PENGGUNAAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENGHITUNG PERSENTASE RUANG TERBUKA HIJAU DI DAERAH PERMUKIMAN KOTA DENPASAR
on
PENGGUNAAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH
DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENGHITUNG PERSENTASE RUANG TERBUKA HIJAU
DI DAERAH PERMUKIMAN KOTA DENPASAR
I Wayan Nuarsa
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar Email: nuarsa@ymail.com
Abstrak
Green open space (GOS) is a very important component in the arrangement of urban space, because the GOS has the function of ecological, aesthetic, social, cultural, and economic. Calculating of the GOS can easily be done in area that are enable for such purposes as urban forests, recreational areas of the city, as well as agricultural areas. However, for the land use consisting of non-GOS and GOS such as settlement, calculation of the GOS will be quite difficult. This research was conducted to measure the percentage of the GOS in settlement areas in the Denpasar city using remote sensing and geographic information system technology. The results of this study showed that the percentage of the GOS in the settlements area of Denpasar ranged from 2.97% to 30.01%, with an average value of 14, 43%, and a standard deviation of 7.32% or 182.98 m2. The majority (50%) of the percentage of the GOS in the settlements area in the Denpasar city classified as moderate (10– 20%), 32% are low (<10%), and only 18% had a high percentage of the GOS (> 20%). Factors that influence to the percentage of the GOS in the settlement area of Denpasar is the location of the sattements and the land area per housing unit.
Keywords: green open space, remote sensing, gis, ikonos, settlements
Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan komponen yang sangat penting dalam penataan ruang kota, karena RTH mempunyai fungsi ekologis, estetika, sosial budaya, dan ekonomi (Purnomohadi, 2006). Undang-Undang nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang menyebutkan pada pasal 29 ayat 2 bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota. RTH di daerah perkotaan biasanya terdiri dari pertamanan kota, hutan kota, rekreasi kota, kegiatan olah raga, pemakaman, pertanian, jalur hijau dan kawasan hijau pekarangan (Inmendagri no.14/ 1988).
Untuk menghitung persentase RTH di suatu kota, biasanya dilakukan dengan membagi luas RTH dengan luas kota. Perhitungan luas RTH dengan mudah dapat dilakukan pada daerah yang memang
difungsikan untuk tujuan tersebut seperti hutan kota, tempat rekreasi kota, maupun daerah pertanian. Akan tetapi, untuk penggunaan lahan yang terdiri dari RTH dan non-RTH seperti permukiman, perhitungan luas RTH akan menjadi lebih sulit. Dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RDRT) kota atau kabupaten, perhitungan RTH pada daerah permukiman biasanya menggunakan asumsi tertentu. Dalam peraturan daerah Kota Denpasar nomor 27 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar Tahun 2011–2031, ditetapkan nilai 20% wilayah permukiman sebagai RTH. Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat dalam perhitungan RTH pada daerah permukiman, diperlukan metode yang lebih akurat.
Penginderaan jauh dan sistem informasi geografis merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk analisis spasial (Treitz et al., 1992;
Westmoreland and Stow, 1992; Harris and Ventura, 1995; Nuarsa, 2005). Resolusi spasial dan temporal citra yang semakin baik, menyebabkan penggunaan teknologi penginderaan jauh menjadi semakin berkembang dan semakin banyak digunakan. Ikonos merupakan citra penginderaan jauh dengan resolusi spasial sangat tinggi, yaitu 1 m untuk sensor pankromatik dan 4 m untuk sensor multispektral (Nasa.gov, 2003). Citra ini sangat baik digunakan untuk kajian daerah sempit yang membutuhkan tingkat ketelitian tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung luasan RTH di daerah permukiman dengan mengintegrasikan teknologi pernginderaan jauh dan sistem informasi geografis (SIG).
Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
-
1. Citra Ikonos tahun 2006 dengan spesifkasi citra
Tabel 1. Spesifikasi Citra Ikonos
Parameter |
Nilai |
Ketinggian orbit Resolusi spasial pada Nadir Lebar citra Waktu melewati equator Resolusi temporal Resolusi radiometrik Saluran Lebar saluran pada sensor pankromatik Lebar saluran pada sensor multispeltral |
681 kilometer 0.82 m pankromatik, 3.2 m multispektral 11.3 kilometer pada nadir 10:30 am Mendekati 3 hari pada lintang 40° 11-bit per piksel Pankromatik, biru, hijau, merah, inframerah 450–900 nm Biru (455–520 nm), Hijau (510–600 nm), Merah (630–700 nm), dan Inframerah dekat (450 -900 nm) |
Sumber: Nasa.gov, 2003

Gambar 1. Peta Lokasi Pengambilan Sampel dengan Latar Belakang Peta Rupabumi
-
2. Peta Rupabumi Kota Denpasar skala 1 : 25.000.
-
3. Perangkat lunak pengolah citra ENVI 4.7.
-
4. Perangkat lunak SIG ArcView GIS 3.3.
-
5. GPS garmin Etrex 30.
-
6. Seperangkat komputer.
-
2.2 Metode Pengambilan Sampel
Sampel diambil di daerah permukiman Kota Denpasar dengan metode stratified random sampling. Sampel diambil secara acak dengan memberikan proporsi yang lebih banyak pada permukiman yang lebih luas. Jumlah keseluruhan sampel yang diambil adalah 50. Distribusi spasial sampel disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 2. Peta Lokasi Pengambilan Sampel dengan Latar Belakang Citra Ikonos
Sementara itu, diskripsi lokasi sampel dan Tabel 2.
dengan koordinat geografis, nama desa,
kecamatan disajikan pada
Tabel 2. Diskripsi lokasi sampel
Sampel |
X |
Y |
Desa |
Kecamatan |
1 |
301751.58 |
9041896.25 |
Tegal Kertha |
Denpasar Barat |
2 |
301595.31 |
9041574.43 |
Tegal Harum |
Denpasar Barat |
3 |
301146.35 |
9041277.69 |
Padangsambian |
Denpasar Barat |
4 |
300151.77 |
9042107.83 |
Padangsambian Kelod |
Denpasar Barat |
5 |
300340.71 |
9042621.43 |
Padangsambian |
Denpasar Barat |
6 |
300504.84 |
9043038.81 |
Padangsambian |
Denpasar Barat |
7 |
300499.32 |
9043401.77 |
Padangsambian |
Denpasar Barat |
8 |
300159.01 |
9043941.00 |
Padangsambian |
Denpasar Barat |
9 |
300273.97 |
9044674.16 |
Padangsambian Kaja |
Denpasar Barat |
10 |
300268.19 |
9045619.21 |
Padangsambian Kaja |
Denpasar Barat |
11 |
300200.68 |
9046981.39 |
Padangsambian Kaja |
Denpasar Barat |
12 |
301304.27 |
9047303.94 |
Ubung Kaja |
Denpasar Utara |
13 |
301659.69 |
9047485.27 |
Ubung Kaja |
Denpasar Utara |
14 |
301763.86 |
9047927.86 |
Ubung Kaja |
Denpasar Utara |
15 |
302398.69 |
9048296.56 |
Peguyangan Kaja |
Denpasar Utara |
16 |
302499.97 |
9046354.46 |
Ubung Kaja |
Denpasar Utara |
17 |
302781.21 |
9044959.86 |
Ubung |
Denpasar Utara |
18 |
304688.91 |
9044426.21 |
Dangin Puri Kangin |
Denpasar Utara |
19 |
303751.95 |
9043352.09 |
Dangin Puri Kauh |
Denpasar Utara |
20 |
304125.03 |
9045276.78 |
Tonja |
Denpasar Utara |
21 |
304977.97 |
9043964.56 |
Sumerta Kauh |
Denpasar Timur |
22 |
306129.16 |
9043783.72 |
Kesiman |
Denpasar Timur |
23 |
305065.89 |
9043038.64 |
Sumerta Kauh |
Denpasar Timur |
24 |
304512.04 |
9042265.61 |
Dangin Puri Kelod |
Denpasar Timur |
25 |
305747.55 |
9042530.11 |
Sumerta Kelod |
Denpasar Timur |
26 |
307648.87 |
9044066.41 |
Kesiman Kertalangu |
Denpasar Timur |
27 |
307937.77 |
9040562.65 |
Sanur Kaja |
Denpasar Selatan |
28 |
307621.22 |
9039713.90 |
Sanur Kauh |
Denpasar Selatan |
29 |
307891.95 |
9037331.98 |
Sanur Kauh |
Denpasar Selatan |
30 |
308872.41 |
9038900.95 |
Sanur |
Denpasar Selatan |
31 |
302237.45 |
9039264.89 |
Pedungan |
Denpasar Selatan |
32 |
301509.90 |
9039531.43 |
Pemecutan Kelod |
Denpasar Barat |
33 |
304961.06 |
9037804.59 |
Sidakarya |
Denpasar Selatan |
34 |
303964.61 |
9038463.87 |
Sesetan |
Denpasar Selatan |
35 |
303683.53 |
9039871.14 |
Sesetan |
Denpasar Selatan |
36 |
304544.82 |
9040347.78 |
Panjer |
Denpasar Selatan |
37 |
299872.45 |
9039836.65 |
Padangsambian Kelod |
Denpasar Barat |
38 |
299846.39 |
9040561.99 |
Padangsambian Kelod |
Denpasar Barat |
39 |
304177.70 |
9037548.50 |
Sesetan |
Denpasar Selatan |
40 |
300624.00 |
9037611.32 |
Pemecutan Kelod |
Denpasar Barat |
41 |
300946.00 |
9035557.87 |
Pemogan |
Denpasar Selatan |
42 |
300609.75 |
9038642.86 |
Pemecutan Kelod |
Denpasar Barat |
43 |
308868.15 |
9038154.65 |
Sanur |
Denpasar Selatan |
44 |
306562.43 |
9040214.25 |
Renon |
Denpasar Selatan |
45 |
302985.93 |
9041460.35 |
Dauh Puri Kauh |
Denpasar Barat |
46 |
302478.61 |
9042000.99 |
Pemecutan Kelod |
Denpasar Barat |
47 |
301617.06 |
9043497.02 |
Pemecutan Kaja |
Denpasar Utara |
48 |
300988.69 |
9044126.60 |
Padangsambian |
Denpasar Barat |
49 |
308283.42 |
9039691.31 |
Sanur |
Denpasar Selatan |
50 |
306586.41 |
9042118.83 |
Sumerta Kelod |
Denpasar Timur |
-
2.3 Metode Perhitungan proporsi RTH Persentase RTH di daerah permukiman dihitung berdasarkan tutupan vegetasi di daerah tersebut. Luasan tutupan vegetasi dapat diamati dari citra Ikonos. Tahapan kerja yang digunakan untuk menghitng persentase RTH di daerah permukiman diuraikan sebagai berikut:
-
1. Pada setiap titik sampel yang telah ditentukan berdasarkan metode pengambilan sampel, dibuat kotak persegi dengan luasan 50 m x 50 m (2500 m2).
-
2. Pada luasan 25 are tersebut (kotak referensi), dilakukan digitasi luasan daerah bervegetasi seperti pada Gambar 3.
-
3. Poligon-poligon daerah bervegetasi pada kotak
referensi dihitung luasnya.
-
4. Persentase RTH per sampel, rata-rata persentase RTH, dan standar deviasi persentase RTH di daerah penelitian dihitung dengan Persamaan 1, Persamaan 2, dan Persamaan 3.
%RTH = ξi x IOO (1)

(2)
(3)
dimana %RTH adalah persentase ruang terbuka hijau pada suatu sampel, %RTH adalah rata-rata persentase ruang terbuka hijau pada seluruh sampel, Std adalah standar deviasi %RTH, Li adalah luas daerah bervegetasi hasil digitasi pada luas kotak referensi, Lr adalan luas kotak referensi (2500 m2) dan n adalah jumlah sampel.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa pertentase RTH di daerah permukiman Kota Denpasar bervariasi mulai dari 2,97% sampai 30,01%. Nilai rata-ratanya adalah14,43% dengan standar deviasi 7,32% atau 182,98 m2 (Tabel 3).

Gambar 3. Metode digitasi daerah RTH
Tabel 3. Variabilitas persentase RTH di kawasan permukiman Kota Denpasar
Sampel |
Desa |
Luas (m2) |
% |
1 |
Tegal Kertha |
111.11 |
4.44 |
2 |
Tegal Harum |
455.68 |
18.23 |
3 |
Padangsambian |
160.42 |
6.42 |
4 |
Padangsambian Kelod |
492.51 |
19.70 |
5 |
Padangsambian |
177.90 |
7.12 |
6 |
Padangsambian |
268.41 |
10.74 |
7 |
Padangsambian |
111.74 |
4.47 |
8 |
Padangsambian |
382.65 |
15.31 |
9 |
Padangsambian Kaja |
370.16 |
14.81 |
10 |
Padangsambian Kaja |
245.94 |
9.84 |
11 |
Padangsambian Kaja |
392.63 |
15.71 |
12 |
Ubung Kaja |
340.82 |
13.63 |
13 |
Ubung Kaja |
338.95 |
13.56 |
14 |
Ubung Kaja |
328.96 |
13.16 |
15 |
Peguyangan Kaja |
199.75 |
7.99 |
16 |
Ubung Kaja |
556.18 |
22.25 |
17 |
Ubung |
203.50 |
8.14 |
18 |
Dangin Puri Kangin |
336.45 |
13.46 |
19 |
Dangin Puri Kauh |
384.52 |
15.38 |
20 |
Tonja |
406.37 |
16.25 |
21 |
Sumerta Kauh |
294.01 |
11.76 |
22 |
Kesiman |
377.65 |
15.11 |
23 |
Sumerta Kauh |
139.20 |
5.57 |
24 |
Dangin Puri Kelod |
232.21 |
9.29 |
25 |
Sumerta Kelod |
211.61 |
8.46 |
26 |
Kesiman Kertalangu |
448.19 |
17.93 |
27 |
Sanur Kaja |
84.89 |
3.40 |
28 |
Sanur Kauh |
326.47 |
13.06 |
29 |
Sanur Kauh |
458.80 |
18.35 |
30 |
Sanur |
671.66 |
26.87 |
31 |
Pedungan |
159.80 |
6.39 |
32 |
Pemecutan Kelod |
473.78 |
18.95 |
33 |
Sidakarya |
448.81 |
17.95 |
34 |
Sesetan |
554.93 |
22.20 |
35 |
Sesetan |
509.36 |
20.37 |
36 |
Panjer |
712.23 |
28.49 |
37 |
Padangsambian Kelod |
77.40 |
3.10 |
38 |
Padangsambian Kelod |
308.36 |
12.33 |
39 |
Sesetan |
346.44 |
13.86 |
40 |
Pemecutan Kelod |
496.88 |
19.88 |
41 |
Pemogan |
687.27 |
27.49 |
42 |
Pemecutan Kelod |
305.87 |
12.23 |
43 |
Sanur |
750.31 |
30.01 |
44 |
Renon |
724.09 |
28.96 |
45 |
Dauh Puri Kauh |
98.63 |
3.95 |
46 |
Pemecutan Kelod |
74.28 |
2.97 |
47 |
Pemecutan Kaja |
217.23 |
8.69 |
48 |
Padangsambian |
476.28 |
19.05 |
49 |
Sanur |
646.69 |
25.87 |
50 |
Sumerta Kelod |
458.18 |
18.33 |
Rata-rata: 14.43% | |||
Standar Deviasi: 7.32% atau 182,98 m2 |
Tingginya nilai standar deviasi RTH di daerah permukiman menunjukkan bahwa ada variasi yang tinggi terhadap persentase RTH antar permukiman di Kota Denpasar. Dari hasil klasifikasi sampel dengan kisaran RTH 10%, diperoleh bahwa 16 sampel (32%) mempunyai persentase RTH kurang dari 10%, 25 sampel (50%) dengan proporsi RTH 10–20 %, dan hanya 9 sampel (18%) memiliki RTH lebih besar dari 20% (Gambar 4).
Gambar 4. Proporti %RTH di kawasan permukiman Kota Denpasar
Hasil pemantauan citra Ikonos dan pengamatan lapangan menunjukkan adanya tentensi bahwa persentase RTH yang rendah (<10%) terutama terdapat pada permukiman yang sangat padat khususnya kompeks perumahan dengan luas tanah tidak lebih dari satu are, seperti ditunjukkan oleh sampel nomor 1, 3, 5, 7, 10, 17, 31, dan 37. Sementara itu, persentase RTH sedang (10 – 20%) umumnya dijumpai di daerah permukiman dengan luas tanah lebih besar dari satu are yang sebagian besar terdapat di luar kompleks perumahan padat . Di sisi lain, persentase RTH yang tinggi (>20%) sebagian besar terdapat di permukiman pinggiran Kota Denpasar seperti terlihat pada sampel nomor 13, 15, 26, 27, 30, 41, 43, 44, dan 49 (Tabel 3).
Persentase tutupan vegetasi di daerah permukiman di Kota Denpasar dipengaruhi oleh faktor lokasi dan luas tanah tiap unit rumah. Hal ini berhubungan dengan ketersediaan lahan untuk menanam tanaman penghijauan. Kompleks perumahan dengan luas tanah yang sempit, menyebabkan ketersediaan lahan untuk penghijauan sangat terbatas. Sementara itu, di permukiman yang
berlokasi di pinggiran kota, yang umumnya dihuni oleh penduduk lokal memiliki lahan yang lebih luas, sehingga peluang untuk menanam tanaman penghijauan di sekitar rumah mereka menjadi tinggi.
-
4. Simpulan
-
1. Persentase RTH di kawasan permukiman Kota Denpasar berkisar dari 2,97% sampai 30,01%, dengan nilai rata-rata14,43%, dan standar deviasi 7,32% atau 182,98 m2.
-
2. Sebagian besar (50%) persentase RTH permukiman di Kota Denpasar tergolong sedang (10 – 20%), 32% termasuk rendah (< 10%), dan hanya 18% memiliki persentase RTH tinggi (> 20%).
-
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persentase RTH daerah permukiman di Kota Denpasar adalah lokasi permukiman dan luas tanah tiap unit rumah.
Daftar Pustaka
Harris, P. M. and Ventura, S. J. 1995. The integration of geographic data with remotely sensed imagery to improve classification in an urban area. Photogrammetric Engineering and Remote Sensing, 61, 993–998.
Instruksi Menteri Dalam Negeri No 14/1988 tentang Penataan Ruang Hijau Perkotaan.
Nasa.gov. 2003. Ikonos Sensor Specifications. Online pada http://geo.arc.nasa.gov/sge/health/sensor/ sensors/ikonos.html. Dikses tanggal 2 Februari 2013.
Nuarsa, I Wayan. 2005. Belajar Sendiri Menganalisis Data Spasial dengan ArcView GIS 3.3 untuk Pemula. Elexmedia Komputindo, x + 356 hal.
Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 27 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar Tahun 2011 – 2031.
Purnomohadi, Ning. 2006. Ruang Terbuka Hijau Sebagai Unsur Utama Tata Ruang Kota, Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementrian Pekerjaan Umum.
Treitz, P. M., Howard, P. J. and Gong, P. 1992. Application of satellite and GIS technologies for land-cover and land-use mapping at the rural-urban fringe: a case study. Photogrammetric Engineering and Remote Sensing, 58, 439–448.
Undang-Undang Republik Indomesia nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Westmoreland, S. and Stow, D. A. 1992. Category identification of changed land-use polygons in an integrated image processing/geographic information system. Photogrammetric Engineering and Remote Sensing, 58, 1593–1599.
15
Discussion and feedback