Community of Publishing in Nursing (COPING), ISSN: 2303-1298

EFEKTIVITAS PENYULUHAN DENGAN AUDIO VISUAL TERHADAP KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA ANAK UMUR

2-3 TAHUN

Luh Putu Karsi Ekayani1, Francisca Shanti Kusumaningsih1, Putu Susy Natha Astini2

1Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

2Poltekes Denpasar

Email : karsiekayani@gmail.com

Abstrak

Masa kritis dalam pertumbuhan anak adalah balita. Menurut teori psikoseksual, balita adalah fase anal, mereka mulai bisa mengontrol buang air besar dan buang air kecil. Pada fase ini adalah waktu yang tepat untuk mengajar anak-anak tentang pelatihan toilet. Untuk mengajar anak-anak tentang pelatihan toilet bisa dilakukan dengan pendidikan kesehatan dengan media yang menarik seperti audio visual. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pendidikan kesehatan dengan audio visual terhadap keberhasilan pelatihan toilet pada anak dua hingga tiga tahun di Dusun Taman Palekan. Penelitian ini menggunakan desain pra eksperimental dengan desain satu kelompok pretest-posttest. Sampel terdiri dari 25 anak yang dipilih dengan menggunakan teknik total sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan dengan audio visual. Hasil studi ini adalah peningkatan keberhasilan pelatihan toilet anak yang berhasil kategori dari 12% menjadi 48%, berhasil 68% menjadi 44%, dan tidak berhasil 20% menjadi 8%. Berdasarkan uji Wilcoxon p = 0,001 berarti p <0,05 sehingga Ho ditolak. Berdasarkan penelitian tersebut, pendidikan kesehatan dengan audio visual efektif untuk keberhasilan pelatihan toilet anak.

Kata kunci: audio visual, toilet training, anak 2-3 tahun

Abstract

Critical period in growing child is toddlers. According to psikoseksual theory, toddler is anal phase, they are to begin was able to control the defecate and urination. In this phase is the good time to teach children about toilet training. To teach children about toilet training can do with health education with an interesting media like audio visual. The purpose of this research is to know effectiveness of health education with audio visual against successful of toilet training in children two until three years at Taman Palekan hamlet. The study was used pre experimental design with one group pretest-posttest design. Sample was consisted of 25 children which selected by using total sampling technique. The data was collected by questionnaire before and after health education with audio visual. The result of this studi were increased success of toilet training a child who successfully category from 12% to 48%, is successful 68% to 44%, and did not success 20% to 8%. Based on Wilcoxon test p = 0.001 means p <0,05 so Ho is rejected. Based on these studies, health education with audio visual effectively to the success of children's toilet training.

Keyword: audio visual, toilet training, children 2-3 years

PENDAHULUAN

Masa anak adalah masa yang paling penting dalam proses pembentukan dan pengembangan kepribadian baik dalam aspek fisik, psikis, spiritual, maupun etika-moral. Perkembangan anak sangat penting untuk diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia di masa mendatang (Andriani, 2013). Keberhasilan dari perkembangan anak dapat dilihat dari tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada periode tertentu. Bimbingan dari orang tua merupakan dasar

yang kuat dalam keberhasilan perkembangan anak (Wong, 2008).

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita atau toddler, dimana pada periode ini pertumbuhan dan perkembangan berlangsung sangat cepat dan akan mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya (Soetjiningsih, 2014). Menurut perkembangan psikoseksual anak terdapat 5 tahap yaitu tahap oral, tahap anal, tahap oedipal/phalik, tahap laten dan tahap genital (Hidayat, 2008). Anak toddler

masuk dalam tahap anal dimana fokus kesenangan berubah ke area anal, anak-anak semakin tertarik pada sensasi kesenangan pada daerah anal. Pada tahap ini anak mulai mampu untuk mengontrol buang air besar dan buang air kecil. Pada tahap inilah waktu yang tepat untuk orang tua mengajarkan anak tentang toilet training (Soetjiningsih, 2014).

Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengotrol dalam melakukan buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB), mengajarkan anak untuk dapat membersihkan kotoran sendiri dan memakai kembali celananya. Toileting secara umum dapat dilaksanakan pada setiap anak yang sudah mulai memasuki fase kemandirian karena membutuhkan kematangan otot-otot pada daerah anus dan saluran kemih (Hidayat, 2008). Suksesnya toilet training tergantung pada kesiapan yang ada pada diri anak dan keluarga seperti kesiapan fisik, psikologi, intelektual, emosi, dan prilaku orang tua. (Zuraidah, 2014).

Dampak yang paling umum dalam kegagalan toilet training seperti adanya perlakuan atau aturan yang ketat dari orang tua kepada anaknya yang dapat mengganggu kepribadian dimana anak cenderung bersikap keras kepala bahkan kikir (Gilbert, 2009). Bila orang tua santai dalam memberikan aturan dalam toilet training maka anak akan dapat mengalami kepribadian eksprensif dimana anak lebih tega cenderung ceroboh, emosional, seenaknya melakukan kegiatan sehari hari, tidak mandiri dan masih membawa kebiasaan mengompol hingga besar. Toilet training yang tidak diajarkan sejak dini akan membuat orang tua semakin sulit untuk mengajarkan pada anak ketika anak bertambah usianya (Hidayat, 2008).

Riset yang dilakukan di Amerika menunjukkan usia rata-rata anak menguasai latihan toilet training adalah usia 35 bulan bagi anak perempuan dan usia 39 bulan bagi anak laki-laki dan hampir 90% anak dapat mengendalikan

kandung kemihnya saat siang hari yaitu pada usia 3 tahun. Setengah juta anak di Inggris dan 5-7 juta anak di Amerika Serikat sering mengompol, hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan orang tua dalam membantu anak mengontrol kebiasaan buang air kecilnya (Gilbert, 2009). Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) nasional tahun 2010, di Indonesia jumlah balita mencapai 30 % dari 250 juta jiwa penduduk Indonesia, dan diperkirakan jumlah balita yang susah mengontrol BAB dan BAK (ngompol) di usia toddler sampai prasekolah mencapai 75 juta anak. Sedangkan menurut hasil studi pendahuluan terhadap 25 ibu didapatkan tujuh ibu sudah mengajarkan anaknya toilet training tetapi anak belum mampu melakukan dengan benar dan 18 ibu tidak mengajarkan anaknya karena menganggap anak mampu melakukannya seiring dengan bertambahnya usia anak

Orangtua memiliki peran yang besar dalam upaya keberhasilan toilet training anak. Dalam mengajarkan toilet training dibutuhkan metode atau cara yang tepat sehingga mudah dimengerti oleh anak salah satunya dengan penyuluhan tentang bagaimana cara melakukan toilet training yang benar. Keberhasilan penyuluhan tergantung kepada komponen pembelajaran. Media penyuluhan merupakan salah satu komponen dari proses pembelajaran yang akan mendukung komponen-komponen yang lain. Salah satu media yang efektif digunakan dalam penyuluhan adalah media audio visual.

Audio visual merupakan salah satu media yang menyajikan informasi atau pesan secara audio dan visual (Setiawati dan Dermawan, 2008). Audiovisual memberikan kontribusi yang sangat besar dalam perubahan perilaku masyarakat, terutama dalam aspek informasi dan persuasi. Media ini memberikan stimulus pada pendengaran dan penglihatan, sehingga hasil yang diperoleh lebih maksimal. Media audiovisual mempunyai

kelebihan antara lain bisa memberikan gambaran yang lebih nyata serta meningkatkan retensi memori karena lebih menarik dan mudah diingat (Sadiman, 2009). Pengetahuan atau tingkah laku model yang terdapat dalam media audiovisual akan merangsang peserta untuk meniru atau menghambat tingkah laku yang tidak sesuai dengan tingkah laku yang ada di media (Notoatmodjo, 2012).

Berdasarkan latar belakang diatas dan mengingat pentingnya toilet training pada anak maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai efektivitas penyuluhan dengan audio visual terhadap keberhasilan toilet training pada anak umur 2-3 tahun di Banjar Taman Palekan Batubulan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penyuluhan dengan audio visual terhadap keberhasilan toilet training pada anak umur 2-3 tahun di Banjar Taman Palekan Batubulan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis pre eksperimental dengan menggunakan rancangan one group pretest-posttest, yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas penyuluhan dengan audio visual terhadap keberhasilan toilet training pada anak umur 2-3 tahun. Populasi yang diteliti adalah seluruh anak umur 2-3 tahun di Banjar Taman Palekan. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara non probability sampling dengan tehnik total sampling, sehingga didapatkan sampel sebanyak 25 anak yang memenuhi kriteria inklusi. Kriterian inklusi penelitian ini yaitu anak umur 2-3 tahun yang orangtuanya bersedia mengikutsertakan anaknya dalam penelitian ini, yang sudah mampu berkomunikasi dan berbicara, dan yang sudah mampu duduk, berdiri, dan jongkok. Instrument yang digunakan sebagai pengumpul data dalam penelitian ini berupa lembar kuesioner yang sudah di uji validitas dan reliabilitasnya.

Hasil uji validitas didapatkan rentang t hitung yaitu 0,462–0,845 (nilai t hitung > t tabel(0,444)) dan hasil uji reliabilitas didapatkan hasil r hitung 0,881 > dari r tabel (0,60) sehingga semua item pernyataan valid dan reliabel. Setelah mendapatkan ijin untuk melakukan penelitian dari pihak terkait, peneliti mencari sampel penelitian dan menjelaskan Tujuan dari penelitian. Setelah menyatakan setuju mengikuti penelitian sampel diminta untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden penelitian. Peneliti melakukan pretest sehari sebelum pemberian intervensi dengan menggunakan kuesioner yang akan diisi oleh ibu sampel. Selanjutnya peneliti melakukan penyuluhan dengan pemutaran audio visual dengan durasi 15-30 menit, satu kali seminggu selama tiga minggu. Posttest dilakukan seminggu setelah pemberian intervensi ketiga.

Setelah data terkumpul maka dilakukan analisis dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test dengan tingkat kepercayaan 95% untuk menganalisis perbedaan keberhasilan toilet training sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan dengan audio visual dan menganalisis pengaruh variabel perancu umur, jenis kelamin, dan pendidikan ibu terhadap keberhasilan toilet training anak umur 2-3 tahun. Penelitian ini dilakukan di Banjar Taman Palekan Batubulan. Waktu penelitian dilaksanakan selama empat minggu yaitu pada tanggal 20 April sampai tanggal 18 Mei 2015.

HASIL PENELITIAN

Karakteristik responden penelitian diperlihatkan pada tabel 1. Mayoritas umur anak adalah rentang umur 2,5-3 tahun sebanyak 56%. Responden lebih banyak berjenis kelamin laki-laki (52%) dan distribusi pendidikan ibu responden mayoritas berpendidikan SMA (56%).

Tabel 1.

Gambaran Karakteristik Responden Penelitian (n=25)

Karakteristik

f

%

Umur

2 - ≤ 2,5

11

44

>2,5 – 3

14

56

Jenis Kelamin

Laki-laki

13

52

Perempuan

12

48

Pendidikan Ibu

SMP

4

16

SMA

14

56

PT

7

28

penyuluhan dengan audio visual. Kategori anak yang berhasil dalam melakukan toilet training meningkat dari 12% menjadi 48%.

Gambaran Keberhasilan Toilet Training Responden Penelitian

Tabel 2 menunjukkan distribusi keberhasilan toilet training anak umur 2-3 tahun sebelum dan sesudah diberikan

Tabel 2.

Gambaran Keberhasilan Toilet Training (n=25)

Kategori

f

%

Sebelum

Berhasil

3

12

Cukup berhasil

17

68

Tidak berhasil

5

20

Berhasil

12

48

sesudah

Cukup berhasil

11

44

Tidak berhasil

2

8

Hasil Analisis

Keberhasilan  Toilet

sesudah diberikan

penyuluhan dengan

Training

Tabel 3 digambarkan perbedaan yang signifikan terjadi pada keberhasilan toilet training anak umur 2-3 tahun sebelum dan

audio visual (p=0,001). Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan dengan audio visual efektif terhadap keberhasilan toilet training anak umur 2-3 tahun.

Tabel 3.

Hasil Analisis Keberhasilan Toilet Training Sebelum dan Sesudah diberikan Penyuluhan dengan Audio Visual (n=25)

Keberhasilan Toilet Training

Pretest-Posttest

Z

-3.436

p value

0,001

Analisis Pengaruh Variabel Perancu terhadap Keberhasilan Toilet Training

Tabel 4 menunjukkan analisis pengaruh variabel perancu terhadap keberhasilan toilet training anak umur 2-3 tahun, dimana hasil menunjukkan p value > 0,05 sehingga tidak ada pengaruh umur, jenis kelamin, dan pendidikan ibu terhadap keberhasilan toilet training anak umur 2-3 tahun.

Tabel 4.

Analisis Pengaruh Variabel Perancu (Umur, Jenis Kelamin, dan Pendidikan Ibu) terhadap Keberhasilan Toilet Training

Variabel

p value

Umur

0,175

Jenis Kelamin

0,205

Pendidikan Ibu

0,192

PEMBAHASAN

Responden dalam penelitian ini merupakan anak umur 2-3 tahun dimana mayoritas berumur lebih dari 2,5 tahun, jenis kelamin lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan dan pendidikan ibu responden mayoritas SMA. Menurut Rohman (2014), anak usia 2-3 tahun berada pada fase anal sehingga merupakan waktu yang tepat untuk mengajarkan toilet training kepada anak.

Keberhasilan toilet training anak dengan kategori berhasil mengalami peningkatan sebanyak 36% dari yang awalnya 12% menjadi 48%. Hal ini dikarenakan ibu dan anak sudah mendapat penyuluhan dengan audio visual tentang toilet training yang benar satu kali seminggu selama tiga minggu sesuai dengan teori behavior change, dimana untuk membentuk suatu kebiasaan diperlukan waktu yang konstan. Tujuh hari pertama adalah perkenalan atau introduction, dalam tahap ini anak mengenal bentuk kegiatan yaitu berlatih toilet training. Tujuh hari kedua adalah pengulangan atau exercise, masuk dalam tahap latihan dengan melakukan pengulangan berkali-kali sehingga anak menjadi lebih mudah untuk hafal. Tujuh hari ketiga lebih kearah penguatan atau stabilization, dimana anak sudah mulai menuju pemantapan sehingga perilaku toilet training yang benar terbentuk secara permanen menjadi suatu kebiasaan.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa penyuluhan dengan audio visual efektif terhadap keberhasilan toilet training anak umur 2-3 tahun (p=0,001). Keberhasilan toilet training pada anak tersebut dipengaruhi oleh informasi yang

diberikan kepada anak dan ibunya. Setelah diberikan penyuluhan dengan audio visual ibu lebih sadar untuk mengajarkan anaknya tentang toilet training sedini mungkin. Selain itu dukungan dan perhatian dari orang tua serta kemauan dari diri anak juga menjadi hal utama yang mendukung keberhasilan toilet training anak. Keberhasilan toilet training anak terbukti dari beberapa anak yang masih ketergantungan dengan diapers, setelah diberikan penyuluhan dengan audio visual sedikit demi sedikit sudah mampu mengurangi penggunaan diapers, anak yang awalnya masih sulit melakukan BAB atau BAK di pispot, juga sudah mampu melakukannya. Dalam penelitian Andriani (2013) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan dengan audio visual dapat meningkatkan perilaku anak dari cukup baik menjadi baik dalam melakukan cuci tangan pakai sabun.

Hasil analisis variabel perancu umur, jenis kelamin, dan pendidikan ibu terhadap keberhasilan toilet training anak umur 2-3 tahun didapatkan hasil tidak ada pengaruh terhadap keberhasilan toilet training. Menurut Nurul (2010), anak laki-laki lebih sulit diajarkan toilet training karena emosional anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan dan anak pada kelompok umur <24 bulan , 68% dapat menyelesaikan toilet training sebelum usia 3 tahun. Kusumaningrum (2011), menyatakan pendidikan ibu tidak berpengaruh terhadap perilaku toilet training anak toddler.

Keberhasilan suatu penyuluhan sangat didukung oleh pemilihan alat bantu atau media yang digunakan, salah satunya media audio visual. Media audio

visual memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan media lainnya, yaitu menstimulasi indera penglihatan dan    pendengaran,    meningkatkan

efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran, diantaranya adalah pesan yang disampaikan lebih cepat dan lebih mudah diingat, memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan penjelasan yang lebih realistik.

SIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penyuluhan dengan audio visual efektif terhadap keberhasilan toilet training pada anak umur 2-3 tahun di Banjar Taman Palekan Batubulan. Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti faktor-faktor lain yang kemungkinan mempengaruhi hasil penelitian, dan menciptakan     lingkungan     yang

mendukung,    serta    menggunakan

kelompok kontrol untuk mendapatkan data dan hasil penelitian yang lebih baik. Sedangkan untuk orang tua diharapkan dapat menjadikan penelitian ini sebagai salah satu pemikiran untuk menggunakan audio visual dalam usaha meningkatkan keberhasilan toilet training anak.

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, D. A. (2013). Pengaruh pendidikan kesehatan dengan audio visual terhadap perilaku cuci tangan pakai sabun anak prasekolah di paud Aisyiah Dalung. Skripsi tidak diterbitkan. Denpasar Fakultas Kedokteran Program Studi Keperawatan Universitas Udayana

Dermawan, A. C. dan Setiawati, S.

(2008). Proses pembelajaran dalam pendidikan kesehatan. Jakarta: Trans info media.

Gilbert, J. (2009). Potty training: Making the transition to dry days and nights. London: Octopus Publishing

Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika

Kusumaningrum, A. (2011). Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku orang tua dalam toilet training       toddler.       Skripsi

dipublikasikan.            Fakultas

Kedokteran Universitas Sriwijaya

Rohman, E. N. (2014). Pengaruh media gambar dan penguatan positif terhadap keberhasilan toileting anak autis  di sekolah   autis

Yogyakarta. Skripsi dipublikasikan. Yogyakarta:   Universitas   Gajah

Mada

Sadiman, A.S., Rahardjo, R., Haryono, A., dan Rahardjito. (2009). Media pendidikan             pengertian,

pengembangan,              dan

pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Soetjiningsih. (2014). Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC

Wong, D. L. (2008). Buku ajar keperawatan pediatrik edisi 6. Jakarta: EGC

Zuraidah. (2014). Hubungan pola asuh orang tua dan kesiapan psikologis anak dengan keberhasilan toilet training pada anak usia prasekolah di paud Ar-Risalah Kota Lubuk Linggau, (online), diakses dari http://poltekkespalembang.ac.id/use rfiles/files/jurnal_zuraidah_llg_baru _2.pdf, pada tanggal 25 Oktober 2011.

Volume 5, Nomor 2, Agustus 2017

126