Buletin Fisika Vol. 16 No. 1 Pebruari 2015 : 7-14

UJI KANDUNGAN UNSUR RADIOAKTIF DAN BAKTERI PENCEMAR ESCHERICHIA COLI PADA EIMBAH INDUSTRI DI DAERAH HIEIR SUNGAI BADUNG, DESA PEMOGAN

Indah Suwandewi, Ni Made1, Ratnawati, I Gusti A.A.1, Darmayasa, Ida Bagus Gede 1

  • I.    PENDAHULUAN

Tercemarnya air sungai dengan adanya limbah industri tekstil atau garmen dapat mengakibatkan meningkatnya zat radioaktif (alami atau buatan) yang terkandung di dalam air tersebut. Secara alamiah zat radioaktif sudah ada sejak terbentuknya bumi. Namun, bertambahnya zat radioaktif di lingkungan, diakibatkan karena kegiatan membuang limbah industri dan limbah radiasi ke sungai. (Ratnawati, Darmayasa, 2012)

Air diijinkan mengandung unsur radioaktif seperti radionuklida, tetapi kelebihan kandungan radionuklida dari batas yang diijinkan merupakan tanda adanya pencemaran (Ratnawati, Darmayasa, 2012). Bahan pencemar lebih dikenal sebagai polutan. Polutan merupakan zat yang ditemukan dalam lingkungan, dan mempunyai efek buruk bagi manusia dan organisme hidup lainnya. Bahan-bahan pencemar terbanyak berupa bahan kimia, sisanya berupa bahan biologis serta fisika. Bahan-bahan percemar ini umumnya bersifat toksik atau racun di dalam tubuh.

Disamping zat radioaktif, kualitas air juga dipengaruhi oleh keberadaan mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan protozoa. Limbah berupa padatan maupun cair merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Air yang mengandung mikroorganisme merupakan air yang terkontaminasi sehingga air tersebut dapat menyebabkan berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen. Salah satu bakteri yang sering digunakan sebagai indikator adanya pencemaran bakteri pathogen pada air adalah bakteri pencemar Escherichia coli (Ukir Suwardani, 1998). Bakteri E.coli dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, diantaranya gastroenteristis dan disentri pada manusia. Kualitas air yang baik, yaitu air yang tidak mengandung bakteri E. coli, karena apabila dalam air terdapat bakteri E. coli, maka air tersebut

telah tercemar oleh materi yang berasal dari feses manusia dan hewan berdarah panas lainnya. (Ratnawati, Darmayasa, 2012)

  • II.    TINJAUAN PUSTAKA

    • 2.1    Radioaktivitas Lingkungan

Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tidak stabil untuk memancarkan radiasi dan berubah menjadi inti yang stabil. Proses perubahan ini disebut peluruhan dan inti atom yang tidak stabil disebut radionuklida. Unsur yang mengandung inti tidak stabil memancarkan radiasi, disebut zat radioaktif. Peluruhan adalah perubahan inti atom yang tidak stabil menjadi inti atom lain, atau perubahan suatu unsur radioaktif menjadi unsur yang lain. (Wardhana, 2009)

Radioaktivitas lingkungan, 87% disebabkan oleh sumber-sumber radiasi alam yang terdiri atas radiasi radon (51%), radiasi kosmik (10%), radiasi interna (12%), radiasi eksterna-gamma (14%) dan disebabkan oleh radiasi buatan sebanyak (13%), serta yang terdiri atas kegiatan medik (12%) dan lain-lain (1%). (Arief, 2006)

  • 2.1.1    Radioaktivitas Alam

Unsur radioaktif alam, yaitu unsur radioaktif yang dapat ditemukan di alam, umumnya ditemukan dalam kerak bumi. Semua unsur radioaktif alam yang bernomor atom tinggi akan termasuk dalam deret radioaktif, seperti berikut : (Arief, 2006)

  • 1.    Deret Uranium, dimulai dari 92U238 berakhir

pada 82Pb206

92U238 ------►    82Pb206 + 8 2a4 + 6 -1a0

  • 2.    Deret Thorium, dimulai dari 90Th232 berakhir

pada 82Pb208

90Th232 ------►   82Pb208 + 6 2a4 + 4 -1a0

  • 3.    DeretActinium, dimulai dari 92U235 berakhir

pada 82Pb207

92U235 ------►    82Pb206 + 7 2a4 + 4 -1a0

  • 2.1.2    Radioaktivitas Buatan

Radioaktif dapat dibuat oleh manusia berdasarkan reaksi inti antara dua nuklida yang tidak radioaktif dengan neutron atau biasa disebut dengan reaksi fisi di dalam reaktor atom. Unsur radioaktivitas buatan berasal dari hasil pembelahan (fisi), reaksi inti, dan debu-debu radioaktif. (Anies, 2006)

Reaksi Fisi merupakan reaksi pembelahan dari sebuah atom menjadi dua bagian atom lain yang disertai dengan pelepasan energi. (Adiwarsito, 2013) contoh :

0n1 + 92U235 —*-.6Bal44 + 36Kr89 + 0n1 + energi

Reaksi Fusi merupakan reaksi penggabungan 2 buah unsur ringan disertai pengeluaran energi. (Adiwarsito, 2013) contoh :

1H2 + 1H2    2He4 + energi

Pada reaksi inti dihasilkan neutron-neutron baru yang dapat meneruskan reaksi fisi secara berantai. Wardhana (1994) menyatakan bahwa reaksi berantai apabila tidak dikendalikan dapat menimbulkan ledakan. Reaksi fisi akan menghasilkan neutron dengan energi yang tinggi o 2 MeV, tergantung dari jenis reaktornya. Sehingga, apabila reaksi fisi terjadi pada energi termal (sekitar 0,025 eV), energi pada neutron yang baru harus diturunkan dengan cara hamburan.

Radioisotop yang menyebabkan timbulnya radioaktivitas lingkungan, baik yang berasal dari radioaktivitas alam maupun yang berasal dari radioaktivitas buatan, akan mengalami salah satu atau lebih bentuk peluruhan berikut ini (Wardhana, 1994), diantaranya Radiasi Alpha, Radiasi Beta Min, Radiasi Beta Plus, Radiasi Gamma, Konversi Internal, dan Radiasi Neutron.

Sumber radiasi buatan yang ada di lingkungan berasal dari percoban nuklir, daur ulang bahan bakar nuklir dan sumber-sumber lain yang merupakan hasil aktivasi. Aktivasi dari radioaktivitas jatuhan (fallout) akibat percobaan nuklir merupakan bagian terbesar dari aktivitas radiasi buatan. Namun demikian, aktivitas dari radiasi buatan relatif sangat kecil dibandingkan dengan aktivitas radiasi alam. (Anonim, 2013)

  • 2.2    Mikroorganisme di Dalam Air

Bermacam-macam mikroorganisme hidup di dalam air, baik yang bersifat patogen maupun nonpatogen. Adanya mikroorganisme patogen dalam air merupakan indikator bahwa air tersebut telah tercemar (Drestha, 2001). Kualitas air untuk air minum ditentukan oleh keberadaan mikroorganisme patogen di dalam air tersebut (Suriawiria, 1996). Jenis bakteri patogen yang banyak terdapat dalam air yaitu bakteri E. coli.

Berdasarkan asal dan sifatnya, Drestha (2001) dalam Suriawiria (1996) mengelompokkan bakteri coli menjadi dua golongan, yaitu : a   Fecal coli, seperti E. coli merupakan bakteri

patogen yang berasal dari tinja manusia dan kotoran hewan berdarah panas.

b   Coli non-fecal, seperti Aerobacter dan

Klebsiella yang bukan berasal dari tinja manusia, tetapi mungkin berasal dari sumber lain, seperti limbah pertanian, industri, dan rumah tangga.

Suwardani (1998) menyatakan bahwa E. coli merupakan bakteri yang biasa dijumpai pada air yang tercemar oleh bahan pencemar biologis. Bakteri ini sering digunakan sebagai indikator adanya pencemaran bakteri patogen pada air. Ada empat macam E. coli patogen yang menyebabkan penyakit pada manusia, yaitu : (Suwardani, 1998 dalam Shulman et al, 1994)

  • 2.3    Atomic Absorption Sphectrometer (AAS)

Atomic Absorption Sphectrometer (AAS) atau dalam bahasa Indonesia disebut Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) adalah suatu metode analisis unsur secara kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas. (Ayuningtyas, 2011)

Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Metode serapan atom hanya tergantung pada perbandingan dan tidak bergantung pada temperatur. Setiap alat AAS pada umumnya terdiri atas empat komponen yaitu, unit teratomisasi, sumber radiasi, monokromator dan detektor (Elfira, 2013).

Sumber cahaya pada AAS adalah sumber cahaya dari lampu katoda. Lampu ini terdiri dari sebuah tabung gelas dengan dua buah elektroda; satu elektroda terbuat dari unsur tertentu dan elektroda yang lain merupakan suatu anoda.

Gambar 2.5 Lampu Katoda (Skoog, Douglas A;

West, Donald M; Holler, F. 1991.)

Jenis lampu logam dengan panjang gelombang tertentu dibedakan berdasarkan logam yang dipasang pada rongga katoda. Di depan rongga lampu katoda terdapat komponen yang disebut chopper atau pemenggal putar yang berfungsi sebagai pengatur frekuensi radiasi yang dipancarkan dari lampu. (Faiza Fatikatus, 2013)

  • III.    METODE PENELITIAN

Pengambilan sampel dilakukan di daerah hilir sungai Badung, dengan lokasi pengambilan sampel yang berbeda-beda. Lokasi pertama (S1) terletak di Jalan Pulau Batanta, Banjar Seblanga, Desa Dauh Puri, lokasi kedua (S2) terletak di Jalan Tukad Baru, Banjar Panti Gede, Desa Pemogan, dan untuk lokasi ketiga (S3) terletak di Jalan Taman Pancing, Kampung Islam, Desa Pemogan. Pengambilan sampel dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali selama tiga minggu.

  • 3.1    Pengujian unsur radioaktif

Uji kandungan unsur pada sampel air sungai di daerah hilir sungai Badung menggunakan alat AAS (Atomic Absorption Sphectrometer).

Sampel air yang telah diambil kemudian dibawa ke Laboratorium Analitik Universitas Udayana untuk diuji kandungan logam berat dan unsur radioaktifnya. Sebelum sampel dianalisis pada alat AAS, sampel diambil sebanyak 50 ml, kemudian ditambahkan larutan asam nitrat (HNO3) pekat sebanyak 2 ml dan larutan asam sulfat (H2SO4) pekat sebanyak 2 ml. Skema penelitian ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Skema Penelitian Uji Unsur Radioaktif

Penentuan kandungan unsur pada sampel dengan Atomic Absorption Sphectrometer (AAS) didasarkan pada hukum Lambert-Beer, yaitu absorpsi berbanding lurus dengan konsentrasi uap atom (Anonim, 2013). Semakin tinggi konsentrasi larutan standar, maka nilai absorpsinya akan semakin tinggi.

  • 3.2    Pengujian bakteri E.coli

Pengukuran derajat pencemaran pada air limbah secara mikrobiologis dapat dilakukan dengan menentukan kandungan bakteri pencemar E.coli (Ratnawati, Darmayasa, 2012). Sampel air yang telah diambil kemudian dimasukkan ke dalam botol steril ±300 ml, selanjutnya mulut botol segera disterilkan dengan lampu Bunsen dan ditutup dengan penutup steril. (Drestha, 2001)

Gambar 3.2 Skema Penelitian Uji Bakteri

Pencemar E.coli

Selanjutnya sampel dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi FMIPA UNUD untuk dianalisa secara mikrobiologi. Kandungan coliform dan fecal coli (E.coli) dianalisa dengan

metode MPN (Most Probable Number), yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu : uji penduga (Presumtiv Test) dengan media Laktose Broth (LB), uji penetap (Confirmative Test) dengan Brilliant Green Laktose Bile 2% Broth (BGBB) untuk mengetahui adanya bakteri coliform dan Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) untuk mengetahui adanya fecal coli dan uji pelengkap (Completed Test). (Ariawan, 2012)

  • IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN

    • 4.1    Uji Unsur Radioaktif

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa pada ketiga sampel air di lokasi yang berbeda terdapat unsur radioaktif dan kandungan logam berat seperti Co (Cobalt), Pb (Lead), Cd (Cadmium) dan Cu (Copper). Menurut Wardhana (2009), unsur Co (Cobalt) dapat diklasifikasikan sebagai unsur yang dapat bersifat radioaktif karena Co dapat memancarkan radiasi gamma (a) apabila intinya tidak stabil. Namun, untuk mengetahui besarnya tingkat radioaktivitas dari unsur tersebut, perlu diadakan penelitian lanjutan. Radioaktivitas lingkungan sudah ada sejak terbentuknya bumi, namun pembuangan limbah industri yang mengandung bahan kimia berbahaya dapat menyebabkan berbagai kerusakan biologis. (Wardhana, 2009)

Pengujian unsur radioaktif dan logam berat pada sampel air sungai di daerah hilir sungai Badung, Desa Pemogan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Secara deskriptif, data hasil penelitian dapat dijelaskan seperti pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.

Tabel 4.1 Hasil Uji Konsentrasi Unsur Radioaktif dan Logam Berat

Ulangan          Lokasi

(per minggu)

Nama unsur

Co (ppm)        Pb (ppm)     Cd (ppm)      Cu (ppm)

Minggu I           S1

S2

0,137              0,656             0,05             0,011

0,136              0,653            0,052              0,02

S3

0,145              0,705             0,05             0,015

Minggu II           S1

S2

0,145              0,697           0,054             0,019

0,135               0,651             0,047              0,009

S3

0,135               0,644            0,051              0,012

Minggu III          S1

S2

0,137               0,717            0,054              0,038

0,115               0,611            0,044              0,04

S3

0,122              0,647             0,05             0,032

Metode pengujian unsur radioaktif dengan   sebuah unsur, maka absorpsi atau penyerapan

alat AAS berprinsip pada absorpsi atau penyerapan   terhadap unsur tersebut akan semakin besar,

cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh   (Elfira, 2013)

atom logam. Dimana, semakin besar konsentrasi

Tabel 4.2 Hasil Uji Absorpsi Unsur Radioaktif dan Logam Berat

Ulangan         Lokasi

(per minggu)

Nama unsur

Co           Pb         Cd        Cu

Minggu I          S1

S2

0,01125               0,03         0,01575          0,001

0,01075          0,02975        0,01625       0,00225

S3

0,01175          0,03175        0,01575         0,002

Minggu II          S1

S2

0,01175            0,0315        0,01725        0,0025

0,011            0,0295         0,01475          0,001

S3

0,01075          0,02925           0,016        0,0015

Minggu III         S1

S2

0,011           0,03225            0,017          0,005

0,00925          0,02775           0,014         0,005

S3

0,01          0,02925        0,01575         0,004

  • 4.2    Uji Bakteri Pencemar Escherichia coli

Hasil uji kandungan bakteri E. coli pada air sungai di daerah hilir sungai Badung lebih banyak menunjukkan hasil positif pada setiap sampel yang diambil dari tiga lokasi yang berbeda. Berdasarkan penelitian, pada lokasi pertama (S 1), jumlah bakteri E.coli rata-rata sebanyak >3.800 MPN∕100ml sampel. Pada lokasi kedua (S2), jumlah bakteri E. coli tidak jauh berbeda dengan lokasi S1, yaitu rata-rata sebanyak >3.700 MPN∕100ml sampel. Sedangkan pada lokasi ketiga (S3) jumlah bakteri E.coli sangat jauh berkurang daripada S1 dan S2, yaitu rata-rata <1.900 MPN∕100ml sampel. Untuk lebih memperjelas jumlah bakteri E.coli pada air sungai di daerah hilir sungai Badung, dapat dilihat pada Tabel 4.3.

  • 4.3    Standar Baku Mutu Air

Berdasarkan PP No.82 tahun 2001 tentang kriteria kelas air, kandungan bakteri E. coli maksimal berada pada kisaran 2000 MPN∕100ml air. Namun, berdasarkan penelitian ini, didapatkan jumlah bakteri E.coli dengan jumlah lebih dari 11.000 MPN∕100ml sampel. Hal ini dapat membuktikan bahwa, kandungan bakteri E. coli

pada sungai Badung sangat melebihi ambang batas yang telah ditentukan untuk standar baku mutu air. Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan tingkat pencemaran perairan, terutama sungai, karena air sungai merupakan salah satu bahan baku air. Maka perlu adanya pengujian ulang tentang ketetapan standar baku mutu air pada sungai.

  • V.    PENUTUP

    • 5.1    Kesimpulan

Air sungai di daerah hilir Sungai Badung, Desa Pemogan telah tercemari oleh unsur radioaktif dan logam berat, yaitu Co, Cu, Pb, dan Cd. Diduga, unsur-unsur tersebut berasal dari buangan limbah industri yang berada disekitar sungai Badung, Desa Pemogan. Untuk hasil uji mikrobiologi pada air sungai Badung menunjukkan keberadaan bakteri E.coli dengan jumlah 11.000 MPN∕100ml sampel. Menurut PP No.82 tahun 2001, kandungan bakteri E.coli yang diperbolehkan maksimal berada pada kisaran 2000 MPN∕100ml air. Hal ini menunjukkan kandungan bakteri E. coli pada air sungai Badung telah melebihi ambang batas yang telah ditentukan.

Tabel 4.3 Hasil Uji Bakteri CoLform dan E.coli

Lokasi

Ulangan (per Minggu)

Coliform (MPN∕100ml)

E.coli (MPN∕100ml)

S1

1

> 11.000

11.000

2

> 11.000

70

3

11.000

200

S2

1

> 11.000

> 11.000

2

> 11.000

110

3

2.900

70

S3

1

2.400

930

2

11.000

0

3

> 11.000

4600

  • 5.2    Saran

  • 1.    Pemerintah dan masyarakat seharusnya bekerjasama untuk lebih memperhatikan kebersihan lingkungan, terutama kebersihan sungai. Karena air sungai termasuk bahan baku air untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

  • 2.    Industri pewarna tekstil, industri garmen dan industri lain yang berlokasi dekat dengan sungai, diharapkan mengolah secara benar limbah industri sebelum membuangnya ke sungai, agar tidak mengganggu ekosistem akuatik.

DAFTAR PUSTAKA

Anies, Dr.dr, MKes PKK. 2006. Potensi Gangguan Kesehatan Akibat Radiasi Elektromagnetik SUTET. Jakarta : PT Elex Media Komputindo

Ariawan, Putu Rusdi. 2012. Kondisi Lingkungan Disepanjang Tukad Badung Provinsi Bali. Denpasar : Universitas Udayana

Arief, A.S. 2006. Tingkat Radioaktivitas Radionuklida Primordial U dan Th. Bogor : IPB (Institut Pertanian Bogor)

Chandra, Dr. Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC

Drestha, Ida Bagus Gede Manu. 2001. Kualitas Air Sungai Ayung Pada Musim Hujan Ditinjau dari Sifat Fisik Kimia dan Mikrobiologi. Jimbaran : Universitas Udayana

Elfira, Jumasing Rahmatiyah. 2013. http:// www.academia.edu/3724508/Makalah aas (diakses, 10 Desember 2013, pukul 22.00 WITA)

Fardiaz, Srikandi. 2006. Polusi Air Dan Udara. Yogyakarta : Kanisius

Fatikatus, Faiza. 2013. Spektrofotometri Serapan Atom. www.scrib.com (diakses 21 Mei 2013, pukul 08.00 WITA)

Pelczar, Michael J, Chan, E,C,S. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI-Press

Ratnawati, Darmayasa. 2012. Uji Kandungan Unsur Radioaktif dan Bakteri Pencemar Escherichia coli Pada Limbah Pasar Badung. Bali : Universitas Udayana

Siregar, Sakti A. 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta : Kanisius

Skoog, Douglas A; West, Donald M; Holler, F. 1991. Fundamentals of Analytical Chemistry-Seventh Edition. New York: Saunders College Publishing

Skoog, Douglas A., West, Donald M., dan Holler, F.James. 1996. Analytical Chemistry. Amerika : Saunders College Publishing

Sundra, I.K. 1997. Pengaruh TPA Sampah Terhadap Kualitas Air Sumur di Wilayah Suwung Denpasar.

Suriawiria, Unus. 1996. Air Dalam Kehidupan dan Lingkungan Yang Sehat. Bandung : PenerbitAlumni

Suwardani, Ni Made Ukir. 1998. Kualitas Air Sungai Badung Selama Musim Penghujan Ditinjau dari Kandungan Coliform dan E.coli. Jimbaran : Universitas Udayana

Wardhana, WisnuArya. 1994. TeknikAnalisis Radioaktivitas Lingkungan. Yogyakarta : Andi

Wardhana, Wisnu Arya. 2009. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : Andi

14