyatakan bahwa untuk menghadapi stresor dibutuhkan suatu penyesuaian diri. Terkait dengan penyesuaian diri seseorang, harga diri merupakan aspek atau konsep diri yang ada dalam setiap diri manusia dan harga diri tersebut tentunya berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Bagi seorang yang sudah divonis hukuman penjara melalui proses peradilan, tentunya akan mengalami sebuah perubahan yang besar, baik dari lingkungan, peran dan aktivitas selama ditahan. Semua perubahan tersebut akan membuat narapidana menurun harga dirinya. Dan pada akhirnya harga diri yang menurun tersebut akan dapat mempengaruhi respon stres seseorang khususnya bagi narapidana.

Berdasarkan uraian data di atas serta belum adanya peneliti sebelumnya yang meneliti hubungan harga diri (SelfEsteem) dengan tingkat stres pada narapidana wanita, penulis merasa penting untuk dilakukan penelitian tentang

“Hubungan antara Harga Diri (SelfEsteem) dengan Tingkat Stres Narapidana Wanita di Lapas Klas IIA Denpasar.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Non-Eksperimental dengan rancangan penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antarvariabel. Penelitian ini tidak memberikan      perlakuan,      hanya

mengumpulkan    informasi    tentang

hubungan harga diri (self-esteem) dengan tingkat stres yang dialami oleh narapidana wanita di Lapas Klas IIA Denpasar tahun 2012. Data dikumpulkan dengan pendekatan studi cross-sectional.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Narapidana wanita baik yang berwarga negara Indonesia maupun Warga Negara Asing (WNA) di Lapas Klas IIA Denpasar tahun 2012 sejumlah 75 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 64 orang. Penentuan sampel menggunakan teknik nonprobability sampling tepatnya purposive sampling.

Instrumen Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuisioner untuk masing-masing variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner Harga Diri (Self Esteem) Coopersmith (1967) dan Kuesioner Tingkat Stres Ahmad (1988) yang diisi langsung oleh narapidana wanita di Lapas Denpasar.

Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data

Saat bertemu responden (ketua blok wanita), peneliti menjelaskan maksud dan

tujuan penelitian. Kemudian peneliti meminta responden untuk menandatangani lembar persetujuan. Apabila responden tidak bersedia menandatangani lembar persetujuan, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak responden. Kemudian responden mengisi sendiri kuisioner yang telah disiapkan dan diingatkan agar semua pernyataan diisi dengan lengkap. Bila telah selesai diisi, selanjutnya dikembalikan kepada peneliti dan kemudian dilakukan langkah pengolahan dan analisis data.

Setelah semua kuisioner terkumpulkan maka peneliti mulai memberi skor berdasarkan jawaban yang diberikn oleh responden; untuk kuisioner harga diri Coopersmith pernyataan positif diberi nilai 1 jika dijawab “Ya” dan 0 jika dijawab “Tidak”, pernyataan negatif diberi nilai 0 jika dijawab “Ya” dan 1 jika “Tidak” , untuk kuisioner tingkat stres diberi skor 0 untuk kolom pernyataan 0 dan 1, skor 1 untuk kolom 2, skor 2 untuk kolom 3, dan skor 3 untuk kolom 4. Setelah semua diberi skor kemudian dimasukkan ke tabel untuk dianalisis. Untuk penentuan tingkat harga diri dan tingkat stres digunakan nilai Mean dan Standar Deviasi (SD). Dalam penelitian ini didapatkan penjabaran sebagai berikut; harga diri rendah jika X < 11, harga diri sedang jika 11 < X < 21, harga diri tinggi jika X > 21 dan stres ringan jika X < 4, stres sedang jika 4 < X < 39 dan stres berat jika X > 39.

Untuk menganalisis hubungan antara harga diri (self-esteem) dengan tingkat stres narapidana wanita digunakan uji statistik Rank Spearman dengan tingkat signifikansi p < 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%.

HASIL PENELITIAN

Dari 64 narapidana wanita yang mengisi kuisioner diketahui untuk tingkat harga diri rendah dialami oleh 16 orang (25%), harga diri sedang dialami oleh 36 orang (56,2%) dan harga diri tinggi dialami oleh 12 orang (18,8%), sedangkan untuk tingkat stres narapidana wanita, didaptkan hasil untuk stres ringan dialami oleh 15 orang (23,4%), tingkat stres sedang dialami oleh 38 orang (59,4%) dan tingkat stres berat dialami oleh 11 orang (17,2%).

Menurut hasil uji statistik hubungan antara harga diri (self-esteem) dengan tingkat stres narapidana wanita menggunakan uji statistik Rank Spearman didapatkan nilai sig. (2-tailed) = 0,011, sehingga 0,011 < 0,05 hal ini menunjukkan Ha diterima, yang berarti ada hubungan antara variabel harga diri dengan tingat stres narapidana wanita di Lapas Klas IIA Denpasar tahun 2012. Dalam analisis penelitian juga ditemukan nilai Correlation Coefficient -0,314 menandakan bahwa ada hubungan negatif antara variabel harga diri (self-esteem) dengan tingkat stres dimana semakin tinggi harga diri narapidana maka stres akan semakin menurun tingkatannya. Nilai 0,314 menunjukkan hubungan yang lemah antar (rentang 0,2 - 0,399) antara variabel harga diri (self-esteem) dengan variabel tingkat stres.

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa kebanyakan narapidana wanita memiliki harga diri sedang (56,2%) dan stres sedang (59,4%), hal tersebut dikarenakan adanya faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Argy (2007) dalam Hardy dan Hayes (1998) yang menyebutkan harga diri seseorang

dibentuk oleh beberapa faktor yaitu reaksi dari orang lain, perbandingan dengan orang lain, peranan individu. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi harga diri seseorang adalah faktor lingkungan dimana seseorang berada (Maria, 2007). Selain itu, terkait dengan perubahan lingkungan, tentunya dibutuhkan suatu penyesuaian yang dilakukan terhadap kehidupan narapidana dan tentunya membutuhkan variabel waktu. Situasi lingkungan yang terpaksa harus didapat, dibedakan atas lingkungan fisik maupun sosial menyebabkan seseorang menjadi tertekan (Atkinson, 1990).

Self-esteem atau harga diri merupakan evaluasi diri seseorang terhadap kualitas-kualitas dalam dirinya dan terjadi terus menerus dalam diri manusia (Christia, 2007). Sedangkan menurut Larsen dan Buss (2008), harga diri merupakan apa yang seseorang rasakan berdasarkan pengalaman yang ia peroleh selama menjalani hidup. Jika dihubungkan dengan kondisi yang ada di Lapas Klas IIA Denpasar khususnya pada blok wanita, perubahan harga diri (selfesteem) narapidana wanita bisa disebabkan oleh adanya perubahan lingkungan dari kehidupan masyarakat ke penjara dan perubahan aktivitas sehari-hari. Selain dampak psikologis tersebut, kehidupan di Lapas juga akan mempengaruhi stres seseorang. Khusus di Lapas Klas IIA Denpasar ada beberapa kegiatan yang bersifat menambah keterampilan untuk bermasyarakat seperti les bahasa inggris dan menjarit yang khusus diikuti oleh narapidana wanita. Peneliti mengambil kesimpulan bahwa adanya kegiatan sepeti itu akan mampu menaikkan harga diri narapidana wanita sehingga untuk hasil penelitian untuk mencari tingkat harga diri (self-esteem) didapatkan frekuensi terbanyak pada kategori harga diri sedang.

Selain itu penentu seseorang dalam perubahan tersebut sangat bergantung pada sistem koping individu terhadap perubahan tersebut, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar narapidana wanita sudah memiliki koping yang cukup dalam menghadapi devaluasi orang lain dan sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya sehingga stres yang dialami berda dalam batas intermediet (sedang).

Hasil uji hubungan dengan menggunakan uji statistik Rank Spearman didapatkan nilai sig. (2-tailed) < p (0,05) sehingga hipotesis 0 ditolak yang berarti ada hubungan antara harga diri (selfesteem) dengan tingkat stres narapidana wanita. Berdasarkan uji statistik didapatkan pula Coefficient Correlation -0,314 yang berarti bahwa antara variabel harga diri (self-esteem) dengan tingkat stres memiliki hubungan yang negatif, yaitu semakin tinggi harga diri narapidana maka semakin rendah tingkat stresnya, begitu pula sebaliknya. Untuk nilai 0,314 menunjukkan hubungan yang lemah (rentang 0,2 - 0,399) antara variabel harga diri (self-esteem) dengan variabel tingkat stres. (Sugiyono, 2010). Menurut Zuntari, Endang S. (2007) dalam peneitiannya disebutkan bahwa rasa percaya diri sangat signifikan pengaruhnya terhadap tingkat stres. Khusus di Lapas, seseorang narapidana wanita yang memiliki rasa percaya diri akan bisa beradaptasi dengan lingkungannya lebih cepat dibandingkan dengan narapidana yang tidak memiliki percaya diri yang tinggi. Dalam hal ini penulis berasumsi bahwa rasa percaya diri sangat berpengaruh terhadap harga diri seseorang. Dengan demikian penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa seseorang yang masuk dan menjalani kehidupan sebagai narapidana pastinya akan mengalami perubahan psikologis akibat

perubahan lingkungan dan hubungan sosial serta mengalami berbagai kehilangan diantaranya kehilangan kebebasan dan pembatasan komunikasi dengan orang terdekat, namun perubahan psikologis tersebut tidak selamanya negatif, semua hal bergantung pada koping individu dalam menanggapi suatu perubahan dalam diri dan lingkungan sekitarnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar narapidana wanita (56,2%) memiliki tingkat harga diri sedang. Untuk tingkat stres narapidana wanita disimpulkan bahwa sebagian besar narapidana wanita (59,4%) memiliki tingkat stres sedang. Untuk hubungan antar variabel yang diteliti menggunakan uji statistik Rank Spearman dengan tingkat kepercayaan 95% (p = 0,05) dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara harga diri dengan tingat stres narapidana di Lapas Klas IIA Denpasar tahun 2012, dengan Correlation Coefficient -0,314 yang menandakan bahwa ada hubungan negatif antara variabel harga diri (selfesteem) dengan tingkat stres dengan kuat hubungan lemah antarvariabel.

Pada penelitian ini terbukti ada hubungan antara harga diri (self-esteem) dengan tingkat stres pada narapidana wanita di Lapas Klas IIA Denpasar. Hasil penelitian ini hendaknya dijadikan pedoman petugas lapas khususnya untuk siaga dalam mengawasi narapidana wanita agar tidak terjadi perilaku maladaptif akibat stres. Diharapkan unit klinik di Lapas Klas IIA Denpasar mampu memberikan suatu intervensi dalam memanajemen perubahan perilaku narapidana yang timbul akibat stres serta

mampu menangani narapidana khususnya dengan masalah stres dan harga diri (self-steem). Untuk peneliti selanjutnya, penelitian ini bisa dijadikan bahan kajian lebih lanjut sehingga hasilnya bisa lebih representatif dan dapat lebih spesifik untuk itu diperlukan jumlah sampel yang lebih diperbanyak untuk mendapat hasil yang lebih signifikan. Selain itu, untuk peneliti selanjutnya yang akan meneliti di Lapas Klas IIA Denpasar diharapkan untuk mengurus ijin penelitian dan ijin membawa alat dokumentasi jauh hari sebelum penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrohim. 2008. Masa Hukuman & Stres pada Narapidana. Proyeksi. 4. (2). 95-106

Anastasi, A. dan Urbina, S. 2007. Tes Psikologi.   Jilid Kedua. Edisi

Ketujuh. Jakarta : PT Indeks.

Andalan, Kristiani. 2012. Amarah Picu Rusuh Terparah di Lapas Kerobokan.               (online),

(http://headlines.vivanews.com/ne ws/read/290856-amarah-picu-rusuh-terparah-di-lapas-kerobokan diakses 12 April 2012).

Anonim. 2008. International Profile of Women’s Prisons. London : King’s College London. ICPS. 9-10.

Anonim. 2011. Lapas Denpasar Penuh Sesak.  (online), (available at :

http://www.cybertokoh.com diakses 3 Januari 2012).

Atkinson, L. R. Pengantar Psikologi. Jilid Kedua. Edisi ke XI. Alih Bahasa : Kusuma, W.Batam :Interaksara

Asmiyanti, D. 2006. Motivasi Narapidana Mengikuti PProegnryaamnd aPnegn didRikeatnarddai si Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Diterbitkan. Malang


Azwar, S. 2011. Penyusunan Skala Psikologi. Jilid-15. Edisi Pertama. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Cooke, David J. 1990. Pshycology in Prison. London Routledge.

Hardy, Malkcom & Hayes. 1985. PengantarPsikologi. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga

Harsono. 1995. Sistem Baru Pembinaan Narapidana. Jakarta: Djambatan.

Juliana, A. 2010. Stres dan Koping Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor. Skripsi tidak diterbitkan. Medan : Universitas Sumatra Utara.

Manik, Christa G. (2007). Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri pada Narapidana Remaja      di      Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan. Skripsi tidak Diterbitkan. Medan: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Maria dan Ulfa. 2007. Peran Persepsi Keluarga dan Konsep Diri terhadap         Kecenderungan

Kenakalan Remaja. Skripsi tidak Diterbitkan. Surabaya.

Maulina, B. dan Sutatminingsih, Raras. 2005. Stres Ditinjau dari Harga Diri Ibu yang Memiliki Anak

Mental.

Wanita MPasliakonlgo.g iSa k1ri(p1s)i : 8ti-d1a8k.

Moeljatno. 2001. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurmalasari, Y. 2005. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Harga Diri pada Remaja dengan Lupus Eritematosus. .Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi Kedua. Jakarta : Salemba Medika.

Pieter, dkk. 2011. Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan. Jilid Pertama. Edisi Pertama. Jakarta : Kharisma Putra Utama.

Rahardjo dan Satjipto. 1996. Ilmu Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Saeno. 2012. Rusuh LP Kerobokan ; Perlakuan Diskriminatif Jadi Pemicu. (online), (Available at : http://www.kabar24.com/index.php /rusuh-lp-kerobokan-perlakuan-diskriminatif-jadi-pemicu/ diakses 12 April 2012).

Sari, A. 2008. Hubungan antara Harga Diri dengan Stres Menghadapi Ketunagrahitaan Anak pada Ibu-Ibu dari Siswa Sekolah Luar Biasa Negeri 2 Yogyakarta. Skripsi tidak Diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.

Silawaty, I. dan Ramdan, M. 2007. Peran Agama terhadap Penyesuaian Diri

Narapidana di Dalam Lembaga Pemasyarakatan. JPS. 13 (3) : 225227.

Siswati, Triana I, Abdurohhim. 2008. Masa Hukuman & Stres pada Narapidana. Proyeksi. 4. (2). 95106

Sriati,  A. 2008. Harga Diri Remaja.

Jatinagor.     FIK     Universitas

Padjajaran.

Sriati, A. 2008. Tinjauan Tentang Stres.

Jatinagor.     FIK     Universitas

Padjajaran.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.  jilid ke-14. Bandung :

Alfabeta.

Suwarto. 2007. Pengembangan Ide Individualisasi Pidana dalam Pembinaan Narapidana Wanita. Disertasi tidak Diterbitkan. Medan : Sekolah Pascasarjana Program

Doktor Ilmu Hukum Universitas Sumtera Utara.

Tanti, R. 2007. Stres dan Kehidupan Penghuni             Lembaga

Pemasyarakatan.  Jurnal Ilmiah

Kebijakan Hukum. 1. (2) : 73-85.

Wulanyani, S. dan Wibawa, D. 2007. Identifikasi Penyebab Kasus-Kasus Bunuh Diri di Bali dan Upaya Penanggulangannya. Bali : Bagian Ilmu Perilaku FK Unud.

Yasril dan Kasjono, Subaris H. 2009. Teknik Sampling untuk Penelitian Kesehatan. Edisi Pertama. Jilid Kedua. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Zuntari, Sri E. 2007. Hubungan antara Stres dengan Rasa Percaya Diri Wanita Lajang di Desa Krenceng Kecamatan Nglengok Kabupaten Blitar. Skripsi tidak diterbitkan. Malang :   Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Malang