Buletin Veteriner Udayana                                                 Volume 15 No. 6: 1298-1306

pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712                                                Desember 2023

Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/bulvet           https://doi.org/10.24843/bulvet.2023.v15.i06.p29

Terakreditasi Nasional Sinta 4, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi No. 158/E/KPT/2021

Cemaran Salmonella spp. pada Daging Ayam yang Dijual di Pasar

(SALMONELLA SPP. CONTAMINATION IN CHICKEN MEAT SOLD IN MARKETS)

Putri Azahra Prawira1, Maya Anggi Wardhananti1, Nur Ika Prihanani2*

  • 1Mahasiswa Departemen Teknologi Hayati dan Vet, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada, Jl. Persatuan, Blimbingsari, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah

Istimewa Yogyakarta 55281.

  • 2Departemen Teknologi Hayati dan Vet, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada, Jl. Persatuan, Blimbingsari, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa

Yogyakarta 55281.

*Corresponding author email: [email protected]

Abstrak

Daging ayam adalah satu bahan pangan asal hewan yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia karena memiliki nilai nutrisi yang tinggi. Daging ayam sebagai sumber protein hewani, sangat mudah mengalami kerusakan karena rentan terkontaminasi bakteri patogen dan bakteri pembusuk yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi manusia. Kontaminasi bakteri patogen pada bahan pangan asal hewan perlu mendapat perhatian khusus, karena semakin banyak jumlah mikroba seperti terdapat cemaran bakteri Salmonella spp. yang mengkontaminasi daging ayam dapat menyebabkan penyakit Salmonellosis pada manusia. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran karakteristik cemaran bakteri Salmonella spp. pada daging ayam yang dijual di pasar tradisional sehingga keamanan pangan menjadi terjamin dan tidak menimbulkan foodborne diseases. Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode literature review yaitu dengan mencari sumber artikel ilmiah maupun J. penelitian yang relevan dengan materi atau topik review. Hasil yang diperoleh yaitu 141 sampel positif Salmonella spp. dan 357 sampel negatif Salmonella spp. Kontaminasi bakteri ini diakibatkan oleh kurangnya perhatian terhadap higienitas pada proses pengolahan, penyimpanan, dan distribusi daging ayam. Peneliti menyimpulkan bahwa cemaran bakteri Salmonella spp. ditemukan pada daging ayam yang dijual di pasar tradisional sebagai penyebab mutu daging ayam turun sehingga tidak diperbolehkan dikonsumsi oleh manusia. Oleh karena itu, perlu strategi untuk mengendalikan Salmonella melalui pencegahan dan pengendalian from farm to table.

Kata kunci: daging ayam; pasar; Salmonella spp.

Abstract

Chicken meat is a food of animal origin that is widely consumed by Indonesian people because it has high nutritional value. Chicken meat, as a source of animal protein, is very easily damaged because it is susceptible to contamination with pathogenic bacteria and putrefactive bacteria which can cause health problems for humans. Contamination of pathogenic bacteria in foodstuffs of animal origin needs special attention, because the increasing number of microbes such as Salmonella spp. Contaminating chicken meat can cause Salmonellosis disease in humans. This research aims to obtain an overview of the characteristics of Salmonella spp bacterial contamination. in chicken sold in traditional markets so that food safety is guaranteed and does not cause foodborne diseases. The method used in this research uses the literature review method, namely by looking for sources of scientific articles or research J.s that are relevant to the material or topic of the review. The results obtained were 141 positive samples for Salmonella spp. and 357 samples were negative for Salmonella spp. This bacterial contamination is caused by a lack of attention to hygiene in the processing, storage and distribution of chicken meat. Researchers concluded that the bacterial contamination of Salmonella spp. found in chicken meat sold in traditional markets as a cause for the quality of chicken meat to decrease so that it is not allowed for human consumption. Therefore, a strategy is needed to control Salmonella through prevention and control from farm to table.

Keywords: chicken meat; market; Salmonella spp.

PENDAHULUAN

Bahan pangan asal ternak yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia salah satunya yaitu daging ayam. Konsumsi masyarakat terhadap daging ayam khususnya ayam terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data statistik, rata-rata konsumsi rumah tangga per kapita seminggu menurut kelompok daging (komoditi daging ayam ras), tahun 2021 mengalami peningkatan yaitu sebesar 8,62 persen bila dibandingkan dengan tahun 2020 (BPS, 2021). Nilai nutrien yang tinggi pada daging ayam membuat masyarakat lebih memilih bahan pangan ini dibanding daging sapi untuk memenuhi sumber protein hewani (Ramadhani et al., 2020). Namun sebagai sumber protein hewani dengan nutrien tinggi, daging ayam sangat mudah mengalami kerusakan karena rentan terkontaminasi bakteri patogen dan bakteri pembusuk (Novianti et al., 2021).

Daging ayam mengandung nutrien yang bervariasi, yaitu protein 23,3%, air 74,4%, lemak 1,2%, dan abu 1,1% (Candra et al., 2022). Namun kandungan protein dan air yang tinggi pada daging ayam, menyebabkan daging ini mudah membusuk yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme kontaminan dari lingkungan sekitar. Kontaminan mikroba yang menyebabkan pembusukan daging ayam ini akan semakin cepat terjadi pada kondisi lingkungan serta penyimpanan yang kurang baik (Höll et al., 2016). Beberapa bakteri patogen yang dapat ditemukan sebagai kontaminan pada daging ayam, antara lain Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Salmonella sp., Pseudomonas sp., Clostridium perfringens, dan Shigella flexneri (Ray dan Bhunia, 2014).

Hasil dari berbagai penelitian mengenai cemaran bakteri Salmonella spp. pada daging ayam dari berbagai pasar tradisional di Indonesia menunjukan hasil prevalensi bakteri Salmonella spp. pada daging ayam di Kota Medan sebesar 0% dan pasar tradisional Kota Yogyakarta sebesar 20% yang positif tercemar Salmonella spp.

(Sipayung et al., 2023). Hasil tersebut menunjukan bahwa prevalensi cemaran bakteri Salmonella pada pasar tradisional berbeda-beda. Pasar tradisional merupakan salah satu lokasi yang memiliki kemungkinan tinggi terjadinya kontaminasi. Pasar tradisional biasanya identik dengan tempat yang kotor, tidak teratur, dan daging ayam yang dijual biasanya diletakkan begitu saja tanpa ada alas sehingga memudahkan kontaminasi bakteri (Apriyanti et al., 2020). Selain itu Salmonella spp. dapat mencemari ayam sejak dari kandang atau lingkungan peternakan, yang menjadi titik awal dari rantai penyediaan pangan asal ternak (Sartika et al., 2016).

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini menggunakan metode literature review. Literature review adalah metode sistematis, eksplisit, dan reprodusibel yang digunakan untuk melakukan identifikasi hasil, evaluasi, serta sintesis terhadap hasil karya penelitian dan pemikiran yang telah disampaikan dan dihasilkan oleh para peneliti. Pada penelitian ini bermaksud untuk melakukan seleksi dari hasil pencarian beberapa literatur yang diantaranya hanya memuat sumber yang dapat diunduh secara full text, sumber tidak lebih dari 10 tahun terakhir dan memuat kata kunci pencarian pada judul atau pada ringkasan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari literature review ini diperoleh dengan cara membandingkan hasil artikel atau J. penelitian. Pada J. penelitian metode yang digunakan dengan penelitian survei dari berbagai pedagang ayam kemudian dilakukan pengujian menggunakan metode identifikasi dengan melakukan pengujian lanjut untuk membedakan koloni bakteri secara lebih rinci sehingga ditemukan karakteristik bakteri Salmonella spp. Pencarian artikel dan J. penelitian tersebut didapatkan, selanjutnya dilakukan proses pemilahan

judul dan abstrak sesuai dengan topik penelitian yang dilakukan. Hasil penelitian diketahui adanya cemaran bakteri Salmonella spp. pada sampel daging ayam yang dijual di beberapa pasar tradisional dengan hasil positif sejumlah 114 sedangkan hasil negatif sejumlah 108 sampel.

Foodborne disease dan food safety

Pangan adalah kebutuhan dasar pada setiap manusia. Pangan menjadi kebutuhan pokok yang penting bagi tubuh manusia karena sebagai sumber energi agar dapat beraktivitas, sehingga keamanan pangan perlu menyediakan perlindungan kepada rakyat untuk mengonsumsi pangan yang aman bagi kesehatan dan keselamatan jiwa. Oleh karena itu, untuk menjamin pangan yang tersedia aman dikonsumsi oleh masyarakat, maka diperlukan upaya keamanan pangan di sepanjang rantai pangan, dimulai dari tahapan awal yaitu produksi sampai pada tahapan akhir agar aman dikonsumsi oleh masyarakat (Lestari, 2020). Penyakit yang disebabkan oleh makanan jumlahnya mencapai lebih dari 200 jenis dan umumnya bersifat toksik maupun       infeksius.       Berbagai

mikroorganisme sumber cemaran masuk ke dalam tubuh bersama makanan yang dikonsumsi kemudian dicerna dan diserap oleh tubuh. Gejala yang timbul akibat foodborne disease dapat ringan bahkan sampai mengakibatkan kematian. Kejadian yang paling fatal biasanya terjadi pada orang tua, anak-anak, dan pada orang dengan sistem kekebalan terganggu (Bintsis, 2018).

Foodborne disease menjadi kasus penyakit yang sering terjadi melalui makanan dengan manifestasi gejala yang terdapat pada abnormalitas fisiologi pencernaan. Kasus foodborne disease menitikberatkan       pada       aspek

mikroorganisme infeksius yang terhimpun pada bahan makanan sehingga dapat memberikan potensi adanya penyakit strategis (Fikri et al., 2018). Foodborne disease merupakan persebaran penyakit yang terpapar melalui makanan dengan

menunjukkan gejala pada fungsi pencernaan dan menyebabkan angka morbiditas yang tinggi. Salah satu penyebab foodborne disease adalah cemaran bakteri Eschericia Coli dan Salmonella spp. (Fikri et al.,  2018).

Menurut Jayaweera et al.   (2020)

Salmonella adalah food borne pathogen yang penting yang merupakan alasan terbanyak kedua untuk gastroenteritis setelah Campylobacter spp. dan menyebar ke seluruh dunia. Fikri et al.  (2018)

menyatakan bahwa bakteri Salmonella spp. dalam jumlah banyak akan memiliki daya patogen yang tinggi dan apabila mencemari makanan akan menyebabkan terjadinya food borne illness.

Pangan asal hewan (ayam)

Bahan pangan dengan protein tinggi banyak terdapat pada bahan pangan asal hewan, salah satunya adalah daging. Daging yang biasa dikonsumsi adalah daging ayam. Daging ayam merupakan bahan pangan asal hewan dengan nilai protein, lemak, mineral dan zat lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu, daging ayam merupakan komoditas yang paling banyak diperjualbelikan dan banyak diminati oleh konsumen karena mudah dicerna, dapat diterima oleh mayoritas orang dan harganya yang relatif murah murah (Nisa et al., 2018).

Daging ayam yang dijual di beberapa pasar tradisional di seluruh Indonesia merupakan hasil pemotongan ayam yang berasal dari Rumah Potong Ayam (RPA). Sampel yang akan diambil dapat dipilih berdasarkan karakteristik fisik sampelnya karena dapat menentukan mutu daging ayam. Apabila dalam RPA tersebut tidak memenuhi standar kesesuaian dengan Standar RPA berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 6160-2022 maka dapat dikatakan bahwa hasil pemotongan ayam memiliki mutu yang rendah. Rumah Potong Ayam menjadi faktor utama dalam terjadinya kontaminasi langsung dari mikroba pada daging ayam potong. Hal ini dapat dilihat dari faktor eksternal antara lain kurangnya kebersihan dalam kandang,

sanitasi tidak rutin, alat pemotong tidak higienis, ketersediaan air tidak cukup, serta proses pemotongan yang tidak menerapkan kriteria daging Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH). Salah satu faktor yang dapat menyebabkan munculnya mikroba seperti Salmonella spp. karena bakteri ini dapat tumbuh sejak ayam hidup di dalam kandang dan jumlahnya akan meningkat setelah ayam mati (Candra et al., 2022). Daging ayam yang terkontaminasi oleh bakteri Salmonella spp. akan menyebabkan penyakit Salmonellosis pada manusia.

Bakteri Salmonella spp. bersifat patogen baik pada manusia maupun hewan. Karena sifatnya yang patogen, Salmonella spp. yang terkandung dalam produk pangan dianggap berbahaya bagi kesehatan manusia maupun hewan. Oleh karena itu, standar produk pangan mensyaratkan negatif atau tidak boleh adanya cemaran Salmonella spp. pada produk pangan. Berdasarkan SNI 7388:2009 tentang batas maksimum cemaran mikroba dan batas maksimum residu dalam bahan makanan asal hewan, tidak boleh ada bakteri Salmonella spp. yang artinya dalam dalam daging ayam harus dinyatakan negatif tidak adanya bakteri Salmonella spp. (SNI, 2009).

Salmonella spp.

Salmonella spp. adalah salah satu bakteri Gram negatif yang bersifat patogen dan merupakan agen yang paling sering menyebabkan foodborne disease di dunia. Salmonella spp. termasuk dalam kelompok bakteri Enterobacteriacea yang memiliki bentuk batang pendek (1-2 μm) dengan batang yang tidak membentuk spora. Salmonella merupakan bakteri yang memiliki sifat anaerob fakultatif yang dikarakterisasi dengan kemampuanya dalam memfermentasi glukosa yang dapat memproduksi asam dan gas dan ketidakmampuannya dalam menggunakan laktosa dan sukrosa (Fatiqin et al., 2019). Berdasarkan reaksi biokimiawinya Salmonella dapat diklasifikasikan menjadi 3 spesies antara lain Salmonella typhi,

Salmonella choleraesuis, dan Salmonella enteritidis (Fatiqin et al., 2019).

Infeksi Salmonella spp. pada hewan maupun manusia dapat disebut sebagai Salmonellosis yang dapat mengganggu saluran cerna dan banyak diantaranya dapat mengakibatkan kematian (Sartika et al., 2016). Terinfeksinya manusia oleh Salmonella hampir disebabkan oleh konsumsi makanan atau minuman yang tercemar. Salmonellosis pada manusia dapat ditularkan melalui makanan asal hewan yang terkontaminasi oleh Salmonella spp. (Sartika et al., 2016). Hampir 100 juta kasus Salmonellosis memiliki telah dilaporkan setiap tahun di seluruh dunia, menghasilkan 160.000 kematian setiap tahun. Pada 2015, sekitar 100 000 kasus salmonellosis manusia yang dikonfirmasi dilaporkan di Uni Eropa menyebabkan 126 kematian (Jayaweera et al., 2020). Rute utama penularan Salmonella dari hewan ke manusia adalah melalui makanan atau bahan makanan yang terkontaminasi seperti telur, produk telur, daging unggas, dan produk susu (Jayaweera et al., 2020).

Berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan, diketahui bahwa Salmonella spp. menjadi bakteri salah satu bakteri Gram negatif yang banyak ditemukan pada daging ayam. Salmonella spp. merupakan mikroflora normal pada beberapa hewan, terutama babi dan unggas. Sumber mikroba ini antara lain ada pada air, tanah, serangga, lingkungan pabrik, dapur, feses hewan, daging mentah, unggas mentah, serta pangan hasil laut mentah, dan lainnya. Bakteri ini mampu bertahan dalam jangka waktu lama di dalam pangan. Ayam serta produk unggas merupakan tempat perkembangbiakan Salmonella spp. yang paling utama. Jika pangan yang tercemar Salmonella spp. tertelan, maka dapat mengakibatkan infeksi pada usus yang dapat diikuti oleh diare, mual, kedinginan, dan sakit kepala (Ubaidillah & Haryati, 2022). Berikut ini Tabel cemaran mikroba bakteri Salmonella spp. pada daging ayam potong yang diambil di beberapa pasar

tradisional yang tersebar di seluruh Indonesia.

Bakteri Salmonella spp. umumnya menyerang usus manusia. Hewan terutama ayam dan produknya (daging dan telur) adalah sumber utama infeksi patogen ini pada manusia (Jaelani, 2013). Penyakit Salmonellosis memiliki dua cara penularan, yakni penularan secara vertikal dan horizontal. Penularan secara vertikal dapat melalui transmisi bakteri dari saluran pencernaan ternak unggas ke saluran reproduksi ke telur, sementara penularan horizontal melalui daging yang masih mentah atau setengah matang, yang terkontaminasi bakteri Salmonella spp. kemudian termakan manusia (Moekti et al., 2020).

Gejala.

Gejala      timbulnya      penyakit

Salmonellosis diantaranya diare, demam enterik (tifoid dan paratifoid), sakit kepala, serta adanya darah pada tinja manusia. Gejala yang timbul akan dapat berlangsung selama 4 sampai 7 hari, apabila telah timbul gejala dan tidak ditangani dengan baik maka dapat menyebabkan kematian. Pangan asal hewan yang tercemar Salmonella spp. akan mengakibatkan infeksi pada usus yang diikuti oleh diare, mual, kedinginan, dan sakit kepala (Ubaidillah & Haryati, 2022).

Kontaminasi daging ayam oleh Salmonella spp. di pasar tradisional dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan para pedagang akan kebersihan peralatan pemotongan unggas sehingga memberi peluang terjadinya kontaminasi Salmonella spp pada saat pengolahan. Oleh karena itu peluang terjadinya kontaminasi Salmonella spp dari peralatan pemotongan unggas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu diperhatikan karena selain dapat menyebabkan penurunan kualitas daging unggas juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi konsumen yaitu penyakit yang ditularkan melalui bahan makanan (foodborne disease) (Maulita et al., 2017). Pada hasil literatur review tersebut diketahui bahwa hasil akhir analisis

cemaran bakteri Salmonella spp. setiap pasar di seluruh Indonesia berbeda-beda ada beberapa yang terindikasi terdapat cemaran bakteri Salmonella spp. Perbedaan tersebut menunjukkan tingkat higiene dan sanitasi masing-masing pedagang maupun RPA berbeda.

Infeksi Salmonella spp. menjadi masalah kesehatan yang perlu ditangani karena menyebabkan Salmonellosis yang ditandai sindrom gastroenteritis, bakteremia, infeksi supuratif. Pada beberapa kasus Salmonellosis dapat menyebar ke aliran darah yang mengakibatkan penyakit yang lebih berat seperti infeksi arteri, endokarditis, dan arthritis (Sartika, 2016). Menurut SNI Nomor 7388 tahun 2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba (BMCM) pada daging segar, bahwa produk daging ayam segar harus negatif Salmonella spp.

Penyakit Salmonellosis dapat diobati dengan terapi yang masih digunakan saat ini yaitu menggunakan antibiotik terutama kloramfenikol (Annisa et al., 2020). Deteksi cepat untuk mendiagnosis Salmonella spp. dan mengobati dengan antibiotika yang tepat sangat penting untuk menangani Salmonellosis. Lebih dari 90% pasien diobati dengan menggunakan antibiotika oral di rumah. Pasien dengan kondisi parah seperti muntah secara terus menerus, diare berat, dan sakit perut memerlukan rawat inap dan pengobatan antibiotik secara parenteral (Chowdhury et al., 2014). Selain jenis antibiotik tersebut, menurut Aulia et al., (2015) antibiotik yang biasa digunakan untuk pengobatan Salmonellosis yang baik secara medis dan sesuai prosedur yang benar yaitu antibiotik ampicillin, trimethoprim-sulfamethoxazole, atau chloramphenicol, namun dikarenakan munculnya strain Salmonella yang resisten terhadap antibiotik tersebut, oleh karena itu penggunaan antibiotik jenis tersebut diganti dengan jenis quinolone (nalidixic acid), macrolide (erythromycin) dan third-generation cephalosporin. Sedangkan antibiotik dalam kelompok aminoglycoside seperti gentamycin, amikacin, dan

streptomycin juga digunakan untuk pengobatan penyakit Salmonellosis.

Pencegahan dan Pengendalian.

Pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terjadinya penyakit Salmonellosis yaitu dengan mengurangi konsumsi daging mentah dengan cara memasak daging hingga matang dan melakukan vaksin tifoid (Moekti et al., 2020). Menurut Zairiful et al., (2020) pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah daging ayam potong terkontaminasi oleh bakteri Salmonella spp. antara lain melakukan kebersihan pada RPA sesuai dengan SNI meliputi desain, konstruksi khusus (teknis dan higienis), lokasi, sarana, bangunan dan tata letak, peralatan, higiene karyawan dan perusahaan serta pengawasan masyarakat Vet, sebelum dilakukan pemotongan daging ayam harus diperiksa kesehatannya, selama proses produksi, penyimpanan dan transportasi/distribusi daging harus disimpan dalam keadaan dingin, daging dan jeroan terpisah, peralatan sesuai persyaratan dan sanitasi, kualitas air sesuai baku mutu air minum, sanitizer sesuai rekomendasi Food and Agriculture Organization (FAO) dan higiene personal; dan setelah pemotongan, daging segar disimpan pada suhu -18oC sampai -20oC kemudian     daging     didistribusikan

menggunakan kendaraan khusus.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, peneliti menyimpulkan bahwa cemaran bakteri Salmonella spp. ditemukan pada daging ayam yang dijual di pasar tradisional sebagai penyebab mutu daging ayam turun sehingga tidak diperbolehkan dikonsumsi oleh manusia. Uji tingkat cemaran bakteri Salmonella    spp.

menunjukkan hasil negatif dan hasil positif. Hasil positif dapat disebabkan karena kurangnya sanitasi dan higiene yang baik dari RPA atau pada pedagang ayam. Jumlah total keseluruhan sampel daging ayam adalah 498, dengan hasil uji terdapat 141 positif dan 357 sampel negatif.

Saran

Masalah keamanan pangan akhir-akhir ini menjadi pokok perbincangan dan mendapatkan lebih banyak perhatian dari pemerintah maupun masyarakat global. Insiden wabah Salmonellosis tidak dapat diabaikan karena efeknya yang luar biasa untuk manusia. Pengetahuan tentang Salmonella dan perkembangannya sangat penting untuk diketahui dalam rangka memastikan keamanan dan kualitas makanan. Oleh karena itu, perlu strategi untuk mengendalikan Salmonella melalui pencegahan dan pengendalian from farm to table.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada segenap civitas akademika Program Studi Sarjana Terapan Teknol. Vet, Departemen Teknol. Hayati dan Vet, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada yang telah memberi masukan serta saran yang membangun, memberikan support dan arahan bagi penulis sehingga literatur review ini dapat disusun dan terselesaikan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Andari S, Yudhayanti D. 2022. Isolasi Dan Identifikasi Salmonella Spp. pada Daging Ayam Segar yang Dijual di Pasar Legi Ponorogo. J. Delima Harapan. 9(2): 101-108.

Annisa UA, Sudarwanto M, Soviana S, Pisestyani H. 2020.Keberadaan Salmonella Sp. Pada Susu Olahan Asal Kedai Susu Di Sekitar Permukiman Mahasiswa Institut Pertanian Bogor. J. Kajian Vet. 8(1): 34-42.

Apriyanti AAD, Sudiarta IW, Singapurwa NMAS. 2020. Analisis cemaran mikrobiologi pada daging ayam broiler yang beredar di pasar tradisional Kecamatan Denpasar Barat. Gema Agro. 25(02): 115-127.

Aulia R, Handayani T, Yennie Y. 2015.

Isolasi, Identifikasi Dan Enumerasi Bakteri Salmonella Spp. Pada Hasil

Perikanan     Serta Resistensinya

Terhadap Antibiotik. Bioma. 11(1):15-33.

Badan Pusat Statistik. 2022. Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Daging Ayam Ras 2022. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Standardisasi Nasional. 2009. SNI-3924- 2009. Mutu Karkas dan Daging Ayam. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Badan Standardisasi Nasional. 2009. SNI-7388-2009. Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Badan Standardisasi Nasional. 2022. SNI-6160-2022. Rumah Potong Hewan Unggas. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Bintsis T , 2018. Microbial pollution and food safety. AIMS Microbiol. 4(3): 377–396.

Candra AYR , Widodo ME, Yanestria SM, Mardijanto A, Wibisono FJ. 2022. Uji kualitas (organoleptis, eber) dan identifikasi cemaran Salmonella Spp. pada daging ayam dari pasar tradisional di Surabaya Barat. J. Ilmu Pet. Vet. Trop. 12(1): 99-106.

Chowdhury MAJ , Shumy F , Anam AM , Chowdhury MK. 2014. Current status of typhoid fever: A review. Bangladesh Med. J. 43(2):106-111.

Darmawan A, Muslimin L, Arifah S, Mahatmi H. 2022. Kontaminasi Salmonella spp pada Daging Ayam Broiler yang dijual di beberapa Pasar Tradisional di Makassar. Indon. Med. Vet. 9(2): 168-176.

Fatiqin A , Novita R , Apriani I. 2019. Pengujian    Salmonella    dengan

menggunakan Media SSA dan E. Coli Menggunakan Media EMBA pada Bahan Pangan. J. Indobiosains. 1(1): 22-29.

Fikri F, Purnama MTE, Saputro AL, Hamid IS. 2018. Identifikasi Escherichia coli dan Salmonella spp pada Karkas Sapi di Rumah Potong Hewan di Banyuwangi

dan Resistensi terhadap Antibiotika. J. Sain Vet. 36(1): 123-128.

Höll L,  Behr J,  Vogel RF. 2016.

Identification and growth dynamics of meat  spoilage  microorganisms in

modified atmosphere packaged poultry meat by MALDI-TOF MS. Food Microbiol. 60: 84-9.

Jaelani A. 2013. Peran Salmonella enteritidis dalam keamanan pangan. Medic Vet, Jakarta.

Jayaweera TSP, Ruwandeepika HAD, Deekshit VK, Vidanarachchi JK, Kodithuwakku SP, Karunasagar I, Cyril HW. 2020. Isolation and Identification of Salmonella spp. from Broiler Chicken Meat in Sri Lanka and their Antibiotic Resistance. The J. Agric. Sci. 15(3): 395-410.

Kholifah LN, Dharma B, Situmeang R. 2016. Cemaran Salmonella Pada Daging Ayam Di Beberapa Rumah Potong Ayam Dan Pasar Tradisional Kota Samarinda Dengan Metode Compact Dry. Prosiding Seminar Sains dan Teknol. FMIPA Unmul.

Lestari TRP. 2020. Penyelenggaraan Keamanan Pangan sebagai Salah Satu Upaya Perlindungan Hak Masyarakat sebagai Konsumen. J. Masalah-Masalah Sosial. 11(1): 57-72.

Maulita R, Darniati, Abrar M. 2017. Total Kontaminasi Salmonella sp pada Peralatan Pemotongan Unggas di Pasar Lamnyong. JIMVET. 01(3): 504-512.

Moekti BS, Hutomo NA, Mukti MUE, Wardhani LDK. 2020. Pencegahan Penyakit Salmonellosis melalui Video Animasi Lagu Edukasi pada Anak SD SMP dan SMA di Kota Surabaya. J. Pengabdian Pada Masyarakat 2(1): 5258.

Nisa SK, Kusumawati E, Wardhani YK. 2018. Deteksi Cemaran Salmonella sp. pada Daging Ayam di Rumah Potong Ayam dan Pasar Tradisional Kecamatan Samarinda Seberang. J. Sains dan Terapan Politeknik Hasnur. 6(2): 24-30.

Novianti HR, Badruzzaman DZ, Marlina ET. 2021. Kajian mikrobiologis daging ayam giling yang dijual di supermarket wilayah Jatinangor. J. Teknol. Hasil Peternakan. 2(2): 82-94.

Ramadhani WM, Rukmi I, Jannah SN. 2020. Kualitas mikrobiologi daging ayam broiler di pasar tradisional Banyumanik Semarang. J. Biol. Trop. 3(1): 8-16.

Ray B, Bhunia A. 2014. Fundamental Food Microbiol. 5 th Ed. CRC.Press – Taylor and Francis Group. Boca Raton.

Rizki RP, Arifin ZM, Aini I. 2022. Identifikasi cemaran bakteri Salmonella spp. pada daging ayam broiler di Pasar Pon Kabupaten Jombang. J. Med. Lab. Sci. Technol. 5(1): 6-10.

Safitri E, Hidayati NA, Hertati R. 2019. Prevalensi bakteri Salmonella spp. Pada ayam potong yang dijual di Pasar Tradisional     Pangkalpinang.     J.

Penelitian Biol. Botani, Zool. Mikrobiol. 4 (1): 25-30.

Sartika D, Susilawati, Arfani G. 2016. Identifikasi cemaran Salmonella spp. pada ayam potong dengan metode

kuantifikasi di tiga pasar tradisional dan dua pasar modern di kota Bandar Lampung. J. Teknol. Industri Hasil Pertanian. 21(2): 89-96.

Shofia YN, Agustin ALD, Ningtyas, NSI. 2023. Deteksi bakteri Salmonella spp. pada daging ayam broiler yang dijual di Pasar Rakyat Kota Mataram. Mandalika Vet. J. 3(1): 35-46.

Sipayung SM, Rahayu WP, Nurjanah S. 2023. Prevalensi Cemaran Bakteri Indikator Sanitasi dan Patogen pada Daging Ayam dan Produk Olahannya di Indonesia: Sistematika Review dan Meta-Analisis. J. Mutu Pangan. 10(02): 116-127.

Ubaidillah, Haryati H. 2022. Faktor risiko kontaminasi Salmonella Spp.  Pada

daging ayam broiler (Gallus Gallus Domestica) yang dijual di Pasar Banguntapan. Surya Med. 18(1): 3140.

Zairiful, Sukaryana Y, Maghfiroh K. 2020. Kajian cemaran Salmonella spp. pada daging ayam broiler di pasar tradisional dan pasar modern Kota Bandar Lampung. J. Pet. Terapan. 3(1): 1-4.

Tabel 1. Tingkat cemaran bakteri Salmonella spp. pada daging ayam yang dijual di beberapa

pasar tradisional

Hasil Pengujian Salmonella spp.

Referensi

Lokasi

54 sampel positif, 0 sampel negatif

Sartika et al., 2016

Pasar Gintung, Pasar Rajabasa, Pasar Tamin, Chandra Super Market dan Robinson Super Market Bandar Lampung

17 sampel positif, 13 sampel negatif

Kholifah et al., 2016

Pasar tradisional dan Rumah Potong Ayam Kota Samarinda

1 sampel positif, 23 sampel negatif

Nisa et al., 2018

Pasar Mangkupalas, Pasar Baqa dan Pasar Sei Kecamatan Samarinda

9 sampel positif, 19 sampel negatif

Safitri et al., 2019

Pasar Pagi, Pasar Putih, dan Pasar Ratu Tunggal Pangkalpinang

2 sampel positif, 6 sampel negatif

Ramadhani et al., 2020

Pasar tradisional Banyumanik Semarang

3 sampel positif, 21 sampel negatif

Darmawan et al., 2020

Pasar Daya Kecamatan Biringkanaya, Pasar Antang Kecamatan Manggala, Pasar Terong Kecamatan Bontoala, Pasar Pabbaeng baeng Kecamatan Tamalate, Pasar Sambung Jawa Kecamatan Mariso, dan Pasar Bacan Kecamatan Wajo Kota Makassar

30 sampel positif, 230 sampel negatif

Jayaweera et al., 2020

Pasar di negara Sri Lanka

9 sampel positif, 28 sampel negatif

Candra et al., 2022

Pasar tradisional di Surabaya Barat

8 sampel positif, 2 sampel negatif

Andari & Yudhayanti, 2022

Pasar Legi Ponorogo

4 sampel positif, 4 sampel negatif

Rizki et al., 2022

Pasar Pon Kabupaten Jombang

3 sampel positif, 7 sampel negatif

Ubaidillah & Haryati, 2023

Pasar Banguntapan

1 sampel positif, 4 sampel negatif

Shofia et al., 2023

Pasar Rakyat Kota Mataram

1306