Buletin Veteriner Udayana

ISSN : 2085-2495

Vol. 3 No. 1 : 23-37

Pebruari 2011

Homeostasis Cairan Tubuh pada Anjing dan Kucing

(FLUID HOMEOSTASIS IN DOG AND CAT)

I Made Suma Anthara1 dan I Nyoman Suartha2

  • 1)    Laboratorium Farmakologi Veteriner

  • 2)    Laboratorium Penyakit Dalam Veteriner

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

Jl Raya Sesetan Gang Markisa No 6 Denpasar [email protected]

ABSTRAK

Seluruh cairan tubuh didistribusikan ke dalam kompartemen intraseluler dan kompartemen ekstraseluler. Cairan ekstraseluler ini yang bergerak secara konstan dalam tubuh. Cairan ekstraseluler merupakan lingkungan internal dalam tubuh. Cairan ekstraselular mengandung ion elektrolit natrium , colorida, dan bikarbonat. Perpindahan air dan zat terlarut di dalam tubuh yang melewati membran sel melalui proses difusi, osmosis dan pompa Na-K. Proses difusi dan osmosis merupakan proses pasif sedangkan pompa Na-K merupakan proses aktif. Homeostasis cairan tubuh dapat dipertahankan oleh ginjal dengan cara mengatur proses pengeluaran cairan tubuh melalui produksi urine. Asam dan basa dalam cairan tubuh banyak diperankan atom hidrogen, CO2, dan HCO3. Sistem buffer kimiawi dalam darah akan mengikat ion H+ sampai terjadi keseimbangan. Sistem respirasi mengeluarkan CO2 dan H2CO3 dari tubuh, sedangkan ginjal mengeluarkan asam atau basa dari dalam tubuh

Kata Kunci : Homeostasis, Cairan Tubuh, Elektrolit, Ginjal

ABSTRACT

The body’s fluid is compartmentalized into two major divisions: the intracellular fluid (ICF) and the extracellular fluid (ECF). The ECF which is also called the internal environment of the body is in constant motion throughout the body. The ECF contains large amounts of sodium chloride, and bicarbonate. The ICF contains large amounts potassium and phosphate. Transported of water and nutrient through cell membrane occurs by diffusion, osmosis and sodium-potassium pumps. The homeostasis of body fluid is maintains by kidney.

Key words: homeostasis, fluid, electrolyte, kidney

PENDAHULUAN

Air berfungsi sebagai zat pelarut nutrien dalam tubuh, untuk dapat

digunakan oleh sel. Air tidak dapat dipisahkan dari komponen diet, karena keseimbangan air sangat diperlukan dalam metabolisme dan semua material

metabolisme akan dapat dimanfaatkan sel tubuh jika sudah terlarut dalam air. Oleh sebab itulah sebagian besar tubuh terdiri atas air. Seluruh cairan tubuh didistribusikan ke dalam kompartemen intraseluler dan kompartemen ekstraseluler. Cairan ekstraseluler ini yang bergerak secara konstan dalam tubuh (Yoxall dan Hird, 1980) .

Cairan ekstraseluler dengan kandungan ion dan nutriennya diperlukan oleh sel untuk mempertahankan kehidupan sel. Semua sel hidup memerlukan lingkungan (cairan) di sekitar sel, sehingga cairan ekstra seluler disebut lingkungan internal dalam tubuh. Sel akan mampu untuk hidup, bertumbuh dan berfungsi secara optimal sepanjang tersedia oksigen, glukosa, asam amino, ion, dan substansi lemak dengan konsentrasi yang cukup dalam lingkungan internal, stabilitas lingkungan internal itu dipertahankan oleh fungsi regulasi dari ginjal (Guyton dan Hall, 2006).

Regulasi normal cairan dalam tubuh untuk mempertahankan keseimbangan (homeostasis) lingkungan internal banyak faktor yang terlibat seperti kandungan elektrolit cairan, asam basa cairan tubuh, osmolalitas plasma, peranan hormon (antidiuretik, angiotensin II) dan pengeluaran Na dari ginjal (Wingfield, 2009; Hartanto, 2007; Einstein et al. 1995).

Banyak organ dalam tubuh yang berfungsi untuk mempertahankan homeostasis dalam sel seperti paru-paru menyediakan oksigen untuk kebutuhan sel, ginjal mempertahankan stabilitas konsentrasi ion, dan saluran cerna menyediakan nutrien untuk sel (Guyton dan Hall, 2006). Perubahan keseimbangan air dalam tubuh akan merangsang reseptor di hipotalamus, inisiasi dari rangsangan pada reseptor ini akan mengawali mekanisme pemasukan air ke dalam tubuh dengan timbulnya rasa haus (Wingfield, 2009).

TINJAUAN PUSTAKA

Peran Air dalam tubuh.

Air merupakan pelarut yang sangat baik dan mempertahankan komposisi kimia yang seimbang dalam metabolisme sel. Air merupakan komponen utama dalam darah, yang berfungsi sebagai media transpor, membawa oksigen dan nutrisi ke jaringan, mengeluarkan karbondioksida dan metabolit dari jaringan. Darah juga membawa antibodi dan sel darah putih untuk melindungi sel dari penyakit. Air juga berperan penting dalam regulasi suhu tubuh, melalui berbagai jalan. Pertama, darah akan membawa panas dari jaringan atau organ yang bekerja menuju ke vena superfisial untuk mentransper panas tubuh ke kulit yang selanjutnya dilepas ke

lingkungan melalui proses radiasi, konveksi dan konduksi. Kedua, Pengeluaran panas juga dapat ditingkatkan melalui evaporasi air dari respirasi (Hall, 1983).

Bagian-Bagian Cairan Tubuh

Besarnya fungsi air dalam tubuh, diperkirakan dua per tiga dari berat badan hewan terdiri atas air, walaupun sedikit ada variasi dilihat dari kandungan lemak dan umur hewan. Total air dalam tubuh sebanyak 60-70% dari berat badan hewan, yang terdiri atas cairan intraselular dan cairan ekstraselular. Lebih lanjut bagian cairan ekstraselular terdiri atas cairan intravaskular (plasma) dan cairan interstitial. Presentase cairan tubuh dapat berubah tergantung atas umur, jenis kelamin, kandungan lemak tubuh. Cairan tubuh mengandung dua jenis zat yaitu

elektrolit dan nonelektrolit. Elektrolit merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan tubuh dan menghantarkan arus listrik. Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Jumlah kation dan anion dalam suatu larutan selalu sama (diukur dalam miliekuivalen). Zat nonelektrolit dalam cairan tubuh merupakan nutrien yang dibutuhkan oleh sel seperti glukosa, asam amino, asam lemak dan nutrien lainnya (Yoxall dan Hird, 1986; Guyton dan Hall, 2006).

  • 1.    Cairan Intraseluler

Cairan intraseluler adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Volume cairan intraseluler sebanyak 2/3 dari volume total air tubuh. Cairan intraseluler banyak mengandung kation potassium (K+), dan anion phosphat (PO43-). (Hartanto, 2007).

Cairan Intra Seluler


40% Berat badan


Cairan Tubuh

± 60% Berat badan


Cairan Ekstra Seluler

15% Berat Badan

5% berat badan


Gambar 1. Distribusi cairan tubuh


  • 2.    Cairan Ekstraseluler

Ada perbedaan yang sangat nyata antara komposisi kimia cairan ekstraselular dan cairan intraselular. Pada plasma/intravaskular dan cairan interstitial

  • 2.1    Cairan Interstitial

Cairan interstitialis adalah cairan ekstraseluler yang menempati celah diantara sel. Pada cairan interstitial kation utamanya adalah Na+ sedangkan anion utama adalah HCO3 dan Cl-. (Hartanto, 2007). Cairan interstitial dengan jumlah ¾ dari volume total cairan ekstraselular

  • 2.2    Cairan Intravaskular

Cairan intravascular adalah cairan ekstraseluler yang terdapat dalam buluh darah, dan cairan intravascular yang bersirkulasi secara efektif dalam tubuh. Volume cairan intravascular adalah ¼ dari

(cairan ekstraselular) kation utamanya adalah Na+ sedangkan anion utama adalah HCO3 dan Cl-. (Hartanto, 2007). Volume cairan ekstraseluler sebanyak 1/3 dari volume total air tubuh.

volume total cairan ekstraseluler. Pada cairan intravaskular kandungan kation dan anionnya sama dengan cairan interstitialis yaitu kation Na+ dan anion HCO3 dan Cl-. (Hartanto, 2007). Karena kandungan elektrolit dalam plasma sama dengan cairan interstitial maka nilai elektrolit plasma mencerminkan komposisi elektrolit cairan ekstrseluler. Pada cairan intravaskular kandungan protein lebih tinggi dari cairan interstitial. Kandungan ion bermuatan positif lebih tinggi sekitar 2% dari kandungan ion positif pada cairan interstitial.

Tabel 1. Komposisi elektrolit pada cairan tubuh

Na+

K+

HCO3-

Cl-

PO43-

(mmol/l)

Plasma

135-145

3.5-5

24-28

98-106

1-2.5

Intraseluler

10

150

10

75

Dikutip dari Edney ATB. 1983. Dog and Cat Nutrition.

  • 2.3    Cairan Transelular

Cairan transeluler adalah cairan ekstravaskuler yang terletak di celah rongga tubuh tertentu seperti cairan sendi sinovial, serebrospinal, perikardial, pleura,

dan intraokular. Jumlah cairan transeluler diperkirakan 1% dari jumlah cairan tubuh.

Pergerakan Cairan Tubuh

Pergerakan cairan ekstraseluler keseluruh bagian tubuh hewan melalui dua tahap yaitu tahap pertama pergerakan darah dalam tubuh didalam buluh darah, tahap kedua pergerakan cairan dari kapiler ke celah antar sel (Guyton dan Hall, 2006).

Untuk mempertahankan efektivitas cairan tubuh, volume cairan yang bersirkulasi sangat dipengaruhi pengaturan keseimbangan ion Na plasma, yang berhubungan sangat erat dengan perubahan ion Na pada ginjal. Hal-hal yang berpengaruh pada proses ini yaitu nervus simpatik, angiotensin II, aldosteron, sekresi ADH, dan eksresi ion Na melalui ginjal (Einstein et al., 1995; Hartanto, 2007). Volume cairan yang menurun merangsang baroresptor arterial sehingga terjadi hipotensi, hal ini berakibat peningkatan tonus nervus simpatik perifer, peningkatan tonus ini akan mengawali proses kompensasi untuk mengembalikan volume cairan yang bersirkulasi. Proses kompensasi: kontriksi vena untuk meningkatkan aliran vena; peningkatan kontraksi otot jantung untuk peningkatan output jantung; vasokontriksi arteri untuk meningkatkan tekanan darah; peningkatan sekresi renin untuk meningkatkan kadar angiotensin II (vasokontriksi); dan

peningkatan resorpsi ion Na di tubular ginjal (Edney, 1983).

Perpindahan air dan zat terlarut di dalam tubuh yang melewati membran sel melalui proses Difusi, osmosis dan Pompa Na-K. Proses difusi dan osmosis merupakan proses pasif sedangkan pompa Na-K merupakan proses aktif. Proses aktif memerlukan energi (ATP) untuk terjadinya proses itu, sedangkan proses pasif tidak memerlukan energi (Hartanto 2007).

  • a.    Difusi

Difusi adalah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentarasi rendah. Tekanan hidrostatik pembuluh darah juga mendorong air masuk berdifusi melewati pori-pori tersebut (Hartanto, 2007). Jadi difusi tergantung perbedaan konsentrasi dan tekanan hidrostatik. Energi untuk proses difusi adalah energi kinetik yang normal ditimbulkan akibat pergerakan suatu bahan.

Difusi yang melewati membran sel dibagi menjadi dua subtipe yaitu difusi sederhana dan difusi fasilitasi. Difusi sederhana artinya pergerakan kinetik molekol atau ion melewati membran sel tidak bereaksi dengan protein carier yang ada di membran sel. Kecepatan difusi sederhana ditentukan dari jumlah

substansia yang ada, kecepatan gerakan kinetik bahan, jumlah dan ukuran dari pori pada membran sel yang akan dilewati oleh bahan itu. Difusi fasilitas memerlukan interaksi bahan dengan carier protein yang ada di membran sel. Carier protein akan membawa bahan untuk melewati membran sel dengan mengikat bahan itu secara kimia. Pada difusi sederhana proses difusi terjadi melalui dua jalan yaitu melalui lapisan lipid jika zat itu terlarut dalam lemak, dan melalui saluran (chanel) air/protein.

  • b.    Osmosis

Osmosis adalah bergeraknya molekul air melalui membran semipermiabel (selektif permiabel) dari larutan berkadar rendah menuju larutan berkadar tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan kapiler permeabel terhadap air, sehingga tekanan osmotik cairan tubuh diseluruh bagian tubuh sama. Membran semipermiabel adalah membran yang dapat dilalui air, namun tidak dapat dilalui oleh zat terlarut seperti protein (Hartanto, 2007). Tekanan yang diperlukan untuk menghentikan proses osmosis disebut tekanan osmosis (Guyton dan Hall, 2006) c. Pompa Natrium Kalium

Pompa natrium-kalium (Na+-K+) merupakan proses transpor yang memompa ion natrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan

memompa ion kalium dari luar ke dalam sel. Proses ini berlangsung secara aktif, karena memerlukan energi (ATP) untuk terjadinya proses itu. Ion-ion lain yang ditranspor secara aktif seperti kalsium, hidrogen, chloride, iodine, urate, sugar dan asam amino (Guyton dan Hall, 2006).

Komponen pompa Na+-K+ terdiri atas dua komponen carier protein, masing-masing disebut subunit alpha dengan BM 100 KDa dan subunit betha dengan BM 50 KDa. Subunit alpha mempunyai tiga tempat spesifik untuk berfungsinya pompa itu, yaitu:

  • 1.    Tiga reseptor site untuk tempat berikatan ion sodium yang terletak disisi sebelah dalam membran sel,

  • 2.    Dua reseptor site untuk tempat berikatan ion potasium (K) yang terletak disisi luar membran sel,

  • 3.    Pada sisi dekat reseptor site ion sodium terdapat tempat aktivitas enzim ATPase.

Proses pompa akan berlangsung jika tiga ion sodium dan dua ion potasium berikatan direseptor site, maka enzim ATPase akan aktif untuk menghasilkan energi dari ATP, sehingga ion sodium akan dipompa keluar sel dan ion potasium akan masuk kedalam sel.

Tujuan dari pompa natrium-kalium adalah untuk mempertahankan konsentrasi ion sodium dan potasium didalam dan

diluar membran sel, dan untuk mencegah keadaan hiperosmolar di dalam sel (Hartanto, 2007). Tanpa fungsi dari pompa ini sel dalam tubuh akan bengkak dan meledak. Mekanisme kontrol dari volume sel adalah sebagai berikut: di dalam sel terdapat sejumlah protein dan molekul organik yang lain yang tidak dapat keluar dari sel. Substansia tersebut menyebabkan muatan negatif didalam sel, yang akan menarik ion yang bermuatan positif seperti ion sodium, potassium dan ion positif lainnya. Hal itu menyebabkan terjadinya proses osmosis dalam sel, sehingga jika tidak dikontrol dapat mengakibatkan sel bengkak dan meledak. Pompa Na-K akam memompa tiga ion Na keluar sel dan memompa dua ion K kedalam sel, dan membran sel kurang permiabel terhadap ion Na dibandingkan dengan ion K. Adanya kelebihan satu ion Na diluar sel menyebabkan konsentrasi diluar sel lebih tinggi sehingga terjadi proses osmosis keluar sel. Perpindahan ion

ini juga berefek mengikat molekul air. Pada beberapa tempat di dalam tubuh terutama bagian tubuh yang tersusun atas lembaran sel terjadi proses transpor aktif, seperti : 1) epitel intestinal, 2) epitel tubulus renalis, 3) epitel glandula eksokrin, 4) epitel kantung empedu, 5) pleksus choroid otak. Mekanisme proses transpor pada lembaran seluler itu adalah : transpor aktif melalui sel membran, kemudian proses difusi sederhana atau difusi fasilitasi ke sel yang berdekatan.

Asupan dan Kehilangan Cairan Tubuh Pemasukan air ke dalam tubuh bersumber dari air minum, air yang terkandung dalam makanan, dan air hasil dari proses oksidasi karbohidrat, protein, dan lemak (Edney 1983). Pemasukan air kedalam tubuh bervariasi diantara individu dan pada setiap individu pada hari yang berbeda, karena sangat bergantung atas iklim, kebiasaan, dan tingkat aktivitas.

Tabel 2. Air Metabolik

Klas dari pakan

Air yang dihasilkan dari oksidasi 100 g

* Protein*

40 g

Lemak

107 g

Karbohidrat

55 g

* tidak dioksidasi komplit

Dikutip dari Edney ATB. 1983. Dog and Cat Nutrition.

Pengeluaran air dari tubuh melalui empat jalan yaitu : (1) Pengeluaran air melalui respirasi pada hewan terengah-engah seperti anjing. Pada hewan lain

sangat bervariasi tergantung atas jenis hewan, (2) Air keluar melalui kulit, karena difusi dari permukaan dan keringat. Jumlah yang keluar melalui keringat

masing-masing hewan bervariasi tergantung atas jumlah kelenjar keringat pada kulit, (3) Keluar melalui feses, jumlahnya sangat sedikit dan pada masing-masing hewan volume bervariasi tergantung atas diet yang diberikan, (4) Keluar melalui urin. Pada anjing dan kucing dan hewan domestik yang lain jumlahnya 20 ml/kgBB/hari (Hall, 1983; Lorenz et al 1987; Wingfield, 2009).

Air yang keluar melalui sistem respirasi, kulit, dan feses di ketahui sebagai kehilangan cairan yang tidak terelakan, dengan jumlah 20 ml/kgBB/hari. Hewan yang sehat mampu mempertahankan cairan dan keseimbangan elektrolit dengan sedikit fluktuasi dari normal (Wingfield 2009; Lorenz et al 1987). Penyebab paling umum kehilangan cairan melalui gastrintestinal akibat muntah, diare, drainase fistula, infeksi, obstruksi usus, dan luka bakar (Pandey dan Singh, 2003). Pada pasien demam, dilaporkan terjadi kehilangan cairan sebanyak 100 sampai 150 ml per hari setiap peningkatan 1oC suhu tubuh dari normal (Heitz dan Horne, 2005).

Homeostasis Cairan Tubuh

Ginjal berperan besar dalam mengontrol volume dan komposisi cairan tubuh, air dan elektrolit dalam tubuh, dan keseimbangan asam-basa. Ginjal

menyaring plasma dan mengeluarkan substansi yang tidak diperlukan tubuh seperti urea, asam urat, kreatinin, produk pemecahan hemoglobin dan toksin (Guyton dan Hall, 2006).

Homeostasis cairan tubuh dapat dipertahankan jika eksresi air dan elektrolit harus seimbang dengan asupan ke dalam tubuh. Jika intake lebih besar dari eksresi maka jumlah substansi dalam tubuh meningkat, begitujuga sebaliknya jika intake lebih kecil dari eksresi maka substansia dalam tubuh akan menurun. Intake air dan elektrolit juga sangat berhubungan dengan pola makan dan minum hewan, untuk keseimbangan ini maka ginjal akan mengatur proses pengeluaran cairan tubuh melalui produksi urine. Tahapan produksi urine dimulai dari kerja glomerulus dalam menyaring plasma darah. Filtrate glomerulus akan menuju tubulus renalis yang meliputi tubulus proksimal, loop of henle, tubulus distal, tubulus kolektipus, dan terakhir duktus kolektivus kemudian menjadi urin. Dalam proses itu beberapa substansia akan di reabsorpsi kembali di tubulus menuju darah dan beberapa substansi juga ada disekresikan oleh darah ke tubulus (Guyton dan Hall, 2006).

Glomerulus menyaring (filtrasi) semua substansia dalam plasma dan tidak selektif kecuali protein plasma dan

substansia yang terikat didalamnya, sedangkan tubulus akan mereabsorbsi secara sangat selektif substansia yang ada di dalam filtrate, seperti glukosa dan asam amino akan direabsorsi secara sempurna. Begitu juga dengan beberapa ion seperti sodium, chloride, dan bicarbonate juga direabsorbi sesuai kebutuhan tubuh, sedangkan urea dan kreatinin tidak direabsorbsi (reabsorbsi buruk). Proses reabsorbsi ion dari lumen tubulus ke epitel berlangsung secara transport pasif dan aktif, sedangkan dari kapiler peritubular menuju darah secara ultrafiltrasi (bulk flow) yang dimediasi oleh tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic koloid. Air selalu direabsorbsi secara pasif (osmosis). Di samping itu substansia yang terlarut dalam air (potassium, magnesium, dan chloride) dapat direabsorbsi atau disekresikan melalui pertautan antar sel (Tight junction) (Guyton dan Hall, 2006).

Proses transport aktif sodium (Na) pada tubulus proksimal adalah sebagai berikut: pada bagian basolateral dari sel epitel tubular, pada membrane selnya ada sistem sodium-potasium ATPase yang akan menghidrolisis ATP dan energi yang dihasilkan untuk proses transport ion sodium keluar sel menuju interstitium. Pada saat bersamaan potassium ditranspor dari interstitium ke dalam sel. Kerja pompa ini mempertahankan konsentrasi

rendah sodium dalam sel dan konsentrasi tinggi potasium dalam sel, dan menyebabkan muatan negatif dalam sel. Adanya pemompaan sodium keluar sel menuju cairan interstitial melewati basolateral membran, memudahkan terjadinya difusi pasif ion sodium dari tubulus ke dalam sel melalui membran luminal sel. Proses difusi terjadi karena konsentrasi ion sodium di dalam lumen tinggi sedangkan dalam sel rendah, terjadinya muatan negatif dalam sel juga menarik ion sodium (bermuatan positif) yang ada di lumen tubulus ke dalam sel. Proses transpor aktif ini terjadi disebagian besar bagian tubulus sehingga pasokan ion sodium tubuh dapat dipenuhi. Ditubulus proksimal juga banyak terdapat brush border pada sisi luminal (sisi yang berhadapan dengan lumen tubulus) yang juga terdapat carier protein yang membantu dalam proses difusi fasilitasi. Sodium carier protein juga sangat penting dalam proses trasnspor aktif skunder untuk substansia lain seperti glukosa, dan asam amino(Guyton dan Hall, 2006).

Ion hidrogen (H+) disekresikan ke dalam tubulus melalui proses aktif transpor skunder, yang sering disebut counter transpor substansia H+ dengan ion sodium. Carier protein yang ada dibrush border mengikat ion sodium yang adal dilumen tubulus untuk dimasukkan ke

dalam sel, pada saat bersamaan carier protein itu juga mengikat ion H+ yang ada di dalam sel untuk dikeluarkan dari sel menuju lumen tubulus. Sekresi ion H+ sangat penting untuk mengeluaran ion karbonat dari tubulus (HCO3-). Selain itu ditubulus proksimal juga disekresikan asam organik dan basa seperti garam empedu, oksalat, urate, dan katekolamine (Guyton dan Hall, 2006).

Peningkatan reabsorbsi ion dari lumen tubulus, menyebabkan konsentrasi di dalam lumen menurun sedangkan konsentrasi ion di dalam interstitialis renal meningkat, peningkatan konsentrasi ini menyebabkan terjadi proses osmosis air dari lumen tubulus ke interstitialis. Proses osmosis ini terjadi di tight junction sel. Tight jungtion di daerah tubulus proksimal sangat permiabel terhadap air dibandingkan tight junction dibagian loop Henle sampai ductus kolektivus. Karena reabsorbsi air dan bahan organik sangat berhubungan dengan reabsorbsi sodium, sehingga perubahan dalam reabsorbsi ion sodium akan mempengaruhi juga reabsorbsi air dan bahan organik itu. Pada saat reabsorbsi ion sodium juga terjadi reabsorbsi ion Cl- (Guyton dan Hall, 2006).

Pada bagian loop Henle (thin descending) sangat permiabel terhadap air (hampir 20% reabsorbsi air terjadi

dibagian ini) dan permiabelnya moderat terhadap sodium, sedangkan pada bagian ascending kurang permiabel terhadap air. Pada bagian lain (thick ascending) terjadi reabsorbsi (25%) terhadap sodium, chloride, potasium, calsium, bicarbonat dan magnesium. Pada thick ascending ini tempat kerja utama dari diuretik furosemida, asam ethacrynic, dan bumetamide dengan menghambat reabsorsi sodium-2 chloride-potasium. Pada tubulus distal juga terjadi reabsorbsi (5%) terhadap sodium, potasium dan chloride dan tidak permeabel terhadap air dan urea (Guyton dan Hall, 2006).

Regulasi Keseimbangan Asam Basa

Pengertian Asam dan basa dalam cairan tubuh didefinisikan sebagai berikut, asam adalah molekul yang dapat melepaskan atom hidrogen dalam larutan. Sebagai contoh molekul HCl dalam air akan mengalami ionisasi menjadi ion H+ dan Cl-, molekul H2CO3 mengalami ionisasi dalam air menjadi ion H+ dan bicarbonat HCO3-. Sedangkan basa adalah ion atau molekul yang dapat mengikat asam (ion H+), sebagai contoh HCO3-adalah basa yang mampu mengikat ion H+ menjadi H2CO3, HPO4= adalah basa karena mampu mengikat H+ menjadi H2PO4-. Protein dalam tubuh juga berfungsi sebagai basa. Asam kuat adalah

molekul yang dengan mudah dapat melepaskan ion H+ ke dalam larutan, misalnya HCl, sedangkan basa kuat adalah molekul yang dengan cepat dapat bereaksi dengan asam, misal OH-. Adanya ion H+ dalam cairan tubuh akan berpengaruh terhadap pH dari cairan itu. pH cairan tubuh adalah 7,4. apabila pH berada diatas 7,4 disebut alkalosis sedangan di bawah 7,4 disebut acidosis (Yoxall dan Hird, 1980; Guyton dan Hall 2006).

Ada lima sistem utama yang mengatur keseimbangan ion H+ dalam cairan tubuh, yaitu 1) sistem buffer kimiawi asam-basa di dalam cairan ekstraseluler, adalah molekul yang segera berikatan dengan asam atau basa; 2) pusat nafas yang meregulasi pelepasan CO2 Asam

H2CO3

HHB

H2PO4-

NH4

Ion hidrogen disekresikan dan bikarbonat direabsorpsi di semua bagian tubulus kecuali di loop henle. Bikarbonat direabsorbsi kira-kira 80-90% di tubulus proksimal , kemudian sisanya direabsorbsi di dibagian lain dari tubulus. Ion hidrogen disekresikan ke lumen tubulus di tubulus proksimal, segmen tebal loop henle, dan tubulus dista melalui mekanisne counter-transpor sodium-hidrogen. Sekresi aktif primer ion H+ terjadi pada tipe yang

dalam darah dan mengatur tekanan CO2 (PCO2) darah; 3) Buffer kimia dalam sel; 4) Regulasi pada ginjal yang dapat mengekresikan asam (H+) atau reabsorbsi basa (Bikarbonat); 5) mobilisasi buffer dari tulang (Yoxall dan Hird, 1980). Sistem buffer kimiawi dalam darah tidak mengeluarkan atau menambah ion H+ ke dalam darah hanya mengikatnya sampai terjadi keseimbangan. Sistem respirasi mengeluarkan CO2 dan H2CO3 dari tubuh, sedangkan ginjal memberikan respon yang lambat terhadap peningkatan konsentrasi ion H+ dalam darah, tetapi hanya ginjal yang mampu mengeluarkan asam atau basa dari dalam tubuh dan berperan sangat besar dalam regulasi asam-basa (Guyton dan Hall, 2006).

Basa

H+ =HCO3-      Bicarbonat

H+ +Hb-        Haemoglobin

  • H+ +HPO4=    Fosfat

  • H+ +NH3       Amonia

khusus di bagian akhir tubulus distal dan tubulus kolektivus, yang disebut sel intercalated. Dengan mekanisme ini cairan tubular akan bersifat asam hanya ditubulus kolektivus dan ductus colektivus.

Mekanisme counter-transpor sodium-hidrogen prosesnya dimulai dari : ketika CO2 bebas atau CO2 dari hasil metabolisme dalam sel epitel tubular, dengan aktivasi enzim carbonik anhidrase,

CO2 akan bereaksi dengan H2O membentuk H2CO3, yang dapat berdisosiasi (pisah) menjadi HCO3- dan H+. Ion H+ disekresikan ke lumen tubular melalui counter-transpor sodium-hidrogen (ion Na masuk sel dan ion H+ dilepaskan ke lumen melalui ikatan dengan carier protein di membran sel). HCO3- yang terbentuk dalam sel (ketika H+ terpisah dari H2CO3) bergerak menembus lapisan basolateral sel menuju cairan interstitial renal dan kapiler darah peritubular. Transpor HCO3- melewati membran sel di basolateral difasilitasi oleh dua mekanisme yaitu : 1) Na+-HCO3- co-transpor; 2) pertukaran Cl--HCO3-.

Kelebihan sekresi ion H+ dapat berikatan dengan molekul HPO4+ untuk membentuk H2PO4- dan mengikat ion Na+ membentuk garam NaH2PO4 yang dieksresikan ke urin. Ekses eksresi ion H+ ke lumen tubulus kolektivus juga bereaksi dengan molekul NH3 membentuk NH4+ yang selanjutnya bereaksi dengan ion Cl-dan dikeluarkan bersama urin.

Penyebab Klinis Gangguan Asam Basa

Penurunan kecepatan ventilasi paru-paru akan meningkatkan tekanan CO2 (PCO2) cairan ekstraselular. Hal itu menyebabkan peningkatan konsentrasi H2CO3- dan H+ sehingga terjadi asidosis. Karena asidosis terjadi akibat gangguan pada respirasi maka disebut respirasi asidosis. Respirasi asidosis dapat terjadi kondisi patologis akibat kerusakan pusat nafas atau penurunan fungsi paru-paru dalam mengeluarkan CO2, misal kerusakan medula oblongata, sumbatan saluran nafas, pneumonia, emphisema. Respon kompensasi dari respirasi asidosis

adalah buffer cairan tubuh dan pengeluaran ion H+ melalui ginjal.

Respirasi alkalosis. Disebabkan overventilasi paru-paru. Jarang terjadi karena patologis. Hal ini biasanya terjadi apabila berada pada daerah yang tinggi dengan kadar O2 yang rendah, sehingga banyak CO2 yang keluar. Respon kompensasi adalah melalui buffer kimia dan pengeluaran HCO3 melalui ginjal.

Metabolic asidosis. Istilah metabolik asidosis yaitu untuk semua tipe asidosis akibat ekses CO2 dalam cairan tubuh. Metabolik asidosis dapat terjadi karena : kegagalan ginjal mengeluarkan asam yang berasal dari proses metabolisme; terbentuknya molekul asam metobolik akibat ekses kelebihan asam metabolik; pemasukan asam metabolik kedalam tubuh melalui ingesti atau infus; kehilangan basa dari tubuh.

Renal tubular asidosis. Akibat gangguan sekresi H+ atau reabsorbsi HCO3-. Gangguan ini ada dua tipe yaitu : kegagalan tubulus renalis mereabsorpsi HCO3- sehingga banyak keluar melalui urin; ketidakmampuan tubulus renalis mensekresikan H+ untuk menjaga keasaman urin. Beberapa penyebab renal tubular asidosis adalah gagal ginjal kronis, sekresi aldosteron tidak cukup.

Diarrhea. Diare berat akan menyebabkan metabolik asidosis. Asidosis terjadi karena tubuh banyak kehilangan sodium bikarbonat melalui feses. Sekresi gastrointestinal secara normal banyak mengandung bikarbonat dan diarrhea menyebabkan kehilangan banyak HCO3-dari tubuh dan efeknya sama juga dengan kehilangan banyak HCO3 dari urin. Hal yang sama juga terjadi pada kasus muntah sampai isi kandungan usus.

Diabetes militus yang disebabkan penurunan sekresi insulin oleh pankreas (tipe I DM) hal ini menyebabkan penggunaan glukosa untuk metabolisme akan digantikan dengan pemecahan lemak, hal itu akan berefek terkumpulnya asam asetoacetic dalam tubuh.

Metabolik Alkalosis. Metabolik alkalosis disebabkan oleh berlebihnya kandungan HCO3 dalam cairan tubuh. Beberapa hal yang menyebabkan kondisi itu , yaitu: pemberian diuretik (kecuali carbonik anhidrase inhibitor). Semua diuretik menyebabkan peningkatan aliran urin dalam tubulus, hal ini menyebabkan peningkatan reabsorpsi ion Na+, reabsorpsi ion Na+ diikuti dengan sekresi ion H+.

Kelebihan sekresi aldosteron dari glandula renalis menyebabkan peningkatan reabsorpsi ion Na+ dan meningkatkan sekrsi ion H+ dari sel intercalated. Muntah dengan kandungan muntahan isi lambung juga menyebabkan kelebihan basa dalam tubuh.

SIMPULAN

Simpulan

  • 1.    Cairan tubuh merupakan milleu atau lingkungan internal dalam tubuh untuk aktivitas sel

  • 2.    Komposisi cairan tubuh adalah air, elektrolit, asam basa dan nutrient

  • 3.    Ginjal adalah organ yang berperan sangat vital untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Edney ATB. 1983. Dog and Cat nutrition. Pergamon Press. New York.

Einstein R, Jones RS, Knifton A, Starmer GA. 1995. Principles of veterinary therapeutics. Longman Scientific & Technical. New York.

Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of Medical Physiology. Ed 8TH . Elseiver Saunders. Philadelphia.

Hall LW. 1983. Fluid therapy and intravenous nutrition. In Dog and Cat nutrition. Editor ATB Edney. Pergamon Press. New York.

Hartanto, WW. 2007. Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif. Bagian Farmakologi Klinik dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Bandung.

Heitz U, Horne MM. 2005. Fluid, Electrolyte and Acid Base Balance. 5th Ed. Missouri,Elseiver-Mosby.

Lorenz MD, Cornelius LM, Ferguson DC. 1994. Small animal medical therapeutics. JB lippincott Co.Philadelphia New York.N Pandey CK, Singh RB. 2003. Fluid and Electrolyte Disorders. Indian J Anaesh. 47(5) : 380-387.

Wingfield WE. 2009. Fluid and Elektrolite therapy.

http://www.cvmbs.colostate.edu/cli nsci/wing/fluids/fluids.htm. 22 mei 2009

Yoxall AT, Hird JFR. 1980. Physiological Basis of Small Animal Medicine. BlackwellSci Pub. Melbourne.

37