Jurnal Bumi Lestari, Volume 23, Nomor 2, Tahun 2023, Halaman 81-90

Pengelolaan dan Konservasi Vegetasi Tanaman Gumi Banten di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem

I Ketut Sundra a*

a Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana, Jl. Raya Kampus Unud, Jimbaran, Kec. Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali 80361

*Email: [email protected]

Diterima (received) 18 Desember 2022; disetujui (accepted) 8 Februari 2023; tersedia secara online (available online) 8 Februari 2023

Abstract

Taman Gumi Banten is an area that is utilized as a habitat for plant growth. An important background that supports Taman Gumi Banten is the preservation of rare plants classified as ceremonial plants, usada, and puspa dewata. This research aims to manage and conserve vegetation in the Taman Gumi Banten Besakih, as an effort to preserve ceremonial plants, usada, and puspa dewata. This research was conducted in Taman Gumi Banten Besakih with an area of 2 hectares, conducted for 3 months (May-July 2021). Sampling method with plot method. Primary data, both vegetation data and soil data were taken at the observation site, while secondary data were taken from the Karangasem BMKG office. Data analysis was carried out with vegetation analysis, namely the importance value index, diversity index and species distribution pattern, and vegetation rarity status based on PERMENLHK No. 20 of 2018. While soil data will be analyzed at the Soil Science Laboratory, Faculty of Agriculture, UNUD. The results concluded that the number of species found was 101 species, consisting of 2297 individuals, with low diversity and uniform distribution patterns. There are 2 species classified as rare, namely the kasna kasna (Anaphalis javanica) and gegirang tree (Leontopodium alpinum), soil conditions especially high levels of organic carbon and soil texture all sandy loam are very supportive of vegetation development, and the number of plants in Taman Gumi Banten has only been fulfilled 2297 individuals while the shortage of 2703 individuals (being pursued).

Keywords: Besakih; rare; conservation; vegetation

Abstrak

Taman Gumi Banten merupakan kawasan yang dimanfaatkan untuk habitat tumbuhnya tanaman. Latar belakang penting yang mendukung Taman Gumi Banten adalah pelestarian tanaman langka yang tergolong tanaman upacara, usada, dan puspa dewata. Penelitian ini bertujuan melakukan pengelolaan dan konservasi vegetasi di Kawasan Taman Gumi Banten Besakih, sebagai upaya pelestarian terhadap tanaman upakara, usada, dan puspa dewata. Penelitian ini dilakuan pada Kawasan Taman Gumi Banten, Besakih dengan luas wilayah 2 Ha, dilakukan selama 3 bulan (Mei-Juli 2021). Metode pengambilan sampel dengan metode plot. Data primer baik data vegetasi dan data tanah diambil di lokasi pengamatan, sedangkan data sekunder diambil dari kantor BMKG Karangasem. Analisis data dilakukan dengan analisis vegetasi yaitu indeks nilai penting, indeks diversitas dan pola penyebaran jenis, dan status kelangkaan vegetasi berdasarka PERMENLHK No 20 tahun 2018. Sedangkan data tanah dianalisis di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNUD. Hasil penelitian disimpulkan jumlah jenis yang ditemukan sebanyak 101 jenis , terdiri dari 2297 individu, dengan keanekaragaman rendah dan pola penyebaran seragam. Terdapat 2 jenis tergolong langka yaitu padang kasna (Anaphalis javanica) dan pohon gegirang (Leontopodium alpinum), kondisi tanah terutama kadar carbon organik yang tinggi serta tekstur tanah semua lempung berpasir sangat mendukung perkembangan vegetasi, dan jumlah tanaman yang ada di Taman Gumi Banten baru terpenuhi 2297 individu sedangkan kekurangan lagi 2703 individu (sedang diupayakan).

Kata Kunci: Besakih; langka; konservasi; vegetasi

doi: https://doi.org/10.24843/blje.2023.v23.i02.p09

@ (j)


© 2023 by the authors; Content from this work may be used under the terms of the Creative Commons Attribution 3.0 licence. Any further distribution of this work must maintain attribution to the author(s) and the title of the work, journal citation and DOI. Published under licence by Udayana University, Indonesia.

  • 1.    Pendahuluan

Taman Gumi Banten merupakan kawasan yang dimanfaatkan habitat tumbuhnya tanaman sebagai sarana banten (Sardiana dan Dinata, 2010; Sukewijaya dan Kohdrata, 2015). Adapun pendirian Taman Gumi Banten Besakih didasarkan atas visi Gubernur Bali Nangun Sat Kertih Loka Bali. Visi tersebut disesuaian Pergub Bali No 29 Tahun 2020 tentang Pelestarian Tanaman Lokal Bali untuk Taman Gumi Banten, usada dan penghijauan. Pergub Bali No 29 Tahun 2020 ini diimplementasikan oleh Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali telah membangun Taman Gumi Banten dan usada di Desa Besakih, Karangasem dengan luas lahan 20.000 m2(2 Ha).

Upaya pekerjaan penanaman jenis pohon dimulai sejak awal tahun 2020 dengan melibatkan masyarakat adat Desa Besakih dengan pendanaan bersumber dari APBD Provinsi Bali. Sesuai rencana awal bahwa jumlah pohon yang akan ditanam sebanyak 5.000 individu tapi terkendala situasi Covid 19 ini maka penamanam pohon baru terealisasi 1.719 pohon yang tergolong tanaman upakara dan 309 individu tergolong tanaman usada, serta beberapa jenis tanaman bunga lainnya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan identifikasi dan pengelolaan vegetasi di Kawasan Taman Gumi Banten Besakih dan untuk melakukan konservasi vegetasi di Kawasan Taman Gumi Banten Besakih.

  • 2.    Metode Penelitian

Penelitian dilakukan di kawasan Taman Gumi Banten, Desa Besakih, Karangasem yang dilakukan selama 3 bulan dari bulan Mei sampai Juli 2022. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa sampel tanaman upacara, usada dan puspa dewata, dan 5 buah sampel tanah. Untuk data sekunder berupa data data iklim, suhu, lelembaban dan curah hujan diambil dari Kantor BMKG Kabupaten Karangasem.

Analisis vegetasi dilakukan dengan menghitung:

  • a.    Nilai penting jenis (importance value):

Importance value (%) = kerapatan relatif + frekuensi relatif + dominansi relatif

  • b.    Indeks keanekaragaman (indeks diversitas):

Indeks diversitas (H) = -∑{Q∙) lo9 (^)]                           (1)

dimana ni adalah nilai penting suatu jenis dengan nilai H adalah 0-3, apabila H<1,5 maka mengindikasikan jenis semakin seragam; H adalah nilai penting seluruh jenis dengan nilai H > 1,5 mengindikasikan jenis semakin beranekaragam; dan N adalah jumlah seluruh individu.

  • c.    Pola penyebaran jenis:

Varian (keragaman jenis): meαn(rata - rata)(V∕M)

Pola penyebaran jenis =


;


∑x2 -


HZZ


H


H-


X


1


(3)


dimana X adalah jumlah individu dari masing-masing jenis; N adalah jumlah seluruh individu; dan X adalah jumlah rata-rata dari jenis yang diketemukan.

Penyebaran jenis vegetasi dapat ditetapkan dengan 3 ketentuan pokok yaitu apabila V/M = 1, maka pola penyebaran vegetasinya bersifat acak; apabila V/M < 1, maka pola penyebaran vegetasinya bersifat seragam; dan apabila V/M > 1 maka pola penyebaran vegetasinya bersifat mengelompok (Mueller & Ellenberg, 1974). Untuk analisis tanah diambil 5 buah sampel (ST1, ST2, ST3, ST4 dan ST5), selanjutnya dibawa ke Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian UNUD untuk dilakukan analisis dengan parameter yang dianalisis meliputi N, P, K, C Organik dan tekstur.

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

Hasil analisis data dan pengamatan flora darat di lapangan terhadap vegetasi yang terdapat di kawasan Taman Gumi Banten, Karangasem seperti pada Tabel 1 dinyatakan, jumlah jenis yang diketemukan sebanyak 101 jenis terdiri dari 2291 individu. Dari 101 jenis terdiri dari 54 jenis pohon, 44 semak, dan 3 jenis herba. Dan terdapat 2 jenis tumbuhan yang tergolong langka yang dilindungi undang-undang yang mengacu pada PERMENLHK RI No P.20 /MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Jenis tumbuhan yang dilindungi adalah Gegirang (Leontopodium alpinum) dan Padang kasna (Anaphalis javanica).

Sementara itu, berdasarkan hasil perhitungan, ditemukan bahwa pola penyebaran jenis vegetasi di kawasan Taman Gumi Banten Besakih adalah 0,54 dengan pola penyebaran jenis seragam.

Tabel 1. Jenis dan hasil analisis flora darat di Kawasan Taman Gumi Banten, Besakih

Nama Jenis

Jl. Ind

Freq Rel

Den Rel

Dom Rel

INP

Indeks

No

Lokal

Ilmiah

(%)

(%)

(%)

(%)

Diversitas

1

Kepundung

Baccaurea javanica

20

1.69

0.871

1.57

4.13

0.01185

2

Tiing ampel

Bambusa

25

0.94

1.088

0.99

3.02

0.01003

kuning

vulgaris

3

Cepaka

Michelia

20

1.12

0.871

1.05

3.05

0.01008

kuning

champaca

4

Andong jaga satru

Cordylin sp

40

1.40

1.741

0.47

3.61

0.01107

5

Tibah

Morinda cirifolia

20

0.75

0.871

0.83

2.45

0.00888

6

Tanjung

Mimosoph elengi Michelia alba

12

0.94

0.522

0.57

2.02

0.00790

7

Cepaka putih

45

1.12

1.959

5.33

8.41

0.01548

8

Peji

Drimophieous ovilivacounchis

25

0.94

1.088

0.51

2.53

0.00906

9

Uduh

Cartota mytis

30

1.12

1.306

0.73

3.16

0.01029

10

Kayu sisih

Phillanthus boxifolvulgaris

25

0.75

1.088

0.51

2.34

0.00865

11

Kayu tulak

Scheffiera elliptica

28

0.94

1.219

0.92

3.07

0.01013

12

Pule

Alstonia scularis

21

0.47

0.914

1.43

2.81

0.00964

13

Intaran/mimb

Azadarachta

15

0.75

0.653

1.05

2.45

0.00889

a

indica

14

Nyuh gading

Cocos nucifera

35

1.40

1.524

6.72

9.65

0.01584

15

Nyuh gadang

Cocos nicifera

12

1.12

0.522

0.67

2.32

0.00859

16

Tangi/bungur

Lagerstromia speciosa

28

1.12

1.219

3.08

5.42

0.01342

17

Padang kasna**

Anaphalis javanica

40

0.47

1.741

0.47

2.68

0.00936

18

Kayu disk

Dysoxylum caulostachyum

30

0.37

1.306

4.21

5.89

0.01388

19

Jambu sotong

Psidium guajava

35

1.12

1.524

3.22

5.87

0.01386

20

Cereme

Phillanthus acidus

12

0.75

0.522

0.38

1.65

0.00692

21

Manggis

Garcinia dulcis

30

0.94

1.306

2.92

5.17

0.01315

22

Kelor

Moringa

12

0.47

0.522

0.38

1.37

0.00611

No

Nama Jenis

Jl. Ind

Freq Rel (%)

Den Rel (%)

Dom Rel (%)

INP (%)

Indeks

Diversitas

Lokal

Ilmiah

oleifera

23

Jahe merah

Zingiber oficinale   var

rubrum

60

0.56

2.612

0.67

3.85

0.0114

24

Kembang

Bougaimvillea

25

0.94

1.088

1.64

3.67

0.0111

kertas

spectabilis

25

Terong

Solanum

25

1.12

1.088

0.51

2.72

0.00945

kokak

torvum

26

Jeruk bali

Citrus maxima

20

0.75

0.871

1.87

3.49

0.01087

27

Ancak/bodhi

Ficus religiosa

12

0.94

0.522

1.05

2.51

0.00901

28

Sandat

Cannanga odorata

35

1.40

1.524

3.98

6.91

0.01468

29

Andong

Cordyline

50

1.12

2.177

2.03

5.33

0.01333

jagasatru

Fruticosa

30

Nusa indah

Musaenda frundosa

35

1.50

1.524

1.43

4.45

0.01229

31

Kamboja

Plumeria acuminate

30

1.12

1.306

4.94

7.37

0.01497

32

Mangga

Mangifera indica

20

1.69

0.871

2.20

4.75

0.01267

33

Kembang

Hibiscus rosa

25

1.12

1.088

0.51

2.72

0.00945

sepatu

sinensis

34

Soka

Ixora paludosa

35

1.31

1.524

0.99

3.83

0.01141

35

Tebu ireng

Saccharum officinnarum

12

0.75

0.522

0.04

1.31

0.00594

36

Paku pidpid

Nephrolepis bisserata

24

1.12

1.045

0.17

2.34

0.00863

37

Sawo kecik

Manilkara kauki

25

0.84

1.088

2.03

3.96

0.01161

38

Singepur

Muntingia calabura

10

1.12

0.435

0.26

1.82

0.00738

39

Canging

Erythrins fascalut

10

0.94

0.435

0.32

1.70

0.00705

40

Ganyong

Canna edulis

40

1.40

1.741

0.47

3.61

0.01107

41

Puring

Cordiaeum variegata

45

0.94

1.959

1.64

4.54

0.01240

42

Palem merah

Cyrtostachys renda

12

0.75

0.522

0.07

1.35

0.00604

43

Cemara kipas

Cassuarina

12

0.94

0.522

0.30

1.76

0.00722

44

Beregu

Raphis flabiliformis

25

1.12

1.088

0.51

2.72

0.00945

45

Kayu sugih

Pleomele angustifolia

30

0.94

1.306

0.73

2.97

0.00994

46

Rijasa

Elaeocarpus grandifloras

12

0.75

0.522

0.47

1.74

0.00716

47

Pucuk merah

Syzygium myrtifolium

32

1.12

1.393

0.83

3.35

0.01062

48

Bunga ratna

Gomphrena globose

35

1.31

1.524

0.99

3.83

0.01141

49

Kayu nagasari

Mesua ferica

12

0.84

0.522

0.23

1.59

0.00677

50

Dapdap

Erithrina

35

0.47

1.524

5.73

7.72

0.01517

No

Nama Jenis

Jl. Ind

Freq Rel (%)

Den Rel (%)

Dom Rel (%)

INP (%)

Indeks

Diversitas

Lokal

Ilmiah

variegata

51

Keji beling

Strobilanthes crispa

30

1.40

1.306

0.47

3.18

0.01032

52

Kumis

Orthosipon

25

1.12

1.088

0.51

2.72

0.00945

kucing

aristatus

53

Jinten cemeng

Nigelia sativa

20

0.75

0.871

0.21

1.83

0.00740

54

Dewandaru

Eugenia uniflora

10

0.47

0.435

0.12

1.02

0.00499

55

Delima hitam

Punica granatum

8

0.47

0.348

0.10

0.92

0.00463

56

Kerasi

Lantana

25

1.40

1.088

0.73

3.22

0.01041

camara

57

Duren

Durio zibethinus

25

0.94

1.088

2.92

4.95

0.01290

58

Kopi

Coffea robusta

30

1.12

1.306

1.05

3.48

0.01085

59

Jempiring

Gardenia angusta

40

1.40

1.741

1.30

4.45

0.01228

60

Kembang

Caesalpinia

20

1.12

0.871

0.47

2.46

0.00891

merak

pulcherrima

61

Pisang

Musa paradisiaca

35

1.50

1.524

3.98

7.00

0.01474

62

Belimbing wuluh

Averhoa carambola

12

0.94

0.522

0.47

1.93

0.00765

63

Kayu manis

Saropus androgynus

32

1.40

1.393

0.83

3.63

0.011096

64

Temen

Graphtophylu m pictum

32

0.75

1.393

0.94

3.08

0.010150

65

Bambu buluh gading

Scizoztachium branchiziadum

40

0.94

1.741

1.87

4.55

0.012421

66

Waru

Hibiscus tiliaceus

12

1.12

0.522

0.47

2.11

0.008117

67

Aren

Arenga pinnata

10

0.75

0.435

0.26

1.45

0.006352

68

Asem/celagi

Tamarindus indica

8

0.47

0.348

0.67

1.49

0.006476

67

Belimbing besi

Averhoa bilimbi

9

0.75

0.392

0.17

1.31

0.005935

68

Maja/bila

Aege marmelos

12

0.37

0.522

0.47

1.36

0.006105

69

Beluntas

Pluchea indica

20

1.40

0.871

0.47

2.74

0.009498

70

Brontowali

Tinospora cordifolia

10

0.75

0.435

0.32

1.51

0.006531

71

Lalang

Inperata cylidrica

50

1.40

2.177

0.21

3.79

0.011349

72

Ceroring

Lansium domesticum

10

1.12

0.435

0.32

1.88

0.007548

73

Binahong

Andredera cordifola

15

0.94

0.653

0.07

1.66

0.00694

74

Seledri

Apium graviolens

30

1.12

1.306

0.12

2.55

0.009092

75

Delima hijau

Pumica granatum

8

0.75

0.348

0.07

1.17

0.005501

76

Gegirang**

Leontopodium

5

0.94

0.218

0.03

1.18

0.005537

No

Nama Jenis

Jl. Ind

Freq Rel (%)

Den Rel (%)

Dom Rel (%)

INP (%)

Indeks

Diversitas

Lokal

Ilmiah

77

78

79

80

81

82

83

84

85

Gatep/gayam

Jeruju

Jali jail Kacang tanah

Kayu sugih

Bunut

Tebu ireng Keladi Kesambi

alpinum Inocarpus fagifer Acanthus illicifoliu Coix jojoba Arachis hypogaea Dracaena angustifolia Ficus glauca Saccharum sp Allocasia sp Schileichra

7

12

18 50

20

7

15

12

6

1.12

0.75

1.12

0.94

1.12

0.75 0.94 0.75

0.47

0.305

0.522

0.784

2.177

0.871

0.305

0.653

0.522

0.261

0.10

0.12

0.26

0.39

0.47

0.16

0.12

0.17

0.17

1.53

1.39

2.17

3.51

2.46

1.21

1.71

1.44

0.90

0.006591

0.00617

0.008251

0.010895

0.008911

0.005633 0.00708 0.00632

0.00456

oleosa

86

Kayu siwa

Elaeocarpus serratus

4

0.28

0.174

0.03

0.49

0.00291

87

Kem

Fleucortia

20

1.12

0.871

0.21

2.20

0.00832

rucam

88

Kecubung

Datura metel

12

1.40

0.522

0.17

2.10

0.00807

89

Manas

Annanas

18

1.12

0.784

0.38

2.29

0.00851

comosus

90

Widuri

Calotropis gigantea

25

1.12

1.088

1.30

3.51

0.01090

91

Padang lepas

Cynodon dactylon

60

1.50

2.612

0.12

4.23

0.01199

92

Pala

Myristica fragrans

11

0.75

0.479

0.14

1.37

0.00611

93

Pangi

Pangium eduke

6

0.47

0.261

0.12

0.85

0.00437

94

Simbar

Platyceirum

12

0.66

0.522

0.04

1.22

0.00565

menjangan

coronarium

95

Sedap malam

Polianthes tuberosa

20

1.40

0.871

0.21

2.48

0.00895

96

Temu lawak

Curcuma zanthorrhiza

13

0.75

0.566

0.09

1.40

0.00621

97

Tunjung

Nymphaea sp

8

0.94

0.348

0.05

1.34

0.00601

98

Ratna

Gomphrena globosa

18

0.75

0.784

0.26

1.80

0.00732

99

Pucuk rejuna

Hibiscus     -

rosa.sinensis

15

0.94

0.653

0.30

1.89

0.00756

100

Pandan

Pandanus

14

1.12

0.609

0.23

1.96

0.00774

wangi

amarillifolius

101

Kayu manis

Cinnamomum

8

0.94

0.348

0.13

1.42

0.00626

verum

Jumlah

2297

100

100

100

300

0.94654

Keterangan: L adalah tanaman langka dan dilindungi undang-undang; INP adalah indeks nilai penting; TL adalah tidak langka; Jl. Ind adalah jumlah individu; Freq. Rel adalah frekuensi relatif; Den Rel adalah densitas relatif; Dom Rel adalah dominansi relatif; * adalah jenis paling dominan di kawasan; ** adalah jenis yang dilindungi undang-undang.

  • 4.    Pembahasan

Berdasarkan hasil studi, di temukan jenis-jenis flora darat yang ada di kawasan Taman Gumi Banten, Karangasem adalah sesuai visi Gubernur Bali Nangun Sat Kertih Loka Bali, yang disesuaikan dengan PERGUB Bali No 29 Tahun 2020 tentang Pelestarian Tanaman Lokal Bali Untuk Taman Gumi Banten, Usada dan Penghijauan. PERGUB Bali No 29 ini diimplementasikan oleh Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali telah membangun Taman Gumi Banten dan Usada di Desa Besakih, Karangasem dengan luas lahan 2000 m2 (2 Ha). Tingkat kelangkaan dari jenis Padang kasna dan Gegirang tersebut akan menjadi perhatian khusus bagi pihak pengelola untuk dilakukan konservasi dengan upaya melakukan usaha- usaha peningkatan upaya pemeliharaan baik secara internal dan eksternal. Secara ekternal yaitu dengan melakukan penyiraman, pemupukan, penyemprotan tarhadap hama dan penyakit. Sedangkan secara eksternal dilakukan dengan memasang papan pengumuman agar tidak semua orang bisa masuk ke areal Taman Gumi Banten, serta diadakan pengumuman agar tidak boleh orang dengan sengaja mengambil, memetik, buah buahan yang ada serta menguasai tanaman-tanaman untuk keperluan ekonomi atau hobi masyarakat, semua ini bisa diatur dalam awig-awig Desa Adat Besakih. Kedua jenis yang tergolong langka seperti tercantum pada gambar di bawah ini.


Klasifikasi

Divisio          : Trachyophyta

Klassis          :  Magnoliopsida

Ordo            :  Asterales

Familia          :  Asteraceae

Genus          : Anapahalis

Jenis            : Anaphalis javanica

Gambar 1. Padang kasna (Anaphalis javanica)

Padang kasna secara umum dikenal dengan nama edelweis yang berarti bunga putih yang mulia. Tanaman edelweis sudah banyak tumbuh di Indonesia dan bisa adaptif tumbuh secara optimal pada ketinggian 2000–3000 mdpl. Tumbuhan ini tergolong semak, berumur satu hingga dua tahun tumbuh merambat satu meter hingga 8 meter. Dalam pertumbuhan membutuhkan sinar matahari penuh. Jenis ini merupakan tanaman endemik yang banyak ditemukan di pegunungan Jawa, Lombok, Sulawesi Selatan dan Sumatera. Apabila di Bali sudah dikembangkan terutama di kaki Gunung Agung, Karangasem, bahkan kini di Bali dijadikan sebagai obyek pariwisata utama yang dikenal dengan Taman Edelweis. Bunga edelweiss dengan mahkota berwarna putih, sangat disukai oleh serangga karena sepanjang hari berbau harum, berbunga pada bulan April -Agustus.

Pemanfaatan dari tanaman edelweis disamping berfungsi ekologis yaitu sebagai tanaman penutup untuk menjaga erosi tanah, bunganya dijuluki sebagai bunga keabadian, dan simbul ketulusan. Di Bali tanamanan padang kasna banyak diperlukan untuk keperluan upacara keagamaan baik dalam keadaan segar maupun sudah dikeringkan. Disamping tanamanan padang kasna yang dilindungi undang–undang dan sudah tergolong langka di kawasan Taman Gumi Banten Besakih adalah Tanamanan Gegirang (Leontopodium alpium).

Gambar 2. Pohon gegirang (Leontopodium alpium)

Pohon gegirang pada awalnya sebagai tanaman hias, tetapi di Bali fungsi dan nilai tanaman ini mempunyai dimensi lain yaitu sebagai tanaman upacara dan sebagai tanaman obat (usada). Adapun fungsi upacara dan fungsi obat suatu tanaman di bali merupakan budaya yang berkembang di Bali. Namun pada akhir akhir ini terjadi kekhawatiran bahwa tanaman upacara dan tanaman obat kini sudah banyak mengalami kelangkaan sebagai akibat dari pembangunan maupun untuk kepentingan ekonomi dan hobi. Sebagai orang Bali bahwa upacara menjadi budaya dan agama yang tak bisa dipisahkan, dengan tetap memanfaatkan tanaman obat dan tanaman upacara sebagai sarana utama upacara tersebut salah satunya tanaman.

Tingkat kelangkaan pohon gegirang (Leontopodium apium) seperti halnya padang padang kasna (Anaphalis javanica) yang sengaja ditumbuhkan di Taman Gumi Besakih sesuiai dengan sesuai visi Gubermur Bali Sat Kertih Loka Bali. Visi sesuai dengan Peraturan Gubernur Bali No 29 Tahun 2020 tentang Pelestarian tanaman Lokal Bali Untuk Taman Gumi Banten, usada dan penghijauan. Sesuai dengan tingkat kelangkaan kedua tanaman ini yang mengacu Permen LHK No P.20 tahun 2018 bahwa kedua jenis ini sudah tergolong langka.

Untuk mengupayakan agar tanaman Padang kasna dan pohon gegirang tidak semakin langka atau mengalami kepunahan maka Pemerintah provinsi Bali melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali sejak awal tahun 2020 telah membangun Taman Gumi Banten dam Usada di Desa Besakih Karangasem dengan luas lahan 20.000 m2 (2 Ha). Dengan tetap mengutamakan 3 fungsi tanaman yaitu sebagai tanaman usada (tanaman obat), jenis tanaman upakara (untuk keperluan upakara atau banten) dan tanaman puspa dewata (tanaman berbunga dan herbal).

Berdasarkan hasil analisis vegetasi (Tabel 1) dari 101 jenis, terdiri dari 61 jenis pohon, 37 jenis semak dan 3 jenis herba, dan dari semua jenis yang diketemukan ternyata tidak ada jenis yang memiliki nilai penting tinggi (INP > 20%) karena semua jenis ini sengaja ditanam. Hanya saja ada 3 jenis yang memiliki nilai penting tinggi dibandingkan dengan jenis lainnya yaitu: Nyuh gading (Cocos nucifera, INP = 9,65%) Cempaka putih (Michelia alba, INP = 8, 41%) dan Dapdap tis (Erythrina variegata, INP = 7, 79%). Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa Indek diversitas (ID) = 0,94654, ini adalah tingkat keanekaragaman jenis vegetasi Taman Gumi Banten adalah tergolong rendah, demikian pula Pola penyebaran jenis = 0,54 adalah < 1. Menurut Mueller & Elenberg (1974) pola penyebaran jenis tersebut tergolong seragam. Hal ini terjadi karena jenis jenis yang tumbuh di taman gumi Banten tergolong jenis ekostik untuk keperluan sebagai tanaman obat (usada), tanaman upakara (untuk upacara) dan tanaman puspa dewata (tanaman berbunga dan herbal). Sehingga cenderung tingkat keanekaragaman rendahdan tergolong seragam.

Tabel 2. Hasil analisis lima sampel tanah di kawasan Taman Gumi Banten Besakih

No

Kode

Sampel

pH

DHL (mmhos/cm)

C. Org (%)

N. Tot (%)

P. Ters (%)

K ters (%)

Tekstur

Pasir (%)

Debu (%)

Liat (%)

1

ST1

6,9

0,20

1,61

0,15

1,80

129,49

68,04

28,08

11,89

(N)

(SR)

(R)

(R)

(SR)

(R)

Lempung berpasir

2

ST2

7,0

0,17

2,45

0,15

3,59

153,10

61,97

20,84

17,19

(N)

(SR)

(S )

(R)

(SR)

(S )

Lempung berpasir

3

ST3

6,9

0,08

3,25

0,23

11,31

203,27

57,92

23,02

19,06

(N)

(SR)

(T)

(S)

(R)

(S )

Lempung berpasir

4

ST4

6,8

0,10

2,43

0,18

2,86

157,99

62,99

19,15

17,86

(N)

(SR)

(S )

(R)

(SR)

(S )

Lempung berpasir

5

ST5

6,9

0,14

2,43

0,17

2,50

153,58

71,08

8,65

20,27

(N)

(SR)

(S )

(R)

(SR)

(S )

Lempung liat berpasir

Keterangan: DHL adalah daya hambat listrik; C adalah karbon; N. Tot adalah nitrogen total; P. Ters adalah posfor tersedia; K. Ters adalah kalium tersedia; SR adalah sangat rendah; R adalah rendah; S adalah sedang; ST adalah sangat tinggi; dan N adalah netral.

Secara keseluruhan jenis dan 2 jenis yang tergolong langka yang tumbuh di Taman Gumi Banten Besakih pada ketinggian 2000-3000 m dpl adalah sangat cocok dengan kondisi iklim yaitu suhu berkisar 10-20oC, kelembaban mencapai 85%, curah hujan tinggi (>120 mm/bulan) yang mana kondisi iklim ini sangat mendukung perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Hal ini didukung oleh faktor lingkungan terutama tanah sebagai habitat penting dengan kandungan unsur hara yang cocok Hasil analisis tanah (Tabel 2) menunjukkan kelima sampel tanah menujukkan pH netral berkisar 6,8-6,9 dan dari tekstur tanah (pasir, debu, dan liat) secara rata rata menunjukkan lempung berpasir. Menurut Hakim dkk. (1986) bahwa tanah yang memiliki lempung berpasir adalah lebih bersifat porous sehingga pada saat hujan, air hujan cepat meresap ke lapisan tanah bawahnya, tetapi karena ada unsur lempung dari debu maka unsur hara dapat tertahan di lapisan tanah bagian bawah, sehingga akar-akar tumbuhan terutama semak dan herba cepat tumbuh. Menurut Buckman and Brady (1982), bahwa tabah tanah yang porous dengan struktur lempung berpasir maka akar akar tumbuhan akan mudah tumbuh mycorhyza sebagai bentuk kerjasama saling menguntungkan (simbiosis mutualistis) antara jamur dengan tumbuhan, sehingga tumbuhan terutama dari herba dan semak semakin cepat tumbuh. Menurut Buckman and Brady (1982), bahwa tanah yang kaya bahan organik seperti pada ST 3 = 3,25% berarti tanah tersebut dapat menghasilkan unsur hara yang langsung dapat dipakai oleh tanaman. Ketersediaan unsur hara oleh drajat keasaman (pH) tanah. Adapun tanah dengan pH >6,5 adalah memiliki kandungan unsur hara paling tinggi.

Sesuai dengan rencana penanaman pohon yang ditargetkan ditanam di Kawasan Taman Gumi banten dengan quota adalah 5000 individu, tetapi kini baru terealisasi sebanyak 2.297 individu (45,94%). Hal ini banyak terjadi kendala terutama masalah dana dan masalah Covid 19 sehingga kekurangan lagi 2703 individu (54,06%) akan segera diupayakan dari pihak pemerintah terutama Dinas Tanaman Pangan Provinsi Bali bekerjasama dengan pihak pihak steakholder terkait lainnya.

  • 5.    Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pengelolaan dan konservasi vegetasi Taman Gumi Banten di Desa Besakih, Karangasem untuk sementara waktu dapat disimpulkan bahwa hasil kajian analisis vegetasi mangrove di kawasan Taman Gumi Banten Besakih diketemukan 101 jenis tumbuhan meliputi

2.297 individu terdiri dari 61 jenis pohon, 37 jenis semak, dan 3 jenis herba. Jumlah jenis tersebut terdapat 2 jenis yang dilindungi yaitu padang kasna (Anaphalis javanica) dan pohon gegirang (Leontopodium alpium). Jenis yang dikemukan tidak ada yang termasuk memiliki nilai penting tinggi tetapi ada 3 jenis yang termasuk dominan yaitu nyuh gading (Cocos nucifera), cempaka putih (Michelia alba) dan dapdap tis (Erythrina variegata). Seluruh jenis yang diketemukan memiliki nilai keanekaragaman rendah, dengan pola penyebaran seragam. Pemerintah yang merencanakan menanam tanaman sebanyak 5.000 jenis tetapi sekarang baru terealisasi 2.297 (45,94%) sehingga sampai saat ini kurang lagi 2.703 jenis (54,06%).

  • 6.    Saran

Untuk mempercepat terwujudnya visi Gubernur Bali tentang Pengelolaan dan Konservasi Vegetasi Taman Gumi Banten di Desa Besakih, Karangasem untuk memenuhi 3 pilar tujuan yaitu sebagai pengembangan tanaman usada, tanaman upakara dan tanaman puspa dewata maka dapat disarankan untuk memenuhi rencana pengembangan Taman Gumi Banten perlu adanya upaya terpadu antara pemerintah dengan masyarakat lokal, untuk menjaga keamanan jenis jenis tanaman yang tergolong penting. Kekeurangan jumlah tanaman yang diharapkan maka perlu adanya kerja gotong royong baik pemerintah, Perguruan Tinggi dan masyarakat untuk melakukan upaya penananam tanaman sesuai dengan quota ketiga jenis tanaman yang diperlukan untuk pemenuhan syarat sebagai Tanaman Gumi Banten. Perlu adanya kesadaran masyarakat sekitar areal taman Gumi Banten untuk memiliki kesadaran untuk tidak mengambil, menguasai tanaman yang ada di Kawasan taman Gumi Banten, baik untuk keperluan pribadi (koleksi/hobi) maupun untuk keperluan ekonomi. Perlu ada awig awig sebagai sangsi sosial bagai masyarakat bagi orang yang secara sengaja atau tidak sengaja mengambil tanaman dari areal Taman Gumi Banten, dengan memasang pengumuman, atau memberi teguran secara langsung.

Daftar Pustaka

Buckman, H. O., & Brady, N. C. (1982). Ilmu tanah. Jakarta: Bhrata Karya Aksara.

Hakim, M., Nyakpa, M. Y., Lubis, A. M., Nugroho, S. G., Saul, M. R., Diha, M. H., Hong, G.B., Bailey,

  • H. H. (1986). Dasar dasar ilmu tanah. Palembang: Universitas Lampung.

Mueller, D., & Ellenberg, H. (1974). Aims and methods of vegetation ecology. New York, USA: Jhon Willey & Sons.

Sardiana, I. K., & Dinata, I. K. K. (2010). Studi pemanfaatan tanaman pada kegiatan ritual (upakara) oleh umat Hindu di Bali. Jurnal Bumi Lestari, 10(1), 123-127.

Sukewijaya, I. M., & Kohdrata, N. (2015). Studi karakteristik tanaman gumi banten untuk lanskap pohon tepi jalan. Jurnal Bumi Lestari, 15(2), 147-164.

90