HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN POLA ASUH ORANG TUA ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SEKOLAH LUAR BIASA C NEGERI DENPASAR

Lindaswari Novi, I Gusti Agung., Ni Luh Putu Yunianti Sutari C.,S.Kep.,Ns.,M.Pd. (1)., Ns. Dian Adriana, S.Kep. (2)

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Abstract. Mild mental retardation children have intellectual functioning under normal (IQ 70-75 or less), inability to socialize in, communication, take care of yourself, and have a dependency that makes parents faced obstacles and problems, in this case it is important to be discussed especially mechanisms of coping with parenting and parents of children with mild mental retardation. The purpose of this research is to know the mechanisms of coping with parenting parents of children with mild mental retardation at The School for Disabled Students C Negeri Denpasar. The research was carried out on the 5 to 16 May 2014 to parents of children with mild mental retardation at The School for Disabled Students C Negeri Denpasar. This type of research is the analysis of observational (non ekspperimental) with the approach being used is cross sectional. Large samples that used as many as 80 people with non probability sampling technique used was purposive sampling. As for the result of the study of analysis using test correlation spearman rank obtained the value of significance p value amounting to 0,032 smaller than α = 0,05 ( p <0.05 ). So the H0 is rejected and the value of the correlation coefficient (r) of there relationship meaning 0,240 a weak positive relationship and direction can be summed up sbetter mechanisms for coping with elderly parents in this case have the Adaptive coping mechanisms and also the better parenting parents with democratic parenting. Based on the results of this research in the field of nursing is expected to provide insight into the mechanism of coping and parenting especially in the elderly with mental retardation, so it can be used in providing nursing care in the elderly with mental retardation children and it can be as a reference in developing learning curricula.

Keywords : Mild Mental Retardation, Coping Mechanism, Parenting Parents

PENDAHULUAN

Retardasi mental ringan adalah individu yang setara dengan kelompok retardasi yang dapat dididik dan dilatih. Pada usia prasekolah (0-5 tahun) mereka dapat mengembangkan kecakapan sosial dan komunikatif, mempunyai sedikit hendaya dalam bidang sensorimotor dan sering tidak dapat dibedakan dari anak yang tanpa retardasi mental, sampai pada usia yang lebih lanjut. Pada anak usia remaja, mereka dapat memperoleh kecakapan akademik sampai setara kira-kira tingkat enam (kelas 6 SD). Sewaktu

masa dewasa, mereka biasanya dapat menguasai kecakapan sosial dan vokasional, bimbingan dan pertolongan, terutama bila mengalami tekanan sosial atau tekanan ekonomi (Lumbantobing, 2001). Menurut WHO, di Amerika 3% dari penduduknya mengalami keterbelakangan mental, di Belanda 2,6%, di Inggris 1-8%, dan di Asia ± 3%. Diperkirakan di Indonesia 1-3% dari jumlah penduduk Indonesia menderita retardasi mental, yang berarti dari 1000 penduduk diperkirakan 30 penduduk menderita retardasi mental dengan kriteria

retardasi mental ringan 80%, retardasi mental sedang 12%, dan retardasi mental berat 1% (Soetjiningsih, 1999). Menurut Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga Provinsi Bali tahun 2012/2013, prevalensi anak retardasi mental di Provinsi Bali sebanyak 264 siswa ditingkat Sekolah Dasar (SD), 354 siswa ditingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan ditingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 62 siswa yang tersebar diseluruh daerah Bali.

Tanggapan negatif masyarakat tentang anak retardasi mental menimbulkan berbagai reaksi pada orang tua mereka , seperti ada orang tua yang mengucilkan anaknya atau tidak mau mengakui anak yang mengalami retardasi mental. Disisi lain, ada pula orang tua yang berusaha memberikan perhatian lebih dan memberikan yang terbaik kepada anaknya dengan mencari bantuan pada ahli yang dapat menangani anak retardasi mental. Oleh sebab itu, orang tua perlu mekanisme koping dalam mengasuh anak retardasi mental yang berbeda dengan anak lainnya. Mekanisme koping adalah cara penyesuaian diri yang digunakan seeorang untuk menghadapi perubahan yang diterima. Selain itu, diperlukan pola asuh orang tua yang berbeda dengan anak normal lainnya terhadap anak retardasi mental. Sikap yang penuh cinta kasih dan penerimaan terhadap apapun keadaan anak merupakan hal yang dibutuhkan oleh anak permasalahan ini yang menarik peneliti untuk diteliti lebih dalam.

Hasil penelitian Suri dan Daulay (2012), menunjukkan mekanisme koping pada orang tua yang memiliki anak Down Syndrome di SDLB Negeri 107708 Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang, menyimpulkan bahwa koping yang digunakan oleh orang tua yang memiliki

anak Down Syndrome mayoritas menggunakan koping adaptif. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mekanisme koping adaptif (positif) memang sangat diperlukan oleh orang tua dalam mendidik anaknya. Penelitian lainnya oleh Suriyani (2012), mengenai hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat prestasi akademik anak retardasi mental ringan di Sekolah Luar Biasa C (SLB-C) Sumber Dharma Malang, menyimpulkan bahwa pola asuh otoriter dan permisif lebih berpengaruh positif dibandingkan dengan pola asuh demokratis terhadap tingkat prestasi akademik. Namun pola asuh yang digunakan masih dalam batas-batas yang masih ditolerin oleh anak dan tidak mengakibatkan efek negatif bagi prestasi belajar anak, atau dapat diartikan bahwa pola asuh otoriter yang diterapkan pada anak retardasi mental dapat diterima anak secara wajar dalam tataran menekankan aspek pendidikan dan peningkatan kedisiplinan belajar.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada beberapa orang tua dari anak retardasi mental ringan di Sekolah Luar Biasa C Negeri Denpasar menunjukkan mekanisme koping orang tua pada awalnya merasa sedih, malu, marah dengan keadaan, dan tidak menyangka bahwa anak mereka mengalami gangguan mental. Namun setelah beberapa waktu, para orang tua mulai bisa menerima dan mencoba memberikan perhatian terbaik untuk anaknya. Hal itu bisa ditunjukkan dari perhatian orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah berkebutuhan khusus. Dari hasil ini peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang hubungan mekanisme koping dengan pola asuh orang tua anak retardasi mental ringan di Sekolah Luar Biasa C Negeri Denpasar.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian Analisis Observasional dengan rancangan non eksperimental dengan menggunakan pendekatan cross sectional.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua (ayah atau ibu) yang memiliki anak penyandang retardasi mental ringan yang berjumlah 102 orang. Peneliti menggunakan sampel sebanyak 80 yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara non probability sampling dengan teknik purposive sampling. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara menggunakan kuesioner pada masing-masing variabel, yaitu variabel mekanisme koping dan pola asuh orang tua. Dengan mengggunakan skala Likert, serta lembar identitas untuk mengetahui faktor-faktor demografi. Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data

Sebelum dilakukan proses pengumpulan data, peneliti melakukan pendekatan dengan responden dan memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Setelah responden bersedia diteliti, responden diberikan lembar persetujuan menjadi responden untuk ditandatangani. Hal-hal yang harus dijelaskan dalam informed consent adalah tentang manfaat penelitian, kemungkinan resiko, manfaat yang akan didapatkan responden, persetujuan bahwa peneliti mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh responden, persetujuan bahwa subyek dapat mengundurkan diri kapan saja, dan jaminan anonimitas dan kerahasiaan.

Setelah informed consent dilakukan, selanjutnya akan diberikan lembar identitas untuk mengetahui demografi orang tua dengan didampingi asisten penelitian. Pada saat pengisian kuesioner, asisten penelitian bertugas untuk menjelaskan segala sesuatu yang kurang dimengerti oleh responden terkait teknis pengisian. Peneliti mengumpulkan data yang telah didapat. Hasil pengumpulan data telah direkapitulasi dan dicatatan pada sebuah lembar rekapitulasi yang disediakan peneliti untuk selanjutnya diolah.

Setelah data terkumpul maka data dideskripsikan dan diberikan skor untuk jawaban favorable skor yang diberikan adalah skor 4 untuk jawaban Sangat Sering (SS), skor 3 untuk jawaban Sering (S), skor 2 untuk jawaban Kadang-kadang (K), dan skor 1 untuk jawaban Tidak Pernah (TP). Pada pertanyaan unfavorable skor yang diberikan adalah skor 4 untuk jawaban Tidak Pernah (TP), skor 3 untuk jawaban Kadang-kadang (K), skor 2 untuk jawaban Sering (S), dan skor 1 untuk jawaban Sangat Sering (SS). Data yang telah diperoleh kemudian ditabulasi ke dalam matrik pengumpulan data yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti dan kemudian dilakukan analisis.

Data diberikan skor sesuai kriteria yang telah ditentukan dan dikoding setelah data terkumpul. Data ditabulasi dan dibuat distribusi frekuensi serta diinterpretasikan setelah pengkodingan. Analisa bivariat untuk menganalisis hubungan mekanisme koping dengan pola asuh orang tua anak retardasi mental ringan di Sekolah Luar Biasa C Negeri Denpasar menggunakan uji analisis data uji non-parametrik yaitu Spearman Rank program SPSS for windows dengan tingkat kepercayaan 95% (p ≤ 0,05).

HASIL PENELITIAN

Hasil data mekanisme koping orang tua anak retardasi mental ringan di Sekolah Luar Biasa C Negeri Denpasar, dari 80 responden mayoritas orang tua yang memiliki mekanisme koping adaptif yaitu sebanyak 79 responden (98,75%), dan orang tua yang memiliki mekanisme koping maladaptif yaitu sebanyak 1 responden (1,25%). Sedangkan pola asuh orang tua diperoleh data mayoritas orang tua menggunakan pola asuh demokratis 66 responden (82,5%), pola asuh otoriter 13 responden (16,2%), dan pola asuh permisif 1 responden (1,2%).

Berdasarkan hasil uji statistik hubungan mekanisme koping dengan pola asuh orang tua anak retardasi mental ringan menggunakan uji korelasi Spearman Rank dengan tingkat kepercayaan 95% p value ≤ 0,05 diperoleh nilai signifikansi p value sebesar 0,032 lebih kecil dari α = 0,05 (p<0,05). Sehingga, hasil yang diperoleh pada penelitian ini bahwa H0 ditolak atau ada hubungan antara mekanisme koping dengan pola asuh orang tua anak retardasi mental ringan di Sekolah Luar Biasa C Negeri Denpasar. Selain nilai signifikansi analisa Spearman Rank diperoleh juga nilai correlation coefficient (r). Pada penelitian ini diperoleh nilai correlation coefficient (r) sebesar 0,240 yang artinya terdapat hubungan yang lemah dan arah hubungan positif.

PEMBAHASAN

Mekanisme Koping Orang Tua Anak Retardasi Mental Ringan

Berdasarkan hasil pengumpulan data mekanisme koping orang tua anak retardasi mental ringan di Sekolah Luar Biasa C Negeri Denpasar, responden

mayoritas orang tua yang memiliki mekanisme koping adaptif sebanyak 79 responden (98,75%). Pada penelitian ini mekanisme koping adaptif menunjukkan bahwa orang tua mampu menerima keadaan anaknya, tidak mengalami stress berkepanjangan, dan berusaha mencari dukungan sosial guna mengatasi masalah yang dihadapinya salah satunya dengan mampu memberikan pendidikan khusus kepada anak yang mengalami retardasi mental melalui pendidikan di sekolah berkebutuhan khusus anak dengan retardasi mental ini dapat bersosialisasi dengan lingkungan, dan mampu membina hubungan yang positif dengan masyarakat. Sejalan dengan hasil penelitian ini, menurut penelitian Suri dan Daulay tahun 2012 tentang mekanisme koping pada orang tua yang memiliki anak down syndrome di SDLB Negeri 107708 Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang, memperoleh hasil penelitian bahwa koping yang digunakan orang tua dari total 63 responden didapatkan hasil 62 orang (98,4%) menggunakan koping adaptif, dan 1 orang (1,6%) menggunakan koping maladaptif. Menurut Sadock & Virginia (2007) penerimaan orang tua merupakan suatu respon koping dimana individu menerima kenyataan dari suatu situasi yang menekan sebagai suatu usaha keadaan menghadapi situasi tersebut. Penerimaan terjadi dalam keadaan dimana masalah merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari dan bukan hal yang dapat diubah.

Pola Asuh Orang Tua Anak Retardasi Mental Ringan

Berdasarkan pengolahan data dari 80 responden menunjukkan bahwa pola asuh orang tua anak retardasi mental ringan di Sekolah Luar Biasa C Negeri Denpasar, mayoritas orang tua menggunakan pola

asuh demokratis sebanyak 66 responden (82,5%). Pola asuh yang diterapkan orang tua mempunyai peran penting dalam perkembangan anak retardasi mental. Melalui pola asuh yang baik, orang tua dapat memberikan pengasuhan, bimbingan, pemenuhan kebutuhan serta kasih sayang kepada anak. Penerapan pola asuh yang baik juga akan mendukung dalam pemenuhan kebutuhan perawatan kesehatan dan kebersihan diri, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan. Sesuai dengan pendapat pola asuh orang tua dapat mendukung dan mengembangkan potensi anak seoptimal mungkin. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari Ramawati pada tahun 2011 tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan perawatan diri anak tuna grahita di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah, memaparkan mayoritas orang tua dalam penelitian ini menerapkan pola asuh demokratis terhadap anak tuna grahita dan sebagian besar anak tuna grahita yang memperlihatkan kemampuan perawatan diri yang tinggi mempunyai orang tua dengan pola asuh demokratis, walaupun sangat kecil pengaruhnya dalam merubah kemampuan perawatan diri anak tuna grahita. Pola asuh demokratis mempunyai ciri-ciri yaitu memberi kesempatan kepada anak-anaknya untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internanya, diakui keberadaannya dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan didalam keluarga (Hurlock, 2000).

Analisis Hubungan Mekanisme Koping Dengan Pola Asuh Orang Tua Anak Retardasi Mental Ringan

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji korelasi Spearman rank diperoleh nilai signifikansi

p value sebesar 0,032 lebih kecil dari α = 0,05 (p<0,05). Sehingga, hasil yang diperoleh pada penelitian ini bahwa H0 ditolak atau ada hubungan antara mekanisme koping dengan pola asuh orang tua anak retardasi mental ringan di Sekolah Luar Biasa C Negeri Denpasar. Selain nilai signifikansi analisa Spearman Rank diperoleh juga nilai correlation coefficient (r). Pada penelitian ini diperoleh nilai correlation coefficient (r) sebesar 0,240 yang artinya terdapat hubungan yang lemah dan arah hubungan postif dapat disimpulkan semakin baik mekanisme koping orang tua dalam hal ini orang tua memiliki mekanisme koping adaptif maka semakin baik pula pola asuh orang tua yaitu pola asuh demokratis.

Nilai correlation coefficient (r) termasuk kedalam kategori lemah karena masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi pola asuh orang tua selain mekanisme koping itu sendiri seperti dukungan sosial, lingkungan, faktor psikologis, perilaku anak dan lain sebagainya. Faktor psikologis pada orang tua sebagai contoh dari faktor yang mempengaruhi antara mekanisme koping dan pola asuh orang tua. Menurut penelitian Harris dan McHale (dalam Lam & Mackenzie, 2002) mengatakan bahwa secara psikologis, orang tua khususnya kehilangan harapan akan anak yang “normal” menerima kenyataan kesempurnaan dari anaknya mengintegrasikan anak ke dalam keluarga merupakan tanggung jawab ibu yang kekal dalam proses pembesaran anak yang berbeda dari orang lain. Ketidak pastian jangka panjang dari kelangsungan hidup anak, kesehatan dan pertumbuhan anak di masa depan adalah faktor stress secara psikologis. Menurut Hasting (dalam Gunarsa, 2006), kemampuan adaptif

keluarga juga dipengaruhi oleh perilaku anak dalam hal ini retardasi mental. Menurut Lam et al (dalam Gunarsa, 2006), perilaku anak akan mempengaruhi sikap orang tua dalam mengasuh anak-anak. Menurut penelitian Siagian (2010) tentang hubungan intelegensi dengan kematangan sosial pada anak retardasi mental di SLB/C Surakarta, memaparkan lingkungan yang mempengaruhi pengasuhan pada anak retardasi mental ringan ini, seperti keluarga. Faktor keluarga, misalnya keadaan sosial ekonomi, keutuhan keluarga, dan karakter orang tua. Keluarga yang harmonis dan kebutuhan ekonomi yang mencukupi dapat penunjang pengasuhan yang akan diberikan orang tua. Sedangkan karakter orang tua akan menentukan sikap dan cara pengasuhan anak.

KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Karakteristik orang tua pada penelitian ini menunjukkan data bahwa mayoritas orang tua berjenis kelamin perempuan (51,2 %), berusia 40-60 tahun (67,5%), memiliki jumlah anak 3 (42,5%), dengan pendidikan terakhir SMA/SMK (50%), bekerja sebagai pegawai swasta (40%), dan penghasilan tertinggi < 1 juta/bulan (46,2%). Mekanisme koping orang tua anak retardasi mental ringan sebagian besar mempunyai mekanisme koping adaptif 79 responden (98,75%), dan mekanisme koping maladaptif 1 responden (1,25%). Pola asuh orang tua anak retardasi mental ringan mayoritas menggunakan pola asuh demokratis 66 responden (82,5%), pola asuh otoriter 13 responden (16,2%), dan pola asuh permisif 1 responden (1,2%). Hasil analisis menggunakan uji korelasi Spearman rank diperoleh nilai signifikansi p value sebesar

0,032 lebih kecil dari α = 0,05 (p < 0,05). Jika p value < 0,05 maka H0 ditolak dan jika p < 0,05 maka terdapat hubungan mekanisme koping dengan pola asuh orang tua anak retardasi mental ringan anak retardasi mental ringan di Sekolah Luar Biasa C Negeri Denpasar. Pada penelitian ini diperoleh juga nilai correlation coefficient (r) sebesar 0,240 yang artinya terdapat hubungan yang lemah dan arah hubungan postif dapat disimpulkan semakin baik mekanisme koping orang tua dalam hal ini orang tua memiliki mekanisme koping adaptif maka semakin baik pula pola asuh orang tua yaitu pola asuh demokratis.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dengan menggunakan analisis uji korelasi Spearman Rank menunjukkan keterkaitan hubungan antara mekanisme koping dengan pola asuh orang tua anak retardasi mental ringan, maka penulis menyaran kepada beberapa pihak yang terkait dengan penelitian ini, yaitu pertama kepada pihak sekolah sebaiknya lebih meningkatkan peran orang tua dalam kegiatan proses belajar mengajar dengan memberikan fasilitas konseling (bimbingan karier) bagi orang tua tentang perkembangan anak dalam proses belajar dan membantu kesulitan orang tua dalam membimbing dan mengasuh anak selama proses tumbuh kembang. Kedua bagi pelayanan pendidikan dan kesehatan, bagi pemerintah melalui instansi pendidikan hendaknya lebih mensisosialisasikan kebijakan pemerintah agar memberikan informasi atau penyuluhan kepada orang tua yang memiliki anak retardasi mental untuk memberikan kesempatan anaknya bersekolah di Sekolah Luar Biasa terdekat. Dan bagi pemerintah melalui instansi kesehatan hendaknya dapat memberikan

fasilitas pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau kepada keluarga dengan anak retardasi mental. Diperlukan akses layanan kesehatan jiwa anak dan keluarga ditingkat masyarakat, misalnya adanya program kesehatan jiwa masyarakat di Puskesmas, layanan KIA (kesehatan ibu dan anak), layanan konsultasi dan advokasi keluarga, pendampingan keluarga dengan anak retardasi mental yang mengalami masalah psikososial. Ketiga bagi para orang tua diharapkan dapat memberikan perhatian khusus bagi anak retardasi mental ringan ini untuk kemajuan hidupnya karena mereka mempunyai hak yang sama seperti anak normal lainnya. Keempat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang mekanisme koping dan pola asuh khususnya pada orang tua dengan anak retardasi mental, sehingga dapat digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan pada orang tua dengan anak retardasi mental. Dan kelima bagi peneliti keperawatan diharapkan untuk lebih memperluas ruang lingkup dan agar memperhatikan variabel-variabel lain yang berhubungan mekanisme koping selain pola asuh orang tua.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga.

(2013). Data Pendidikan kecacatan (SDLB/SMPLB) Tahun 200132014. Bali Dinas Pendidikan Provinsi.

Gunarsah, S.(2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : Penerbit Gunung Mulia.

Hurlock, E.B.(1992). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (terjemahan : Istiwidayati). Jakarta : Erlangga.

Lam, W.L., & Mackenzie, E.A. (2002). Coping With a Child down Syndrome : The Experience of Mothers in Hong Kong. Qualitative Health Research, 2 Februari, Vol 12, No. 2, 223-237

Lumbantobing, M.S.(2001). Anak dengan Mental Terbelakang. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Sadock & Virginia. (2007). Kaplan & Sadock’s “synopsis of psychitry behavioral. Philadelphia: Wolters Kluwer.

Ramawati, D. (2011). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kemampuan Perawatan Diri Anak Tuna Grahita di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. (Skripsi Diterbitkan). Depok Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Soetjoningsih.(1999). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.

Suri, W.D.(2012). Mekanisme Koping Pada Orang Tua Yang Meiliki Anak Down Syndrome Di SDLB Negeri 107708 Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. (online). (http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jk h/article/view/57/0, diakses 28 Maret 2013).

Suriyani, S.(2012). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Prestasi Akademik Anak Retardasi Mental Ringan Di Sekolah Luar Biasa C (SLB-C) Sumber Dharma Malang.   (Skripsi   diterbitkan).

Malang   Fakultas   Kedokteran

Universitas Brawijaya.