PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL KABUPATEN MALANG MELALUI KAJIAN POTENSI KLASTER INDUSTRI KECIL
on
287 Buletin Studi Ekonomi. Vol. 25 No. 2, Agustus 2020
PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL KABUPATEN MALANG MELALUI KAJIAN
POTENSI KLASTER INDUSTRI KECIL
Arini Fitria Mustapita1
Afi Rachmat Slamet2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang, Jawa Timur, Indonesia1, 2 Email: AriniMustapita@unisma.ac.id
Abstract: Local Economic Development: Small Industry Cluster: Location Quotient analysis and Klassen’s typology. This study aims to (i) To map the types of small industries which are potential to be developed in Malang Regency (ii) Formulate the right strategy for developing potential industrial clusters in Malang Regency. This study uses secondary data obtained from BPS Malang Regency and Malang Regency Industry and Trade Agency. The analytical method used is contribution analysis, Location Quotient analysis and Klassen’s typology. Contribution Analysis shows the average contribution to the Province of East Java is 5.88%. This result is not much different from the contribution of Malang Regency, where the biggest contribution is still the same, namely the processing industry by 29.28%. The LQ analysis continued, showing that there are six sectors that have a LQ value of more than 1, which means that it is a base sector and has the potential to be developed. The sectors include agriculture, processing industry, water supply, construction, wholesale trade and other services. Whereas typology Klassen with the results of the developed sector and growing rapidly is in the agricultural sector, processing industry and other services.
Keywords: Local Economic Development: Small Industry Cluster: Location Quotient analysis and Klassen’s typology.
Abstrak: Pengembangan Ekonomi Lokal, Klaster Industri Kecil, Location Quotient analysis dan Tipologi Klassen. Penelitian ini bertujuan untuk (i) Memetakan jenis-jenis industri kecil apa saja yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Malang (ii) Merumuskan strategi yang tepat untuk pengembangan klaster industri yang potensial di Kabupaten Malang. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari BPS Kab Malang dan Disperindag Kab Malang. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kontribusi, analisis Location Quotient dan juga tipologi klassen. Analisis Kontribusi menunjukkan Rata-rata kontribusi untuk Provinsi Jawa Timur sebesar 5,88% hasil ini tidak berbeda jauh dengan kontribusi Kabupaten Malang, dimana kontribusi terbesarnya masih tetap sama yaitu industri pengolahan sebesar 29,28%. Dilanjutkan Analisis LQ yang menunjukkan terdapat enam sektor yang memiliki nilai LQ lebih dari 1 yang artinya merupakan sektor basis dan memiliki potensi untuk dikembangkan. Sektor tersebut antara lain adalah sektor pertanian, industri pengolahan, pengadaan air, konstruksi, perdagangan besar dan jasa lainnya. Sedangkan tipologi klassen dengan hasil sektor maju dan tumbuh dengan pesat berada pada sektor pertanian, industri pengolahan dan jasa lainnya.
Kata Kunci: Pengembangan Ekonomi Lokal, Klaster Industri Kecil, Location Quotient analysis dan Tipologi Klassen.
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara sedang berkembang dihadapkan pada suatu tuntutan untuk melaksanakan pembangunan di segala bidang secara merata, terutama pembangunan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi dapat mendukung pencapaian tujuan serta mendorong perubahan-perubahan atau pembaharuan bidang kehidupan lainnya. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila pembangunanekonomimenjadiperhatianutama.
Pertumbuhan ekonomi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi daerah. Karena pada umumnya pertumbuhan ekonomi dijadikan sebagai tolak ukur untuk melihat perkembangan yang terjadi dalam proses kegiatan ekonomi dan merupakan indikasi untuk mengukur sejauh mana keberhasilan suatu kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Perekonomian suatu negara bisa dikatakan berhasil apabila kegiatan ekonominya lebih tinggi daripada yang dicapai pada masa sebelumnya serta perkembangan kegiatan perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah (Sukirno, 2011). Sedangkan kondisi
Indonesia dengan jumlah penduduk yang terus bertambah artinya kebutuhan ekonomi juga ikut bertambah, sehingga dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun.
Penambahan pendapatan dapat dilihat dari peningkatan output agregat (barang dan jasa) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada setiap tahunnya (Tambunan, 2001). Secara makro pertumbuhan dan peningkatan PDRB dari tahun ke tahun merupakan indikator dari keberhasilan pembangunan daerah yang dapat dikategorikan dalam berbagai sektor ekonomi, antara lain yaitu (1) sektor pertanian; (2) pertambangan dan penggalian; (3) industri pengolahan; (4) listrik dan air minum; (5) bangunan dan konsturksi; 6) perdagangan, hotel dan restoran; (7) pengangkutan dan komunikasi; (8) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan (9) jasa-jasa.
Kabupaten Malang sendiri memiliki Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha, dimana secara rata-rata terjadi kenaikan dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 yang menunjukkan peningkatan dari tahun 2014 dengan nilai sebesar 52.550.417,04 hingga pada tahun 2018 dengan nilai sebesar 64.823.281,55.
Tabel 1.
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Malang Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), 2014 ─2018 (Tabel Dinamis)
Kategori |
2014 |
2015 |
2016 |
2017 |
2018 | |
1. |
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan |
9224600.88 |
9542355.95 |
9826908.15 |
9994064.97 |
9799582.33 |
2. |
Pertambangan dan Penggalian |
1097424.29 |
1129469.08 |
1144314.96 |
1202920.15 |
1240932.43 |
3. |
Industri Pengolahan |
15548409.52 |
16549375.19 |
17556286.55 |
18550567.18 |
19914527.83 |
4. |
Pengadaan Listrik dan Gas |
53332.52 |
52939.07 |
55209.75 |
58477.33 |
61550.60 |
5. |
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang |
52808.06 |
55828.63 |
58583.77 |
62621.93 |
66370.62 |
6. |
Konstruksi |
6319594.28 |
6562571.22 |
6898982.75 |
7384119.27 |
7926514.27 |
7. |
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi |
10065934.33 |
10597951.19 |
11196122.42 |
11979767.07 |
12781846.34 |
8. |
Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum |
566540.11 |
610036.86 |
653281.56 |
705547.51 |
765531.30 |
9. |
1671284.44 |
1783320.58 |
1913585.28 |
2071216.56 |
2253820.79 | |
10. |
Informasi dan Komunikasi |
2518364.02 |
2689109.10 |
2877388.91 |
3085628.42 |
3324147.50 |
11. |
Jasa Keuangan dan Asuransi |
851567.89 |
901218.75 |
956207.31 |
983900.80 |
1032120.33 |
12. |
Real Estate |
755523.78 |
800477.44 |
849482.95 |
895151.16 |
965241.49 |
13. |
Jasa Peinsahaan |
191456.80 |
207788.07 |
219775.36 |
231810.26 |
249871.50 |
14. |
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan |
977459.37 |
1026230.07 |
1066304.35 |
1086497.17 |
1132890.59 |
15. |
Jasa Pendidikan |
1256997.12 |
1347626.61 |
1429171.50 |
1491654.87 |
1578889.21 |
16. |
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial |
311924.99 |
324970.40 |
340867.95 |
360718.74 |
388061.22 |
17. |
Jasa Lainnya |
1087194.65 |
1136553.29 |
1204871.34 |
1264265.80 |
1341383.21 |
PDRB |
52550417.04 |
55317821.50 |
58247344.86 |
61408929.19 |
64823281.55 |
Sumber: Data BPS 2020
Peningkatan PDRB dapat digunakan dalam melihat proses lajunya pertumbuhan ekonomi suatu daerah, sehingga tingkat perkembangan PDRB per kapita seringkali digunakan sebagai ukuran kesuksesan suatu daerah dalam mencapai cita-cita untuk menciptakan pembangunan ekonomi.
Distribusi sektoral Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Malang selama periode 2014-2018 atas dasar harga konstan tahun 2000 yang terlihat pada Tabel 1. Yang didominasi oleh sektor industri pengolahan. Namun demikian secara persentase pola perkembangan sempat mengalami penurunan. Oleh karena
itu untuk menstabilkan pertumbuhan sektor industri pengolahan perlu dilakukan suatu upaya yaitu dengan pengembangan ekonomi lokal.
Pengembangan ekonomi lokal merupakan usaha daerah dalam memacu pembangunan ekonomi dan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat keseluruhan secara luas (Bappenas, 2004). Pengembangan ekonomi lokal sendiri merupakan penumbuhan suatu lokalitas secara lebih mandiri dengan menggunakan potensi kekuatan lokal, sumber daya manusia, kelembagaan dan fisik dengan upaya yang ditumbuh kembangkan masyarakat lokal itu sendiri (tumbuh jiwa kewiraswastaan lokal) untuk mengorganisasi serta mentransformasi potensi-potensi ini menjadi penggerak bagi pembangunan lokal sehingga tercipta kondisi yang lebih baik dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan, dan meningkatkan kualitas hidup untuk seluruh masyarakat (Bappenas, 2004).
Tujuan dari pembangunan ekonomi lokal adalah membangun potensi ekonomi yang ada di suatu daerah tertentu untuk meningkatkan keadaan ekonomi dan kualitas hidup untuk semua di masa depan. Dalam proses ini masyarakat, dan mitra dari sektor swasta
bekerja secara kolektif dalam menciptakan suatu kondisi yang lebih baik untuk pertumbuhan ekonomi daerah dan penciptaan kesempatan lapangan kerja. Pengembangan ekonomi lokal menyediakan cukup banyak alternatif program atau kegiatan yang dapat dipilih sebagai prioritas dalam mendorong pengembangan ekonomi lokal di daerah salah satunya mendorong pertumbuhan klaster (Bappenas, 2004).
Pratomo (2008) menjelaskan klaster merupakan pengelompokan berbagai perusahaan pada sektor usaha yang sama dalam suatu wilayah tertentu. Suatu klaster terdiri dari industri inti, industri terkait, industri pendukung dan jasa lainnya yang pengembangannya tidak difokuskan pada perusahaan inti saja namun secara keseluruhan. Kunci keberlanjutan pengembangan klaster yaitu terciptanya kerjasama antar stakeholder dan efisiensi kolektif yang dapat dilakukan pada semua lini tahapan produksi mulai dari penyediaan input, produk, proses produksi, pemasaran dan distribusi hingga ke konsumen akhir. Jalinan kerjasama dalam lingkungan usaha klaster memberikan manfaat positif dengan menciptakan rantai nilai produksi yang saling menguntungkan sehingga produktivitas
usaha dapat ditingkatkan. Pendekatan klaster diharapkan mampu memberikan solusi untuk meningkatkan daya saing industri di daerah. Klaster industri adalah sejumlah perusahaan dan lembaga yang terkonsentrasi pada suatu wilayah, serta saling berhubungan dalam bidang yang khusus dan mendukung persaingan. Klaster tidak hanya dibangun dari hadirnya industri, tetapi industri harus saling terhubung berdasarkan rantai nilai (Lestari, 2010). Secara empiris, penelitin mengenai pengembangan ekonomi lokal melalui kajian potensi klaster industri kecil untuk menentukan sektor yang potensial untuk dikembangkan telah banyak dilakukan dan menunjukkan hasil yang berbeda tiap masing-masing daerah.
Penelitian Mukhlis dkk., (2014) meneliti mengenai Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Palembang dengan menggunakan pendekatan Tipologi Klassen. Berdasarkan hasil perhitungan LQ diperoleh beberapa UKM yang memiliki nilai LQ lebih besar dari yaitu dari sektor logam, mesin, kimia, dan aneka industry, selanjutnyasektorhasilpertaniandanpeternakan, serta sektor hasil hutan dan perkebunan.
Penelitian Jumiyanti (2018) mengenai Analisis Location Quotient dalam Penentuan
Sektor Basis dan Non Basis di Kabupaten Gorontalo. Dari ke tujuh sektor basis Kabupaten Gorontalo, sektor Pengadaan Listrik dan Gas merupakan sektor yang paling stabil untuk dijadikan kegiatan basis di wilayah Kabupaten Gorontalo. Dengan kontribusi yang cukup tinggi dan juga nilai LQ Kabupaten Gorontalo terhadap perekonomian Provinsi Gorontalo yang juga cukup tinggi menjadikan kegiatan ini sebagai kegiatan basis yang sangat baik untuk dikembangkan karena banyak sekali dampak positif yang ditimbulkan dari sektor ini.
Penelitian Endi (2015) menganalisis tentang Analisis Sektor Unggulan dan Pengembangan Wilayah di Kota Bandar Lampung 2000-2012. Menggunakan variabel data time series PDRB Kota Bandar Lampung dan Provinsi Lampung Tahun 2000-2012.. Hasil untuk menentukan sektor yang maju dan tumbuh pesat, basis, dan kompetitif maka sektor/sub/sub-sub sektor ekonomi yang akan masuk dalam kategori sektor ekonomi yaitu (1) Sektor Industri Pengolahan dan (2) Sektor Keuangan, real esta,jasa perusahaan.
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk 1) memetakan jenis-jenis industri kecil
apa saja yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Malang 2) Merumuskan strategi yang tepat untuk pengembangan klaster industri yang potensial di Kabupaten Malang.
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk: (1) memberi kontribusi berupa analisis sektor mana saja yang potensial untuk dikembangkan (2) menjelaskan strategi yang dapat digunakan dalam pengembangan ekonomi lokal pada sektor yang potensial.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan kajian industri yang membahas mengenai identifikasi potensi industri kecil dan menengah yang ada di kabupaten Malang berdasarkan keunggulan serta lokasi dan jenis industri kecil dan menengah tahun 2014-2018. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang, Jawa Timur, Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Malang. Selain itu data juga diperoleh melalui studi pustaka dari berbagai literature berupa teks, jurnal, dan sumber lain yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.
Dalam menentukan jenis industri kecil dan menengah yang memiliki potensi maka alat analisis yang digunakan adalah: 1) Analisis Kontribusi, 2) Analisis Location Quotient, dan 3) Analisis Tipologi Klassen.
Analisis Kontribusi digunakan untuk melihat peranan/kontribusi sektor industri kecil dan menengah di Kabupaten Malang terhadap Pendapatan Regional Kabupaten Malang. Lalu kontribusi industri kecil dan menengah Kabupaten Malang terhadap industri kecil dan menengah Provinsi Jawa Timur. Kontribusi sektor industri kecil terhadap pendapatan regional Kabupaten Malang (Sjafrizal, 2016):
KIKM =
[ NlKMi [
] x100
(1)
Kontribusi sektor industri kecil dan
menengah Kabupaten Malang terhadap nilai industrikecildanmenengahProvinsiJawaTimur:
SIKM = [ NlKMiNlKMi ] x 100
(2)
Analisis Location Quotient adalah
suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut pada suatu daerah yang lebih luas. Formulasi analisis LQ adalah sebagai berikut (Warpani, 2001):
(3)
Analisis tipologi klassen adalah salah satu alat anaisis yang digunakan untuk mengetahui klasifikasi sektor perekonomian daerah Kabupaten Malang. Sebagai dasar menentukan sektor-sektor unggulan untuk dilakukan pengelompokan digunakan kombinasi pertumbuhan dan kontribusi tiap-tiap sub sektor di masing-masing wilayah pengamatan.
Tabel 2.
Klasifikasi sektor PDRB menurut Tipologi Klassen
Laju Pertumbuhan/ Kontribusi |
Si > S |
Si < S |
Ski > Sk |
Kuadran I |
Kuadran II |
Sektor |
Sektor | |
Industri Cepat |
Industri | |
Tumbuh dan |
Berkembang | |
Cepat Maju |
Cepat | |
Ski < Sk |
Kuadran III |
Kuadran IV |
Sektor |
Sektor | |
Industri Cepat |
Industri | |
Maju Tapi |
Relatif | |
Tertekan |
Tertinggal |
Sumber: Sjafrizal (2008)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi UKM di Kabupaten Malang.
Rata-rata kontribusi UKM terhadap Produk
Domestik Regional (PDRB) Kabupaten Malang pada tahun 2018 adalah sebesar 5,91 %. Kelompok UKM yang memiliki
kontribusi terbesar berada pada kelompok UKM dari sektor industri pengolahan sebesar 29,48%, perdagangan besar sebesar 19,5 %, pertanian sebesar 17,3% dan konstruksi sebesar 12,03%. Berdasarkan hasil kontribusi tersebut diharapkan UKM dari sektor-sektor tersebut dapat terus berkembang dan berperan dalam mengembangkan ekonomi lokal Kabupaten Malang, namun juga tetap memperhatikan peranan UKM dari sektor-sektor lainnya.
Hasil dari Tabel 3 menunjukkan kontribusi UKM berdasar sektor ekonomi di Kabupaten Malang dan Provinsi Jawa Timur dengan rata-rata kontribusi untuk Provinsi Jawa Timur sebesar 5,88% hasil ini tidak berbeda jauh dengan kontribusi Kabupaten Malang, dimana kontribusi terbesarnya masih tetap sama yaitu industri pengolahan sebesar 29,28%.
Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Malang menurun dikarenakan sektor pertanian masih berbasis onfarm (peningkatan produksi) belum berorientasi terhadap peningkatan nilai tambah melalui diversifikasi hasil pertanian dan perkebunan. Peningkatan nilai tambah ini mempengaruhi revenue ratio (RC ratio) petani yang artinya biaya produksi yang petani keluarkan lebih
Tabel 3.
Perbandingan Kontribusi UKM bedasar Sektor Ekonomi di Kabupaten Malang dan Provinsi Jawa Timur, 2018
No |
SEKTOR EKONOMI |
Kontribusi % |
LQ | ||
Kab Malang |
Jawa Timur |
Kab Malang |
Basis/Non Basis | ||
1. |
Pertanian |
17,32 |
11,77 |
1,44 |
Basis |
2. |
Pertambangan |
2,07 |
5,15 |
0,36 |
Non Basis |
3. |
Industri Pengolahan |
29,48 |
29,38 |
1,03 |
Basis |
4. |
Pengadaan Listrik |
0,10 |
0,33 |
0,31 |
Non Basis |
5. |
Pengadaan Air |
0,10 |
0,10 |
1,04 |
Basis |
6. |
Konstmksi |
12,03 |
9,20 |
1,30 |
Basis |
7. |
Perdagangan Besar |
19,50 |
18,34 |
1,07 |
Basis |
8. |
Transportasi |
1,12 |
2,93 |
0,39 |
Non Basis |
9. |
Penyediaan Akomodasi |
3,29 |
5,17 |
0,63 |
Non Basis |
10. |
Informasi dan Komunikasi |
4,91 |
5,61 |
0,88 |
Non Basis |
11. |
Jasa Keuangan |
1,65 |
2,57 |
0,62 |
Non Basis |
13. |
Real Estate |
1,49 |
1,72 |
0,86 |
Non Basis |
14. |
Jasa Perusahaan |
0,38 |
0,78 |
0,49 |
Non Basis |
15. |
Administrasi Pemerintah |
1,86 |
2,23 |
0,81 |
Non Basis |
16. |
Jasa Pendidikan |
2,48 |
2,63 |
0,92 |
Non Basis |
17. |
Jasa Kesehatan |
0.61 |
0,65 |
0,89 |
Non Basis |
18. |
Jasa Lainnya |
2,12 |
1,45 |
1,44 |
Basis |
Rata-Rata |
5,91 |
5,88 |
Sumber: Data Diolah 2020
kecil dibanding keuntungan yang didapat. Nilai revenue ratio (RC ratio) inilah yang mempengaruhi Nilai Tukar Petani (NTP). Beberapa kendala yang dihadapi petani antara lain panjangnya mata rantai perdagangan sampai konsumen, sehingga pembagian margin keuntungan tidak berpihak pada petani.
Selanjutnya adalah sektor industri pada Kabupaten Malang cukup memberikan kontribusi terhadap keseluruhan PDRB Kabupaten Malang. Karena bagaimanapun sektor industri merupakan salah satu sektor penggerak roda perekonomian masyarakat
di Kabupaten Malang. Dimana dengan meningkatnya sektor industri secara tidak langsung akan meningkatkan sektor perdagangan serta daya beli masyarakat. Sedangkan untuk besarnya nilai kontribusi masih berfluktuasi mengingat sektor industri sangat dipengaruhi pada beberapa hal, diantaranya kebijakan pemerintah di sektor industri, tingkat inflasi, serta standar kualitas produk industri sehingga memiliki daya saing dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang diterapkan mulai tahun 2015.
Keberadaan dan Peran Industri Kecil terhadap Perekonomian Wilayah Kabupaten Malang. Dalam menganalisis peranan suatu sektor pada suatu wilayah hingga dapat diketahui potensi ekonomi suatu wilayah berdasarkan aktivitas ekonomi digunakan alat analisis Location Quotient (LQ). Analisis Location Quotient (LQ) merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah yang memanfaatkan sektor basis atau leading sektor. Location Quotient menggunakan perbandingan tentang besarnya
peranan suatu sektor/industri di Kabupaten Malang terhadap besarnya peranan sektor/ industri tersebut pada Provinsi Jawa Timur. Terdapat enam sektor yang memiliki nilai LQ lebih dari 1 yang artinya merupakan sektor basis dan memiliki potensi untuk dikembangkan. Sektor tersebut antara lain adalah sektor pertanian, industri pengolahan, pengadaan air, konstruksi, perdagangan besar dan jasa lainnya.
Pada Tabel 5 dapat diketahui klasifikasi industri kecil berdasarkan pertumbuhan dan kontribusi. Kuadran I: Sektor maju dan tumbuh dengan pesat. Sektor yang dikategorikan
Tabel 4.
Perbandingan Besarnya Peranan Suatu Sektor/Industri di Kabupaten Malang Terhadap Besarnya Peranan Sektor/Industri Pada Provinsi Jawa Timur
No |
SEKTOR EKONOMI |
LQ | |
Kabupaten Malang |
Jawa Timur | ||
1. |
Pertanian |
1,44 |
Basis |
2. |
Pertambangan |
0,36 |
Non Basis |
3. |
Industri Pengolahan |
1,03 |
Basis |
4. |
Pengadaan Listrik |
0,31 |
Non Basis |
5. |
Pengadaan Air |
1,04 |
Basis |
6. |
Konstruksi |
1,30 |
Basis |
7. |
Perdagangan Besar |
1,07 |
Basis |
8. |
Transportasi |
0,39 |
Non Basis |
9. |
Penyediaan Akomodasi |
0,63 |
Non Basis |
10. |
Infonnasi dan Komunikasi |
0,88 |
Non Basis |
11. |
Jasa Keuangan |
0,62 |
Non Basis |
13. |
Real Estate |
0,86 |
Non Basis |
14. |
Jasa Perusahaan |
0,49 |
Non Basis |
15. |
Administrasi Pemerintah |
0,81 |
Non Basis |
16. |
Jasa Pendidikan |
0,92 |
Non Basis |
17. |
Jasa Kesehatan |
0,89 |
Non Basis |
18. |
Jasa Lainnya |
1,44 |
Basis |
Sumber: Data Diolah 2020 |
Tabel 5.
Klasifikasi Industri Kecil Berdasarkan Pertumbuhan dan Kontribusi: Typology Klassen
Kontrlbusi Sektoral |
Pertumbuhan Sektoral | |
£i>g |
gi<g | |
si>=s |
Kuadran I Sektor Maju dan Tumbuh dengan pesat Pertanian Industri Pengoialian Jasa Lainnva |
Kuadran II Sektor maju tapi tertekan Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar |
si<g |
Kuadran III Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat Pengadaan Listrik Transportasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintah Jasa Pendidikan |
Kuadran IV Sektor relatif tertinggal Pertambangan Penyediaan Akomodasi Informasi dan Komunikasi Jasa Kesehatan |
Sumber: Data Diolah 2020
dalam kuadran ini adalah Pertanian, industri pengolahan dan jasa lainnya. Kuadran II : Sektor yang masuk dalam kategori maju tapi tertekan antara lain Pengadaan Air, Konstruksi, Perdagangan Besar. Kuadran III : Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat antara lain Pengadaan Listrik, Transportasi, Jasa Keuangan, Real Estate, Jasa Perusahaan, Administrasi Pemerintah, Jasa Pendidikan. Kuadran III : Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat antara lain Pengadaan Listrik, Transportasi, Jasa Keuangan, Real Estate, Jasa Perusahaan, Administrasi Pemerintah, Jasa Pendidikan.
Kuadran IV : Sektor relatif tertinggal antara lain Pertambangan, Penyediaan Akomodasi, Informasi dan Komunikasi, Jasa Kesehatan.
Strategi Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Malang. Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa sektor pertanian, industri pengolahan, pengadaan air, kontruksi, perdagangan besar dan jasa lainnya merupakan sektor basis yang dapat dikembangkan sebagai sektor dalam pengembangan ekonomi lokal. Hasil ini juga didukung oleh hasil dari analisis tipologi klassen yang menyatakan bahwa Pertanian, industri pengolahan dan jasa lainnya masuk dalam kuadran I dan Pengadaan Air,
Konstruksi, Perdagangan Besar masuk dalam kuadran II.
Sektor-sektor tersebut yang menjadi sektor unggulan dan dapat digunakan sebagai bentuk usaha kecil menengah dalam rangka pengembangan ekonomi lokal. Sebenarnya UKM pada Kabupaten Malang sudah mengalami perkembangan yang cukup baik. Akan tetapi para pelaku usaha masih mengalami kesulitan dalam beberapa hal dalam melaksanakan dan mengembangkan usahanya, diantaranya ada pada masalah perkembangan teknologi, modal dan mitra dengan usaha lain dalam mengembangan usaha. Hal ini sebenarnya bisa diwujudkan dengan cara berinvestasi. Guna mewujudkan iklim investasi yang baik maka perlu didukung, mengingat investasi memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian Kabupaten Malang. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah menyediakan informasi tentang peta potensi investasi, pemberian bantuan/intensif, memudahkan dalam memberikan perizinan dengan mudah dan transparan serta menyediakan kawasan industri.
Selain itu strategi lain dalam pengembangan UKM di Kabupaten Malang adalah memberikan pelatihan atau pembinaan
dalam rangka mengembangkan ketrampilan para SDM, memberikan bantuan berupa peralatan dan juga membantu dalam memasarkan melalui promosi. Salah satu contohnya pada sektor pertanian, Masyarakat Kabupaten Malang perlu melakukan transformasi dari pola produksi dan cara berpikir agraris subsisten menuju pada cara berpikir ekonomis yang industrialis progresif. Artinya, aktifitas ekonomi baik itu disektor pertanian, perikanan dan kelautan, tidak hanya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar rumah tangganya saja, akan tetapi ada strategi untuk memperbesar dan mengembangkannya sebagai sebuah potensi dan kekayaan ekonomi daerah yang dapat bersaing baik secara nasional maupun internasional. Untuk melaksanakan hal ini maka diperlukan pengkayaan inovasi melalui penerapan teknologi tepat guna dan pembinaan manajemen agrobisnis dan penguatan kelompok tani/usaha, selain itu juga memberikan pelatihan atau pembinaan dalam rangka mengembangkan ketrampilan para SDM, memberikan bantuan berupa peralatan dan juga membantu dalam memasarkan melalui promosi.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengembangan ekonomi lokal pada Kabupaten
Malang diperoleh hasil bahwa pada analisis kontribusi, Kelompok Industri Kecil yang memiliki kontribusi terbesar berada pada kelompok UKM dari sektor industri pengolahan sebesar 29,48%, perdagangan besar sebesar 19,5 %, pertanian sebesar 17,3% dan konstruksi sebesar 12,03%. Dilanjutkan dengan analisis Location Quotient yang memiliki enam sektor nilai LQ lebih dari 1 yang artinya merupakan sektor basis dan memiliki potensi untuk dikembangkan. Sektor tersebut antara lain adalah sektor pertanian, industri pengolahan, pengadaan air, konstruksi, perdagangan besar dan jasa lainnya. Oleh karena itu beberapa strategi yang dapat dilakukan adalah antara lain menyediakan informasi tentang peta potensi investasi, pemberian bantuan maupun intensif, memudahkan dalam memberikan perizinan dengan aman dan transparan serta menyediakan kawasan industri.
Kelemahan pada penelitian ini adalah hanya berfokus pada strategi sektor maju. Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian yaitu Sektor UKM yang potensial perlu didukung dengan penyediaan kawasan industri serta infrastuktur yang baik, sehingga pemasaran hasil produksinya dapat meningkat.
Selain itu peran dan kebijakan pemerintah daerah sangat menentukan pengembangan UKM sehingga diharapkan pemerintah daerah dapat melindungi UKM dengan meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Serta saran untuk peneliti selanjutnya agar lebih berfokus pada pengembangan tiap-tiap sektor, baik sektor maju, maupun sektor yang tertinggal.
REFERENSI
Badan Perencana Pembangunan Nasional. (2004b). Panduan Pembangunan Klaster Industri Untuk Pengembangan Ekonomi Daerah Berdaya Saing Tinggi, Jakarta: Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal Bappenas.
Badan Perencana Pembangunan Nasional. (2005). Mengenal Klaster, Jakarta: Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal Bappenas
Endi, Rizal (2015) Analisis Sektor Unggulan Dan Pengembangan Wilayah Di Kota Bandar Lampung 2000-2012. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.
Jumiyanti, Kalzum, R. (2018). “Analisis Location Quotient dalam Penentuan Sektor Basis dan Non Basis di Kabupaten Gorontalo”. Gorontalo Development Review. Vol 1 No.1 April 2018.
Lestari, Etty P. (2010). “Penguatan Ekonomi Industri Kecil Dan Menengah Melalui Platform Klaster Industri”. Dalam Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 6, Nomor 2, 146-157 Universitas Terbuka
Mukhlis, Atiyatna, Dehannisa (2014). “Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Palembang Melalui Kajian Potensi Klaster Industri Kecil: Pendekatan Tipology Klassen. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Volume 12, No.2 hal: 67 – 80.
Pratomo, Hendri. (2008). “Dinamika
Perkembangan Klaster Industri Mebel Kayu Desa Bulakan, Sukoharjo”.Tugas Akhir. Semarang: Fakultas Teknik UNDIP
Sukirno, Sadono. 2011. Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: Rajawali.
Sjafrizal, 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, Baduose Media, Cetakan Pertama, Padang
Sjafrizal, 2016. Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Era Otonomi, Jakarta : Rajawali Pers.
Tambunan. 2001. Transformasi Ekonomi di Indonesia Teori dan Penemuan Emperis. Salemba Empat. Jakarta.
Warpani, Suwardjoko. 2001. Analisis Kota dan Daerah, Penerbit ITB, Bandung
Discussion and feedback