CASE REPORT: PYOMETRA IN LOCAL CAT
on
Buletin Veteriner Udayana Volume 14 No. 4: 338-343
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2022
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2022.v14.i04.p04
Terakreditasi Nasional Sinta 4, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi No. 158/E/KPT/2021
Laporan Kasus: Pyometra Pada Kucing Lokal
(CASE REPORT: PYOMETRA IN LOCAL CAT)
I Made Agus Adnyana1*, I Wayan Gorda2, I Gusti Ngurah Sudisma2
-
1PT. Malindo Feedmill Tbk. Jl. Pertamina Km. 37, Sumberame, Wringinanom, Karang Gayam, Sumberrame, Kec. Wringinanom, Kabupaten Gresik, Jawa Timur 61176;
-
2Laboratorium Bedah dan Radiologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Jl. Sesetan, Gg. Markisa No. 6, Denpasar, Bali.
*Email: [email protected]
Abstrak
Pyometra merupakan kelainan hormonal yang menyebabkan infeksi sehingga nanah terkumpul di dalam rahim, Abses biasanya disebabkan kelebihan hormon progesteron, dimana hormon progesteron menyebabkan penebalan dinding rahim. Pyometra biasa ditemukan pada anjing ataupun kucing, tetapi lebih sering terjadi pada anjing. Se ekor kucing berumur 9 bulan, berat 1,95 kg dan berjenis kelamin betinaDiperiksa di Rumah Sakit Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana dengan keluhan, adanya leleran keluar dari alat kelamin hewan. Hasil pemeriksaan fisik terlihat leleran yang keluar dari alat kelamin hewan, berupa nanah dan perut terlihat besar seperti bunting. Pemeriksaan hematologi menunjukan terjadinya peningkatan Hemoglobin 17.9 g/dL; nilai rujukan 8.0-15.0 g/dL, dan Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration 41.4 g/dL nilai rujukan 30.0-36.0 g/dL di karenakan hewan kekurangan oksigen sehingga kadar hemoglobin meningkat. Penanganan Pyometra dilakukan dengan pengangkatan uterus dan ovarium (ovariohisterektomi). Tujuh hari pasca operasi pasien sudah dinyatakan sembuh dan sehat kembali, dengan luka incisi sudah menyatu dan tidak ada leleran berupa nanah keluar dari alat kelamin hewan.
Kata kunci: kucing; ovariohisterektomi; pyometra; uterus
Abstract
Pyometra is a hormonal disorder that causes infection so that pus accumulates in the uterus, abscesses are usually caused by excess hormone progesterone, where the hormone progesterone causes thickening of the uterine wall. Pyometra is commonly found in dogs or cats, but is more common in dogs. A cat is 9 months old, weighs 1.95 kg and is female. Checked at the Animal Hospital, Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University with complaints, the presence of runny out of animal genitals. The results of physical examinations that appear to come out of the animal's genitals, in the form of pus and stomach, look big like pregnant women. From hematological examination showed an increase in Hemoglobin 17.9 g / dL, reference values 8.0 - 15.0 g / dL, and Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration 41.4 g / dL reference values 30.0 - 36.0 g / dL because animals lack oxygen so the hemoglobin level increases. Handling of Pyometra can be done by removing the uterus and ovary (ovariohysterectomy). Seven days postoperatively, the patient was declared cured and healthy again, with incisional wounds fused and no pus flowing out of the animal's genitals.
Keywords: Cats; ovariohisterektomi; pyometra; uterus
PENDAHULUAN
Pyometra berasal dari kata pyo yang artinya nanah dan metra yang artinya uterus (rahim). Pyometra merupakan kelainan hormonal yang menyebabkan infeksi sehingga nanah terkumpul di dalam rahim. Pyometra di tandai dengan adanyana
akumulasi pus atau eksudat yang mukopurulen di dalam uterus, disertai dengan atau tanpa adanyana endometritis dan dapat disebabkan oleh kematian fetus, infeksi mikroorganisme atau kelanjutan dari endometritis serta di tandai dengan serviks yang terbuka atau tertutup (Morgan, 1988). Kejadian Pyometra sering terjadi
pada hewan yang berumur di atas 6 tahun dan pada hewan muda (1-3 tahun) kejadian Pyometra dapat terjadi akibat pemberian hormon estreogen
Diagnosis didasarkan atas anamnesa atau riwayat kasus, pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah lengkap dan diteguhkan dengan pemeriksaan radiografi atau ultrasonografi pada uterus dan ovarium. Pada penyakit ini uterus berisi cairan purulen yang terkadang berwarna kuning, kuning kecoklatan, coklat tua, bahkan bercampur darah (Gibson et al., 2013). Stadium awal dari Pyometra biasanya gejala klinis belum terlihat dengan jelas, sehingga pada kebanyakan kasus penyakit ini lambat terdiagnosa. Diagnosa berdasarkan gejala klinis akan susah terutama pada kasus Pyometra tertutup, dimana servik dalam keadaan tertutup sehingga tidak ada leleran yang terlihat keluar dari vagina. Pyometra dengan servik tertutup berbahaya hingga dapat menyebabkan kematian dalam waktu beberapa hari akibat septikemia atau toksemia (Baithalu et al., 2010).
Ada beberapa gejala yang akan muncul bila hewan kesayangan kita terserang penyakit Pyometra, diantaranya adalah hewan akan terlihat mulai minum banyak (frekuensi minum bertambah) atau istilah medisnya polydipsia, karena banyak minum hewan juga akan terlihat banyak kencing atau polyuria, lalu hewan juga akan terlihat sering menjilat-jilat alat kelaminya (daerah sekitar vagina), kadang-kadang hewan terserang demam sehingga nafsu makan berkurang, lama kelamaan hewan terlihat lemas, bila sudah berakibat ikut terserangnya organ dalam seperti ginjal karena infeksi pyometra maka hewan akan terlihat muntah, lemas dan depresi (kondisi lethargy). Bila pada tahap ini tidak sempat mendapatkan pertolongan medis, maka hewan biasanya akan meninggal (Purba, 2010).
Terdapat beberapa metode untuk menangani kasus Pyometra, di antaranya dengan pembedahan, pengobatan dengan antibiotika dan hormon, atau menggunakan
pembilasan uterus (flushing). Metode pembedahan ovariohisterektomi merupakan penanganan yang dianjurkan untuk pengangakatan Pyometra, Penanganan ini adalah penanganan yang paling efektif dan aman untuk menangani kasus Pyometra jenis tertutup maupun terbuka.Ovariohisterektomi juga dapat mencegah kejadian Pyometra berulang pada anjing (Rootwelt dan Farstad, 2006).
Penanganan secara obat bisa dilakukan dengan cara pemberian infuse bila hewan sudah terlihat lemas dan tidak mau makan. Lalu disertai dengan pemberian beberapa antibiotika dari golongan penicillin (seperti ampicilline injeksi) dan golongan Quinolon (seperti Enrofloksasin injeksi). Pada kasus Pyometra terbuka kadang-kadang bisa diberikan preparat hormonal supaya bentuk ukuran rahim kembali normal dan cairan nanah bisa dikeluarkan (Purba, 2010).
METODE PENELITIAN
Sinyalemen dan Anamnesis
Kucing kasus merupakan kucing lokal berjenis kelamin betina bernama Kim Tae dengan pemilik ibu Lili, berumur 9 bulan dengan bobot badan 1,95 kg. Memiliki rambut berwarna cokelat beralamat di Jalan Paki Saji. Dengan keluhan mengeluarkan leleran kental berwarna kemerahan dari alat kelamin sejak sebulan yang lalu, sebelumnya pernah dikawinkan dua bulan yang lalu namun tidak bunting. Kucing kasus belum pernah diperiksakan ke dokter hewan dan iberikan antibiotik.
Pemeriksaan Fisik dan Tanda Klinis
Status present kucing Kim Tae adalah sebagai berikut: frekuensi detak jantung 80x/menit, frekuensi pulsus 64x/menit, frekuensi respirasi 28x/menit, suhu tubuh 39,1°C dan nilai capillary refill time (CRT) kurang dari 2 detik. Pemeriksaan pada mukosa mulut dan conjungtiva mata tidak ditemukan adanya tanda-tanda abnormalitas, demikian juga pemeriksaan pada sistem kardiovaskuler dan respirasinya. Tanda klinis terlihat jelas adanya leleran vagina. Hasil pemeriksaan
darah lengkap disajikan seperti pada Tabel 1 di bawah ini:
Diagnosa dan Prognosa
Diagnosis dilakukan berdasarkan tanda klinis, pemeriksaan darah dan didukung dengan pemeriksaan Ultrasonography (USG) yang dilakukan di Rumah Sakit Hewan Universitas Udayana.
Pemeriksaan Hematologi
Darah diambil dari vena saphena sebanyak 1 mL untuk dilakukan pemeriksaan darah lengkap menggunakan mesin Automatic Blood Count, di Rumah Sakit Hewan Pendidikan Universitas Udayana.
Penanganan Kasus
Anjing kasus Kim Tae yang menderitaPyometra ditangani dengan tindakan pembedahan ovariohisterektomi yaitu mengangkat ovarium dan uterus. Pasca operasi diberikan antibiotika untuk mencegah infeksi. Antibiotik Amoxan (R/Amocxan Caps 150 mg) diberikan 2x1/8 capsul sehari per oral selama tiga hari. Pada hari kelima luka sudah nampak sembuh, sehingga pemberian obat dihentikan dan jahitan bisa dilepas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Terjadi peningkatan jumlah
Hemoglobin 17.9 g/dL; nilai rujukan 8.0 – 15.0 g/dl, dan MCHC 41.4 g/dL ; nilai rujukan 30.0 – 36.0 g/dL. Hemoglobin meningkat dikarenakan, uterus yang membesar/membengkak yang berada pada rongga abdomen mendorong diagfragma sehingga menekan paru-paru, paru-paru yang tertekan menampung sedikit oksigen sehingga oksigen yang diedarkan ke seluruh tubuh sedikit. Ketika tubuh kekurangan oksigen dengan sendirinya tubuh akan meningkatkan kadar Hemoglobin di dalam darah untuk memasok oksigen lebih banyak. Berdasarkan temuan klinis, hasil pemeriksaan darah pemeriksaan USG seperti Tabel 1 dan Gambar 1-2, Kucing
Kim Tae didiagnosis menderita Pyometra dengan prognosis fausta.
Oprasi pengangkatan ovarium dan uterus (ovariohisterektomi) yang sudah di lakukan berjalan dengan lancar, tetapi memakan waktu yang sangat lama karena untuk meligasi bagian uterus cukup sulit sebab ukuran dari uterus yang membesar menyulitkan untuk di ligasi dan sedikit ada pendarahan sehingga perlu di tambahkan larutan chipotaksin untuk mengurangi pendarahan. Setelah di lakukan pengangkatan uterus dilakukan penjahitan untuk menutup bagian abdomen dimana di mulai dari peritoneum, musculus, subcutan, dan kulit (Gambar 3-4).
Pemberian antibiotik pasca oprasi, diberikan antibiotik secara preoral dengan amocxan caps 150 mg diberikan 2x1/8 selama tiga hari, dari hari pertama sampai hari kelima pasca oprasi, luka tampak sudah mulai mengering, tampak bekas incise sudah mulai menyatu dan kucing terlihat sudah aktif bergerak.
Pembahasan
Berdasarkan dari anamesis dan pemeriksaan fisik yang di lakukan pada kucing menunjukan tanda-tanda lemas, nafsu makan berkurang namun minum masih normal. Tanda klinis yang biasa terjadi pada kasus pyometra diantaranya distensi abdomen, polyuria, anamia, nafsu makan berkurang, dan berat badan menurun. Serta sangat jelas leleran keluar dari alat kelamin. Berdasarkan dari gejala klinis, tinjauan pustaka, hasil pemeriksaan darah, serta hasil USG yang dilakukan di Rumah Sakit Hewan Universitas Udayana, kucing kim tae didiagnosa menderita pyometra.
Pyometra adalah kelainan pada uterus yang di sertai dengan adanya akumulasi purulent di dalam uterus. Kejadian pyometra sering terjadi pada hewan yg berumur di atas 6 tahun, tetapi tidak jarang juga menyerang hewan muda karena pengaruh hormonal. Kejadian pyometra dapat di lihat dari 4-10 minggu setelah masa estrus, dimana periode resiko
tertinggi pymetra adalah 8 minggu, karena normalnya korpus luteum akan menghasilkan progesterone antara 9-12 minggu setelah ovulasi (Tilley dan Francis., 1997).
Mekanisme terjadinya Pyometra dapat terjadi akibat gangguan hormonal dan disertai infeksi bakteri pada daerah kelamin betina. Bakteri yang umum menginfeksi adalah Staphylococcus sp, Klebsil sp, Alkalgenes facalis, Pasturella sp dan Pseudomonas sp. Pada kasus Pyometra, hormon yang mempengaruhi adalah hormon progesteron dan estrogen. Gangguan hormonal berupa exposure estrogen yang tinggi dan dikuti dengan tingginya progesterone yang berlangsu secara berulang-ulang tanpa adanya kebuntingan, maka akan menyebabkan terjadinya Cystic Endometrial Hiperplasia (pembentukan kista pada uterus). Pyometra akibat infeksi bakteri sering terjadi pada saat hewan mengalami menstruasi, cairan yang dikeluarkan merupakan media yang baik untuk perkembangan bakteri sehingga saat servik terbuka bakteri akan mudah masuk.
SIMPULAN
Berdasarkan temuan klinis dan didukung dengan pemeriksaan hematologi, kucing Kim Tae didiagnosa menderita pyometra. Penanganan kucing kasus dilakukan dan dengan mengangkat ovarium dan uterus (ovariohisterektomi) guna mencegah penyakit mengulang. Pemberian antibiotika diberikan per oral. Pada hari ke-7 luka sudah mengering, kulit sudah menyatu dengan baik dan sudah tidak mengeluarkan lagi leleran dari alat kelamin.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih ditujukan kepada Dekan dan Direktur Rumah Sakit Hewan Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana yang telah memfasilitasi penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Baithalu RK, Maharana BR, Mishra C, Sarangi L, Samal L. 2010. Canine pyometra. Vet. World. 3(7): 340-342.
Gibson A, Dean R, Yates D, Stavisky J. 2013. A retrospective study of pyometra at five RSPCA hospitals in the UK: cases from 2006 to 2011. Vet. Rec. 2013.
Hagman R. 2004. New aspects of canine pyometra. Thesis. Swedish. University Agricultural Scienses. Uppsala.
Jitpean S, Bodil S, Emmanuelson U, Hoglun O V, Petterson A, Caroline A, Hagman R. 2014. Outcome of pyometra in female dogs and predictors of peritonitis and prolonged postoperative hospilatization in surgically treated cases. BMC Vet. Res. 10: 6.
Morgan RV. 1988. Handbook of Small Animal Practice. Churchill Livingston Inc. New York Edinburgh London Melbourne.
Purba R. 2010. Infeksi Pada Rahim Anjing dan Pyometra. Artikel Vitapet Clinic. Jakarta Utara.
Rootwelt AV, Frstad W. 2006. Treatment pyometra in the bitch: a survey among norwegian small animal practicioners. EJCAP. 16: 195-198.
Tilley LP, Francis WKS. 1997. The 5 Minute Veterinary Consult, canine and feline. Wiliams & Wilkins. Baltimore. USA.
Tabel 1. Hasil pemeriksaan darah
Hematologi rutin |
Hasil |
Rujukan |
Satuan |
Haemoglobin |
17.9 |
8.0 – 15.0 |
g/dL |
White Blood Cell |
8.6 |
5.5 – 19.5 |
10-9/L |
Red Blood Cell |
8.28 |
5.00 – 10.00 |
10-12/L |
Trombosit |
- |
- |
- |
Hematokrit |
- |
- |
- |
Mean Corpuscular Volume |
52.2 |
39.0 – 55.0 |
fL |
Mean Corpuscular Hemoglobin |
21.6 |
30.0 – 36.0 |
pg |
Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration |
41.4 |
30.0 – 36.0 |
g/dL |
Gambar 1. Hasil USG, adanya penebalan uterus.
Gambar 2. Leleran keluar dari alat kelamin
Gambar 3. Uterus yang akan di angkat
Gambar 4. Uterus yang telah di angkat
343
Discussion and feedback