PENGARUH TERAPI AKUPUNKTUR TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA KLIEN DENGAN NYERI KEPALA PRIMER
on
Jurnal Keperawatan
Community of Publishing in Nursing
(COPING) NERS
ISSN: 2303-1298
PENGARUH TERAPI AKUPUNKTUR TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA KLIEN DENGAN NYERI KEPALA PRIMER
1I Putu Pande Eka Krisna Yoga, 2Ni Luh Pt. Eva Yanti, 3I Wayan Suardana 1,2Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 3Politeknik Kesehatan Denpasar
Email: [email protected]
ABSTRACT
Primary headache is a headache which is not yet clearly an anatomical abnormalities, structural abnormalities or others precipitation. The factor that can trigger primary headaches such as stress, physical exercise, diet, alcohol, and hormones. Primary headache can be treated with acupuncture therapy. Acupuncture therapy is a therapeutic insertion of needles in the head and acupoints in the body. The aim of this study determines the therapeutic effect of acupuncture pain intensity on clients with primary headaches. This study is a pre-experimental studies (one-group pre-test post-test design). The technical sampling use incidental sampling and there are chosen 35 respondents. Data collected by using a sheet instrument to get demographic data and pain scale. The research find before acupuncture therapy, 28 respondents with moderate pain, 6 respondents with severe pain and 1 respondents with mild pain. The pain scale after a there are decreasing pain scale. The 16 respondents with moderate pain and 19 respondents with mild pain. The results obtained by Wilcoxon test, there are therapeutic effect of acupuncture on pain intensity in patients with primary headache. Based on these results suggested nurse to use acupuncture therapy besides pharmacological therapy.
Keywords: Acupuncture Therapy, Pain, Primary Headache
PENDAHULUAN Latar Belakang
Nyeri merupakan alasan yang paling umum orang mencari atau datang ke pelayanan kesehatan. International Association for the Studi of Pain (1979) dalam Potter dan Perry (2006) mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi
kerusakan. Salah satu upaya untuk menghilangkan nyeri yaitu dengan mencari pengobatan dan perawatan kesehatan (Potter dan Perry, 2006). Berdasarkan penyebabnya, nyeri kepala digolongkan menjadi dua yaitu nyeri kepala primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer tidak berkaitan dengan suatu abnormalitas struktur muskuloskeletal ataupun organik.
Prevalensi nyeri kepala primer secara global atau di seluruh dunia pada tahun
2007 adalah 47% (Oshinaike, Ojo, Okubadejo, Ojelabi, dan Dada, 2014). Data penderita nyeri kepala primer yang diperoleh dari lima rumah sakit besar di Indonesia pada tahun 2004 adalah 67.5% (Primadila, 2014). Prevalensi penderita nyeri kepala primer di daerah Bali adalah 90% dari 100% keseluruhan kasus nyeri pada kepala (Bali Post, 2009).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di klinik praktik perawat mandiri Latu Usadha yang merupakan salah satu tempat yang mengedepankan terapi komplementer sebagai pendukung terapi konvensional dan terdiri dari akupunktur serta terapi bekam kering didapatkan data dalam empat bulan terakhir (2014), terdapat 48% klien datang dengan keluhan nyeri, dan 20% diantaranya datang dengan keluhan nyeri kepala primer. Hasil wawancara dengan pemilik praktik perawat dikatakan bahwa satu sampai dua orang datang dengan keluhan nyeri kepala primer per harinya.
Tindakan untuk mengatasi nyeri kepala primer dengan menggunakan terapi farmakologi dan non-farmakologi. Tindakan untuk penanganan non-farmakologi dan tanpa efek samping yang merugikan dapat berupa terapi komplementer. Salah satu terapi komplementer tersebut adalah terapi akupunktur. Akupunktur merupakan teknik yang sederhana, hanya menggunakan jarum khusus serta dapat menunjukkan efek positif dalam waktu yang relatif singkat. Jarum yang ditusukkan akan merangsang hipotalamus pituitary untuk melepaskan beta-endorfin yang berefek dalam mengurangi nyeri (Kiswojo, Widya, dan Lestari, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Keristianto, Suardana dan Sumarni (2014) dengan judul pengaruh terapi akupunktur terhadap penurunan nyeri lutut pada klien dengan osteoarthritis di prakik perawat mandiri Latu Usadha Abiansemal dengan hasil terdapat penurunan skala nyeri setelah diberikan terapi akupunktur. Skala nyeri responden sebelum diberikan akupunktur didapatkan rerata skor nyeri sebesar 5,37 berdasarkan kategori termasuk nyeri sedang (4-6). Setelah diberikan terapi akupunktur didapatkan rerata skor nyeri sebesar 2,48 yang termasuk kategori nyeri ringan (1-3), dapat disimpulkan bahwa terapi akupunktur efektif dalam menurunkan nyeri.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang pengaruh terapi akupunktur terhadap intensitas nyeri pada klien dengan nyeri kepala primer di klinik praktik perawat mandiri Latu Usadha Abiansemal.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh terapi akupunktur terhadap intensitas nyeri pada klien dengan nyeri kepala primer di praktik perawat mandiri Latu Usadha Abiansemal.
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui intensitas nyeri sebelum dan setelah diberikan terapi akupunktur serta untuk mengetahui perbedaan intensitas nyeri klien dengan nyeri kepala primer di praktik perawat mandiri Lau Usadha Abiansemal.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah preexperimental dengan rancangan penelitian menggunakan one-group pre test-post test design. Dalam penelitian ini dilakukan pretest intensitas nyeri sebelum diberikan terapi akupunktur dan post-test setelah diberikan terapi akupunktur.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah rerata jumlah kunjungan klien dengan nyeri kepala primer yang datang ke Praktik Perawat Mandiri Latu Usadha antara bulan Agustus-Desember 2014 yaitu sebesar 71. Jumlah seluruh sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 35 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik konsekutif sampling.
Instrument Penelitian
Data yang dikumpulkan adalah jenis data primer, yaitu hasil pengukuran intensitas nyeri dengan menggunakan Numerical Rating Scale terhadap intensitas nyeri pada klien dengan nyeri kepala primer dengan menggunkan terapi akupunktur.
Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data
Penetapan klien yang akan menjadi sampel dalam penelitian sesuai dengan kriteria inklusi seperti klien yang mengeluh nyeri kepala primer, berusia ≥12 tahun dan ≤65 tahun, tidak mendapatkan terapi farmakologi sebelumnya, responden yang
kooperatif, bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani informed consent, serta dapat mengenal angka-angka dan mampu membaca angka. Sebelum klien menjadi sampel, diberikan penjelasan atau informed consent tentang penelitian yang akan dilakukan.
Peneliti memberikan lembar instrumen kepada responden untuk pengambilan data tentang identitas responden (usia, jenis kelamin) tipe dari nyeri kepala primer yang dialami dan intensitas nyeri responden sebelum diberikan terapi akupunktur. Peneliti menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian, setelah peneliti dan responden siap, atur posisi klien sesuai kebutuhan, kemudian terapis
HASIL PENELITIAN
akan memberikan terapi akupunktur selama 20 menit pada titik-titik akupunktur yang sudah ditentukan. Setelah pemberian terapi selesai, selanjutnya peneliti kembali memberikan lembar instrument kepada responden untuk pengambilan data intensitas nyeri klien setelah diberikan terapi akupunktur.
Data dari hasil pengukuran intensitas nyeri kepala primer sebelum dan setelah diberikan terapi akupunktur terkumpul, maka akan dilakukan analisis data perbandingan intensitas nyeri pada klien dengan nyeri kepala primer pretest dan post-test menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test dengan tingkat kepercayaan 95% (p<0,05).
Karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, klasifikasi nyeri kepala primer dapat dilihat pada tabel 1 berikut:
Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian
Karakteristik |
Frekuensi |
Persentase | |
Usia |
Remaja (12-25) |
4 |
11,4% |
Dewasa (26-45) |
20 |
57,2% | |
Lanjut Usia (46-65) |
11 |
31,4% | |
Jenis Kelamin |
Laki-laki |
18 |
51,4% |
Perempuan |
17 |
48,6% | |
Klasifikasi nyeri |
Nyeri kepala klaster |
1 |
2,9% |
kepala primer |
Nyeri kepala migraine |
14 |
40% |
Nyeri kepala tipe tegang |
20 |
57,1% |
Berdasarkan tabel 1 tersebut, karakteristik responden yang mengalami nyeri kepala primer berdasarkan usia didapatkan 20 responden (57,2%) berada pada rentang usia 26-45 tahun, karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, didapatkan sebagian besar responden yang menderita nyeri kepala primer berjenis kelamin laki-laki sebanyak 18 responden (51,4%) dan karakteristik responden berdasarkan tipe atau klasifikasi
nyeri kepala primer, sebagian besar responden mengalami nyeri kepala tipe tegang sebanyak 20 responden (57,1%).
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebelum diberikan terapi akupunktur sebagian besar intensitas nyeri klien dalam kategori nyeri sedang sebanyak 28 responden (80%), dan setelah diberikan terapi akupunktur menunjukkan bahwa sebagian besar intensitas nyeri klien dalam
kategori nyeri ringan sebanyak 19 responden (54,3%).
Tabel 2. Intensitas nyeri sebelum, setelah dan hasil uji
Kategori nyeri |
Sebelum terapi |
Setelah terapi |
Ringan (1-3) |
1 |
19 |
Sedang (4-6) |
28 |
16 |
Berat (7-9) |
6 | |
Shapiro Wilk |
0,005 |
0,028 |
Wilcoxon Signed Rank Test p value= 0,000 α=0,05
Berdasarkan tabel 2 hasil dari uji Shapiro Wilk didapatkan kesimpulan bahwa intensitas nyeri sebelum dan setelah diberikan terapi akupunktur merupakan data yang tidak berdistribusi normal dengan nilai p sebelum diberikan terapi akupunktur sebesar 0,005 dan nilai p setelah diberikan terapi akupunktur sebesar 0,028. Selanjutnya dilakukan uji non parametrik yaitu Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil analisis data dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test dengan α=0,05 mendapatkan nilai z sebesar -5,353. Nilai z bernilai negative (-) yang berarti menunjukkan penurunan intensitas nyeri setelah diberikan terapi akupunktur dan didapatkan hasil dengan nilai signifikan (p) yaitu 0,000 yang artinya p<0,05 dengan tingkat kemaknaan atau kesalahan 5%. Maka Ha diterima dan H0 ditolak yang artinya ada pengaruh terapi akupunktur terhadap intensitas nyeri pada klien dengan nyeri kepala primer. Hal ini dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini setelah pemberian terapi akupunktur dapat mempengaruhi intensitas nyeri kepala primer.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat penurunan intensitas nyeri setelah diberikan terapi akupunktur. Intensitas nyeri responden sebelum diberikan terapi akupunktur didapatkan rerata skala nyeri sebesar 5,29
berdasarkan kategori nyeri maka sebagian besar responden sebelum diberikan terapi akupunktur mengalami nyeri sedang (4-6). Setelah diberikan terapi akupunktur didapatkan rerata skala nyeri sebesar 3,40 berdasarkan kategori nyeri maka sebagain besar responden setelah diberikan terapi akupunktur mengalami nyeri ringan (1-3).
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa terapi akupunktur efektif dalam menurunkan nyeri. Nyeri kepala primer merupakan suatu nyeri kepala yang belum jelas terdapat kelainan anatomi, kelainan struktur atau sejenisnya. Faktor pencetus yang dapat menimbulkan nyeri kepala primer seperti stres, latihan fisik, diet, alkohol, dan hormone. Nyeri kepala primer dapat ditangani dengan menggunakan terapi akupunktur. Terapi akupunktur merupakan terapi penusukan jarum di daerah kepala yang mengalami nyeri dan titik-titik di daerah tubuh yang mempengaruhi nyeri kepala primer.
Rangsangan dari penusukan jarum akupunktur akan diteruskan ke Peri Aqueductal Grey matter di otak tengah, kemudian melalui jalur nucleus raphe magnus yang bersifat serotoninergik merangsang stalked cell mengeluarkan enkafalin yang akan menghambat substansia gelatinosa untuk menyalurkan hantaran nyeri. Nucleus paragigantocellularis di medula oblongata yang bersifat noradrenergik
melalui locus cereleus menghambat nyeri. Penjaruman juga akan mengaktifkan nucleus arcuatus di hipotalamus sehingga melepaskan beta-endorfin yang akan menghambat impuls nyeri melalui jalur periaqueductal grey, selain itu beta-endorfin juga masuk sirkulasi darah dan cairan serebrospinal sehingga menyebabkan analgesia fisiologik. Sel marginal akan memberi cabang ke subnucleus reticularis dorsalis di medula oblongata, yang akan menghambat impuls nyeri (Kartika, 2011).
Terapi akupunktur akan
menstimulasi serabut-A akan
mengakibatkan modulasi sensori pada bagian ujung dorsal di tingkat segmental yang saling terkait melalui pelepasan met-enkefalin. Pemberian stimulus nyeri seperti jarum terhadap kontrol inhibitor nyeri yang difus akan mengakibatkan efek analgetik yang sifatnya
heterosegmental. Jalur spinotalamus dan spinoretikular juga distimulasi pada bagian ujung dorsal melalui otak bagian tengah, bersinap di dalam periquaduktal abu-abu, selanjutnya menstimulasi serabut inhibitor desenden yang mempengaruhi proses aferen. Efek analgetik heterosgmental (pada masing-masing tingkatan di seluruh tubuh) dapat dicapai. Noradrenalin dan serotonin merupakan neurotransmitter kunci yang bertanggung jawab terhadap modulasi nyeri. Adanya pelepasan zat enkefalin, dinorfin dan beta-endorfin, yang memberikan stimulus reseptor opioid. Regulasi produksi opioid endogen terhadap pengalaman sensasi perasaan nyaman dapat menciptakan suatu mekanisme untuk menghasilkan efek yang terus-menerus atau secara permanen (Jevuska, 2012).
KESIMPULAN DAN SARAN
Tindakan pemberian terapi akupunktur efektif dalam menurunkan intensitas nyeri pada klien dengan nyeri kepala primer, dengan rerata skala nyeri sebelum diberikan terapi akupunktur adalah 5,29 dan setelah diberikan terapi akupunktur dengan rerata skala nyeri 3,40. Hasil analisa data dengan menggunakan uji Wilcoxon Test didapatkan hasil dengan nilai signifikan (p) yaitu 0,000 yang artinya p<α(0,05). Dapat disimpulkan bahwa terapi akupunktur dapat meurunkan intensitas nyeri pada klien dengan nyeri kepala primer di praktik perawat mandiri Latu Usadha Abiansemal.
Saran bagi perawat, mengingat bahwa penerapan terapi akupunktur efektif untuk nyeri kepala primer, maka diharapkan kepada perawat agar dapat melaksanakan terapi akupunktur dengan efektif serta dapat mengaplikasikan ke seluruh masyarakat terutama yang mengalami nyeri kepala primer. Saran bagi masyarakat diharapkan untuk masyarakat umum dapat mencari pengobatan bukan hanya terapi farmakologi atau dengan obat tetapi juga dapat memanfaatkan terapi akupunktur ini khususnya pada nyeri kepala primer yang nantinya dapat mengurangi efek samping dari penggunaan obat-obatan.
Peneliti selanjutnya diharapkan untuk menggunakan desain dan jenis penelitian yang berbeda terutama menggunakan desain penelitian yang memiliki kelompok kontrol guna membandingkan terapi akupunktur dengan kelompok kontrol yang menggunakan terapi farmakologis seperti penggunaan obat analgesik atau membandingkan terapi akupunktur dengan terapi nonfarmakoligis lainnya.
Peneliti selanjutnya disarankan untuk menganalisis factor-faktor yang dapat mempengaruhi penurunan
intensitas nyeri seperti keletihan, stres dan lain-lain. Peneliti selanjutnya juga dapat mempertimbangkan untuk meneliti efek jangka panjang dari terapi akupunktur terhadap klien dengan nyeri kepala primer.
DAFTAR PUSTAKA
Bali Post. (2009). Waspadai Nyeri pada
Kepala, (online)
(http://www.balipost.co.id /mediadetail.php?module=detail beritaminggu&kid=24&id=2567 7, diakses 15 Januari 2015).
Jevuska. (2012). Akupunktur Bagian Anestesi (online
http://www.jevuska.com/2012/1 1/17/ mekanisme-kerja-teknik-akupuntur-tusuk-jarum/ diakses tanggal 10 Juni 2015)
Kartika D. (2011). Akupunktur Sebagai Terapi Pada Frozen Shoulder. Bagian Akupunktur/Biologi,
Fakultas Kedokteran,
Universitas Kristen Maranatha. 11 (1) : 1411-9641
Keristianto D. Suardana I W. Sumarni M. (2014). Pengaruh Terapi Akupunktur Terhadap
Penurunan Nyeri Lutut Pada Pasien Dengan Osteoartritis Di Praktik Perawat Mandiri Latu Usadha, Abiansemal. 2 (3) : 4
Kiswojo, Widya D.K. Lestari A.S. (2009). Akupunktur medik dan perkembangannya. Jakarta:
Kolegium Akupunktur Indonesia
Oshinaike, Ojo, Okubadejo, Ojelabi, and Dada. (2014). Primary
Headache Disorders at a Tertiary Health Facility in Lagos, Nigeria: Prevalence and Consultation Patterns
Potter dan Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Primadila. (2014). (Online)
(http://www.panadol.com/id/info rmasi-kesehatan/nyeri-dewasa/perbedaan-penyebab-sakit-kepala-pria-dan-wanita.html diakses tanggal 21 Desember 2014)
Jurnal Keperawatan COPING NERS Edisi Januari-April 2016
59
Discussion and feedback