COPING Ners Journal

ISSN: 2303-1298

PENGARUH PEER EDUCATION TERHADAP PERILAKU PERSONAL HYGIENE GENETALIA DALAM PENCEGAHAN KANKER SERVIKS PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 10 DENPASAR

1Ayu Ervyna, 2Putu Ayu Sani Utami, 3I Wayan Surasta

  • 1    Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 3 Dosen Poltekkes Denpasar

Abstract. Cervical cancer is a malignancy that occurs on the cervix, caused by the Human Pavilloma Virus (HPV) and it can arise due to personal hygiene of female genital organ poorly. The purpose of this study is to determine the influence of peer education againts the personal hygiene behavior of female genital organ in cervical cancer prevention. Type of research used is pre experimental approach with one group pre-post design. The sample consisted of 41 persons who were selected by systematic random sampling. The results of the analysis data used the Wilcoxon test and it was obtained the significant average difference with knowledge has a value of p = 0.000; α <0.05, attitude has a value of p = 0.000; α <0.05 and action has a value of p = 0.000; α <0.05, it means that peer education effects the change of personal hygiene behavior of the female genital organ in the prevention of cervical cancer in teenage girls. The health education through peer education againts the personal hygiene behavior of female genital organ can be able to simultaneously empower and make independent teenage girls in acquiring knowledge that will be shaping positive attitudes and behavior. It is expected that the school management plan of PKPR which is forming peer groups in every school in order to improve teen’s knowledge of reproductive health.

Keyword : Cervical Cancer Prevention, Peer Education, Personal Hygiene Behavior

PENDAHULUAN

Masa remaja adalah salah satu periode dari perkembangan manusia yang merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Survei Demografi Kesehatan Indonesia (2007), menunjukkan bahwa salah satu masalah yang menonjol dikalangan remaja yaitu permasalahan kesehatan reproduksi remaja (BKKBN, 2012).

Remaja perlu pendampingan agar tidak menerima informasi yang salah, yang dapat berdampak pada kesehatan seksual dan reproduksinya terutama infeksi organ reproduksi khususnya pada remaja perempuan karena lebih rentan terkena dibandingkan dengan pria (Rahayu, Aminoto, & Madkhan, 2011).

Menurut World Health Organization (WHO), prevalensi infeksi vagina dialami 25–50% wanita (Kissanti,

  • 2008). Salah satu komplikasi yang terjadi akibat infeksi vagina adalah kanker serviks.

Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan kedua setelah kanker payudara. (Aziz, Andrijono, & Saifuddin, 2006). Data dari Depkes RI menunjukan bahwa angka kejadian kanker di Indonesia muncul sekitar 200.000 kasus baru dan jenis terbesarnya adalah kanker serviks (Ginting, 2012). Angka kejadian kanker serviks menurut data Surveilans Terpadu Penyakit menyebutkan kasus kanker serviks pada tahun 2009 di Provinsi Bali yaitu 1372 orang (Dinkes Provinsi Bali, 2010). Sedangkan kasus kanker serviks di kota Denpasar pada tahun 2009 sebanyak 703 orang (Dinkes Kota Denpasar, 2010). Prevalensi kanker serviks di Provinsi Bali tahun 2010 juga mengalami peningkatan hingga mencapai 43/100.000 penduduk

dan di kota Denpasar mencapai 25/100.000 penduduk (Dewi, Sawitri, & Adiputra, 2012).

Kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human Paviloma Virus (HPV), selain itu juga dapat timbul karena personal hygiene (kebersihan diri) genetalia yang kurang baik (Rahmayanti, 2012).

Data Riset Kesehatan Dasar (2010) menyebutkan bahwa usia 10-14 tahun sebanyak 86,3% merupakan kategori kelompok umur yang paling banyak belum mendapatkan penyuluhan yang umumnya adalah anak usia sekolah menengah pertama. Kurangnya pengetahuan remaja putri dan informasi yang tepat tentang kesehatan organ reproduksi, dapat menimbulkan kurangnya tanggung jawab terhadap kesehatan organ reproduksinya.

Globalisasi informasi dapat membawa dampak yang besar sehingga mendorong remaja untuk mencari informasi mengenai kesehatan reproduksi yang dapat diperoleh remaja dari berbagai sumber diantaranya orang tua, sekolah dan media informasi, termasuk teman sebaya (Irawati, Nyorong, & Riskiyani, 2013).

Pendidikan oleh kelompok sebaya adalah suatu proses komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang dilakukan oleh dan untuk kalangan sebaya. Edukasi peer group merupakan upaya perubahan perilaku kesehatan melalui kelompok sebaya (Romlah, 2001). Hasil penelitian Aisah, Sahar, & Hastono (2010) membuktikan bahwa edukasi sebaya efektif dalam mempengaruhi perubahan perilaku yang meliputi pengetahuan, sikap, dan

ketrampilan dalam pencegahan anemia gizi besi.

Melihat latar belakang tersebut, maka peneliti ingin mengetahui pengaruh peer education terhadap perilaku personal hygiene genetalia dalam pencegahan kanker serviks pada remaja putri. Dengan pemberian informasi yang tepat dan jelas diharapkan     dapat     meningkatkan

pengetahuan dan kesadaran mereka akan pentingnya menjaga kebersihan organ reproduksi.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan PreExperimental Design dengan rancangan One Group Pre Test Post Test Design yang bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan dengan cara melibatkan satu kelompok subjek.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh remaja putri kelas 1 SMP Negeri 10 Denpasar berjumlah 273 orang. Peneliti mengambil sampel sejumlah 41 orang sesuai dengan kriteria inklusi yaitu siswi kelas 1 SMP, bersedia menjadi responden dan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Probability Sampling dengan teknik Sistematis Random Sampling.

Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner. Lembar kuisioner terdiri dari tiga item yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan tentang perilaku personal hygiene genetalia dalam

pencegahan kanker serviks pada remaja putri. Pelaksanaan peer education menggunakan modul tutor sebaya tentang perawatan kebersihan alat reproduksi wanita dalam pencegahan kanker serviks dan alat peraga yaitu manekin genetalia.

Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data

Sampel yang terpilih sesuai kriteria inklusi diberikan penjelasan tentang prosedur dan tujuan penelitian, serta menandatangani informed consent sebagai responden, kemudian sampel dibagi menjadi empat kelompok yang diberikan perlakuan peer education oleh empat fasilitator yang telah diberikan pendidikan kesehatan dan pelatihan edukasi sebaya.

Peer education dilaksanakan dua kali pertemuan selama dua hari berturut-turut yang dimotori oleh fasilitator. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner penilaian pre test dan post test terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan remaja putri.

Data dianalisa dengan univariat meliputi pengetahuan dengan skor baik: 76%-100%, cukup: 56%-75%, kurang: <56%; sikap dengan skor baik : >88 %, cukup : 67%-88%, kurang: <67%; tindakan dengan skor baik : >83%, cukup : 50%-83%, kurang : <50%.

Untuk menganalisis pengaruh peer education terhadap perilaku personal hygiene genetalia dalam pencegahan kanker serviks, maka digunakan uji beda statistik nonparametrik, yaitu uji wilcoxon.

HASIL PENELITIAN

Distribusi pengetahuan responden tentang perilaku personal hygiene genetalia dalam pencegahan kanker serviks sebelum diberikan peer education menunjukkan bahwa dari 41 orang terdapat 26,8% remaja putri memiliki pengetahuan baik, 41,5% pengetahuan cukup, dan 31,7% pengetahuan kurang. Setelah diberikan peer education terdapat 90,2% memiliki pengetahuan baik dan 9,8% pengetahuan cukup. Distribusi sikap responden sebelum diberikan peer education terdapat 17,1% memiliki sikap baik, 61% sikap cukup, dan 22% sikap kurang. Setelah diberikan peer education terdapat 68,3% memiliki sikap baik dan 31,7% sikap cukup. Distribusi tindakan responden sebelum diberikan peer education terdapat 9,8% memiliki tindakan baik, 73,2% tindakan cukup, dan 17,1% tindakan kurang. Setelah diberikan peer education, 75,6%      memiliki

tindakan baik dan 24,4% tindakan cukup.

Hasil uji statistik terhadap 3 domain perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) didapatkan nilai pengetahuan (p value = 0,000 < 0,05), sikap (p value = 0,000 < 0,05), dan tindakan (p value = 0,000 < 0,05), maka H0 ditolak. Hasil analisis ini berarti ada pengaruh peer education terhadap perilaku personal hygiene genetalia dalam pencegahan kanker serviks pada remaja putri di SMP Negeri 10 Denpasar.

PEMBAHASAN

  • a.    Pengetahuan tentang Personal Hygiene Genetalia dalam Pencegahan Kanker Serviks

Hasil penelitian sebelum diberikan peer education, diperoleh 41,5% responden memiliki pengetahuan

cukup berdasarkan jawaban responden yaitu 82,9% mengetahui pengertian kanker serviks adalah adanya sel-sel ganas pada leher rahim, namun sebagian responden belum mengetahui yang bukan gejala dari kanker serviks yakni 78% mengatakan gatal pada alat kelamin, 44% mengatakan sakit di perut. Pengetahuan tentang alat reproduksi wanita yaitu hanya 24,4% mengetahui labia dan 34,1% mengetahui clitoris. Pengetahuan tentang cara membersihkan alat kelamin yang baik dan benar yaitu 58,5% mengetahui dicuci/dibasuh dari arah depan ke belakang, namun 70,7% juga menjawab dicuci/ dibasuh dari arah belakang ke depan dimana merupakan cara membasuh yang salah dan 90,2% menjawab dicuci dengan larutan daun sirih, 68,3% dicuci dengan produk antiseptik.

Hasil penelitian setelah diberikan peer education, diperoleh 90,2% responden memiliki pengetahuan baik. Setelah memperoleh informasi, 97,6% responden     mengetahui     cara

membersihkan alat kelamin yang baik dan benar dengan dicuci/ dibasuh dari arah depan ke belakang. Informasi yang diperoleh akan mempengaruhi persepsi tentang perlunya memelihara kebersihan organ reproduksi, dan perilaku didasari pengetahuan akan bersifat langgeng (Sunaryo, 2004).

  • b.    Sikap tentang Personal Hygiene Genetalia dalam Pencegahan Kanker Serviks

Hasil penelitian sebelum diberikan peer education, diperoleh 61% responden memiliki sikap higiene cukup. Sebelum memperoleh informasi

  • 87,8% peduli terhadap kanker serviks, 36,6%              kadang-kadang

menyebarluaskan informasi tentang perilaku personal hygiene alat reproduksi yang baik. Setelah diberikan peer education diperoleh 68,3% memiliki sikap higiene baik, dimana 98,2% peduli terhadap kanker serviks, 56% mengatakan selalu menyebarluaskan informasi. Informasi yang didapatkan oleh seseorang diharapkan dapat menyebabkan perubahan sikap pada individu (Sunaryo, 2004).

  • c.    Tindakan tentang Personal Hygiene Genetalia dalam Pencegahan Kanker Serviks

Hasil penelitian sebelum diberikan intervensi peer education, diperoleh 73,2% responden memiliki tindakan higiene cukup yaitu membasuh alat kelamin dari arah belakang (anus) ke arah depan (vagina) sebanyak 75,6% responden, 56% menggunakan celana dalam yang terbuat dari bahan katun, dan 41 responden menggunakan handuk dan celana dalam sendiri yang tidak digunakan secara bersama.

Hasil penelitian setelah diberikan peer education, diperoleh 75,6% responden memiliki tindakan higiene baik, dimana 12,2% masih membasuh dari arah belakang ke arah depan. Peningkatan pengetahuan dan sikap dari pemberian edukasi sebaya diharapkan mempengaruhi tindakan seseorang, dimana perilaku yang muncul sebagai pengaruh dari kesadaran akan kerentanan terhadap suatu masalah (Notoatmodjo, 2007).

  • d.    Pengaruh Peer Education terhadap Perilaku Personal Hygiene Genetalia dalam Pencegahan Kanker Serviks

Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan      yang      signifikan

pengetahuan, sikap dan tindakan antara sebelum dan setelah diberikan metode peer education pada remaja putri. Penelitian ini dikuatkan oleh hasil penelitian Herniyatun, Astutiningrum dan Nurlaila, (2008), bahwa model intervensi dengan menggunakan peer group     untuk     meningkatkan

pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat untuk pencegahan kanker serviks merupakan model yang lebih efektif dan efisien yang perlu untuk dikembangkan.

Pengetahuan reproduksi pada remaja sangat efektif dalam mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pengetahuan teman sebayanya dan diharapkan     dapat     mengambil

keputusan yang sehat dan bertanggung jawab serta mampu melakukan kontrol. Sehingga hasil yang optimal diharapkan dengan strategi kelompok sebaya, baik dalam bentuk penyuluhan, sharing, dan diskusi serta adanya proses dinamis sebagai kelompok (Stanhope & Lancaster, 2004).

Edukasi sebaya terhadap perilaku personal hygiene genetalia dapat dijadikan masukan untuk perencanaan pengembangan PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja) yakni pelatihan pendidik sebaya, yang merupakan upaya nyata melibatkan remaja secara aktif dengan melatih remaja menjadi kader kesehatan remaja dan pendidik sebaya ini akan berperan sebagai agent of change bagi

teman sebayanya untuk berperilaku sehat.

KESIMPULAN

  • a.    Pengetahuan responden sebelum diberikan peer education menunjukkan 41,5% memiliki pengetahuan cukup, setelah diberikan peer education 90,2% memiliki pengetahuan baik.

  • b.    Sikap responden sebelum diberikan peer education 61% memiliki sikap cukup, setelah diberikan peer education 68,3% memiliki sikap baik.

  • c.    Tindakan responden sebelum diberikan peer education 73,2% memiliki tindakan cukup, setelah diberikan peer education 75,6% memiliki tindakan baik.

  • d.    Pengaruh peer education terhadap perilaku personal hygiene genetalia dalam pencegahan kanker serviks pada remaja putri menunjukkan  bahwa

pengetahuan (p value = 0,000 < 0,05), sikap (p value = 0,000 < 0,05) dan tindakan (p value = 0,000 < 0,05) yang berarti ada perbedaan signifikan pengetahuan, sikap dan tindakan antara sebelum dan setelah diberikan peer education.

SARAN

  • a.    Bagi sekolah

Pembentukan peer group di sekolah-sekolah serta melakukan penyuluhan kepada siswa-sisiwi di tahun ajaran baru dimana yang bergerak adalah peer group untuk dapat meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja khususnya pada siswi SMP.

  • b.    Bagi tenaga kesehatan

Petugas puskesmas agar mengaktifkan peer education pada siswa-siswi, tidak

hanya tentang personal hygiene genetalia dalam pencegahan kanker serviks tetapi masalah kesehatan lainnnya seperti HIV.

  • c.    Bagi remaja putri

Menerapkan peer education dalam kegiatan sehari-hari untuk berbagi pengetahuan dengan teman sebayanya dan menerapkan perilaku personal hygiene genetalia yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Aisah, S., Sahar, J., Hastono, S.P. (2010). Pengaruh Edukasi Kelompok Sebaya Terhadap Perubahan Perilaku Pencegahan Anemia Gizi Besi Pada Wanita Usia Subur. Semarang: UNIMUS.

Aziz, M.F., Andrijono, Saifuddin. (2006). Buku Acuan Nasional  Onkologi

Ginekologi. Edisi kedua. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka  Sarwono

Prawirohardjo.

Badan Kependudukan Dan  Keluarga

Berencana Nasional Direktorat Bina Ketahanan Remaja. (2012). Pedoman Pengelolaan Pusat Informasi Dan Konseling Remaja Dan Mahasiswa (Pik Remaja/Mahasiswa). Jakarta: BKKBN.

Dewi, Sawitri dan Adiputra. (2012). Paparan Asap Rokok Dan Higiene Diri Merupakan Faktor Risiko Lesi Prakanker Leher Rahim Di Kota Denpasar Tahun 2012. Public Health and Preventive Medicine Archive. Laporan Hasil Penelitian.

Dinas Kesehatan Kota Denpasar. (2010). Laporan    Tahunan    Program

Kesehatan Keluarga Bidang Bina Kesehatan Masyarakat. Denpasar: Dinas Kesehatan Kota Denpasar.

Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2010). Data Surveilans Terpadu Penyakit

Tidak Menular. Denpasar: Dinas Kesehatan Provinsi Bali.

Ginting, H. (2012). Hubungan antara dukungan sosial dengan optimisme pada     penderita kanker serviks.

Karya Tulis Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Harahap dan Andayani. (2004). Pengaruh Peer     Education      Terhadap

Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Dalam Menanggulangi HIV/AIDS Di Universitas Sumatera     Utara.

Sumatera Utara: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Herniyatun, Astutiningrum, dan Nurlaila. (2008). Efektivitas Edukasi Peer Group    Terhadap Perubahan

Pengetahuan,      Sikap      Dan

Ketrampilan Dalam Pencegahan Kanker Servik Di Kabupaten Kebumen. Gombong:    Jurusan

Keperawatan Stikes Muhammadiyah.

Irawati, Nyorong, M., Riskiyani, S. (2013). Studi Akses Terhadap Media Kesehatan    Reproduksi    Pada

Kalangan Remaja Di Sma Negeri 9 Bulukumba Kabupaten Bulukumba. Bulukumba:     PKIP     Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Kissanti, A. (2008). Kesehatan & Kecantikan. Jakarta: Araska Printika.

Rahayu, Aminoto, Madkhan. (2011). Efektivitas Penyuluhan Peer Group Dengan Penyuluhan Oleh Petugas Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Menarche. Jurnal      Ilmiah      Kesehatan

Keperawatan. Volume 7. Gombong: STIKES Muhammadiyah.

Rahmayanti, N. (2012). Gambaran Perilaku Perawatan Kebersihan Alat Reproduksi Dalam Pencegahan Kanker Serviks Pada Siswi SMAN 9 Kebon Pala. Jakarta: FKM UI.

Romlah, T. (2001). Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: UN

Stanhope, M., & Lancaster, J. (2004).

Community and public health nursing (6thed.). St. Louis: Mosby, Inc.

Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk

Keperawatan. Jakarta: EGC.

Vol. 3, No. 2, Edisi Mei-Agustus 2015

67