Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry)

Volume 2, Nomor 2, Oktober 2014


PEMANFAATAN POLIPLEKS KHITOSAN-pDNA DALAM TRANSFORMASI SEL Escherechia coli

I Putu Mahendra1, I Nengah Wirajana1,2*, James Sibarani1,2

  • 1    Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Udayana, Jimbaran, Badung, Bali, Indonesia

  • 2    Program Magister Kimia Terapan Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar, Bali Indonesia * wirajana@yahoo.com

ABSTRAK: Penelitian berkaitan dengan pemanfaatan khitosan sebagai pelindung DNA plasmid (pDNA) dalam proses transformasi sel pada sel inang Escherechia coli telah dilakukan yang bertujuan untuk memperoleh polipleks yang stabil dan untuk mengetahui dapat atau tidaknya diperoleh sel transforman dengan menggunakan polipleks. Penelitian ini diawali dengan melakukan isolasi khitosan dari limbah kulit udang yang memberikan derajat deasetilasi 83,30%. Selanjutnya dilakukan isolasi DNA plasmid dengan menggunakan kit dari Qiagen yang memberikan konsentrasi DNA plasmid 37,8 μg/mL. Polipleks yang disintesis dari khitosan-DNA plasmid memberikan nilai potensial Zeta 9,63 mV. Penerapan polipleks dalam proses transformasi sel menunjukkan hasil positif, yang mana sel E. coli yang telah disisipkan material polipleks dan dibiakkan pada media ampisilin dapat tetap bertahan hidup, hal ini menunjukkan bahwa proses transformasi dengan polipleks khitosan-DNA plasmid telah berhasil dilakukan.

Kata kunci: Khitosan, DNA Plasmid, Polipleks, Transformasi Sel

ABSTRACT: The research about the application of chitosan as the carrier and protecting agent for the plasmid DNA (pDNA) in the cells transformation process on Escherechia coli had been carried out, the aim of this research was to obtain stabile and nanosize polyplex from chitosan and plasmid DNA and to get the information if the cells transformation process could be done using the polyplex. The chitosan was isolated from shrimp's shelled deacetylation degree of 83,3%. The concentration of plasmid DNA was 36,75 ug/mL isolated using a Qiagen kit. The chitosan-plasmid DNA polyplex had the Zeta potential of 9,63 mV. Further, the application of the polyplex on the transformation process of E. coli cells showed a positive result where E. coli cells that had been inserted with the polyplex were bred in amphicillin media still survived. This fact showed that the cells transformation process using the polyplex was successfully performed.

Keywords: Chitosan, Plasmid DNA, Polyplex, Cell Transformation

  • 1.    PENDAHULUAN

Nanopartikel khitosan mampu bertindak sebagai carrier makromolekul DNA dalam gene therapy [1]. Lai et al. [2] memaparkan bahwa khitosan memiliki kompatibilitas tinggi dengan DNA untuk membentuk

kompleks polimer bermuatan positif yang dikenal sebagai kation polipleks. Dalam penghantaran obat, khususnya terapi gen dan transfeksi gen, pemanfaatan konjugasi DNA plasmid dengan suatu material untuk

memperoleh polipleks telah banyak dilakukan [3]. Borchard [4] dan Tan et al. [5] menyatakan khitosan berperan sebagai pelindung makromolekul DNA terhadap degradasi enzim DNase I yang diamati secara in vitro.

Pemanfaatan polipleks khitosan-DNA dimungkinkan dalam proses rekayasa genetika, utamanya pada salah satu tahapan penting dalam proses tersebut yakni proses transformasi sel inang Echerechia coli. Transformasi sel ialah proses pemindahan material genetika, umumnya berupa makromolekul DNA, yang dapat masuk ke dalam sel inang dan menyebabkan perubahan genetika dan fenotip dari sel inang tersebut [6].

Kemampuan yang dimiliki oleh polipleks khitosan dalam melintasi membran sel dan sebagai pelindung DNA, khususnya DNA plasmid (pDNA) belum pernah dimanfaatkan dalam proses transformasi sel inang pada teknologi DNA rekombinan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyiapkan polipleks khitosan-pDNA yang digunakan dalam transformasi sel inang E. coli.

  • 2.    PERCOBAAN

    • 2.1    Bahan dan Peralatan

Bahan-bahan yang digunakan, antara lain HCl (Merck), NaOH (Merck), etanol (Merk), aseton (Merk), CH3COOH (Merck), H2SO4 98% (Merck), KI (Merk), I2 (Merk), Na2SO4 (Merck), buffer TE pH 8, buffer TAE 1x dan Na2EDTA 1mM pH 8, loading buffer 6x [sukrosa 40%(b/v), bromophenol blue 0,25%(b/v)], EtBr, kit Qiagen (QIAprep Miniprep), media LB/LB-ampisilin, sel inang E. coli dan sel rekombinan yang mengandung DNA plasmid pYES2.

Peralatan yang dignakan adalah: pipet ukur 10 mL, gelas piala (Beaker glass), gelas ukur, Erlenmeyer, labu ukur, kuvet, batang pengaduk, botol semprot, bola hisap, hot plate, spatula, mikro pipet (Eppendorf), tip

mikro putih (10 μL), tip kuning (200 μL), dan tip biru (1000 μL), tabung mikro 1,5 mL (Eppendorf), spektrofotometer UV-Vis Mini-1240 Single Beam (Shimadzu), seperangkat alat elektroforesis horizontal (Mupid 2 Plus), neraca analitik, termometer, autoklaf, magnetic stirer, vorteks, Centrifuge Hettich EBA III, High Speed Refrigeratored Micro Centrifuge TOMY MX-301, dan UV Transiluminator Bioinstrument.

  • 2.2    Metode

    Isolasi Khitosan

Khitosan diisolasi dari tepung kulit udang menggunakan metode dari [7] termodifikasi. Derajat deasetilasi khitosan ditentukan dengan menggunakan data absorbansi yang diperoleh dari spektra FTIR, dengan persamaan:

DD =


^ 15 88    1

■^3410 Ij 3 Ξ


X 100%


dengan:

A1588  =    absorbansi

gelombang 1588 cm-1.

A3410  =    absorbansi

gelombang 3410 cm-1.

pada   bilangan

pada   bilangan


Isolasi DNA Plasmid

Isolasi DNA plasmid skala kecil dari E. coli dilakukan sesuai petunjuk dalam buku manual dari kit Qiagen (QIAprep Miniprep). Konsentrasi isolat DNA plasmid ditentukan dengan spektrofotometer UV pada 260 nm dan 280 nm serta secara kualitatif DNA plasmid dikonfirmasi dengan elektroforesis gel agarosa.

Pembentukan Polipleks

Sintesis polipleks khitosan-DNA plasmid dilakukan dengan menggunakan metode koaservasi sesuai dengan metode Chew et al. [8] dan Gao et al. [9]. Sebanyak 3 mL larutan Na2SO4 25 mM yang mengandung 6 μg DNA plasmid dicampurkan dengan larutan khitosan 0,2% (b/v) dalam asam asetat 1% dengan rasio 1:1. pada temperatur 55oC serta divorteks dengan kecepatan maksimum selama 45 detik. Campuran yang diperoleh ditempatkan pada temperatur ruangan selama 30 menit untuk stabilisasi.

Selanjutnya campuran yang diperoleh ditentukan ukuran partikelnya dengan Particle Size Analyzer (PSA) serta ditentukan kompleksasi DNA plasmid oleh khitosan dengan menggunakan elektroforesis gel agarosa.

Transformasi Sel Inang

Metode pembuatan sel kompeten dan transformasi sel mengacu pada Sambrook et al. [10].

  • 3.    HASIL dan PEMBAHASAN

Hasil Isolasi dan Analisis Khitosan

Proses isolasi khitosan didahului dengan proses demineralisasi yang berguna untuk mengurangi kandungan mineral CaCO3 dan Ca3(PO4)2. Proses demineralisasi dilakukan dengan menggunakan HCl 1,5 M pada suhu 70oC dengan perbandingan 1:10. Rendemen produk dari tahapan demineralisasi adalah 47,11%.

Produk dari tahapan demineralisasi selanjutnya direaksikan dengan NaOH 3,5% pada suhu 70oC dengan perbandingan 1:10, tujuan penambahan NaOH pada tahapan ini adalah untuk menghilangkan kandungan protein pada tepung kulit udang dan dilanjutkan dengan proses penghilangan

warna dengan menggunakan aseton. Pada tahapan ini diperoleh khitin dengan rendemen 61,05%. Pembuktian diperolehnya khitin telah dilakukan secara kualitatif dengan mereaksikan khitin dengan larutan I2/KI dengan ditandai terjadinya perubahan warna coklat menjadi ungu.

Khitin yang diperoleh selanjutnya direaksikan dengan NaOH 60% (b/v) perbandingan 1:100. Penggunaan NaOH atau bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi pemutusan ikatan antara gugus asetil pada gugus amida sehingga diperoleh gugus amina bebas. Reaksi deasetilasi dilakukan 3 x 4 jam dengan menggunakan rangkaian refluks dan khitosan yang diperoleh sebanyak 0,7021 g. Hasil tahapan isolasi khitosan ditunjukkan pada Tabel 1. Residu yang diperoleh selanjutnya diuji secara kualitatif dengan dilarutkan dalam larutan asam asetat 1% dan residu yang diperoleh larut dengan sempurna. Dengan menerapkan persamaan Moore dan Robert [11] diperoleh nilai persen derajat deasetilasi isolat khitosan sebesar 83,30%. Derajat deasetilasi khitosan yang diperoleh layak untuk dilanjutkan dalam tahapan pembentukan polipleks khitosan-pDNA, karena pada umumnya pembentukan polipleks memanfaatkan khitosan yang memiliki derajat deasetilasi 75-80%.

Selain dianalisis secara kualitatif, khitin dan khitosan dapat pula dianalisis menggunakan instrumentasi FT-IR dengan melakukan analisis gugus fungsi, seperti pada Tabel 2.

Tabel 1. Hasil Tahapan Isolasi Khitosan

Tahapan

Hasil

Penyiapan tepung kulit udang

100,0000 g

Demineralisasi

47,1105 g

Deproteinasi

28,7615 g

Deasetilasi*

0,7021 g

Derajat Deasetilasi

78,30 %

* Produk deasetilasi menggunakan1 g produk deproteinasi

Tabel 2. Hasil analisis FT-IR dari khitin dan khitosan

Khitin

Khitosan

Bilangan Gelombang (cm-1)

Gugus Fungsi

Bilangan Gelombang (cm-1)

Gugus Fungsi

3479,58

OH

3450,8

OH

3265,49

N – H ulur

3335,9

N – H ulur

2883,58

C – H ulur

2890,9

C – H ulur

1658,78

C = O ulur

1656,5

NH2 guntingan

1562,34

N – H bengkokan

N – H bengkokan

1423,47

CH3

1418,2

CH3

1066,64

C – O – C

1073,7

C – O – C

746,45

N-H kibasan

849,7

NH2 kibasan

714,8

N-H kibasan


Hasil Isolasi dan Analisis DNA Plasmid

Isolasi DNA plasmid dilakukan dengan menggunakan prosedur dari manual kit miniprep Qiagen. Dalam kit tersebut terdapat sejumlah komponen larutan yang ditambahkan secara berurutan yakni buffer P1, P2, N3, PE, dan buffer EB.

Isolat DNA plasmid yang diperoleh dilanjutkan dengan analisis konsentrasi dengan menggunakan spektrofotometer UV pada 260 nm. Data pengukuran DNA plasmid yang diperoleh secara spektrofotometri UV menunjukkan rasio absorbansi pada 260 dan 280 nm (A260/A280) sebesar 1,9; dan konsentrasi 37,8 μg/mL. Selain menggunakan spektrofotometer UV, DNA plasmid juga dideteksi dengan elektroforesis gel agarosa. Pada elektroforegram (Gambar 1) diperoleh pita DNA plasmid yang khas dalam lajur yang sama dari dua sampel DNA plasmid yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa DNA plasmid yang diperoleh berada dalam satu bentuk konformasi. Selain itu, pita DNA yang diperoleh cukup tajam dan tidak berekor yang mengindikasikan bahwa isolat

DNA bebas dari kontaminasi RNA dan protein.

Gambar 1. Elektroforegram DNA plasmid

Hasil Sintesis dan Karakterisasi Polipleks

Proses koaservasi diawali dengan melakukan pemanasan terhadap larutan khitosan dan DNA plasmid secara terpisah hingga temperatur 55o C. Sebanyak 3 mL larutan DNA plasmid dipindahkan dan dicampurkan dengan 3 mL larutan khitosan pada tabung 15 mL. Campuran tersebut selanjutnya divorteks dengan kecepatan maksimum selama 20 detik dan selanjutnya distabilisasikan pada suhu ruang selama 30

menit. Setelah proses stabilisasi campuran larutan khitosan dan DNA plasmid dalam rasio 1:1 dan diperoleh sistem koloid yang ditandai oleh meningkatnya kekeruhan (warna putih susu).

Polipleks khitosan-pDNA yang diperoleh dapat diuji secara kualitatif dengan menggunakan metode elektroforesis gel agarosa (Gambar 2). Berdasarkan hasil pengujian dengan elektroferesis gel menunjukkan bahwa telah diperoleh polipleks (lajur 3 dan 5) yang ditandai dengan tidak adanya fragmen pita DNA seperti pada kontrol DNA plasmid (lajur 1, 2, dan 4). Bukti telah terbentuknya polipleks juga dapat dibandingkan dengan elektroforegram pada Gambar 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa polipleks tidak dapat beregrak ke ktub positif dalam proses elektroforesis yang mana pemisahan molekul di sini berdasarkan bobot molekul melalui kutub-kutub bermuatan dari negatif ke positif. Tidak diperolehnya pita-pita DNA disebabkan oleh muatan polipleks yang cenderung positif sehingga lebih tertahan pada kutub negatif pada elektroforesis gel agarosa.

Selain dengan elektroforesis gel agarosa, karakterisasi polipleks dapat dilakukan dengan menggunakan Particle Size analyzer (PSA) yang dapat nilai potensial Zeta. Dari data pengujian dengan menggunakan PSA memberikan nilai potensial Zeta 9,63 mV.

Gambar 2 Elektroforegram Polipleks

Stabilitas dan Toksisitas Polipleks

Uji pendahuluan berupa uji stabilitas dan toksisitas dilakukan terhadap polipleks yang diperoleh. Uji stabilitas dilakukan pada suhu 4oC, hal ini dilakukan untuk mengetahui kestabilan dari polipleks pada saat proses transformasi berlangsung yang mana menggunakan suhu inkubasi saat dicampurkan dengan sel inang E coli pada suhu 4oC. Pada Tabel 3 menunjukkan kestabilan polipleks diukur berdasarkan nilai optikal density (OD) yang diukur pada panjang gelombang 600 nm (OD600). Terjadinya penurunan nilai OD600 setelah menit ke 90 mengindikasikan bahwa terjadi penurunan jumlah hamburan partikel polipleks yang disebabkan kecenderungan polipleks mengalami pengendapan.

Tabel 3. Data Stabilitas Polipleks

Menit ke-

OD260

0

0,109

15

0,109

30

0,110

60

0,109

90

0,109

1080 (18 jam)

0,063

2520 (42 jam)

0,058

Hal ini disebabkan oleh nilai potensial Zeta dari polipleks yang lebih cenderung mudah ternetralisasi yang menyebabkan terjadinya pengendapan.

Uji pendahuluan berikutnya adalah pengujian toksisitas polipleks terhadap sel inang E. coli yang digunakan dalam transformasi sel. Pengujian ini dilakukan mengingat bahan baku pembentukan polipleks adalah khitosan yang diketahui memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Pengujian toksisitas juga dilakukan untuk menjelaskan hasil yang diperoleh pada proses transformasi sel.

Tabel 4 Data OD600 Kultur E.coli pada Uji

Toksisitas Polipleks

Volume Polipleks

OD600

0 μL

0,844

15 μL

0,853

30 μL

0,823

45 μL

0,668

Pengukuran toksisitas dilakukan dengan menentukan nilai OD pada panjang gelombang 600 nm. Pada Tabel 4, nilai OD600 mengalami penurunan dengan meningkatnya volume polipleks yang ditambahkan. Hal tersebut menjelaskan bahwa toksisitas polipleks akan meningkat dengan bertambahnya volume polipleks yang digunakan. Nilai OD600 berbanding lurus dengan banyaknya sel E. coli yang tumbuh. Pada volume polipleks yang digunakan sebanyak 15 μL menunjukkan nilai OD600 yang relatif mendekati kontrol (penambahan polipleks 0 μL), bahkan OD600 sedikit lebih tinggi, maka dalam proses transformasi sel

berikutnya jumlah polipleks yang digunakan adalah 15 μL.

Hasil Transformasi Sel dengan Polipleks

Proses transformasi sel kompeten dengan polipleks khitosan-pDNA dilakukan pada media cair dan disertai dengan pembanding yakni, kontrol positif. Perbandingan keberhasilan proses transformasi ditentukan dengan mengukur tingkat kekeruhan larutan pada panjang gelombang 600 nm.

Pada kelompok negatif, sel inang kompeten tidak ditambahkan DNA plasmid melainkan hanya ditambahkan buffer TE pH 8 dan dibiakkan pada medium padat LB yang telah mengandung ampisilin. Dari hasil pengukuran dengan spektroskopi UV pada panjang gelombang 600 nm dapat diperkirakan tidak diperolehnya sel transforman kareana OD600 kelompok negatif lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol positif (DNA plasmid) dan kelompok perlakuan menggunakan polipleks. Data absorbansi masing-masing kelompok dapat dilihat pada Tabel 5.

Transforman E. coli dapat tumbuh dalam media LB ampisilin karena dalam plasmid yang digunakan yaitu pYES2 mengandung gen penanda resisten terhadap ampisilin. Gen ini dapat mengkode enzim beta-laktamase dan berperan untuk memecah cincin betalaktam, sehingga jika proses transformasi berhasil

Tabel 5 Data OD600 Sel Transforman

Kelompok

OD600

Negatif (Buffer TE)

0,968

Positif1 (DNA plasmid)

1,207

Perlakuan (Polipleks)

1,269

maka sel bakteri inang akan memiliki kemampuan untuk hidup pada medium yang mengandung antibiotik ampisilin [10].

Kelompok perlakuan berupa sel inang kompeten yang telah ditambahkan polipleks dan dibiakkan pada medium padat LB-ampisilin memberikan hasil positif dengan diperolehnya transforman E. coli yang mampu hidup pada media yang mengandung ampisilin. Hal ini mengindikasikan bahwa polipleks mampu masuk ke dalam sel E. coli yang telah kompeten dan selanjutnya polipleks mampu membebaskan DNA plasmid di dalam sel, sehingga kelompok E. coli ini mampu untuk mengekspresikan enzim betalaktamase yang dapat memecah cincin betalaktam pada ampisilin dan perlu dibuktikan lebih lanjut.

Sel Ecoli

Gambar 3. Usulan mekanisme polipleks dalam transformasi sel inang E. coli

Mekanisme terbentuknya polipleks dan proses terjadinya transformasi sel inang E. coli diusulkan seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Proses yang terjadi dalam transformasi sel dengan polipleks diduga bahwa polipleks dapat menembus sel inang E. coli yang telah kompeten (setelah perlakuan dengan CaCl2), kemudian terjadi pelepasan DNA plasmid dari polipleks dalam sel. Indikasi telah terjadinya pemisahan antara khitosan dan DNA plasmid didasarkan atas telah diperolehnya transforman E. coli

yang resisten terhadap ampisilin karena gen marker ampisilin yang ada dalam DNA plasmid dapat terekspresi apabila dalam keadaan bebas. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan teknik yang lain dan mendalam untuk mengetahui mekanisme yang sesungguhnya dalam proses ini.

  • 4.    KESIMPULAN

Pada penelitian ini polipleks yang stabil telah disintesis dengan nilai potensial Zeta sebesar +9,63 mV dan dapat ditransformasikan ke dalam sel inang E. coli.

  • 5.    UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti)     Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia melalui Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKMP). Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Prof. Dr. Drs. Wayan Budiarsa Suyasa, M.Si; I A. G. Widihati, S.Si., M.Si; dan Putu Suarya, S.Si., M.Si atas saran dan masukannya.

  • 6.    DAFTAR PUSTAKA

  • [1]    Kim, Tae-Hee; Jiang, Hu-Lin; Jere, Dhananjay; Park, In-Kyu; Cho, Myung-Haing; Nah, Jae-Woon; Choi, Yun-Jaie; Akaike, Toshihiro; Cho, Chong-Su. Chemical modification of chitosan as a gene carrier in vitro and in vivo., Prog. Polym. Sci. 2007, 32, 726–753.

  • [2]    Lai WF, Lin MC. Nucleic Acid Delivery with Chitosan and Its Derivatives., J Control Release, 2009, 134, 158 – 68

  • [3]    Luo D, Saltzman WM. Enhancement of transfection by physical concentration of DNA at the cell surface., Nat Biotechnol., 2000, 18, 893–5.

  • [4]    Borchard, G., Chitosans for Gene Delivery, Adv Drug Deliv Rev. 2001, 52, 145 – 50

  • [5]    Tan ML, Choong PF, Dass CR. Cancer. Chitosan Nanoparticles and Catalytic Nucleic Acids.  2009, J Pharm

Pharmacol. 2009, 61, 3-12.

  • [6]    Brown, T.A. Gene Cloning and DNA Analysis: An Introduction, 4th Ed., Black Well Science. 2001.

  • [7]    Sudiarti, Ni Made. Aplikasi Khitosan Kulit Udang Galah (Macrobanchium rosenbergii) sebagai Pengawet Tahu. Thesis, Program Studi Kimia Terapan, Universitas Udayana, 2011.

  • [8]    Chew, Joon Lin; Wolfowicz, Claudia Betina; Mao, Hai-Quan; Leong, Kam

W.; Chua, Kaw Yan. Chitosan nanoparticles containing plasmid DNA encoding house dust mite allergen, Der p 1 for oral vaccination in mice, Vaccine, 2003, vol 21, 2720–2729.

  • [9]    Gao, Yu; Zhang, Zhiwen; Chen, Lingli; Gu, Wangwen; and Yaping Li. Chitosan N-betainates/DNA selfassembly nanoparticles for gene delivery:   In vitro uptake and

transfection efficiency. , International Journal of Pharmaceutics, 2009, 371(1–2), 156–162.

  • [10]    Sambrook, J., Fritsch, E.F., and Maniatis, T. Molecular Cloning: A Laboratory Manual, 2nd Ed. Could Spring Harbour Laboratory Press, 1989.

  • [11]    Moore G.K., Roberts G.A.F., Int J Biol Macromol., 1980, 2, 115-6.

8