PREVALENCE AND HISTOPATHOLOGY OVERVIEW OF SKIN TUMORS IN DOGS IN DENPASAR
on
Buletin Veteriner Udayana
p-ISSN: 2085-2495; e-ISSN: 2477-2712
Volume 8 No. 1: 65-70
Pebruari 2016
Prevalensi Dan Gambaran Histopatologi Tumor Kulit Pada Anjing Di Kota Denpasar
(PREVALENCE AND HISTOPATHOLOGY OVERVIEW OF SKIN TUMORS IN DOGS IN DENPASAR)
Edward Emanuel Mango1, I Made Kardena2, I Ketut Eli Supartika3 1Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana 2Laboratorium Patologi Veteriner Universitas Udayana 3Laboratorium Patologi Balai Besar Veteriner Denpasar
Jl. PB. Sudirman Denpasar-Bali
Email: [email protected]
ABSTRAK
Tumor kulit merupakan pertumbuhan tidak terkontrol, menyerang kulit atau jaringan lunak di bawah kulit, dapat bersifat jinak atau ganas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat prevalensi kasus tumor kulit pada anjing di Denpasar berdasarkan ras dan umur serta gambaran histopatologinya dari113 sampel anjing penderita tumor kulit di Denpasar tahun 20082012 yang didiagnosa di Laboratorium Patologi Balai Besar Veteriner Denpasar Bali. Hasil penelitian menunjukkan teridentifikasi 15 jenis tumor yang menyerang kulit dengan prevalensi masing-masing lipoma 28,32%, histiositoma 10,62%, squamous cell carcinoma 8,85%, limfosarkoma 6,19%, melanositoma 6,19%, tumor kelenjar sebaseus 6,19%, fibroma 5,31%, fibrosarkoma 5,31%, hemangioma 4,42%, hemangiosarkoma 4,42%, trikoepthelioma 4,42%, perianal gland adenoma 3,54%, liposarkoma 2,65%, mastositoma 2,65%, dan papilloma 0,88%. Prevalensi tumor kulit pada anjing di Denpasar berdasarkan ras dan umur tidak berbeda nyata, tumor kulit dapat menyerang anjing ras lokal dan non lokal juga anjing dari berbagai tingkatan umur. Gambaran histopatologi dari masing-masing tumor kulit berbeda-beda tergantung dari tipe sel yang tumbuh tidak terkontrol, namun memiliki struktur yang tidak teratur dengan diferensiasi sel dalam berbagai tingkatan pada kromatin, nukleus, dan sitoplasma.
Kata kunci : prevalensi, histopatologi, tumor kulit, anjing
ABSTRACT
Skin tumors grow uncontrollably, invades the skin or soft tissue under the skin, can be benign or malignant. This research was conducted by analyzing risk factors : age and type associated with histopathological changes of 113 samples of dogs with skin tumors in Denpasar in 2008-2012 are diagnosed from the Laboratory Pathologic of Balai Besar Veteriner in Denpasar Bali. From this study, it’s identified 15 types of skin tumors in dogs in Denpasar, with respective prevalence were lipoma 28.32%, histiocytoma 10.62%, squamous cell carcinoma 8.85%, lymphosarcoma 6.19%, melanocytoma 6.19%, sebaceous gland tumors 6.19%, fibroma 5.31%, fibrosarcoma 5.31%, hemangioma 4.42%, hemangiosarcoma 4.42%, trichoepthelioma 4.42%, perianal gland adenoma 3.54%, liposarcoma 2.65%, mastocytoma 2.65%, and papilloma 0.88%. Prevalence of skin tumor in dogs in Denpasar based on the breeds and age’s wasn’t significantly different, it means skin tumor can spread either local and non local breed dog’s and can infect all ages in dog’s. The histopathological changes from each kinds of skin tumors was different depended from the type of cells that grew uncontrollably, howevergenerally they had unregulated structure with differential cell in various levels in chromatin, nucleus, and cytoplasmic.
Keywords : prevalence, histopathology, skin tumors, dog
PENDAHULUAN
Anjing adalah mamalia yang telah mengalami domestikasi dari serigala sejak ratusan ribu tahun yang lalu berdasarkan bukti genetik berupa penemuan fosil dan tes DNA (David, 1984). Anjing merupakan hewan sosial sama halnya seperti manusia karena bisa dilatih, diajak bermain, tinggal bersama manusia, dan diajak bersosialisasi dengan manusia. Kesetiaan dan pengabdian yang ditunjukkan anjing sangat mirip dengan konsep manusia tentang persaudaraan dan persahabatan. Pada tahun 2011, total populasi anjing di Bali mencapai lebih dari 500 ribu ekor (Agusset, 2011). Anjing rentan terhadap beberapa jenis penyakit infeksius, seperti : rabies, leptospirosis, canine distemper, parvo virus, serta penyakit degenerasi dan gangguan pertumbuhan seperti tumor kulit, dermatosis, kista, dan lain-lain. Kejadian kasus tumor kulit cukup tinggi yaitu berkisar 9.5%-51% dari keseluruhan kasus tumor pada anjing (Bronden et al., 2010). Walaupun tumor kulit pada anjing belum jelas penyebabnya, secara umum ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya tumor pada anjing. Faktor penyebab tumor secara umum dibedakan menjadi dua faktor yaitu faktor intrinsik seperti ras, cell rest, umur, jenis kelamin, dan pigmentasi dan faktor ekstrinsik seperti infeksi virus, parasit, karsinogen, iradiasi, traumatik mekanik, dan transplantasi (Berata et al., 2011).
Tumor kulit merupakan pertumbuhan yang tidak terkontrol yang menyerang kulit atau jaringan lunak di bawah kulit dan dapat bersifat jinak atau ganas (Berata et al., 2011). Sel tumor kulit dapat menyerang jaringan kulit anjing jantan maupun betina (Elizabeth et al., 2009). Tumor kulit biasanya diikuti dengan kelainan-kelainan lain seperti pustula, gatal-gatal, hematoma, kista, lepuh, abses, lick granulomas dan skin
tags. Tumor kulit bisa berubah menjadi ganas dan menyebar ke bagian lain tubuh anjing.
Gambaran histopatologi tumor kulit berbeda-beda tergantung dari tipe tumor kulit yang tumbuh pada anjing. Tumor kulit memiliki struktur yang tidak teratur dengan diferensiasi sel dalam berbagai tingkatan pada kromatin, nukleus, dan sitoplasma (Jasik et al., 2009). Hubungan tumor kulit pada berbagai ras dan umur anjing sangat erat kaitannya. Tumor kulit sering ditemukan pada anjing yang berumur tua. Faktor umur ini menunjukkan waktu inkubasi yang lama untuk menimbulkan sebuah tumor, terutama karsinoma dan diperlukan rangsangan yang cukup banyak selama waktu tertentu untuk menimbulkan gangguan pertumbuhan sel (Berata et al., 2011). Berdasarkan ras, tumor kulit dapat menyerang anjing ras lokal maupun anjing ras non lokal. Hal ini terkait dengan faktor genetik anjing, misalnya limfoma merupakan kanker pada anjing lokal dan mastositoma, lipoma, papilloma pada anjing ras non lokal (Dobson, 2012).
Studi tentang tumor kulit pada anjing di Kota Denpasar sangat terbatas kuantitasnya. Sementara, tingkat prevalensinya cukup banyak dapat kita amati baik pada anjing ras lokal maupun non lokal. Berdasarkan latar belakang tersebut rancangan penelitian ini dibuat untuk mempelajari tingkat prevalensi dan gambaran histopatologi kasus tumor kulit pada anjing di Kota Denpasar.
MATERI DAN METODE
Materi Penelitian
Penelitian ini menggunakan sampel berupa data sekunder sebanyak 113 sampel organ anjing yang positif menderita tumor kulit yang diperoleh dari Laboratorium Patologi Balai Besar Veteriner Denpasar dari tahun 20082012. Jenis penelitian ini adalah
penelitian observasional yang melihat dan menganalisis data epidemiologi kasus tumor kulit pada anjing di Denpasar kemudian dianalisis gambaran histopatologinya. Preparat sampel dibuat dengan metode pewarnaan hematoksilin-eosin. Variabel penelitian ini menggunakan ras dan umur anjing yang dilihat dari data epidemiologi dan kemudian di analisis menggunakan analisis data Chi-Square.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data prevalensi kasus tumor kulit pada anjing di Denpasar berdasarkan ras dan umur dianalisis secara statistik dengan uji Chi-square. Analisis statistik dilakukan dengan mengklasifikasikan 15 jenis tumor kulit menjadi jinak dan ganas. Hasil uji menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0.05) dari kejadian tumor kulit pada anjing baik berdasarkan ras maupun umur (Tabel 2 dan Tabel 3), yang artinya tumor kulit dapat menyerang anjing ras lokal dan non lokal juga anjing dari berbagai tingkatan umur.
Tumor kulit merupakan pertumbuhan tidak terkontrol, menyerang kulit atau jaringan lunak dibawah kulit dan dapat bersifat jinak atau ganas (Berata et al., 2011). Kejadian kasus tumor kulit pada anjing cukup tinggi kasusnya yaitu berkisar antara 9,5%-51% dari keseluruhan kasus tumor pada anjing (Bronden et al., 2010). Pada penelitian ini diidentifikasi 15 jenis tumor yang menyerang kulit pada anjing di Denpasar dari tahun 2008-2012 dengan prevalensi masing-masing tumor kulit antara lain lipoma 28,32%, histiositoma 10,62%, squamous cell carcinoma 8,85%, limfosarkoma 6,19%, melanositoma 6,19%, tumor kelenjar sebaseus 6,19%, fibroma 5,31%, fibrosarkoma 5,31%,
hemangioma 4,42%, hemangiosarkoma 4,42%, tricoepthelioma 4,42%, perianal gland adenoma 3,54%, liposarkoma 2,65%, mastositoma 2,65%, dan
papilloma 0,88% (Tabel 1).
Tabel 1. Jenis dan prevalensi tumor kulit pada anjing di Denpasar tahun 2008-2012
No |
Jenis Tumor Kulit |
Prevalensi |
1 |
Fibroma |
5,31% |
2 |
Fibrosarkoma |
5,31% |
3 |
Hemangioma |
4,42% |
4 |
Hemangiosarkoma |
4,42% |
5 |
Histiositoma |
10,62% |
6 |
Lipoma |
28,32% |
7 |
Liposarkoma |
2,65% |
8 |
Limfosarkoma |
6,19% |
9 |
Mastositoma |
2,65% |
10 |
Melanositoma |
6,19% |
11 |
Papilloma Perianal Gland |
0,88% |
12 |
3,54% | |
Adenoma | ||
13 |
Squamous Cell |
8,85% |
Carcinoma | ||
14 |
Tricoepthelioma |
4,42% |
15 |
Tumor Kelenjar |
6,19% |
Sebaseus |
Prevalensi tumor kulit pada anjing berdasarkan ras didapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata (P>0.05) dengan nilai Chi-square sebesar 1,00. Artinya tumor kulit dapat menyerang anjing baik ras lokal maupun non lokal dengan tingkat kejadian yang tinggi. Sharief and Monier (2006), menjelaskan bahwa angka kejadian kasus tumor kulit lebih sering terjadi pada anjing ras seperti Miniature Schnauzer, Bernese Mountain, German Shepherd, Boxer, Pugs, Boston Terrier dan anjing ras lainnya dengan persentase lebih dari 25%. Selain itu, kasus tumor kulit juga merupakan salah satu penyebab kematian terbesar pada anjing ras dengan angka kematian sebesar 27% (Gorman, 2010).
Tabel 2. Tingkat prevalensi tumor kulit pada anjing di Denpasar tahun 2008-2012 berdasarkan ras
Tumor Kulit |
Ras Anjing Chi-Square Lokal Frekuensi Non Lokal Frekuensi (X2 ) |
Jinak Ganas |
22 19,46% 43 38,05% 16 14,15% 32 28,31% 1,00 |
Menurut Dobson (2012), angka kejadian tumor kulit sangat tinggi pada anjing ras karena ada hubungannya dengan faktor genetik atau keturunan. Variasi keturunan pada anjing merupakan salah satu faktor resiko tertinggi terkena tumor kulit. Menurutnya, anjing ras seperti Bernese mountain, Flat-coated Retriever, Golden Retriever, Boxer, dan Rottweilers termasuk dalam 5 besar keturunan anjing yang mati akibat tumor kulit di Denmark dengan angka kematian sebesar 20%. Walaupun demikian kejadian tumor kulit juga sangat tinggi pada anjing ras lokal. Hal ini berkaitan dengan manajemen pemeliharaannya dan aktivitas. Anjing lokal yang sering dibiarkan pemiliknya dan tidak diperhatikan kebersihannya, memiliki kecenderungan terserang tumor kulit. Lebih lanjut dijelaskan, walaupun anjing ras lokal memiliki sistem kekebalan yang
cukup tinggi tetapi resiko terinfeksi tumor kulit juga cukup tinggi karena aktivitas dari anjing ras lokal yang sering diliarkan dan kecenderungan kontak langsung dengan anjing lain. Selain itu terlibatnya agen infeksius seperti virus sering menyebabkan kasus tumor kulit yang cukup tinggi pada anjing ras lokal, misalnya papilloma virus. Menurut Kelsey et al. (1998) kejadian tumor kulit juga tinggi pada anjing ras non lokal dan sering dikaitkan dengan aktivitas. Faktor stres pada anjing ras non lokal yang sering dikandangkan menjadi penyebab utama terinfeksinya tumor kulit. Selain itu, paparan sinar matahari yang berlebihan berkontribusi terhadap kejadian tumor kulit pada anjing. Anjing ras lokal maupun non lokal yang terpapar sinar matahari dalam jangka waktu lama juga cenderung lebih berisiko terkena tumor kulit (Pet Wave, 2012).
Tabel 3. Tingkat prevalensi tumor kulit pada anjing di Denpasar tahun 2008-2012 berdasarkan umur
T Klit Umur Anjing Chi-Square >1 Tahun Frekuensi ≤ 1 Tahun Frekuensi (X2 ) | |
Jinak 59 52,21% Ganas 41 36,28% |
6 5,30% 7 6,19% 0,39 |
Sedangkan berdasarkan umur, prevalensi tumor kulit pada anjing berdasarkan umur didapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata (P>0.05) dengan nilai Chi-square sebesar 0,39 yang artinya tumor dapat menyerang anjing dari berbagai tingkatan umur. Menurut Berata et al. (2011) tumor kulit sering ditemukan pada anjing yang berumur tua. Faktor umur ini |
menunjukkan waktu inkubasi yang lama untuk menimbulkan sebuah tumor, terutama karsinoma dan diperlukan rangsangan yang cukup banyak selama waktu tertentu untuk menimbulkan gangguan pertumbuhan. Tipe tumor kulit juga bervariasi menurut umur anjing. Anjing berumur muda umumnya terkena tumor kulit yang disebabkan oleh agen infeksius (virus, bakteri, dan parasit). Hal |
ini berkaitan dengan sistem kekebalan dari anjing dimana anjing muda umumnya memiliki sistem kekebalan yang rendah sehingga mudah terinfeksi agen infeksius yang berhubungan dengan kasus tumor kulit (Kashyap et al., 2013).
Secara umum, kasus tumor kulit pada anjing dapat terjadi tanpa adanya perbedaan ras dan umur. Anjing dari berbagai ras dan tingkatan umur dapat terinfeksi tumor kulit. Tumor kulit merupakan penyakit dengan penyebab yang multifaktor yang dapat bersifat jinak maupun ganas. Angka kejadian tumor kulit pada anjing juga cukup tinggi kasusnya dengan kisaran 9,5%-51% dan perlu diwaspadai.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh tingkat prevalensi dari 15 jenis tumor kulit antara lain lipoma 28,32%, histiositoma 10,62%, squamous cell carcinoma 8,85%, limfosarkoma 6,19%, melanositoma 6,19%, tumor kelenjar sebaseus 6,19%, fibroma 5,31%, fibrosarkoma 5,31%, hemangioma 4,42%, hemangiosarkoma 4,42%, tricoepthelioma 4,42%, perianal gland adenoma 3,54%, liposarkoma 2,65%, mastositoma 2,65%, dan papilloma 0,88% dari total 113 kasus tumor kulit. Prevalensi tumor kulit pada anjing di Denpasar dapat menyerang anjing ras lokal dan non lokal dan juga anjing dari berbagai tingkatan umur.
Saran
Perlu adanya kesadaran dari pemilik anjing untuk lebih meningkatkan manajemen pemeliharaan agar terhindar dari kejadian tumor kulit. Perlu penelitian terkait dengan kasus tumor kulit pada anjing dengan mengevaluasi faktor-faktor resiko lain yang berpengaruh terhadap kejadiannya seperti jenis kelamin, immunitas, dan sistem pemeliharaan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak drh. I Ketut Diarmita, MP, sebagai Kepala Balai Besar Veteriner Denpasar beserta staf yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Agusset. 2011. Bali dan anjing liar.
http://agusset.wordpress.com/2011/0 7/10/bali-dan-anjing-liar (diakses 30 November 2013).
Berata IK, Winaya IBO, Adi AAAM, Adyana IBW, Kardena IM. 2011. Patologi veteriner umum. Bahan Ajar. Fakultas Kedokteran Hewan UNUD, pp. 106-198.
Bronden LB, Eriksen T, Kristensen AT.
2010. Mast cell tummors and other skin neoplasia in danish dogs. J ACTA Vet Scandinavika, 52: 1-6.
David A. 1984. The dog, chartwell books.
ISBN 0-89009-786-0, pp. 77-89.
Dobson JM. 2012. Review article: breedpredisposition to cancer in pedigree dog. Queen’s Veterinary School Hospital Department of Veterinary Medicine University of Cambr, Cambridge, UK. 13:16-17.
Elizabeth A, Nesbit, Perry J, Bain, Nicole C, Northrup, Kenneth S, Latimer.
2009. Departemen Pathology (Bain, Latimer) And Onkologi Departemen. University Of Georgia, Athens. GA 30602-7388.
Gorman N. 2010. Neoplasia of the skin and associated tissues. Waltham Center for Pet Nutrition Melton Mowbray, UK. Pp. 27-33.
Jasik AGN, Kozaczynski W, Rechert, M.
2009. Canine skin tumours with adenexal diferentietion
histopethology and immuno
histochemistry. Bulls Vet Ins
Pulawy, 53: 227-283.
Kashyap DK, Tiwari SK, Giri DK, Dewangan G, Sinha B. 2013. Cutaneous and subcutaneous tissue neoplasma in canines: occurrence and histopathological studies. Afr J Bio Med Res, 8(49): 6569-6574.
Kelsey JL, Moore AS, Glickman LT. 1998. Epidemiologic studies of risk factors for cancer in pet dogs. Epidemiologic Review, 20(2): 204217.
PetWave. 2012. Types of skin tumor in dog. http://www.petwave.com/Dogs/ Dog-Health-Center/Skin-Disorders
/Skin-Tumor.aspx (diakses 30 November 2013)
Sharif M, Monier A. 2006. epidemiology of skin tumor entities according to the new who classification in dogs and cats. Fachbereich Veterinarmedizin der Justus-Liebig-Universitat Gieben. Pp. 10-36.
Todorova I. 2006. Prevalence and etiology of the moct common malignant tumours in dogs and cats. Departement of Surgery Faculty of Veterinary Medicine Trakia University, Strara Zagora Bulgaria, 9(2): 85-98.
70
Discussion and feedback