TANAMAN OBAT, TANAMAN UPACARA DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN
on
TANAMAN OBAT, TANAMAN UPACARA DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN
NyomanzViiputra
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar Anggota Bali Human EcologyStudy Group(BaIi-HESG) nadip2003@yahoo.com
Abstract
The existence of medicinal plant in Bali is a factual thing, as it is shown by the lontar usada Bali. On the other hand the ceremonial plants could not be forgotten. The question now, is there any relationship between these two plants? Does the relationship could be used in the environmental conservation program? It is hypothesized that some of the medicinal plants belong to the ceremonial plants; through horticulture the conservation of medicinal plants and ceremonial plants could be done. Therefore, walk-through surveys had been conducted in some hotels and governmental offices in Badung and Denpasar region. The results shown: that the horticulture planted belong to the medicinal plants, ranged from 46.5 %-78.2 %; and 50.0 % - 78.2 % belong to the ceremonial plants as well. It is concluded that through the horticulture, the conservation ofliving environmental could be done; therefore, the existence of medicinal and ceremonial plants could be maintained and become a reality until forever.
Key words: medicinal plants, ceremonial plants, horticulture, conservation, living environmental
1. Pendahuluan
Setiap suku bangsa yang ada di Indonesia mempunyai pengobatan tradisional yang diwariskan secara turun temurun (Nala, 1991). Bukti-buktinya dapat ditelusuri melalui acuan tertulis, seperti keberadaan lontar usada di Bali (Usada dalem,tt.; Usada Dalem Jati, tt; Nala, 1991; Putra, 1991; Suwidja, 1991). Berapa banyak lontar usada yang ada di Bali, tidak ada scorangpun yang tahu secara pasti. Tetapi yang jelas, bagi seorang pengobat tradisional, terutama Balian Usada, pasti acuannya adalah lontar usada. Dalam lontar itulah tertulis penyakit, gejalanya, serta pengobatannya; termasuk bahan-bahan obat yang dipakai. Tanaman obat salah satu dari sekian bahan obatnya (Nala, 1991; Usada Dalcm, tt; Usada Dalem Jati, tt.; Putra, 1991; Suwidja, 1991; Adiputra, 2004).
Sebagai dampak dari pembangunan, ditengarai adanya proses penyusutan dan pendangkalan budaya (Manuaba, 1995). Salah satunya ialah dalam pengobatan tradisional, semakin banyak generasi sekarang tidak tahu dan melupakan peran tanaman obat. Dengan demikian nama tanaman obatpun dilupakan. Hal itu disebabkan oleh aset pengobatan moderen lebih mudah dicapai, seperti balai pengobatan di tingkat desa dan puskesmas di tingkat
kecamatan.
Sisi lain dari tanaman di Bali adalah tanaman upacara. Manusia Bali tidak dapat dilepaskan dari tanaman bunga dan buah, karena keduanya itu diperlukan dalam kehidupan mereka. Berbagai upacara yang tergolong dalam panca yadnya selalu memerlukan bagian-bagian dari tanaman (Nala & Wiratmadja, 1991; Supartha, 1998), sehingga tanamannya disebut tanaman upacara. Dengan peralihan fungsi lahan khususnya di kota-kota sedemikian pesat, sehingga lahan yang tadinya dianggap tidak bertuan atau semak belukar, yang banyak ditumbuhi tanaman obat dan tanaman upacara akhirnya menjadi beralih fungsi. Sebagai akibatnya maka tanaman tersebut tergusur, dan menghilang dari habitatnya. Hal itu memang telah banyak dikeluhkan dan sangat disayangkan kalau hal itu terjadi (dePadua dkk, 1999); berbagai tanaman akan mengalami kepunahan, sebelum diketahui Wiasiatilmiahnya.
Belakangan ini muncul gejala baru, yaitu berkembangnya tanaman hias, sehingga setiap orang gandrung untuk memelihara tanaman hias di pekarangan tempat tinggalnya (Adiputra1 2004). Akhirnya diasumsikan bahwa banyak dari tanaman hias tersebut bernilai tanaman obat dan tanaman
upacara. Untuk membuktikan asumsi itu maka telah dilaksanakan suatu sungai di beberapa hotel dan kantor pemerintah di Kabupaten Badung dan Kodya Denpasar.
Sebagai subjek penelitian ini adalah tanaman hias di IZhotelberbintangdan IOkantorpemerintah di Kabupaten Badung dan Kodya Denpasar. Pengambilan sampel kantor dan hotel dilakukan secara purposif.
Survai secara walk-through (Harrington & Gill, 1983) dilakukan pada 12 hotel dan 10 kantor pemerintah dengan memakai borang yang telah dipersiapkan selama tahun 2004. Nama tanaman hias dicatat menurut nama daerah Bali sebagaimana diketahui peneliti.
Setelah tanaman hias diperoleh maka dicarikan padanan nama Indonesia (Tim Penyusun, 1980; Wianta, 1983; Wijayakusuma, 1992; 1993; Seikodkk, 2000; Sastroamidjojo, 2001; Suryowinoto, 2001 ;2004), dan nama ilmiahnya (Warren & Tettoni, 1997; Warren, 1998) menurut acuan yang ada. Jumlah tanaman di masing-masing lokasi kemudian diproses sehingga didapat nilai rata-rata. Kemudian dilakukan penggolongan tanaman obat (Tim Penyusun. 1980; Sangat dkk, 2000; Wijayakusuma dkk, 1992; 1993) dan tanaman upacara (Tim Penyusun, 2002; Gambar1It.; Supartha11998; LP Unud12004) menurut buku yang diacu. Nilai keseluruhan lalu dirata-ratakan untuk hotel dan untuk kantor lokasi survai.
Data yang diperoleh disajikan dalam Tabel 1 untuk lokasi survai yang terdiri atas 12 hotel berbintang 1 dan Tabcl 2 untuk lokasi survai 10 kantor pemerintah.
Tabcl 2. Lokasi survai di 10 kantor pemerintah di Kodya Denpasar, 2004.
No. |
Kode Lokasi |
1. 2 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. |
Bapcda Bali Kanwil Depag Bali BPG Denpasar LLAJR Badung Monument Bajra sandi BLKTTDinkcs UNUD Sudinnan Kantor Gubcniur Rcnon UNUD Bukit Jimbaran Kantor Perbekcl Sidakarya |
Sedangkan untuk jenis tanaman hias, tanaman obat dan tanaman upacara untuk hotel yang disurvai disajikan pada Tabel 3.
Sedangkan popularitas tanaman upacara di antara tanaman hias yang diperoleh di lokasi hotel disajikan dalam Tabcl 5, dan untuk lokasi di kantor-kantor disajikan dalam Tabel 6.
Tabel L
Lokasi survai 12 hotel berbintang di Kabupaten Badung dan Kodya Denpasar, 2004
No. |
Kode Lokasi |
Keterangan |
1. |
PJMDL |
Badung |
2 |
HTORJ |
Denpasar |
3. |
BTDC |
Badung |
4. |
LGWl |
Denpasar |
5. |
WPH |
Denpasar |
6. |
BLGND |
Denpasar |
7. |
VNDVW |
Denpasar |
8. |
SNRPRD |
Denpasar |
9. |
INGBB |
Denpasar |
10. |
KTKPLZ |
Badung |
II. |
htlstkbl |
Badung |
12. |
BDRH |
Badung |
Tabcl 3. Banyaknya tanaman hias, tanaman obat dan tanaman upacara di lokasi survei 12 hotel berbintang di Denpasardan Badung, 2004.
No. |
Kode Lokasi |
Jumlah tanaman hias |
Tanaman Obat |
Tanaman Upacara |
1. |
PJMDL |
65 |
35 (53,8%) |
38 (58,5%) |
2. |
HTORJ |
86 |
52 (60.5%) |
52 (60,5%) |
3. |
BTDC |
96 |
47 (48,9%) |
55 (57,3%) |
4. |
LGWI |
90 |
52 (57,7%) |
61 (72,2%) |
5. |
WPH |
94 |
50 (53,2%) |
52 (55,3%) |
6. |
BLGND |
46 |
32 (69,5%) |
39 (84,8%) |
7. |
VNDVW |
50 |
35 (70,0%) |
32 (64,0%) |
8. |
SNRPRD |
38 |
23 (63,1%) |
21 (55,3%) |
9. |
INGBB |
87 |
68 (78,1%) |
64 (73,5%) |
10. |
KTKPLZ |
57 |
45 (78,2%) |
44 (77,2%) |
11. |
HTLSTKBL |
83 |
57 (66,0%) |
55 (63,9%) |
12. |
BDRH |
73 |
50 (67,0%) |
53 (72,6%) |
Tabel 4. Tanaman hias, tanaman obat dan upacara di 10 kantor pemerintah di Kodya Denpasar, 2004.
No |
Kode Lokasi |
Jlh tanaman hias |
Tanaman obat |
Tanaman upacara |
1 |
Bapeda Bali |
28 |
15 (53,6%) |
16(57,1%) |
2 |
Kanwil Depag Bali |
20 |
10 (50,0%) |
10 (50,0%) |
3 |
BPG Denpasar |
73 |
43 (58,9%) |
44 (60,3%) |
4 |
LLAJR Badung |
49 |
36 (73,5%) |
36 (73,5%) |
5 |
Monument Bajra sandi |
59 |
38 (64,4%) |
41 (69,5%) |
6 |
BLKTT Dinkes |
43 |
31 (72,1%) |
30 (69,8%) |
7 |
UNUD Sudirman |
67 |
42 (62,7%) |
44 (65,7%) |
8 |
Kantor Gubernur Renon |
43 |
20 (46,5%) |
33 (76,7%) |
9 |
UNUD Bukit Jimbaran |
69 |
46 (66,7%) |
54 (78,3%) |
10 |
Kantor Perbckel Sidakarya |
47 |
24 (51,1%) |
40(85,1%) |
Tabcl 5. Popularitas tanaman upacara di antara tanaman hias di hotel lokasi survai Di Badung dan Kodya Denpasar, 2004.
No. |
Nama Tanaman Upacara |
% |
i. |
Andong, bingin. bergu, Jaum-Jaunt, Jepun, kembang kuning, nyuh, pisang, pucuk, puring, lenten, tunjung. |
100 |
2 |
Menuh. pidpid, sabo. Santblungl |
90 |
3. |
Ancak, cemara, padma, pandan, poh, tibah. |
80 |
4. |
Gedang, Juwuk. keladi, kenyeri, nyambu,. |
70 |
5. |
Buah, canging, dapdap, dukut, merak, nangka, peji, sente, suga, temu, camplung. plawa. |
60 |
6 |
Asem, cepaka, gumitir, Jaka, kayu sugih, sandat, simbar menjangan, sotong, tapak bela, waru. |
50 |
7. |
Angsana, ambengan, belimbing, belatung, biah-biah, bunut, Jempiring, Juwet. kayu tulak, kemoning, mawa, tabia. |
40 |
& |
Kecemcem. kayu manis, kesela sawi, manas, pisang-pisangan, pule, pungut, siulan, teki, srigading.. |
30 |
9. |
Bekui, kayu urip, kayu Jati, Iempeni, melinjo, pandan arum, padang belulang, pispisan, ratna, silik, sukun, terong, tabia bun. bama, aha, rambutan |
20 |
10. |
Badung, beludru, bunut bulu, cerme, duku, durian, isen, kayu sisih, kedondong, kelor, kem, lemo, majagau. | |
purnajiwa, rijasa, srikaya, sembung, waluh, tebel,tebel. pisang-pisangan, lontar, gempinis, medori, timbul, pakis, sedap malam. |
10 |
Tabel 6. Popularitas Iatiaman upacara di antara tanaman hias kantor-kantor lokasi survai. di Kodya Denpasar, 2004
No. |
NamaTanaman Upacara |
f |
% |
1. |
Jepun, Jaum-Jaum, puring |
10 |
100 |
2 |
Cemara |
9 |
90 |
3. |
Andong, nyuh, pucuk |
8 |
80 |
4. |
Bambu, bergu. capaka, gedang, jempiring. kenyeri. pidpid. sabo |
7 |
TO |
5. |
Bakung, bingin, mangga, nangka, pisang |
6 |
60 |
6. |
Ambengan. gumitir, kembang kuning, samblung, sandal, teki, merak |
5 |
50 |
7. |
Angsana, buah, Juwuk. sotong, suga. tapak bela, Tabia. pisang-pisangan |
4 |
40 |
8. |
Belatung, bunut. camplung, kelor, menuh.pandan, Pungut, parijata, sente, simbar menjangan, tibah, terong |
3 |
30 |
9. |
Asem, belimbing, dapdap. jaka, kayu sugih, kayu tulak, Mawa, kesela sawi, kerasi, nagasari, nyambu, peji, pule, Ratna, padang belulang, tingulun. rijasa. purnajiwa |
2 |
20 |
10. |
Ancak, bayem, buni, badung, biah-biah, cengkeh, Canging, isen, kayu manis, kemoning, kesela, kaliasem. Kepasilan, medori. mundeh, pandan arum, paku, padma. Sembung. samanyai, srikaya, silik, tapak Hman. tebu. taep. tigaron, turi, parigata, juwet, kacang tanah, pacah, majagau, waru. |
1 |
10 |
Untuk nama dari masing-masing tanaman hias, tanaman obat, dan tanaman upacara disajikan dalam Tabel 7.
Tabel 7. Nama daerah Bali, nama Indonesia dan nama ilmiah tanaman upacara yang didapat di daerah
lokasi survai, di Kab Badung dan Kodya Denpasar, 2004. | |
No. |
Nama daerah Bali Nama Indonesia Nama Latin |
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. |
Ambengan Ilalang Imperata Cylindrica (L).Beauv. Ancak Bodi Fictts rumphii Bl. Andong Honjuang Cordyline Jruticosa A.Chev. Angsana Angsana Pterocarpus indicus Willd. Asem Asam Tamarinda indica L. Bakung Bakung Crinum asiaticum L. Bayem Bayam Amaranthus retroflexus L. Belatung Kaktus Calamus caesius Bl. Belimbing Belimbing Averrhoa carambola L. Bergu Palcm wregu Rhapis excelsa Biah-biah Genjer-genjer Monochoria vaginalis Presi. Bingin .• Beringin Ficus benjamina L. Buah Pinang Areca catechu L. Bunut Bunut Ficus pilosa Reinw. Buni Buni Antidesma bunius Spreng. Badung Badung Garcinia dulcis Kurz. Dapdap Dedap Erythrina hypaphorus BOERL. Canging Cangkring Erythrina ovalifolia Roxb.f. Camplung Camplung Callophylum inophyllum L. Cengkeh Cengkeh Eugenia Carryophyllata Thumb. Cepaka Cempaka Michelia champaca L. Cemara Pinus Casuarina equiselifolia JR &G Frost. Gedang Papaya Carica papaya L. Gumitir Bunga kotok Tagetes erecta L. Isen Langkuas Alpina galanga SlV. Jaka Enau Arenga pinna la Merr Jaum-jaum Siantan Ixora Stricta Roxb. Jempiring Kacapiring Gardenia Jasminoiea Ellis. Jepun Kamboja Plumeria acutifolia Poir. Juwet Jamblang Eugenia cumini Merr. Juwuk Jcruk Citrus bystrix DC. Kayu manis Daun katu Saurapus androgynus Men. Kayu sisih Kayu sisih Phyllanthus buxifolius (BL.) MA. Kaym sugi h Kayu sugi h Pleomele sp. Kayu tulak Kayu tulak ' ScheJJlera eliptica HARMS. Kayu urip Kayu urip Euphorbia Iirucali L. Keladi Talas Colocasia esculenthum Schott. Kelor Kelor Moringa oleifera Lamk. Kembang kuning Kembang kuning Cassia glauca Ixrmk. Kemoning Kcmoning Murraya panicullata (L.) Jack. Kenyeri Jure Nerium indicum mill. Kepasilan Benalu Scurrula Otropurpurea Dans. |
No. |
NamadacrahBali NamaIndoncsia NamaLatin |
43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. |
Kerasi Tembelekan Lamtana camara L. Kesela Ketela Ipomea Kesela sawi Ketela pohon Manihot esculenta Crantz. Kesisat Kesisat Pouzolzia petandra Bonn. MaJagau Majagahu Dysoxylum Caulostachyum Miq. Mawar Mawar Rosa hybrida Hort. Medori Widuri Calotropis gigantea R. Br. Menuh Melati JasminumsamhaeAit. Merak Merak Caesalpinia pulcherrima SIV. Mundeh ? Citrus moxim L. Nagasari Penaga Putih Messua ferrea Linn. Nangka Cempedak Artocarpus heterophyllus Lmk. Nyambu Jambu air Eugenia aquea Burm.f. Nyuh Kelapa Cocos nucifera L. Padangbelulang Rumputbelulang EleusineindicaGAERTN. Padang teki Rumput teki Cyperus rotundus L. Padma . Lotus Nelumbio nelumbum L. Pakis Pakis Cycas rumphii Miq. Pandan Pandan Pandanus tectorius Soland ex Park. Pandan arum Pandan arum Pandanus amaryllifolia Roxb. Parigata Parigata Bougainville sp. ParijataZtrijata Irijata ? Medinilla speciosa (Reinw.Ex Bl.) Peji Palem ekor ikan Caryota plumosa Pidpid Pakis keriting Pteris tremula Pisang Pisang Musa paradisiaca L. Pisang-pisangan Pisang-pisangan Colothea Poh Mangga Mangifera indica L. Pucuk Kembang sepatu Hibiscus rosa sinensis L. Pule Pulai Alstonia scholar is R. B r. Pungut Pungut Streblus asper Lour. Puring Puring Condiacum varieyatum Bl. Purnajiwa Pronojiwo Euchresta horsfildii Benn. Ratna Bunga kenop Camphrena globosa L. Rijasa Anyang-anyang Elaeocarpus grandiflorus Smith. Sabo Sabo Achras sapota L. Samanyai ? ? Samblung Sirihbelanda Scindapstts aureus Sandat Kenanga Cananga odorayum Baill. Sembung Sembung Blumea halsamifera Dc. Sente Scnte ‘ Alocasia marorrhi∑a Schott. Silik Srikaya Annona squamosa L. Simbar menjangan Simbarmcnjangan Platycerium bifurcatum C.chr Sotong Jambu biji Psidium guajava L. Srikaya Sirsak Annona muricata L.. Suga Tasbih Canna indica L. Tabia Cabai Capsicum annuum L. Taep ? Artocarpus blumei Tree. |
No. |
Nama daerah Bali |
Nama Indonesia |
Nama Latin |
90. |
Tapak hela |
Nusa indah |
Mussaenda pubeseens A i t.f. |
91. |
Tapak Iiman |
Tapak Iiman |
Elephantopus 'scaber L. |
92. |
Tehu |
Tebu |
Saccharum officinarum L. |
93. |
Teki |
Rumput teki |
Cyperus rotundus L. |
94. |
Temen |
Daun ungu |
Graptophyllum pictum Gijjr. |
95. |
Terong |
Terong |
Solanum melongena L. |
96. |
Γιbah |
Mengkudu |
Morinda Citrifolia L. |
97. |
Tigaron |
Tigaron |
Cratawa nurvela Ham. |
98. |
Tingulun |
Tenggulun |
Protium javanicum Burm. |
99. |
Tiying |
Bambu |
Bambusa sp. |
100. |
Tunjung |
Teratai |
Nelumbium nelumbo Druce |
101. |
Turi |
Turi |
Sesbania grandifora Pers. |
102. |
IVaru |
Wani |
Hibiscus Hliaceus L. |
3.2 Pembahasan
Lokasi survai memang tidak sebanding, dan kebanyakan sampel diambil di Dcnpasardan hanya dua sampel di Kabupaten Badung. Demikian pula dalam kantor-kantor pemerintah. Dengan demikian masih jauh dari representatif untuk kedua daerah tersebut. Walau demikian, karena tujuannya adalah untuk menyatakan keberadaan suatu tanaman obat dan tanaman upacara, tidaklah ditekankan kepada Reterwakilannya akan tetapi kepada keberadaan tanamannya. Informasi tersebut sangat berguna kepada yang memerlukan, pada saat mereka memerlukan tanaman upacara tersebut. Demikian pula informasi tersebut menjadi penting untuk penelusuran tanaman tersebut untuk pemanfaatannya lebih lanjut dan dalam upaya pelestariannya.
Jumlah tanaman hias yang didapatkan pada kedua kelompok lokasi survai bervariasi antara 38-96 jenis pada hotel, dan antara 20-73 jenis pada kantor-kantor pemerintah; hal itu sudah dilaporkan sebelumnya (Adiputra, 2003; 2004). Sesungguhnya sangat banyak jenis tanaman upacara yang ada dan dipergunakan dalam upacara di Bali. Dalam penelitian ini hanya didapatkan sebanyak 102 jenis tanaman upacara di antara tanaman hias yang ditanam di lokasi survai, yang meliputi 50,0% sampai 78,3 % pada kantor pemerintahan, dan 55,3 - 84,8 % pada hotel-hotel yang disasar. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan persen angka tanaman obatnya yaitu 46,5 - 73,5 % pada kantor, dan 48,9 - 78,2 % pada hotel-hotel. Dengan dipakainya sebagai tanaman hias, apa yang
dikawatirkan oleh dePadua dkk (1999) dapat dicegah, walau belum sepenuhnya.
Tanaman hias yang tergolong tanaman obat didapatkan sebesar 48,9-78,2% dari tanaman hias hotel lokasi survai. dan antara 46,5-73,5% tanaman hias kantor pemerintahan. Persentasi tanaman obat untuk hotel sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kantor pemerintahan; hal itu kemungkinan disebabkan karena area pertamanan untuk hotel lebih luas, dan dikerjakan secara profesional dan hotel-hotel berbintang biasanya mempunyai bagian pertamanan dengan taman pembibitannya. Sedangkan untuk kantor-kantor biasanya hanya permulaannya saja dikontrakkan secara profesional, kemudian untuk pemeliharaannya tidak Seintensifdi hotel-hotel. Tanaman obat yang didapatkan tersebut, memang hampir tidak difungsikan sebagai tanaman obat, sebagaimana dilaporkan sebelumnya (Adiputra, 2003; 2004).
Untuk tanaman upacara didapatkan angka persen antara 55,3-84,8% pada hotel, dan 50,0-78,3% pada kantor pemerintahan. Jadi kisaran tanaman upacara di hotel-hotel lokasi kajian lebih banyak dibandingkan dengan persentase tanaman upacara di' kantor-kantor pemerintah. Hal itu mungkin disebabkan oleh adanya upaya secara sadar di beberapa hotel berbintang, sengaja untuk melestarikan tanaman upacara yang ada di Bali. Sedangkan untuk kantor pemerintah kesadaran untuk menanam tanaman upacara sangat terbatas. Contoh yang baik didapatkan di kantor gubernur di Renon dan di kantor BPG Denpasar. Ditinjau dari segi fungsinya, tanaman upacara yang ada di hotel
ataupun Rantorpemerintahan tentu belum fungsional sebagai penunjang upacara. Dalam studi ini hanya menekankan di mana lokasi keberadaan tanaman upacara tersebut. Hal itu akan mempermudah menemukan tanaman tersebut untuk nantinya dicari sebagai sumber untuk disebar-luaskan. Sebab sekarang banyak di antara generasi muda tidak mengetahuijenis tanaman upacara, terlebih-lebih lagi tanaman obat. Hal itu menjadi penyebab punahnya tanaman upacara ataupun tanaman obat, sebagaimana disinyalir oleh dePadua dkk. (1999).
Nama-nama tanaman upacara disajikan dalam Tabel 5. Yang menarik adalah penamaan tanaman upacara menurut Daerah Bali. Sebagaimana pada tanaman obat, maka penamaan pada tanaman upacarapun sejenis, seperti telah pemah dilaporkan sebelumnya (Adiputra, 1999; 2003; 2004). Memang dalam laporan ini tidak semua nama Indonesia dan nama Latin didapatkan dari sumber yang ada. Misalnya nama Indonesia untuk taep dan mundeh belum didapatkan. Demikian pula ada kesukaran untuk mendapatkan nama Indonesia dan nama Latin dari tanaman samanyai.
Tanaman hias yang juga bernilai tanaman obat dan tanaman upacara tidaklah banyak. Tidak semua tanaman hias bernilai tanaman obat; demikian pula tidak semua tanaman hias bernilai sebagai tanaman upacara. Itu berarti bahwa tanaman obat atau tanaman upacara memenuhi kriteria sebagai tanaman hias. Hal itu didasarkan atas beberapa hal, seperti warna dan keindahan batang, daun (Suryowinoto, 2001; 2004), bunga dan buahnya (Wianta, 1983; Wanen & Tittoni, 1997; Warrcn, 1998). Atau aroma/bau daun, bunga dan batangnya. Sebagai contohnya: tigaron, mempunyai tiga wama bunga (hijau, putih, dan biru), sesuai dengan umur bunganya. Kijasa warna bunga merah dan putih (kelopakan pembungkus bunga merah dan daun bunga putih). Simbar menjangan bentuk daun yang bercabang-cabang. Pisang-pisangan (troktokan bin) mempunyai warna bunga yang berwarna merah, kuning dan putih.
Untuk tanaman yang memenuhi ketiganya (tanaman: hias, obat, dan upacara) misalnya: fingulun, jempiring, base, buah, mawa, tibah, tunjung, gedang, biia, jepun, pandan arum, temen, dan lain-lainnya.
Upaya pelestarian tanaman upacara memang sangat mendesak. HaI itu disebabkan karena dalam setiap upacara yadnya di Bali, tanpa memandang tingkatan upacaranya (apa nista, madya dan utama),
memerlukan berbagai jenis tanaman atau produk tanaman (Tim Penyusun, 2002; LPM UNUD, 2004). Generasi yang lebih muda cenderung tidak bisa mengidentifikasi tanaman upacara yang diperlukan. Dalam berbagai persiapan upacara yadnya untuk pencarian berbagai jenis tanaman upacara tersebut, misalnya mencari semua jenis kelapa: nyuh udang, nyuh arum, nyuh bejulit, nyuh rangda, nyuh Stidamala, nyuh gading, nyuh bojog. nyuh gadang, nyuh mulung, nyuh bulan masyarakat mengerahkan tenaga dan biaya yang tidak sedikit. Berbagai pasar dikunjungi, atau menelusuri ke desa-desa tetangganya. Demikian pula berbagai jenis pisang: biu temaga, biu mas. biu gunting, biu gancan, bin agung, biu kayu, biu lilit, mengerahkan banyak tenaga. Bukankah hal itu sangat menguras tenaga dan waktu? Untuk itu sebaiknya memang diupayakan suatu pelestarian tanaman upacara di masing-masing desa, dengan cara menanam kembali di area halaman pura atau di lokasi tanah milik desa yang berbentuk taman tanaman upacara. Memang sekarang ini melalui tanaman hias beberapa jenis tanaman upacara dapat diselamatkan keberadaannya, sehingga lebih mudah mencarinya. Hal itu patut untuk digalakkan dan hendaknya menjadi komitment semua pihak, termasuk pemerintah daerah. Bila perlu, di tingkat provinsi dan tingkat kabupaten tersedia adanya taman tanaman upacara, yang berisi tanaman upacara selengkapnya. Untuk di pedesaan hal itu lebih mudah dilaksanakan. Misalnya di arealpura biasanya dapat ditanam berbagai jenis tanaman upacara, seperti berbagai jenis kelapa dan berbagai jenis pisang.
Kalau hal itu dapat diwujudkan, maka taman yang dimaksud akan merupakan aset strategis dalam menghimpun jejaring kerja sama dalam bidang pendidikan dengan dalam dan luar negeri, aset dalam pariwisata, aset kerja-sama dalam bidang penelitian (dalam dan Iuar negeri), dan menjadi suatu komoditas Vangbcrnilai ekonomis.
4. Simpulan dan Saran
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1) tanaman di Bali dapat bernilai sebagai tanaman obat, tanaman upacara dan tanaman hias; 2) kecendrungan masyarakat gandrung menanam tanaman hias punya peranan penting dalam upaya pelestarian tanaman upacara dan tanaman obat; 3) dalam kaitan tanaman upacara perlu diupayakan bentuk pelestariannya di tingkat desa, kecamatan, kabupaten dan provinsi. Pilot projek
dalam bentuk Taman Tanaman Obat Bali dan atau TamanTanaman Upacara Bali.
Saran yang dapat diajukan, bahwa di masa depan supaya lebih terarah penanaman tanaman upacara di setiap pekarangan rumah atau Ielajakan
pekarangan, dengan target masing-masing keluarga satujenis tanaman upacara yang tergolong langka. Untuk itu, rasa kepedulian semua pihak sangat dibutuhkan.
Daftar Pustaka
Adiputra, N. 1999. Tanaman Obat Sebagai Bahan Makanan Orang Bali. MKU. Vol. 30.
Adiputra, N. 2004. Tanaman Sebagai Bahan Obat; Menunit Lontar Usada Bali. MKU. No. 35
Adiputra, N. 2005.Tanaman Obat yang Ditanam di Telajakan Pekarangan Rumah Sebagai Tanaman Hias.
MKU Vol. 36, No. 127
dePadua, LS. 1999. Bunyapraphatsara, and Lemens, RHMJ (Eds). Plant resources of South-East Asia. No. 12(1).
Medicinal and Poisonous Plants. PROSEA. Bogor. Indonesia.
Gambar, I.M. Tanpa tahun. Kamus dasa nama. Basan caru; Darma Caruban. Cempaka 2. Denpasar.
Harrington, J.M., and ES. Gill. 1983. Occupationalhcakh. Blackwcll Scientific Publications. Oxford.
Manuaba, A. 1995. Bali: Enhancing the Image through more effective planning. Dalam: Martopo, S and Mitchell. B (Eds). Bali: Balancing Environment, Economy and Culture.. Dept, of Geography. University of Waterloo.
Nala1 N. ∖99∖.UsadaBali. PTUpada Sastra. Denpasar.
Nala1 N dan J.GK. λdia Wiratmadja. 1991. Murddha Agama Hindu. Pcnerbit Upada Sastra Denpasar.
Panitia Penyusunan Buku. 1980. Pemanfaatan Tanaman Obat Indonesia. Depkes RI. Jakarta.
Putra1S. 1991. Taru Premana. UpadaSastra. Denpasar.
Sastroamidjojo, S. 2001. ObatAsliIndonesia. Editor: ProfDrArjatmoTjokroncgoro. Cetakan ke-6. Penerbit Dian Rakyat. Jakarta.
Sangat, H.M., E.A.M. Zuhud1 dan E.K. Damayanti. 2000. Kamus tumbuhan obat Indonesia (Etnofitomedika I). Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Seiko, K.1 M. Kudo, and D.H. Engel. 1983. A Japanese Touch for Your Garden. Kodansha International LTD. Fifth Printing. Tokyo.
Supartha, N.0. 1998. “Fungsi tumbuh-tumbuhan dalam upacara Agama Hindu”. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Ethnobotani III Denpasar-Bali.
Suryowinoto, S.M. 2004. Flora Eksotika. Tanaman hias berbunga. Cetakan ke-6. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Suryowinoto, S.M. 2001. Flora Eksotika. Tanaman Peneduh. Cetakan kc-5. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Suwidja, I.K. 1991. Berbagai cara pengobatan menurut Lontar Usada. Pengobatan tradisional Bali. Penerbit Indrajaya. Singaraja.
Tim Penyusun. 2002. Koleksi Tanaman Upacara Adat Bali. Kebun Raya Eka karya Bali. UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kcbun Raya “Eka Karya" Bali - LIPI.Vol. 1 No. I. Tabanan.
LPM Unud. 2004.Guwh Bali Banten. Denpasar.
Usada Dalcm. 1.1. Salinan lontar.
Usada Dalem Jati 1.1. Salinan lontar.
Warren, W; and Tcttoni, LL 1997. The Tropical Garden. New edition. Thames and Hudson Ltd. London.
Warren, W. ∖998.Botanica. The illustrated A-Z of over 10,000 garden plants. ForAsian gardens and how to cultivate them. 2nd edition. Periplus editions. Singapore.
Wianta11 K. ∖9S3.Tanaman Hias Ruangan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Wijayakusuma1 H.M.H., A.G. Wirian1 T. Yaputra1 S. Dalimartha, dan B. Wibowo. 1992. Tanaman berkhasiat
Obatdi indonesia. Jilid I. Cetakan ke-2. PustakaKartini. Jakarta.
Wijayakusuma, H.M.H., A.G. Wirian1T. Yaputra1 S. Dalimartha1 dan B. Wibowo. 1993. Tanaman berkhasiat
Obatdi Indonesia. Jilid ke-2. Cetakan ke-1. Pustaka Kartini. Jakarta.
354
Discussion and feedback