Pengolahan Film Radiografi Secara Otomatis Menggunakan Automatic X-Ray Film Processor Model Jp-33
on
Buletin Fisika Vol 18 No. 2 Agustus 2017 : 53 - 57
PENGOLAHAN FILM RADIOGRAFI SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN AUTOMATIC X-RAY FILM PROCESSOR MODEL JP-33
Zoucella Andre Afani1, Ni Nyoman Rupiasih1*
Peranan bidang radiologi pada dunia kedokteran adalah cukup penting terutama di dalam menegakkan hasil pemeriksaan/ diagnosa. Pemeriksaan ini dapat memberikan informasi bagian tubuh yang mengalami kelainan, salah satu contohnya adalah patah atau retak tulang pada pergelangan tangan dan kaki akibat kecelakaan. Untuk
memperoleh informasi atau gambaran internal tubuh yang akurat maka dibutuhkan kualitas radiograf atau foto Rontgen yang optimal.
Kualitas radiograf yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya tingkat kooperatif pasien, pemilihan faktor penyinaran dan proses pengolahan film yang tepat. Pengolahan film
terdiri dari beberapa tahap yaitu pembangkitan (developer), pembilasan (rinsing), penetapan (fixing), pencucian (washing) dan pengeringan (drying). Proses pembangkitan dipengaruhi oleh suhu dan lamanya film berada dalam larutan pembangkit (Icky, 2011).
Terbentuknya gambar pada film radiografi diawali dengan tahap pembangkitan (developer) yaitu, perubahan butiran-butiran perak halida pada lapisan emulsi film setelah diradiasi dengan sinar-X menjadi logam perak. Perubahan butiran-butiran perak halida tersebut tampak sebagai warna hitam pada film, atau dikatakan terjadi perubahan gambar/bayangan laten menjadi bayangan tampak. Tingkat kehitaman film sesuai dengan intensitas sinar-X yang diterimanya, sedangkan yang tidak memperoleh penyinaran tetap bening. Selanjutnya tahap pembilasan dimana cairan pembilas membersihkan film dari larutan pembangkit supaya tidak terbawa ke proses selanjut-nya.Tahap penetapan diperlukan untuk menetapkan dan membuat bayangan menjadi permanen dengan menghilangkan perak halida yang tidak terkena sinar-X. Tujuannya adalah untuk menghentikan aksi lanjutan yang dilakukan oleh cairan pembangkit yang terserap oleh emulsi film.Setelah proses penetapan akan terbentuk perak komplek dan garam. Bahan-bahan tersebut dihilangkan dengan cara mencuci menggunakan air men-galir.Tahap terakhir adalah pengeringan film.
Teknik pengolahan film dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu otomatis dan manual. Pengolahan film manual adalah proses pencucian atau pemrosesan film yang dilakukan langsung oleh operator (petugas), tidak menggunakan mesin. Semua tahap pada proses pengolahan film dikerjakan secara
manual oleh manusia, demikian halnya dengan pengaturan waktu dan suhunya sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan cukup besar. Sedangkan pengolahan film otomatis adalah proses pencucian film yang dilakukan otomatis dengan menggunakan mesin. Suhu dan waktu pada setiap tahapnya telah diatur oleh sistem pada mesin, sehingga kesalahan yang mungkin terjadi dapat dikurangi(Icky, 2011). Pada kedua teknik tersebut, operator harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang cukup tentang pengaruh waktu dansuhupada proses pengolahan film, sehingga diperoleh kualitas radiograf yang optimal.
Pada makalah ini akan dilaporkan tentang proses pengolahan film radiografi secara otomatis dengan menggunakan automatic processing"Automatic X-Ray Film Processor Model JP-33”. Juga ditampilkan beberapa data hasilp engolahan film radiografi menggunakan mesin tersebut.
-
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pesawat sinar-X adalah pesawat yang menghasilkan gelombang elektromagnetik frekuensi tinggi yaitu 3-30 MHz sebut sinar-X, seperti tampak pada Gambar 2.1. Pesawat tersebut dilengkapi dengan sebuah sumber tegangan tinggi 20-200kV, yang diperlukan untuk menghasilkan sinar-X pada tabung sinar-X. Penentuan besar dan waktu pengoperasiannya sangat bergantung pada besar dosis, kualitas radiograf dan kondisi tabung sinar-X. Semakin besar tegangan dan semakin lama waktu pengoperasiannya, maka dosis yang diterima pasien semakin besar, radiograf yang diperoleh semakin hitam, dan tabung sinar-X menjadi semakin panas.
Padadunia kedokteran, sinar-X banyak digunakan untuk tujuan diagnosis (pemeriksaan) dan terapi (pengobatan). Pada diagnosis, sinar-X digunakan untuk melihat anatomi tubuh pasien seperti paru-paru, pergelangan tangan atau kaki dan kepala. Pada terapi, sinar-X banyak digunakan untuk membunuh sel-sel kanker. Sinar-X juga banyak digunakan di beberapa bidang diantaranya pada teknologi bahan, untuk analisa kualitatif dan kuantitatif suatu bahan dan kontrol kualitas (quality control). Pada teknik konstruksi, sinar-X digunakan untuk mendeteksi kebocoran, keretakan dan kualitas penyambungan. Serta untuk tujuan keamanan (safety) pemakaian sinar-X meliputi, pemeriksaan di airport (screening) dan pada tempat-tempat yang memerlukan pengamanan khusus.
Gambar 2.1 Pesawat sinar-Xdi Klinik Quantum
Film Rontgen adalah film yang digunakan untuk pengambilan gambar bagian dalam tubuh, yang biasanya dilakukan di Unit Radiologi. Kualitas radiograf atau foto rontgen yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh kondisi penyinaran serta proses pengolahan film. Untuk menjaga kualitas film sebelum digunakan maka perlu diperhatikan kondisi penyimpanan film. Syarat penyimpanan film yang baik meliputi suhu kira-kira 13 °C, kelembaban udara maksimum 50%, terlindung dari radiasi
pengion (sinar-X) dan sinar gamma, jauh dari bahan kimia seperti developer atau fixer, serta tidak terjadi tekanan mekanik, baik diantara kotak-kotak film atau oleh benda-benda lainnya (Curry, 1990).
Gambar 2.2 Contoh film yang digunakan di Unit Radiologi
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu pesawat sinar-X Toshiba E 7239 dengan nomor seri 20702, JPI Cassette Made In Japan, film AGFA HealthCare HV Septestraat 27 B2640 Mortsel, Made In Belgia, dan automatic X-ray film processor Model JP-33. Bahan-bahan kimia yang digunakan yaitu developer replenisher dan fixer replenisher.
Setelah memperoleh hasil/ data foto Rontgen pasien, data diolah menggunakan komputer dan dicetak menggunakan mesin automatic processing. Dicetak juga menggunakan film dan kaset?
Pada penelitian ini telah diperoleh data hasil pengamatan dari bulan Agustus sampai September 2016. diperoleh foto Rontgen untuk kasus patah tulang pada pergelangan tangan sebanyak 3 buah dan kaki sebanyak 8 buah. Salah satu foto Rontgen kasus patah tulang pada pergelangan tangan dan patah
tulang pergelangan kaki diperlihatkan pada Gambar 4.1 dan 4.2.

Gambar 4.1 Foto Rontgenpatah tulang pada pergelangan tangan

Gambar 4.2 Foto Rontgenpatah tulang pada pergelangan kaki
Pada prinsipnya pengolahan film otomatis dan pengolahan film manual adalah sama, hanya saja tidak terdapat tahapan rinsing. Tahapan-tahapan yang dimaksud adalah developing, fixing, washing dan drying. Untuk tahapan rinsing digunakan roller yang sudah terdapat di dalam mesin (Icky, 2011).
Ada beberapa alasan digunakannya mesinpengolah film otomatis diantaranya, pengolahan film bisa dilakukan dengan cepat. Totalwaktu dalamp engolahan film bervariasi yaitudari yang paling cepat 90
detik sampai yang paling lama 120 detik. Sedangkan padaproses manual diperlukan waktu antara 1 sampai 1,5 jam untuk mengolah sebuah film sampai benar-benar kering. Pengolahan dapat dilakukan lebih praktis dan bersih. Semua proses dilakukan di dalam mesin sehingga tidak ada air yang jatuh di kamar gelap dan tidak diperlukan hanger untuk menjepit film karena mesin mempunyai roller yang berfungsi sebagai penjepit film selama proses berjalan. Pengolahan film sudah ada waktu yang
standar, ukuran kamar gelap relatif kecil, serta total biaya lebih murah (Curry, 1990).
Gambar 4.1 dan 4.2 masing-masing memperlihatkan foto Rontgen dari pasien patah tulang pada pergelangan tangan dan kaki. Tampak bahwa bagian film yang berwarna paling gelap atau hitam adalah “background” yaitu bagian film yang terekpos atau menerima radiasi sinar-X paling banyak, karena tidak ada bagian radiasi yang terserap oleh obyek. Bagian film yang berwarna lebih terang adalah bagian jaringan lunak. Pada bagian ini, sebagian radiasi sinar-X diserap oleh bagian jaringan lunak dari obyek seperti daging dan lemak. Dan bagian film yang berwarna putih yaitu bagian yang berbentuk kerangka tangan dan kaki adalah bagian film yang terekpos radiasi sinar-X paling sedikit dibandingkan dengan dua bagian yang sudah dijelaskan sebelumnya. Pada bagian ini, sebagian besar radiasi diserap oleh tulang tangan dan kaki. Tulang adalah merupakan bagian tubuh yang sangat padat dan keras, sehingga dapat menyerap sebagian besar radiasi yang melewatinya. Obyek atau bahan yang lebih rapat akan menyerap radiasi lebih banyak dibandingkan dengan bahan yang lebih renggang atau lunak. Hal ini akan mempengaruhi jumlah radiasi yang dapat melewati bahan dan mengenai film sehingga terbentuklah gambar obyek yang merupakan rangkaian dari densitas atau derajat
masing bagian film tersebut tampaklah gambaran bagian internal tubuh dari pasien. Dengan membandingkan foto Rontgen dari orang sehat dengan foto Rontgen dari pasien maka dapat dianalisa bagian-bagian tubuh pasien yang sakit atau bermasalah, seperti tampak pada Gambar 4.1 dan 4.2.
Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya pengolahan/ pencucian film otomatis sama dengan pengolahan film manual, kecuali tidak terdapatnya tahapan rinsing. Pengolahan film secara otomatis dapat menghemat waktu, biaya dan mengurangi kemungkinan kesalahan karena faktor manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Curry. 1990. Densitas dan Tingkat Kehitaman Film. Jakarta: Universitas Indonesia.
Icky. 2011. Tahapan Pengolahan Film Secara Utuh. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Icky. 2011. Film Rontgen. Jakarta:
Universitas Indonesia.
. 2014.
www.computersrecyclingcompany.com/ xrays.htm. Dikases pada tanggal 8 Februari 2017.
kehitaman film. Perbedaan dari tingkat atau derajat kehitaman (densitas) pada masing-
57
Discussion and feedback