Sikapmasyarakatlokalterhadapkonservasi dan taman

NASIONAL SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM pengelolaan Tamannasionalkerinciseblat (STUDI kasus DI KABUPATEN KERINCI DAN LEBONG, INDONESIA)

TeguhAdiprasetyo1, Eriyatno2, Erliza Noor2, dan Fadjar Solyar2 , Fak. Pertanian Universitas Bengkulu, teguhadi@yahoo.com 2 PS.PSL Institut Pertanian Bogor

Abstract

The number o f national parks in Indonesia increased rapidly since 1982. Support from local people plays an important role in sustaining national parks, therefore their needs, aspirations and attitudes should be considered to assure better national park management. This research was intended to discern the knowledge, perception and attitude of local people residing close to Kerinci SeblatNational Park towards thepark and its conservation initiatives, to ident,fyfactors affecting them, and to determine flocal communitiesperceived more benefit from the park were likely to support it. Knowledge of local people about the existence of the park and regulation governed it was high. However, knowledge of local people about its function and bene fit for society was relatively low. Attitudes of local people on the park and its conservation initiatives was affected by many factors including their involvement in an organization, administrative residence Affiliation (district), ethnic, formal education attainment, distance of residence to national park, income, family size, Offluence, and agricultural land ownership. Almost all of the local people perceived that the park did not give them economic benefit directly, therefore they expected to be involved in planning and making use of it. They also perceived that it was needed to conserve natural resources and supply ecological services. However, most of the people perceived that their lives did not depend on thepark, so its existence should not be guarded collectively.

Keywords: knowledge, attitude, national park, local people, conservation

  • 1.    Pendahuluan

Kawasan konservasi dikenal sebagai salah satu bentuk konservasi in situ yang penting. Menurut IUCN (1994) kawasan konservasi didefinisikan sebagai suatu kawasan daratan atau laut yang didedikasikan untuk proteksi dan pemeliharaan keanekaragaman hayati dan sumberdaya alam yang terkait dengan sosial budaya dan dikelola berdasarkan hukum atau cara lain yang efektif untuk mencapai tujuan konservasi. Taman nasional merupakan salah satu bentuk kawasan konservasi. Salah satu strategi yang banyak dilakukan dalam upaya konservasi sumberdaya alam hayati adalah pembentukan taman nasional.

Di Indonesia pertumbuhan jumlah taman nasional cukup cepat, sampai tahun 2004 terdapat taman nasional sejumlah 50 unit dengan luasan 12.4

juta hektar, yang dimulai dari penetapan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan seluas 365.000 hektar pada tahun 1982. Salah satu taman nasional di Indonesia yang luas adalah TamanNasional Kerinci Seblat (TNKS). Kawasan dengan total luasan 1.375.349 ha ini berada di empat Provinsi yang tersebar di 9 kabupaten, yaitu Kabupaten Musi R.™,. Bengkulu ta Lebons, Sok*, Boogo, Kerinci, Merangin, SawahluntoZSijunjung, dan Pesisrr Selatan (Dephut, 2005). Taman nasional memiliki fungsi strategis dan dapat memberikan manfaat yang berasal dari tujuan konservasi, antara lain: a) terpeliharanya sumberdaya alam, jasa lingkungan JaniprOSeS ekologis, b) produksi matefial dafi sumberdaya alam, seperti tanaman obat dan satwa, c) produksijasa rekreasi dan wisata, d) produk objek-objek wisata sejarah dan budaya, dan e) penyediaan

peluang untuk pendidikan dan penelitian (Dixon and Sherman, 1990). Namun,pengelolaantamannasional sering dihadapkan pada dilema antara kepentingan konservasi keanekaragaman hayati dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat terhadap sumberdaya di taman nasional. Namun, seringkali masyarakat lokal diabaikan dalam pengelolaan taman nasional (Stevens, 1997). Masyarakat lokal yang bermukim di sekitar taman nasional pada umumnya telah mempunyai hubungan yang panjang dengan taman nasional dan dapat mempunyai peran penting dalam pengelolaan taman nasional. Persepsi dan sikap masyarakat lokal terhadap taman nasional akan mempengaruhi bentuk-bentuk interaksi antara masyarakat lokal dengan taman nasional. Interaksi ini dapat berdampak positif atau negatif terhadap taman nasional, yang selanjutnya akan mempengaruhi efektifitas pengelolaan taman nasional (Ormsby dan Kaplin, 2005).

Sikap masyarakat lokal sangat ditentukan oleh tata nilai dan kerangka referensinya, baik secara ekologi, ekonomi, maupun sosial budaya dari masyarakat. Karenanya, kondisi atau faktor demografi, seperti umur, pendidikan, lokasi tempat tinggal, dan asal etnik dapat secara signifikan membentuk persepsi dan sikap masyarakat lokal terhadap taman nasional (Mehta and Heinen, 2001, “-,2™2,cih”^^

2007, danAllendorfet.al., 2007). Persepsi masyarakat lokal terhadap taman nasional dipengaruhi oleh tingkat manfaat yang dirasakan, ketergantungannya terhadap sumberdayatamannasional(Badola, 1998, Soto, et.al., 2001, Silori, 2007), maupunpengetahuan masyarakat lokal tentang taman nasional (Ormsby dan Kaplin, 2005). Selanjutnya, pengetahuan dan persepsi masyarakat tentang taman nasional dapat mempengaruhi sikapnya terhadap taman nasional (Kideghesho, et.al., 2007, Spiteri andNepal, 2008). Mengingat kondisi masyarakat lokal yang tidak homogen dan memiliki tata nilai yang mungkin tidak sama maka akan menyebabkan relasi dan sikap masyarakat lokal terhadap sumberdaya alam atau taman nasional akan sangat bervariasi antar individu atau rumah tangga (Geoghehan and Renard, 2002). Pengabaian terhadap perbedaan ini dalam perumusan kebijakan pengelolaan taman nasional akan menyebabkan dampak yang merugikan masyarakat dan akan menjadi kendala pencapaian tujuan konservasi dan pengelolaan taman nasional dalam jangka panjang (Agrawal and Gibson, 1999). Dengan

demikian, pemahaman terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap upaya konservasi dan taman nasional sangat diperlukan sebagai masukan untuk merumuskan kebijakan dan strategi untuk peningkatan efektifitas pengelolaan taman nasional agar dapat berlanjut.

Untuk meningkatkan efektifitas pengelolaan taman nasional, faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat lokal terhadap konservasi dan taman nasional kiranya perlu dikaji. Penelaahan faktor-faktoryang mempengaruhi sikap masyarakat lokal terhadap taman nasional merupakan langkah awal dalam pengumpulan informasi yang dapat dijadikan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan pengelolaan taman nasional sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan dukungan dan mengurangi konflik dengan masyarakat lokal. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk : (a) mengungkapkan apakah masyarakat lokal yang memiliki keragaman karakteristik demografi dan sosial ekonomi mempunyai pengetahuan, persepsi dan sikap yang sama terhadap konservasi dan TNKS, (b) mengidentifikasi karakteristik demografi dan sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap masyarakat lokal terhadap konservasi dan taman nasional, dan (c) untuk mengetahui manfaat yang dirasakan terkait dengan keberadaan TNKS.

  • 2.    Metode Penelitian

    Waktu dan Lokasi

Penelitian lapanganan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan September 2007. Wilayah administratif lokasi penelitian berada pada 5 desa dalam Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi dan 4 desa dalam Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu. Sejumlah responden kepala keluarga dipilih secara acak dari masing-masing desa dengan jumlah keseluruhan dari Kabupaten Kerinci 197 kepala keluarga yang tersebar di Desa Gunung Labu (37 KK), Kebun Baru (40 KK), Sungai Gelampeh (40 KK), Tanjung Syam (40 KK), dan Talang Kemuning (40 KK). Jumlah responden di Kabupaten Lebong berjumlah 97 kepala keluarga, yang tersebar di Desa Kota Ba(32 KK)Suka Datang (23 KK),,Embong Uram (22 KK), dan Garut (20 KK). Lokasi desa-desa penelitian di Kabupaten Kerinci dan Lebong dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi penelitian di desa sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat


Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh melalui survai lapangan. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan melalui wawancara responden dengan menggunakan alat kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dimaksudkan untuk mengidentifikasi karakteristik demografi dan sosial ekonomi responden dan 10 pertanyaan yang digunakan untuk mengungkap penget.huan, persepsi d∙n sikap responden terhadap konservasi dan taman nasional. Untuk melengkapi data yang diperoleh secara formal melalui kuesioner dilakukan wawancara dengan informan dan diskusi kelompok.

Data karakteristik demografi dan sosial ekonomi yang dikumpulkan dan digunakan sebagai peubah Penjelas,meliputi:          ......

  • a.    Umur. Umurmerupakanpeubahkontiyu.

  • b.   Pendidikan. Pendidikan menunjukkan tingkat

pendidikan responden yang merupakan peubah biner dengan nilai 1 untuk tingkat pendidikan yang kurang dari SLTA dan nilai 0 untuk tingkat pendidikan SLTA dan yang lebih tinggi.

  • c.    Pendidikannonformal. Pendidikannonformal merupakan pendidikan yang pernah diikuti oleh responden, diantaranya penyuluhan pertanian dan kursus tani. Pendidikan non formal merupakan peubah biner dengan nilai 1 untuk responden yang pernah mengikuti pendidikan non formal dan nilai 0 untuk responden yang tidak pernah mengikuti pendidikan non formal.

  • d.    Organisasi. Organisasi merupakan aktifitas atau keterlibatan responden dalam kegiatan organisasi, seperti kelompok tani dan kontak tani. Organisasi merupakan peubah biner dengan nilai 1 untuk responden yang terlibat atau aktif dalam suatu organisasi dan nilai 0 untuk responden yang tidak pernah aktif dalam organisasi.

  • e.    Pekerjaanutama. Pekeijaanutamamerupakan pekerjaan utama kepala rumah tangga yang merupakan peubah biner dengan nilai 1 untuk responden yang pekerjaan utamanya bukan petani dan nilai 0 untuk responden pekerjaan utamanya sebagai petani.

  • f.   Ukurankeluarga. Ukurankeluargamerupakan

jumlah seluruh anggota keluarga yang masih tinggal dalam satu rumah dengan responden. Ukuran keluarga merupakan peubah kontinyu.

  • g.    Etnis. Etnismerupakansukudarikepalarumah tangga yang merupakan peubah biner dengan nilai 1 untuk responden yang merupakan penduduk asli, etnis Kerinci di Kabupaten Kerinci dan etnis Rejang di Kabupaten Lebong dan nilai O untuk responden yang merupakan etnis pendatang, meskipun telah lama bermukim ditempat sekarang.

  • h.    Kabupaten. Kabupaten merupakan afiliasi wilayah administratif domisili responden dan merupakan peubah biner dengan nilai 1 untuk responden yang berdomisili di wilayah administratif Kabupaten Lebong dan nilai O untuk responden yang berdomisili di Kabupaten Kerinci.

  • i.   JarakkeTNKS. JarakdomisilikeTNKSadalah

peubah kontinyu.

  • j.    Lama bermukim. Lama bermukim adalah peubah kontinyu.

  • k.    Penghasilan. Penghasilan merupakan penghasilan keluarga yang merupakan peubah biner dengan nilai 1 untuk responden yang

memiliki penghasilan lebih dari Rp. 1.OOO.OOO,-dan nilai O untuk responden yang mempunyai penghasilan sama atau kurang dari Rp.

.   J™;™,-.

  • l.   Kesejahteraan. Tingkatkesejahteraandidekati

dengan melihat apakah responden pernah menerima bantuan langsung tunai atau tidak. Responden yang tidak pernah menerima bantuan tunai diasumsikan termasuk kelompok masyarakat yang sejahtera, sedangkan yang pernah menerima bantuan dapat dikategorikan belum/tidak sejahtera.   Kesejahteraan

merupakan peubah biner dengan nilai 1 untuk responden yang pernah mendapatkan bantuan langsung tunai atau sejenisnya dan nilai O untuk responden yang tidak pernah mendapatkan bantuan langsung tunai atau sejenisnya.

m. Kepemilikan lahan. Kepemilikan lahan merupakan kepemilikan lahan pertanian, baik sawah maupun kebun/tegalan. Kepemilikan lahan merupakan peubah biner dengan nilai 1 untuk responden yang memiliki lahan pertanian sawah atau kebun/tegalan atau kedua-duanya dan nilai O untuk responden yang tidak memiliki lahan pertanian.

Tabel 1. Pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan, persepsi dan sikap responden

No

Pertanyaan

Pengetahuan

1

Apakah mengetahui tentang adanya atau keberadaan TNKS di wilayah ini?

2

Apakah mengetahui atau melihat adanya batas kawasan TNKS?

3

Apakah mengetahui bahwa menggarap lahan di kawasan TNKS tidak diperbolehkan?

4

Apakah mengetahui fungsi dan manfaat TNKS bagi masyarakat secara umum?

Persepsi

5

TNKS memberikan manfaat ekonomi secara langsung/mendapatkan penghasilan dari keberadaan TNKS

6

TNKS memberikan manfaat ekonomi secara tidak langsung, misal sumber air pertanian

Sikap

7

Kawasan TNKS diperlukan untuk konservasi/melestarikan sumberdaya alam hayati

8

Kawasan TNKS diperlukan untuk menjaga keseimbangan alam agar tidak terjadi bencana

9

Keberadaan TNKS seharusnya dijaga bersama agar fungsi dan manfaatnya dapat diwarisi generasi mendatang

10

Pengelola TNKS dan pemerintah seharusnya melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan pemanfaatan tam an nasional

Peubah respon berskala biner Y=Ijika respon terhadap pertanyaan tentang pengetahuan dijawab responden dengan “Ya”, SedangkanY=Ojika respon terhadap pertanyaan tentang pengetahuan dijawab responden dengan “Tidak Tahu”. Sedangkan peubah respon berskala biner Y=I jika respon terhadap pertanyaan tentang persepsi dan sikap dijawab responden dengan “Setuju”, sedangkan Y=O jika respon terhadap pertanyaan tentang pengetahuan dijawab responden dengan “Tidak Setuju”. Pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan, persepsi dan sikap responden terhadap taman nasional disajikan pada Tabel 1.

Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap, yaitu 1) melakukan analisis data secara eksploratif untuk mendapatkan gambaran secara rinci mengenai karakteristik demografi dan sosial ekonomi sampel, dan 2) melakukan analisis regresi logistik yang meliputi pendugaan parameter model persamaan fungsi logit, pengujian parameter, dan interpretasi hasil regresi logistik. Analisis regresi digunakan untuk menilai pengaruh faktor-faktor demografi dan sosial ekonomi terhadap peubah respon pengetahuan, persepsi dan sikap. Di samping itu, juga dilakukan analisis regresi untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan persepsi terhadap sikap.

Model regresi yang digunakan yaitu regresi logistik karena regresi ini dapat menggambarkan hubungan antara beberapa peubah penjelas dengan sebuah peubah respon dikotomi (biner). Analisis regresi logistik dilakukan dengan transformasi logit (Hosmer and Lemeshow, 2OOO). Untuk menilai taraf nyata dari suatu variabel penjelas dilakukan melalui uji-G, sedangkan statistik uji- Walddigunakan untuk menguji parameter a. satu per satu secara parsial pada taraf nyata a=10%.

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    1) . Karakteristik Demografi dan Sosial Ekonomi

Karakteristik demografi dan sosial ekonomi dari responden menunjukkan umur responden berkisar antara 21 dan 73 tahun dengan umur rata-rata 41 tahun. Penduduk bermukim denganjarak ke Taman Nasional Kerinci Seblat antara 1 km dan kurang sampai dengan 10 km dengan rata-ratajarak domisili 3 km dari TNKS. Lama bermukim ditempat domisili

antara kurang 1 tahun sampai 66 tahun dengan rata-rata lama bermukim 31 tahun. Sedangkan ukuran keluarga antara 2jiwa per kepala keluarga sampai 6 jiwa/kk dengan rata-rata 4jiwa∕KK. Sebagian besar penduduk merupakan penduduk asli (73%), yaitu etnis Kerinci di Kabupaten Kerinci dan etnis Rejang di Kabupaten Lebong, sedangkan proporsi etnis pendatang, yaitu etnis Jawa, Batak, dan Melayu lebih besar di Kabupaten Kerinci (37%) dibandingkan etnis pendatang di Kabupaten Lebong.

Secara keseluruhan, jika dilihat dari tingkat pendidikan formal maka distribusi responden dengan tingkat pendidikan yang tidak tamat SD 5 orang (2%), tamat SD 146 orang (50%), SMP 66 orang (22%), SMA 70 orang (24%) dan pendidikan tinggi 7 orang (2%). Di Kabupaten Kerinci proporsi tingkat pendidikan yang tamat SD mencapai 62%, SMP 18%, dan SMA 18%, sedangkan di Kabupaten Lebong yang t≡∙tSl> 25%. SMp 3l%,d∙n SMa 36%. Sedangkan jika ditinjau dari segi pendidikan non formal, proporsi responden yang pernah mengikuti pendidikan non formal, seperti pelatihan kursus tani dan penyuluhan pertanian di Kabupaten Kerinci mencapai 29% dan di Kabupaten Lebong 49%. Sebagian penduduk kurang aktif dalam organisasi kemasyarakatan seperti kelompok tani, penduduk yang aktif dalam organisasi hanya 30%. Proporsi penduduk yang aktif dalam organisasi lebih besar di Kabupaten Lebong (36%) dibandingkan dengan di Kabupaten Kerinci (26%).

Sumber mata pencaharian yang dominan di lokasi penelitian yaitu sektor pertanian. Proporsi pekerjaan utama sebagai petani sebesar 96%. Namun, jika dilihat dari kepemilikan lahan pertanian, 52% penduduk tidak memiliki lahan pertanian. Proporsi penduduk yang tidak memiliki lahan lebih besar di Kabupaten Lebong (60%) dibandingkan dengan penduduk yang tidak memiliki lahan di Kabupaten Kerinci (49%). Tingkat penghasilan penduduk sebagian besar (88%) kurang atau sama dengan Rp. 1.000.000,- . Sebagian besar penduduk dapat dikategorikan sejahtera atau tidak pernah menerima bantuan langsung tunai atau sejenisnya dari pemerintah, hanya 34% penduduk yang kurang sejahtera atau pernah menerima bantuan langsung tunai. Proporsi penduduk yang pernah menerima bantuan tunai lebih besar di Kabupaten Kerinci (38%) dibanding proporsi penduduk yang pernah menerima bantuan di Kabupaten Lebong (27%).

  • 2) . Pengetahuan MasyarakatLokal

Hasil analisis untuk mengetahui pengetahuan masyarakat lokal tentang taman nasional dan fungsinya menunjukkan bahwa 73% masyarakat lokal mengetahui tentang adanya atau keberadaan TNKS. Proporsi masyarakat lokal yang mengetahui keberadaan TNKS lebih tinggi di Kabupaten Kerinci (83%) dibandingkan dengan masyarakat lokal di Kabupaten Lebong (53%). Namun, masih banyak masyarakat lokal yang bermukim di sekitar taman nasional yang tidak mengetahui atau melihat adanya batas kawasan TNKS. Proporsi masyarakat lokal yang tidak mengetahui adanya batas kawasan di Kabupaten Lebong (71%) lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi masyarakat lokal yang tidak tahu di Kabupaten Kerinci(58%)-                .......

Pengetahuan masyarakat lokal tentang peraturan pengelolaan taman nasional, seperti menggarap lahan di kawasan TNKS untuk pertanian tidak diperbolehkan menunjukkan sebagian besar masyarakat (78%) mengetahuinya. Proporsi masyarakat yang mengetahui bahwa menggarap lahan di kawasan TNKS tidak diperbolehkan lebih besar di Kabupaten Kerinci (91%) dibandingkan dengan di Kabupaten Lebong (53%). Namun, masih lebih banyak mayarakat lokal (55%) yang tidak mengetahui fungsi dan manfaat TNKS bagi masyarakat secara umum. Proporsi masyarakat lokal yang tidak mengetahui fungsi dan manfaat kawasan TNKS bagi masyarakat secara umum lebih besar di Kabupaten Lebong (64%) dibandingkan dengan di Kabupaten Kerinci (51%).

Tabel 2 menyajikan hasil analisis regresi logistik untuk mengetahui faktor-faktor demografi dan sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap peubah respon pengetahuan responden terhadap konservasi dan taman nasional. Faktor yang dominan mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang konservasi dan taman nasional adalah afiliasi wilayah administratif domisili masyarakat, pendidikan formal yang ditempuh dan jarak domisili ke TNKS.

Masyarakat sekitar TNKS yang berdomisili di Kabupaten Kerinci cenderung lebih tahu keberadaan dan batas kawasan TNKS maupun ketentuan peraturan pengelolaan taman nasional dibandingkan dengan masyarakat yang berdomisili di Kabupaten Lebong. Faktor tingkat pendidikan formal mempunyai koefisien yang positif dan nilai odds ratio (OR) lebih besar dari 1. Sehingga dapat diartikan bahwa kelompok masyarakat lokal yang menempuh pendidikan formal tamat SMA dan yang lebih tinggi cenderung mengetahui TNKS lebih dari 1 kali dibandingkan dengan kelompok masyarakat lokal yang memiliki pendidikan, formal tidak tamat SD, tamat SD dan SMP. Sementara itu, pengaruhjarak domisili ke kawasan TNKS menunjukkan bahwa semakin dekat domisili ke kawasan TNKS, masyarakat cenderung semakin tahu tentang TNKS. Faktor lain yang secara nyata mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang TNKS adalah etnis, pendidikan non formal, keterlibatan dalam organisasi, lama bermukim, besarnya keluarga, kesejahteraan dan kepemilikan lahan. Sedangkan faktor-faktor yang secara nyata tidak mempengaruhi pengetahuan masyarakat adalah umur, pekerjaan utama, dan penghasilan.

Penduduk asli, etnis Kerinci di Kabupaten Kerinci dan etnis Rejang di Kabupaten Lebong memiliki kecenderungan untuk lebih tahu batas kawasan dan ketentuan peraturan yang mengatur pengelolaan taman nasional dibandingkan dengan etnis pendatang yang merupakan etnis Jawa, Batak, maupun Melayu. Namun, etnis pendatang cenderung lebih tahu tentang fungsi dan manfaat taman nasional bagi masyarakat secara umum. Kelompok masyarakat yang aktif terlibat dalam organisasi, bermukim lebih lama, memiliki jumlah anggota keluarga yang besar, lebih sejahtera atau tidak pernah menerima bantuan langsung tunai, dan memiliki lahan pertanian serta mempunyai kecenderungan lebih mengetahui tentang TNKS dibandingkan dengan kelompok masyarakat yang sebaliknya.

Tabel 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Tentang Taman Nasional

Pertanyaan

Variabel

Variabel dalam model

ß

N ilai-p

Odd rasio

No.1

Keterlibatan dalam Organisasi

0.591

0.095

*

1.806

Umur

0.023

0.224

1.023

Etnis

-0.197

0.641

0.821

Kabupaten

-1.607

0.000

*

0.200

Pendidikan Formal

0.456

0.236

1.578

Pendidikan Non Formal

0.182

0.591

1.200

Jarak domisili ke TNKS

-0.166

0.088

*

0.847

Lama Bermukim

-0.009

0.508

0.991

Pekerjaan Utama KK

0.031

0.968

1.032

Penghasilan per bulan

1.089

0.072

2.970

Ukuran Keluarga

0.252

0.051

*

1.286

Kesejahteraan

-0.757

0.015

*

0.469

Kepemilikan Lahan Pertanian

0.130

0.663

1.139

No.2

Keterlibatan dalam Organisasi

0.282

0.372

1.326

Umur

0.024

0.184

1.024

Etnis

1.121

0.006

*

3.069

Kabupaten

-0.902

0.008

*

0.406

Pendidikan Formal

0.678

0.049

*

1.970

Pendidikan Non Formal

-0.767

0.018

*

0.465

Jarak domisili ke TNKS

-0.184

0.054

*

0.832

Lama Bermukim

-0.016

0.217

0.984

Pekerjaan Utama KK

0.389

0.582

1.475

Penghasilan per bulan

0.312

0.485

1.366

Ukuran Keluarga

0.192

0.108

1.212

Kesejahteraan

-0.425

0.156

0.654

Kepemilikan Lahan Pertanian

0.562

0.050

*

1.755

No.3

Keterlibatan dalam Organisasi

-0.122

0.756

0.885

Umur

0.014

0.516

1.014

Etnis

1.272

0.016

*

3.569

Kabupaten

-2.696

0.000

*

0.067

Pendidikan Formal

1.088

0.021

*

2.968

Pendidikan Non Formal

-0.706

0.064

*

0.494

Jarak domisili ke TNKS

0.135

0.280

1.145

Lama Bermukim

-0.016

0.325

0.984

Pekerjaan Utama KK

0.742

0.423

2.101

Penghasilan per bulan

0.804

0.203

2.234

Ukuran Keluarga

-0.001

0.995

0.999

Kesejahteraan

-0.396

0.291

0.673

Kepemilikan Lahan Pertanian

0.284

0.424

1.329

No.4

Keterlibatan dalam Organisasi

-0.047

0.881

0.954

Umur

-0.018

0.332

0.982

Etnis

-1.019

0.005

*

0.361

Kabupaten

-0.183

0.597

0.833

Pendidikan Formal

0.593

0.080

*

1.809

Pendidikan Non Formal

-0.209

0.512

0.811

Jarak domisili ke TNKS

0.235

0.012

*

1.265

Lama Bermukim

-0.028

0.031

*

0.973

Pekerjaan Utama KK

0.005

0.994

1.005

Penghasilan per bulan

0.182

0.694

1.200

Ukuran Keluarga

0.185

0.154

1.203

Kesejahteraan

0.035

0.906

1.036

Kepemilikan Lahan Pertanian

0.279

0.331

1.322

  • 3) . Persepsi dan Sikap Masyarakat Lokal Terhadap Taman Nasional

Hasil analisis atas persepsi dan sikap masyarakat lokal terhadap konservasi dan taman nasional yang dilakukan berdasarkan jawaban atas pertanyaan nomor 5 sampai 10 dari Tabel 1, menunjukkan bahwa sebagian besar atau lebih dari 70% masyarakat lokal memiliki persepsi bahwa keberadaan TNKS tidak memberikan manfaat ekonomi secara langsung, tetapi memberikan manfaat ekonomi secara tidak langsung. Proporsi masyarakat lokal yang berpersepsi keberadaan TNKS tidak memberikan manfaat ekonomi secara langsung, tetapi memberikan manfaat ekonomi secara tidak langsung lebih besar di Kabupaten Kerinci dibandingkan dengan di Kabupaten Lebong. Secara keseluruhan, 61% masyarakat lokal bersikap bahwa kawasan TNKS memang diperlukan untuk konservasi sumberdaya alam hayati, tetapi di Kabupaten Lebong proporsi masyarakat yang bersikap bahwa kawasan TNKS diperlukan untuk konservasi sumberdaya alam hayati lebih rendah dibanding dengan masyarakat yang tidak bersikap demikian. Sebagian besar masyarakat lokal (84%) juga memiliki sikap bahwa kawasan TNKS diperlukan untuk dapat menjaga keseimbangan alam agar tidak terjadi bencana alam seperti banjir dan longsor. Proporsi masyarakat yang bersikap demikian lebih besar di Kabupaten Kerinci (91%) dibandingkan dengan di Kabupaten Lebong (70%). Namun, sebagian besar masyarakat (66%) bersikap tidak setuju bahwa keberadaan TNKS harus dijaga bersama agar fungsi dan manfaatnya, seperti keindahan alam juga dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang. Proporsi masyarakat yang tidak setujujauh lebih besar di Kabupaten Kerinci (84%) dibandingkan dengan proporsi masyarakat yang tidak setuju di Kabupaten Lebong (28%).

Sebagian besar masyarakat (94%) mempunyai sikap bahwa pengelola TNKS dan pemerintah

seharusnya melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan pemanfaatan taman nasional. Hal ini mungkin dikarenakan sebagian besar masyarakat lokal (83%) menyadari bahwa kerusakan hutan dan TNKS akan dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Hasil analisis regresi logistik dengan peubah penjelas faktor-faktor demografi dan sosial ekonomi terhadap peubah respon persepsi dan sikap masyarakat terhadap konservasi dan taman nasional disajikan pada Tabel 3. Pada Tabel 3 hanya disajikan faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi peubah respon pada taraf nyata a=10%. Persepsi masyarakat terhadap taman nasional secara nyata dipengaruhi oleh faktor afiliasi wilayah administratif kabupaten domisili, etnis, ukuran keluarga, kesejahteraan dan kepemilikan lahan pertanian. Masyarakat lokal yang berdomisili di Kabupaten Lebong cenderung lebih memiliki persepsi bahwa TNKS memberikan manfaat ekonomi secara langsung atau mendapatkan penghasilan dari keberadaan TNKS dibanding masyarakat yang berdomisili di Kabupaten Kerinci. Sebaliknya, masyarakat lokal yang berdomisili di Kabupaten Kerinci cenderung lebih memiliki persepsi TNKS memberikan manfaat ekonomi secara tidak langsung, seperti sumber air pertanian dibanding masyarakat yang berdomisili di Kabupaten Lebong. Penduduk pendatang memiliki kecenderungan persepsi bahwa TNKS tidak memberikan manfaat ekonomi secara langsung atau mendapatkan penghasilan dari keberadaan TNKS yang lebih besar dibandingkan dengan penduduk asli. Kelompok masyarakat yang memiliki lahan pertanian, ukuran keluarga yang kecil, dan sejahtera atau tidak pernah menerima bantuan langsung tunai memiliki kecenderungan persepsi bahwa TNKS memberikan manfaat ekonomi secara langsung atau mendapatkan penghasilan dari keberadaan TNKS.

Tabel 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap masyarakat

Pertanyaan

Variabel

Variabel dalam model

P

Nilai-p

Odd rasio

5 TNKS memberikan manfaat ekonomi secara langsung/mendapatkan penghasilan dari keberadaan TNKS

Etnis

-1.073

0.006

0.342

Kabupaten

1.273

0.001

3.570

Kepemilikan Lahan Pertanian

0.513

0.089

1.671

6 TNKS memberikan manfaat ekonomi secara tidak langsung, seperti sumber air pertanian

Kabupaten

-1.431

0.000

0.239

Ukuran Keluarga

0.339

0.016

1.404

Kesejahteraan

-0.634

0.056

0.531

7 Kawasan TNKS diperlukan untuk konservasi/melestarikan sumberdaya alam hayati

Umur

0.037

0.036

1.038

Kabupaten

-0.642

0.048

0.526

Lama Bermukim

-0.035

0.007

0.966

Ukuran Keluarga

0.250

0.035

1.283

8 Kawasan TNKS diperlukan untuk dapat menjaga alam agar tidak terjadi bencana alam seperti banjir dan longsor

Keterlibatan dalam Organisasi

0.710

0.096

2.033

Etnis

0.893

0.067

2.442

Kabupaten

-2.274

0.000

0.103

Jarak domisili ke TNKS

-0.388

0.001

0.678

Penghasilan per bulan

1.240

0.085

3.457

Ukuran Keluarga

0.301

0.054

1.351

9 Keberadaan Taman nasional Kerinci Seblat (TNKS) seharusnya dijaga bersama agar fungsi dan manfaatnya (keindahan alam, dll) dapat juga dinikmati oleh anak cucu

Kabupaten

2.747

0.000

15.591

Ukuran Keluarga

0.289

0.050

1.335

10 Pengelola TNKS dan Pemerintah seharusnya melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan pemanfaatan taman

Keterlibatan dalam Organisasi

-0.969

0.099

0.379

Lama Bermukim

0.066

0.004

1.069


Sementara itu, faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat terhadap konservasi dan TNKS yang dominan adalah afiliasi wilayah administratif kabupaten tempat domisili, keterlibatan dalam organisasi, lama bermukim dan ukuran keluarga. Masyarakat yang berdomisili di wilayah administratifKabupaten Kerinci cenderung bersikap tidak setuju bahwa kawasan TNKS diperlukan untuk konservasi/melestarikan sumberdaya alam hayati dan kawasan TNKS diperlukan untuk dapat menjaga keseimbangan alam agar tidak terjadi bencana alam seperti banjir dan longsor. Masyarakat di Kabupaten Lebong cenderung lebih bersikap bahwa keberadaan TNKS seharusnya dijaga bersama agar fungsi dan manfaatnya dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Kelompok masyarakat yang aktif terlibat dalam organisasi memiliki kecenderungan sikap

setuju bahwa kawasan TNKS diperlukan untuk dapat menjaga keseimbangan alam agar tidak terjadi bencana alam seperti banjir dan longsor dan pihak pengelola TNKS dan pemerintah seharusnya melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan pemanfaatan taman nasional. Tingkat pendidikan formal maupun pendidikan non formal, pekerjaan, tingkat kesejahteraan maupun kepemilikan lahan pertanian tidak secara nyata mempengaruhi sikap masyarakat terhadap konservasi dan taman nasional.

  • 4) . Pengetahuan, Persepsi dan Sikap Masyarakat Lokal Terhadap Taman Nasional

Pengelolaan taman nasional saat ini tidak dapat dipisahkan dari masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan karena manusia dan alam bukan merupakan suatu kesatuan yang terpisah (Borrini-Feyerabend et.al., 2004), sehingga keberhasilan pengelolaan

taman nasional sedikit banyak akan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, persepsi dan sikap masyarakat sekitarnya terhadap taman nasional. Pengetahuan masyarakat lokal tentang keberadaan TNKS secara keseluruhan menunjukkan sebagian besar mengetahuinya. Namun,jika dilihat afiliasi wilayah administratif domisili responden maka proporsi masyarakat di Kabupaten Kerinci yang mengetahui keberadaan taman nasional lebih tinggi dibanding masyarakat di Kabupaten Lebong. Afiliasi wilayah administratif kabupaten domisili responden berpengaruh nyata terhadap pengetahuan masyarakat tentang keberadaan taman nasional. Hasil ini dapat didukung oleh hasil penelitian Harada (2003) dan Sugandhy (2006). Dalam penelitiannya di kawasan sekitar Taman Nasional Gunung Halimun di Jawa Barat, hasil penelitian Harada (2003) menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat (81%) mengetahui keberadaan Taman Nasional Gunung Halimun. Sebaliknya, Sugandhy (2006) menemukan bahwa sebagian besar (90%) masyarakat sekitar Taman Nasional Way Kambas di Lampung Timur tidak mengetahui mengenai keberadaan dan nilai-nilai fisik ekologis, sosial dan ekonomi dari Taman Nasional Way Kambas. Kemungkinan untuk menjelaskan hal ini adalah adanya perbedaan peran pemerintah daerah dalam peningkatan pengetahuan masyarakat sekitar tentang taman nasional. Mengingat secara administratif masyarakat lokal yang bermukim di sekitar taman nasional berada dalam suatu wilayah administratif tertentu, maka dinas terkait atau pemerintah daerah setempat dapat berperan dalam peningkatan pengetahuan masyarakat tentang taman nasional. Sejumlah 44% masyarakat di Kabupaten Kerinci pernah mendapatkan penyuluhan dan pemahaman tentang TNKS dari dinas atau instansi pemerintah daerah, sedangkan masyarakat di Kabupaten Lebong hanya 25% yang pernah mendapatkan penyuluhan. Di samping itu, upaya penyuluhan yang dilakukan oleh pengelola TNKS mungkin juga belum merata, sejumlah 72% masyarakat di Kabupaten Kerinci pernah mendapatkan penyuluhan atau pemahaman tentang TNKS, sedangkan di Kabupaten Lebong hanya 25%. Perbedaan-perbedaan ini diduga akhirnya menyebabkan adanya perbedaan tingkat pengetahuan masyarakat tentang TNKS di Kabupaten Kerinci dan di Kabupaten Lebong.

Pengetahuan masyarakat tentang batas taman nasional memegang peran penting dalam efektifitas

pengelolaan taman nasional. Pada saat masyarakat mengetahui ketentuan-ketentuan hukum tentang taman nasional, seperti tidak diperbolehkan menggarap atau mengambil sumberdaya dalam kawasan taman nasional, tetapi jika pada saat yang sama tidak mengetahui batas-batas taman nasional maka pengetahuan ketentuan hukum tersebut menjadi kurang efektif. Sebagian besar (62%) masyarakat tidak mengetahui atau melihat adanya batas kawasan TNKS. Penduduk asli, masyarakat yang berpendidikan SMA atau lebih, masyarakat yang memiliki lahan pertanian, berdomisili dekat dengan TNKS atau berdomisili di Kabupaten Kerinci cenderung lebih mengetahui batas kawasan TNKS. Perambahan kawasan TNKS untuk kegiatan pertanian disebabkan karena adanya kebutuhan lahan pertanian, karena hanya 42% masyarakat yang memiliki lahan pertanian. Jika batas kawasan TNKS tidak jelas atau tidak diketahui oleh masyarakat setempat maka peluang terjadinya perambahan semakin besar. Persoalan ketidak jelasan batas kawasan akan menyebabkan persoalan yang serius bagi administrasi taman nasional sebagaimana ditemukanjuga oleh Harada (2003) di Taman Nasional Gunung Halimun.

Lebih dari setengah masyarakat lokal menyatakan tidak mengetahui fungsi dan manfaat TNKS bagi masyarakat secara umum, dan masyarakat merasa TNKS tidak memberikan manfaat ekonomi secara langsung atau mendapatkan penghasilan dari keberadaanTNKS. Namundemikian, sebagianbesar setuju bahwa kawasan TNKS memberikan manfaat tidak langsung dan kawasan TNKS diperlukan untuk konservasi atau melestarikan sumberdaya alam hayati, untuk dapat menjaga keseimbangan alam agar tidak terjadi bencana alam seperti banjirdan longsor, dan kerusakan hutan dan TNKS akan mempengaruhi kehidupan masyarakat. Sikap tersebut mengindikasikan bahwa masyarakat kurang sepenuhnya memahami keterkaitan antara taman nasional dan konservasi dan belum melihat manfaat penggunaan langsung, manfaat pilihan dan warisan dari taman nasional. Faktor tingkat penghasilan keluarga mempengaruhi kecenderungan sikap masyarakat untuk dapat melihat nilai kegunaan tidak langsung dari taman nasional. Sedangkan tingkat pendidikan masyarakat mempengaruhi tingkat ketergantungan terhadap keberadaan taman nasional. Masyarakat yang berpendidikan tinggi memiliki keunggulan dan peluang yang lebih banyak

Tabel 4. Pengaruh pengetahuan dan persepsi terhadap sikap masyarakat

No

Variabel Respon

Variabel Penjelas

Variabel dalam model

β

Nilai-p

Odd rasio

1

Kawasan TNKS diperlukan untuk konservasi/melestarikan sumberdaya alam hayati

Mengetahui tentang adanya atau keberadaan TNKS di wilayah ini

0.366

0.395

1.442

Mengetahui atau melihat adanya batas kawasan TNKS

2.184

0.000 *

8.881

Mengetahui bahwa menggarap lahan di kawasan TNKS untuk pertanian tidak diperbolehkan

1.217

0.012 *

3.379

Mengetahui fungsi dan manfaat TNKS bagi masyarakat

2.178

0.000 *

8.825

TNKS memberikan manfaat ekonomi secara langsung/mendapatkan penghasilan dari keberadaan

1.137

0.009 *

3.116

TNKS memberikan manfaat ekonomi secara tidak seperti sumber air pertanian

0.691

0.078 *

1.996

2

Kawasan TNKS diperlukan untuk dapat menjaga alam agar tidak terjadi bencana alam seperti banjir dan longsor

Mengetahui tentang adanya atau keberadaan TNKS di wilayah ini

1.529

0.000 *

4.611

Mengetahui atau melihat adanya batas kawasan TNKS

-0.168

0.698

0.845

Mengetahui bahwa menggarap lahan di kawasan TNKS untuk pertanian tidak diperbolehkan

0.807

0.067 *

2.240

Mengetahui fungsi dan manfaat TNKS bagi masyarakat

-0.069

0.871

0.934

TNKS memberikan manfaat ekonomi secara langsung/mendapatkan penghasilan dari keberadaan

0.070

0.869

1.073

TNKS memberikan manfaat ekonomi secara tidak seperti sumber air pertanian

0.972

0.013 *

2.643

3

Keberadaan Taman nasional Kerinci Seblat (TNKS) seharusnya dijaga bersama agar fungsi dan manfaatnya (keindahan alam, dll) dapat juga dinikmati oleh generasi mendatang

Mengetahui tentang adanya atau keberadaan TNKS di wilayah ini

0.981

0.012 *

2.667

Mengetahui atau melihat adanya batas kawasan TNKS

-0.547

0.082 *

0.579

Mengetahui bahwa menggarap lahan di kawasan TNKS untuk pertanian tidak diperbolehkan

-1.164

0.004 *

0.312

Mengetahui fungsi dan manfaat TNKS bagi masyarakat

0.372

0.238

1.450

TNKS memberikan manfaat ekonomi secara langsung/mendapatkan penghasilan dari keberadaan

0.477

0.139

1.612

TNKS memberikan manfaat ekonomi secara tidak seperti sumber air pertanian

-0.585

0.087 *

0.557

4

Pengelola TNKS dan Pemerintah seharusnya melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan pemanfaatan taman nasional

Mengetahui tentang adanya atau keberadaan TNKS di wilayah ini

0.435

0.495

1.545

Mengetahui atau melihat adanya batas kawasan TNKS

-0.130

0.842

0.878

Mengetahui bahwa menggarap lahan di kawasan TNKS untuk pertanian tidak diperbolehkan

0.636

0.336

1.888

Mengetahui fungsi dan manfaat TNKS bagi masyarakat

0.015

0.981

1.015

TNKS memberikan manfaat ekonomi secara langsung/mendapatkan penghasilan dari keberadaan

0.070

0.913

1.072

TNKS memberikan manfaat ekonomi secara tidak seperti sumber air pertanian

1.000

0.077 *

2.718

untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang bersumber di luar kawasan taman nasional sehingga cenderung mempunyai sikap bahwa kehidupan dan kesejahteraannya tidak tergantung dari keberadaan TNKS. Pendidikan sering diyakini sebagai langkah awal dalam meningkatkan sikap positif masyarakat terhadap konservasi dan taman nasional (Kideghesho, et.al., 2007).

Faktor pengetahuan dan persepsi masyarakat tentang TNKS secara nyata mempengaruhi sikap masyarakat terhadap TNKS (Tabel 4). Pengetahuan tentang perundangan yang mengatur pengelolaan taman nasional, seperti tidak diperbolehkannya menggarap lahan di kawasan TNKS untuk pertanian dan batas kawasan, maupun persepsi bahwa TNKS memberikan manfaat ekonomi secara tidak langsung

secara dominan mempengaruhi sikap masyarakat terhadap konservasi dan taman nasional. Dengan demikian, rekayasaterhadap faktor-faktoryang dapat meningkatkan pengetahuan tentang ketentuan dalam pengelolaan TNKS dan pembentukan persepsi manfaat TNKS masih dapat dilakukan agar sikap masyarakat terhadap TNKS menjadi lebih positif. Hal ini mengingat sampai saat ini 55% masyarakat lokal masih belum mengetahui fungsi dan manfaat TNKS dan 66% masyarakat masih bersikap tidak harus untuk menjaga secara bersama keberadaan TNKS. Peningkatan pengetahuan tentang fungsi dan manfaat TNKS masih lebih diperlukan bagi masyarakat lokal di Kabupaten Lebong dibandingkan masyarakat lokal di Kabupaten Kerinci. Namun, upaya untuk merubah sikap masyarakat agar bersedia menjaga keberadaan TNKS secara bersama-sama masih lebih diperlukan di Kabupaten Kerinci dibanding di Kabupaten Lebong. Demikian juga peningkatan pengetahuan masyarakat tentang batas kawasan masih dapat ditingkatkan melalui antara lain penyuluhan karena sebagian besar masyarakat lokal (62%) tidak mengetahui batas kawasan TNKS. Peningkatan pengetahuan tentang batas kawasan selanjutnya dapat diharapkan akan dapat meningkatkan sikap masyarakat bahwa kawasan TNKS diperlukan untuk konservasi sumberdaya alam hayati dan keberadaan TNKS harus dijaga secara bersama agar fungsi dan manfaatnya dapat dinikmati dalamjangka panjang. Jika sikap-sikap ini telah muncul secara dominan dalam masyarakat maka pengelolaan taman nasional dapat diharapkan akan menjadi lebih efektif.

  • 4.    Simpulan

Masyarakat yang bermukim di sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) di Kabupaten Kerinci, Jambi dan Kabupaten Lebong, Bengkulu pada umumnya mengetahui tentang keberadaan TNKS, tetapi kurang mengetahui atau melihat adanya batas kawasan. Masyarakat lokal juga kurang mengetahui fungsi dan manfaat TNKS bagi masyarakat secara umum. Meskipun demikian, sebagian besar masyarakat lokal mengetahui ketentuan hukum yang mengatur pengelolaan taman nasional, seperti ketentuan bahwa menggarap lahan di kawasan TNKS untuk kegiatan pertanian tidak diperbolehkan. Pengetahuan masyarakat lokal di sekitar TNKS tentang keberadaan dan batas

kawasan, ketentuan hukum yang mengatur pengelolaan taman nasional, fungsi dan manfaat taman nasional bagi masyarakat secara umum berbeda antara masyarakat lokal yang bermukim di Kabupaten Kerinci dengan yang bermukim di Kabupaten Lebong. Masyarakat lokal yang bermukim di Kabupaten Kerinci cenderung lebih mengetahuinya dibandingkan dengan masyarakat di Kabupaten Lebong. Tingkat pengetahuan masyarakat lokal tentang konservasi dan taman nasional dipengaruhi secara nyata oleh berbagai faktor, yaitu keterlibatan masyarakat dalam organisasi, asal etnis, afiliasi wilayah administratif kabupaten tempat domisili, tingkat pendidikan,jarak domisili ke TNKS, ukuran keluarga, tingkat kesejahteraan atau kepemilikan lahan pertanian.

Sikap masyarakat lokal terhadap konservasi dan taman nasional menunjukkan bahwa sebagian besar atau lebih dari 70% masyarakat lokal menyatakan keberadaan TNKS tidak memberikan manfaat ekonomi secara langsung, tetapi memberikan manfaat ekonomi secara tidak langsung. Proporsi masyarakat lokal yang menyatakan keberadaan TNKS tidak memberikan manfaat ekonomi secara langsung, tetapi memberikan manfaat ekonomi secara tidak langsung lebih besar di Kabupaten Kerinci dibandingkan dengan di Kabupaten Lebong. Secara keseluruhan, sebagian besar masyarakat lokal berpendapat bahwa kawasan TNKS diperlukan untuk konservasi sumberdaya alam hayati, tetapi di Kabupaten Lebong, proporsi masyarakat yang setuju bahwa kawasan TNKS diperlukan untuk konservasi sumberdaya alam hayati lebih rendah dibandingkan dengan masyarakat yang tidak setuju.

Sikap masyarakat lokal terhadap konservasi dan taman nasional dipengaruhi secara nyata oleh beberapa faktor, yaitu keterlibatan masyarakat dalam organisasi, asal etnis, afiliasi wilayah administratif kabupaten tempat domisili, tingkat pendidikan,jarak domisili ke TNKS, penghasilan dan ukuran keluarga, tingkat kesejahteraan atau kepemilikan lahan pertanian. Faktor tingkat penghasilan keluarga mempengaruhi kecenderungan sikap masyarakat untuk dapat melihat nilai kegunaan tidak langsung dari taman nasional. Sementara itu, tingkat pendidikan masyarakat mempengaruhi tingkat ketergantungan terhadap keberadaan taman nasional. Masyarakat yang berpendidikan tinggi memiliki keunggulan dan peluang yang lebih banyak untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan

yang bersumber di luar kawasan taman nasional sehingga cenderung mempunyai sikap bahwa kehidupan dan kesejahteraannya tidak tergantung dari keberadaan TNKS. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan pengetahuan tentang keberadaan TNKS masih dapat direkaya agar sikap masyarakat terhadap TNKS dapat lebih mendukung. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang batas kawasanjuga masih dapat ditingkatkan melalui antara

lain penyuluhan karena sebagian besar masyarakat lokal tidak mengetahui batas kawasan TNKS. Peningkatan pengetahuan tentang batas kawasan TNKS ini selanjutnya diharapkan akan dapat meningkatkan sikap masyarakat bahwa kawasan TNKS diperlukan untuk konservasi sumberdaya alam hayati dan keberadaan TNKS harus dijaga secara bersama agar fungsi dan manfaatnya dapat dinikmati dalamjangka panjang.

Daftar Pustaka

Agrawal, A. and C. Gibson. 1999. “Enhancement and Disenhancement: The Role of Community In Natural Resource Conservation” . WorldDevelcpmentIl (4):629-649.

Allendorf, T.D. 2007. “Residents’ Attitudes Toward Three Protected Areas In Southwestern Nepal”. Biodiversityand Conservation 16:2087-2102.

Allendorf, T.D., J.L. Smith, and D.H. Anderson. 2007. “Residents’ perceptions ofRoyal Bardia National Park, Nepal “. Landscape and Urban Planning 82:33-40.

Badola, R. 1998. “Attitudes OfLocal People Towards ConservationAndAlternatives To Forest Resources: A Case StudyFrom The LowerHimalayas”. Biodiversity and Conservation 7:1245-1259.

Borrini-Feyerabend, G., A.Kothari and G. Oviedo. 2004. Indigenous and local communities andprotected areas: towards equity and enhanced conservation. IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK.

Cihar, M. and J. Stankova. 2006. “Attitudes Of Stakeholders Towards The PodyjiZThaya River Basin National Park In The Czech Republic”. Journal ofEnvironmental Management 81:273-285.

Dephut [Departemen Kehutanan]. 2005. StatistikKehutananIndonesia. BadanPlanologiKehutanan, Departemen Kehutanan, Jakarta.

Dixon,J.A.andP.B. Sherman. 1990. “ EconomicsofProtected Areas: ANewLook AtBenefits AndCosts”. Earthscan, London.

Geoghehan, T. and Y. Renard. 2002. “Beyond Community Involvement: Lessons From The Insular Caribbean”. Parks 12(2):16-27.

Harada, K. 2003. “Attitudes ofLocal People Towards Conservation and Gunung Halimun National Park In West Jawa, Indonesia”. Journal CfForestResource 8:271-282.

Hosmer,D.W.andS.Lemeshow. 2000. AppliedLogisticRegressionIndEdition. John Wiley&Sons,New York.

IUCN [International Union for Conservation Nature]. 1994. Guidelines for Protected Area Management Categories. International Union for ConservationNature. Gland, Switzerland.

Jim, C.Y., Steve, S.W., Xu. 2002. “Stifled Stakeholders And Subdued Participation: Interpreting Local Responses Toward Shimentai Nature Reserve in South China”. Journal cf Environmental Management 30(3~)'.327-341.

Kideghesho, J.R., E. Roskaft, and B.P. Kaltenborn. 2007. Factors Influencing ConservationAttitudes of Local People InWestern Serengeti, Tanzania”. Biodiversity and Conservation 16:2213-2230.

Mehta, J.N. and Heinen, J.T. 2001. Does community-based conservation shape favorable attitudes among locals? An empirical study fromNepal. Journal ofEnvironmental Management 28(2):165-177.

Ormsby, A. andB.A. Kaplin. 2005. “AFrameworkForUnderstandingCommunityResidentPerseptionsof MasoalaNationalPark, Madagaskar”. Environmental Conservation 32(2): 156-164.

Spiteri, A. and S.K. Nepal. 2008. Distributing Conservation Incentives In The Buffer Zone Of Chitwan National Park, Nepal”. Environmental Conservation 35(1):76-86.

Stevens, S. 1997. Conservation through cultural survival: indigenous peoples and protected areas. Island Press, Washington D.C.

Silori, C.S. 2007. “Perception ofLocal People Towards Conservation ofForest Resources in Nanda Devi Biosphere Reserve, North-Western Himalaya, India”. Biodiversity and Conservation 16:211-222.

Soto, B.,S.M. Munthali, and C. Breen. 2001. “Perceptions OfThe ForestryAnd Wildlife Policy By The Local Communities Living In The Maputo Elephant Reserve, Mozambique”. Biodiversity and Conservation 10:1723-1738.

Sugandhy, A. 2006. Pengelolaan Taman Nasional Dalam Pembangunan Berkelanjutan: Studi Kasus Kawasan Taman Nasional Way Kambas, Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung. Disertasi Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia.

186