ANALISIS KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN OBAT TRADISIONAL BERKASIAT UNTUK PENGOBATAN PENYAKIT SALURAN KENCING DI KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI PROVINSI BALI
on
ANALISIS KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN OBAT TRADISIONAL BERKASIAT UNTUK PENGOBATAN PENYAKIT
SALURAN KENCING DI KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI PROVINSI BALI
Ni Nyoman Darsini
Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana
Abstract
The research has done on medicinal plants are believed to cure or treat urinary tract disorders in 15 villages of Kintamani district Bangli. Based on the results of research through the interview process with the public, traders and some interviewees ceraken Jero Balian it is known there are 47 types of plants are believed to overcome the disease urinary tract disorders. Various kinds of urinary tract disorders can be cured by 47 different herbs are-different. Of the 47 plant species are classified as rare plants, three plants namely: pule (Astolnia scholaris), purnajiwa (Euchresta horsfieldii (Lesch) Benn), and suren (Taona suroni Merr). The dominant plant organ used as medicine are the leaves (59.57%).
Keywords: Medicinal plants; urinary tract disorder; Kintamani; herbs
1. Pendahuluan
Departemen Kesehatan RI mendifinisikan Tanaman obat tradisional adalah Obat Jadi atau ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan, mineral, hewan atau campuran bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Pengobatan tradisional yang bersumber dari tumbuhan telah diketahui sejak dahulu. Pengetahuan mengenai pengobatan tradisional tersebut pada umumnya diwariskan secara turun-temurun dari generasi-kegenerasi. Setiap daerah atau suku bangsa memiliki ciri khas masing-masing dalam hal pengobatan tradisional, hal ini disebabkan oleh kondisi alamnya khususnya ketersediaan tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat obat di masing-masing daerah, juga perbedaan falsafah budaya dan adat istiadat yang melatarbelakanginya (Peneng dan Sumantera, 2007; Depkes, 2007).
Tumbuhan obat merupakan tumbuhan berkhasiat obat yang dapat menghilangkan rasa sakit, meningkatkan daya tahan tubuh, membunuh bibit penyakit dan memperbaiki organ yang rusak seperti ginjal, jantung, paru-paru. Tumbuhan obat juga dapat menghambat pertumbuhan sel-sel yang tidak normal seperti tumor, kanker. Hal –hal penting inilah
yang memacu masyarakat bali khususnya untuk tetap mempertahankan penggunaan tanaman obat sebagai alternatif yang sangat tepat untuk pengobatan penyakit secara tradisional. Apalagi dengan makin gencarnya moto “ back to nature” atau “kembali ke alam”akibat terjadinya pencemaran karena limbah-limbah industri obat khususnya dan efek samping buruk yang ditimbulkan oleh pengobatan moderen yang biasanya bersifat kimiawis (Kriswiyanti, 2007)
Era moderenisasi menyebabkan masyarakat untuk memilih pengobatan instan dan kadang-kadang tanpa resep dokter ke apotik membeli obat apabila sedang mengalami gangguan kesehatan. Mereka tidak memikirkan efek samping buruk mengkonsumsi obat kimiawi secara bebas terhadap organ-organ vital dalam tubuh seperti ginjal, jantung, hati, paru-paru. Padahal di sekitar kita banyak tumbuh tanaman obat yang sebagian besar belum diketahui dan sangat aman untuk dikomsumsi karena tidak menimbulkan efek samping. Hal ini sudah dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kriswiyanti (2007) Berdasarkan hasil penelitiannya di Kecamatan Kintamani telah berhasil ditemukan atau telah terinventarisasi tanaman obat sebanyak 353 spesies untuk mengobati berbagai penyakit. Berdasarkan hal tersebut maka penting
untuk dilakukan penelitian inventarisasi tanaman obat yang khusus untuk mengobati penyakit saluran kencing karena kalau penyakit ini tidak ditangani secara tepat maka akan dapat mengganggu fungsi ginjal bahkan akan dapat menyebabkan gagal ginjal.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember - Desember 2007, di 15 desa yang ada di Kecamatan Kintamani (Penelokan, Slulung, Daup, Subaya, Pangkung, Kutuh, Satera, Dause, Sukawana, Kintamani, Gunungbau, Pagejoran, Catur, Suter, Blanga). Pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik sampling eksploratif. Cara pengumpulan data dilakukan melalui wawancara/survey dengan responden : narasumber Jero Balian dan juga dengan masyarakat serta pedagang ceraken di pasar-pasar Kintamani yang mengetahui dan memanfaatkan tumbuhan obat untuk mengatasi gangguan saluran kencing. Setiap tumbuhan yang disebut oleh masyarakat, pedagang ceraken atau nara sumber dicatat nama lokalnya, bagian yang digunakan. Identifikasi tumbuhan untuk penulisan nama ilmiah mengacu pada buku Flora of Java (Van Steenis).
Kecamatan Kintamani merupakan kecamatan pegunungan yang terletak pada ketinggian kurang lebih 1.300 m dpl. Mayarakat luas di Indonesia bahkan turis luar negeri telah mengetahui Kecamatan Kintamani merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bangli Provinsi Bali yang memiliki objek-objek pariwisata yang sangat menarik. Misalnya dengan adanya panorama indah di Desa Penelokan, Trunyan, Toyo Bungkak, Gunung Batur dan Danau Batur.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui proses wawancara dengan masyarakat, pedagang ceraken dan beberapa nara sumber Jero Balian di 15 desa di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli, diperoleh informasi bahwa ada 47 jenis tumbuhan obat yang berkhasiat untuk mengatasi gangguan saluran kencing. Semua jenis gangguan penyakit saluran kencing ini kalau tidak tertangani dengan baik maka akan dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya bahkan mematikan yakni penyakit gagal ginjal. Untuk lebih jelasnya nama-nama tumbuhan obat untuk penyakit gangguan saluran kencing, bagian tumbuhan yang dimanfaatkan, jenis gangguan penyakit saluran kencing yang dapat diatasi dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2 berikut.
Tabel 1. Nama Tumbuhan, Bagian Tumbuhan yang Dimanfaatkan, Jenis Gangguan Saluran Kencing yang Dapat Disembuhkan
No |
Nama Lokal |
Nama Spesies |
Spesies |
Bagian Tumbuhan yang Dimanfaatkan |
Jenis Gangguan Saluran Kencing yang Diatasi |
1 |
Anyang-anyang/rijasa |
Elaeocarpus grandiflora Smith |
Elaeocarpaceae |
Biji direbus |
Kencing seret |
2 |
Aren/jake |
Arenga pinata Merr |
Arecaceae |
Akar direbus |
kencing batu |
3 |
Bakung________ |
Crinum asiaticum L |
Amarilidaceae |
Daun direbus |
kencing seret |
4 |
Belimbing manis |
Averrhoa carambola L.F. |
Oxalidaceae |
Bunga direbus |
Kencing batu |
5 |
Bulun baon |
Nauclea sp.________ |
Rubiaceae |
Daun direbus |
kencing seret |
6 |
Cempaka putih |
Michelia alba DC. |
Magnoliaceae |
Daun direbus |
kencing seret |
7 |
Ceplukan/kopok-kopokan |
Physalis minima L |
Solanaceae |
Akar direbus |
kencing seret |
_8_ |
Dadap ayam |
Erythrina variegata |
Fabaceae_______ |
Daun direbus |
Kencing darah |
9 |
Don sendok/daun urat |
Plantago major L |
Plantaginaceae |
Daun direbus |
Kencing seret |
10 |
Gaharu |
Aquilaria malaccensis lamk. |
Thymelaeaceae |
Batang, daun direbus |
radang ginjal |
Jagung |
Zea mays L |
Poaceae_______ |
Daun direbus |
Radang ginjal | |
12 |
Kaca piring/jempiring |
Gardenia jasminoides Ellis |
Rubiaceae |
Daun, bunga, buah, biji direbus |
Kencing seret |
13 |
Kapas tahun |
Gossypium acuminatum Roxb |
Malvaceae |
Kulit akar direbus |
Radang kandung kemih__________ |
14 |
Kapok |
Ceiba petandra GERTIN |
Bombaceae |
Daun direbus |
Radang kandung kemih__________ |
15 |
Kayu tawa |
Costus specieosus Smith |
Zingibraceae |
Rimpang diramu |
Kencing seret |
16 |
Keji beling |
Strobilanthes crispus BL |
Achantaceae |
Daun direbus |
radang ginjal, kencing nanah |
17 |
KemangiZkecaru m |
Ocimum basillicum L Forma Citratu |
Lamiaceae |
Biji direbus |
kencing nanah |
18 |
Kembang pukul empat |
Mirabilis Jalapa |
Nyctaginaceae |
Akar,daun, buah direbus |
kencing seret |
19 |
Kembang Sungsang |
Gloriosa superba L |
Liliaceae |
Rimpang diramu |
kencing nanah |
20 |
Kembang telang |
Clitoria tematea L |
Fabaceae__ |
Akar direbus |
Kencing seret |
21 |
Kemeniran |
Phyllanthus neruri |
Euphorbiaceae |
Semua bagian tumbuhan |
Kencing Batu |
22 |
Keroya |
Ficus Iacor Buch. Ham |
Moraceae |
Daun direbus |
Kencing Batu |
23 |
Kesawi tanah |
Nasturtium montanum wali |
Brassicaceae |
Daun direbus |
Kencing seret |
24 |
Kumis kucing |
Orthosiphon spicatus B. B. S. |
Lamiaceae |
Daun,bunga, direbus |
Kencing Batu |
25 |
Landep-Iandep |
Barleria prionitis |
Acantaceae |
Daun direbus |
Kencing seret |
26 |
Maja muju |
Cuscuta australis R. Br. |
Convolvulaceae |
Buah dibuat Ioloh |
Kencing darah |
27 |
Mindi kecil |
Melia azedarach L |
Lamiaceae |
Kulit batang, biji direbus |
Kencing seret |
MurbeiZbesaran |
Morus alba L______ |
Moraceae |
Daun direbus |
Kencing nanah | |
29 |
Palit SedanganZginje |
Thevea paruviana K. Schum |
Apocynaceae |
Semua bagian tumbuhan dapat diramu__________ |
Gagal ginjal |
30 |
Pepaya |
Carica papaya |
Caricaceae_____ |
Akar di ramu |
Kencing seret |
31 |
----JL-£_--------------- Piling-pilingZsaga rambat__________ |
Adenanthera pavonina |
Fabaceae |
Akar, batang, daun diramu |
Kencing seret |
32 |
Pisang klutuk |
Musa brachycarpa Backet____________ |
Musaceae |
Akar diperas airnya |
Kencing batu |
33 |
Pule @ |
Astolnia scholaris B.R. |
Apocynaceae |
Daun, kulit kayu diramu |
Radang ginjal |
34 |
Purnaj iwa@ |
Euchrestahorsfieldi i (Lasch.) Benth. |
Fabaceae |
Biji direbus |
Kencing seret |
35 |
Rumput teki |
Cyperus rotundatus |
Cyperaceae |
Akar direbus |
Kencing seret |
36 |
SambilotoZklimes adi |
Andrographis paniculata |
Acantaceae |
Daun direbus |
Kencing seret |
37 |
Sangitan |
Sambucus Javanicus Reinw |
Caprifoliaceae |
Akar direbus |
Kencing seret |
38 |
Sidaguri_________ |
Sida romifolia L |
Malvaceae |
Daun direbus |
Kencing nanah |
39 |
SidowayahZsepet -sepet__ |
Woodfordia fr uktikosa (L) Kurz |
Lytheraceae |
Daun direbus |
Kencing seret |
40 |
Simbukan |
Paedaria foetida L |
Rubiaceae |
Daun direbus |
Kencing seret |
41 |
Sosor bebek/kayu urip |
Bryophyllum calycinum salisb |
Crassulaceae |
Daun direbus |
Kencing seret |
42 |
Suji/kayu sugih |
Pleomele angustifolia (Roxb.) N.E.Br |
Liliaxdceae |
Akar diramu |
Kencing nanah |
43 |
Suren @ |
Taona suroni Merr |
Meliaceae |
Kulit kayu diramu |
Radang ginjal |
44 |
Tanjung |
Mimusips elengi L |
Sapotaceae |
Bunga dan kulit diramu |
Kencing nanah |
45 |
Tapak liman |
Elephantopus scaber L |
Asclepiadaceae |
Seluruhbagian tumbuhan diramu |
Infeksi saluran kencing |
46 |
Terong pipit |
Solanum turvum Swartz |
Solanaceae |
Buah |
Kencing batu |
47 |
Tuju Musna |
Strobilanthes spec |
Acanthaceae |
Daun direbus |
Kencing batu |
Tabel 2. Nama spesies, pengenalan spesies tumbuhan oleh pedagang di pasar, masyarakat, balian
NO |
Nama spesies |
Pedagang |
masyarakat |
Balian |
1 |
Anyang-anyang |
X |
- |
X |
2 |
Aren |
- |
X |
X |
3 |
Bakung |
- |
X | |
4 |
Belimbing manis |
X |
X |
X |
5 |
Bulun baon |
X |
X | |
6 |
Cempaka putih |
X |
X |
X |
7 |
Ceplukan |
- |
X |
X |
8 |
Dadap ayam |
- |
X |
X |
9 |
Don sendok |
- |
X |
X |
10 |
Gaharu |
X |
- |
X |
11 |
Jagung |
X |
X |
X |
12 |
Kaca piring/jempiring |
X |
X |
X |
13 |
Kapas |
X |
X |
X |
14 |
Kapok |
X |
X |
X |
15 |
Kayu tawa |
- |
X |
X |
16 |
Keji beling |
X |
X |
X |
17 |
Kemangi |
X |
X |
X |
18 |
Kembang pukul empat |
X |
X |
X |
19 |
Kembang sungsang |
- |
X |
X |
20 |
Kembang telang |
- |
X |
X |
21 |
Kemeniran |
- |
X |
X |
22 |
Keroya |
- |
X | |
_23___ |
Kesawi tanah |
X |
X |
X |
24 |
Kumis kucing |
X |
X |
X |
Landep-Iandep_______________ |
- |
X |
X | |
26___ |
Maja muju |
- |
- |
X |
27 |
Mindi kecil |
- |
X |
X |
28 |
MurbeiZbesaran |
- |
X |
X |
29 |
Palit sedangan |
- |
X |
X |
30 |
Pepaya |
X |
X |
X |
31 |
Piling-piling/saga |
- |
X |
X |
32 |
Pisang klutuk |
X |
X |
X |
33 |
Pule |
X |
X |
X |
34 |
Purnajiwa |
X |
X |
X |
35 |
Rumput teki |
- |
- |
X |
36 |
Sambiloto |
X |
X |
X |
37 |
Sangitan |
X |
X |
X |
38 |
Sidaguri |
- |
- |
X |
39 |
Sida way ah |
X |
X |
X |
40 |
Simbukan |
- |
X |
X |
41 |
Sosor bebek/kayu urip |
- |
X |
X |
42 |
Suji/kayu sugih |
X |
X |
X |
43 |
Suren |
- |
X |
X |
44 |
Tanjung |
- |
X |
X |
45 |
Tapak Iiman |
- |
X |
X |
46 |
Terong pipit |
- |
X |
X |
47 |
Tuju musna |
- |
- |
X |
Jumlah |
19 |
40 |
47 |
Berdasarkan data pada tabel 1 tersebut di atas dapat diketahui bahwa tumbuhan obat yang berkahasiat untuk mengatasi penyakit gangguan saluran kencing di 15 desa yang ada di Kecamatan Kintamani (Penelokan, Slulung, Daup, Subaya, Pangkung, Kutuh, Satera, Dause, Sukawana, Kintamani, Desa Gunung Bau, Pagejoran, Catur, Suter, Blange) berjumlah 47 jenis, yang tergolong ke dalam 35 familia. Berdasarkan hasil studi kelangkaan tumbuhan diketahui bahwa 3 dari 47 tumbuhan obat tergolong tumbuhan langka yakni : Pule (Astolnia scholaris), Purnajiwa (Euchresta horsfieldii (Lasch.) Benth), dan Suren (Taona Suroni Merr) (Mogea dkk, 2001).
Menurut hasil wawancara dengan pemasyarakat setempat, pedagang ceraken dan nara sumber jero balian diketahui ternyata ada 8 jenis gangguan penyakit saluran kencing, yaitu dari gangguan yang sifatnya ringan sampai terberat, yakni : kencing seret/anyang-anyangan, kencing batu, kencing darah, radang ginjal, radang kandung kemih, kencing nanah, radang saluran kencing, dan
gagal ginjal. Di antara 47 jenis tanaman tersebut, jenis-jenis gangguan penyakit saluran kencing yang dapat disembuhkan oleh masing-masing tumbuhan relative berbeda-beda. Perbedaan tersebut antara lain : 23 tumbuhan berkhasiat untuk menyembuhkan kencing seret atau tidak lancar (Anyang-anyangan), 8 tumbuhan berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit kencing batu, 2 tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit kencing darah, 5 tumbuhan untuk menyembuhkan radang ginjal, 2 tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit radang kandung kemih, 6 tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit kencing nanah, 1 tumbuhan untuk penyakit infeksi saluran kencing, dan 1 tumbuhan dapat dimanfaatkan untuk meringankan penyakit yang paling menakutkan yaitu penyakit gagal ginjal. Penyakit gagal ginjal adalah salah satu penyakit yang kecil kemungkinan dapat disembuhkan. Dalam ilmu kedokteran penyakit ini sering disebut penyakit yang sudah terminal.
Berdasarkan hasil wawancara dapat pula diketahui bagian tumbuhan yang digunakan dan cara menggunakan bagian tumbuhan tersebut untuk
mengobati penyakit gangguan saluran kencing. Bagian-bagian tumbuhan yang dapat digunakan untuk obat mulai dari daun, kulit batang, bunga, buah, biji sampai akar. Cara menggunakan bagian tumbuhan tersebut sebagian besar dengan cara direbus selain itu ada pula dengan cara memeras bagian tumbuhan, dibuat loloh, dan meramu. Untuk lebih jelasnya persentase penggunaan organ tumbuhan obat untuk mengatasi penyakit gangguan saluran kencing dapat
dilihat pada diagram berikut.
Gambar 1. Persentase penggunaan organ tumbuhan obat untuk mengatasi penyakit gangguan saluran kencing
Berdasarkan diagram lingkaran tersebut di atas maka dapat diketahui organ daun yang paling dominan digunakan untuk menyembuhkan penyakit gangguan saluran kencing (59,57%), kemudian baru akar (23,40%), bunga (12,76%), batang (10,63%), dan rimpang (4,25%). Di duga secara alami kandungan alkaloid berkhasiat obat kebanyakan terakumulasi di daun.
Beberapa penelitian serupa di Bali telah dilakukan oleh beberapa peneliti yakni Peneng dan Sumantera (2003) telah menginventarisasi jenis tumbuhan yang berkhasiat untuk menyembuhkan luka di Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan Provinsi Bali. Berdasarkan hasil penelitiannya terinventarisasi 22 spesies tumbuhan yang dapat menyembuhkan berbagai jenis luka. Sedangkan Erosi Undaharta dkk (2007) berhasil menginventarisasi 68 jenis tumbuhan berkhasiat menyembuhkan penyakit tuju, 7 jenis tumbuhan tergolong tumbuhan langka. Berdasarkan hasil penelitiannya diketahui pula sebagian besar cara penggunaan tumbuhan untuk mengobati tuju adalah dengan cara diparamkan.
Berdasarkan data pada tabel 2 tersebut distas maka dapat diketahui bahwa dari 47 spesies tanaman obat, 18 spesies dapat dikenali oleh ketiga nara
sumber secara umum (masyarakat bali setempat, pedagang ceraken dan balian) antara lain :belimbing manis, cempaka putih, jagung, kaca piring, kapas, kapok, keji beling, kemangi, kesawi tanah, kumis kucing, pepaya, pisang klutuk, pule, purnajiwa, sambiloto, sangitan, sida wayah, suji. Nara sumber jero balian mengenal semua spesies tanaman obat (47 spesies), nara sumber masyarakat bali setempat mengenal 40 spesies dari 47 tanaman obat dan pedagang ceraken di pasar mengenal 19 spesies dari 47 spesies tanaman obat yang terinventarisasi di lokasi penelitian. Hal tersebut masuk akal karena nara sumber jero balian memang berprofesi untuk mengobati penyakit secara tradisional, mereka memiliki buku-buku usada yang menelaah jenis-jenis tanaman obat sekaligus khasiatnya dalam pengobatan tradisional. Berdasarkan data pada tabel 2 tersebut di atas dapat diketahui pula bahwa masyarakat bali setempat memiliki lebih banyak pengetahuan mengenai tanaman obat dibandingkan pedagang ceraken di pasar.
-
1) Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, pedagang ceraken, beberapa orang Balian di 15 desa Kecamatan Kintamanai Kabupaten Bangli dapat diinventarisasi 47 jenis tanaman obat yang berkhasiat untuk meringankan bahkan menyembuhkan penyakit gangguan saluran kencing. Tiga jenis tumbuhan tergolong langka, yakni : pule (Astolnia scholaris), purnajiwa (Euchresta horsfielddii) dan suren (Taona suroni Merr).
-
2) Di antara 47 jenis tanaman obat tersebut diketahui bahwa, 23 tumbuhan dapat digunakan untuk menyembuhkan kencing seret atau kencing tidak lancar/anyang-anyangan, 8 jenis tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit kencing batu, 2 jenis tumbuhan dapat menyembuhkan penyakit kencing darah, 5 jenis tumbuhan dapat menyembuhkan penyakit radang gingjal, 2 jenis tumbuhan untuk menyembuhkan radang kantung kemih, 6 tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit kencing nanah, 1 tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit infeksi saluran kencing, 1 jenis tumbuhan untuk meringankan penyakit gagal ginjal.
-
3) Di antara 47 jenis tanaman obat, 18 jenis tanaman dikenali nara sumber secara umum (masyarakat Bali setempat, pedagang ceraken di pasar, jero balian). Nara sumber jero balian
mengenali semua jenis tanaman obat yg terinventarisir, masyarakat Bali setempat mengenali lebih banyak tanaman obat dibandingkan pedagang ceraken.
Daftar Pustaka
Anonim, 1993, 1994, 1997, 2000, dan 2001. Inventarisasi Tanaman Obat Indonesia. Jilid I, II, IV, V, VI. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Backer, C.A. and Van den Brink, 1968. Flora of Java. Wolters-Noordhoff Groningen, TheThailand
Depkes, 2007. “Museum Tanaman Obat dan Obat Tradisional”. Diakses dari www. Litbang.depkes Co.id/ bpto/museum.html.
Heyne, K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid 1 dan IV. Cetakan 1. Diterjemahkan Badan Balitbang KehutananJakarta. Penerbit Yayasan Sarana Wana Jaya Jakarta.
Kriswiyanti, E; I. Narayani, dan L. Watiniasih, 2000. “Inventarisasi Jenis dan Manfaat Tumbuhan di Monkey Forest Pura Dalem Desa Adat Padang Tegal Ubud”. Jurnal Biologi Vol IV (1) 2000 : 9-20
Kriswiyanti, E., 2001. “Potensi Pendayagunaan dan Usaha Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan Obat (Usada ) di Bali”. Jurnal Biologi Vol V (2) 2001 : 48-55
Kriswiyanti, E., 2007. Eksplorsi Bahan Obat Tradisional Bali Berdasarkan Kajian Usada dalam Kegiatan Pendataan dan Identifikasi Bahan Obat Tradisional Bali. Laporan Penelitian Pengembangan Bidang Ilmu dan Teknologi Dasar. Jurusan Biologi, Fakultas MIPA Universitas Udayana.
Peneng, I.N.M., dan I.W. Sumantera, 2007. “Inventarisasi Tumbuhan Berkhasiat Obat Luka Tradisional di Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali”. Prosiding Seminar Konservasi Tumbuhan Usada Bali dan Perannya Dalam Mendukung Ekowisata. UNUD, LIPI, UNHI. 118-123.
Undaharta, N.K.E. 2007. “Pemanfaatan Tumbuhan Usada dalam Pengobatan Penyakit Tuju”. Prosiding Seminar Konservasi Tumbuhan Usada Bali dan Peranannya Dalam Mendukung Ekowisata. UNUD, LIPI, UNHI. 131-134.
Mogea, J.P. H. Dandawidjaja, I. Wiriadinataan. 2001. Tumbuhan Langka Indonesia. Penyunting Kartikasari, S.N. Puslitbang.
Van Steenis, C. G.G.J., S. Den Hoed, Bloembergen dan P.J. Eyma. 1981. Flora Untuk Sekolah di Indonesia.
165
Discussion and feedback