POLA ASUH ORANG TUA DALAM MEDIDIK ANAK MELESTARIKAN LINGKUNGAN
on
POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK MELESTARIKAN LINGKUNGAN
IdaAyu GdeYadnyawati
Fakultas Ilmu PendidikanAgama Universitas Hindu Indonesia
Abstract
Environment is apart cf the child’s lrfe. In the environment, students live and interact in the chain of life, called ecosystems. Interdependence between biotic and abiotic environment can not be avoided. That is the law of nature that must be faced by the children as belonging to live beings part of biotic groups. During life, the child can not avoid the natural environment and socio-cultural environment. The interaction of these two different environments is always happening infilling the child’s life. Thefamily is the neighborhood children. Families play important roles as first and foremost educators. Habits, social attitudes, and creativity of children are affected by parents involment. Education in this family would not be separatedfrom environmental influences. Therefore, parenting manner is very important role in helping children for environmental preservation.
Key words: parenting, children, environment, education, preservation
-
1. Pendahuluan
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya. Kenapa orang tua (ayah dan ibu ) disebut pendidik utama dan pertama?. Sebab orang tualah yang menyebabkan anak itu ada dan setelah anak itu lahir ke dunia, maka yang bertemu pertama kali dengan anaknya yaitu orang tua juga. Orang tualah yang akan banyak bertemu dengan anak- anaknya dalam kehidupan sehari- hari. Dengan demikian peran orang tua sangat menentukan pendidikan anak-anaknya di rumah (Sobry Sutikno, 2006:21).
Anak merupakan bagian dari keluarga yang secara sosial dan psikologi tidak terlepas dari pembinaan dan pendidikan orang tua, masyarakat, dan lembaga pendidikan. Adanya pembinaan dan pendidikan terhadap anak merupakan upaya untuk membentuk kreativitas anak, baik melalui keilmuan maupun keterampilan. Orang tua dalam suasana kehidupan keluarga harus berupaya menciptakan iklim yang kondusif bagi tumbuhkembangnya kepribadian dan kreativitas anak. (Bakhrul Khair Amal, dalam Sobry Sutikno, 2006:22). Oleh karena itu kreativitas anak tidak terlepas dari pengasuhan orang tua dalam arti bahwa kreativitas anak erat hubungannya dengan pola asuh yang diberikan oleh orang tua. Orang tuajuga berperan membenahi mental
hygiene anak karena itu merupakan prasyarat utama bagi terbentuknya kepribadian yang mantap. Pada tahap selanjutnya kepribadian ini merupakan modal penyesuaian diri anak dengan lingkungannya yang tentunya memberikan dampak bagi kesejahteraan keluarga secara keseluruhan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak. Dalam lingkunganlah anak hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Saling ketergantungan antara lingkungan biotik dan abiotik tidak dapat dihindari. Itulah hukum alam yang harus dihadapi oleh anak sebagai makhluk hidup yang tergolong kelompok mahluk hidup.
Selama hidup anak tidak bisa menghindarkan diri dari lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. Interaksi dari kedua lingkungan yang berbeda ini selalu terjadi dalam mengisi kehidupan anak. Keduanya mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
Lingkungan hidup adalah lingkungan tempat tinggal anak untuk hidup dan berusaha di dalamnya (Syaiful Bahri Djamarah, 2002:143). Pencemaran lingkungan hidup merupakan malapetaka bagi anak yang hidup di dalamnya. Udara yang tercemar merupakan polusi yang dapat mengganggu
pernapasan. Udara yang terlalu dingin menyebabkan anak kedinginan. Suhu udara yang terlalu panas menyebabkan anak kepanasan, pengap, dan tidak betah tinggal di dalamnya. Oleh karena itu, keadaan suhu dan kelembaban udara berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
Lingkungan rumah yang baik adalah lingkungan rumah yang di dalamnya dihiasi dengan tanaman/ pepohonan yang dipelihara dengan baik. Apotik hidup dikelompokkan dengan baik dan rapi. Tanaman hias ditata untuk menambah kesejukan. Rumah yang sejuk akan menimbulkan kesegaran pada anak dan anak akan betah untuk tinggal di rumah. Begitulah lingkungan rumah yang dikehendaki. Bukan lingkungan yang gersang, pengap, tandus dan panas berkepanjangan. Oleh karena itu pembangunan rumah sebaiknya berwawasan lingkungan, bukan memusuhi lingkungan.
Manusia adalah makhluk homo socius yang cenderung untuk hidup bersama satu sama lainnya. Hidup dalam kebersamaan dan saling membutuhkan akan melahirkan intraksi sosial. Saling memberi dan saling menerima merupakan kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan sosial. Berbicara, bersenda gurau, memberi nasihat, dan bergotong royong merupakan interaksi social.
Bagaimana orang tua berinteraksi dengan anak dalam melestarikan lingkungan hidupnya. Inilah yang menarik untuk dibahas, tujuannya adalah untuk mengetahui pola asuh orang tua dalam membantu anak melestarikan lingkungan.
Keluarga mempunyai hak otonom untuk melaksanakan pendidikan. Orang tua mau tidak mau, berkeahlian atau tidak, berkewajiban secara kodrati untuk menyelenggarakan pendidikan terhadap anak-anaknya. Bagi anak, keluarga merupakan tempat/alam pertama dikenal dan merupakan lembaga pertama ia menerima pendidikan. (Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyanti, 2001:172). Keluarga bukan hanya berfungsi sebagai penerus keturunan, tetapi lebih dari itu keluarga mempunyai fungsi sosial, ekonomi, pendidikan dan kultural. Keluarga sebagai kesatuan biogenetik berfungsi untuk memelihara berlangsungnya keturunan (reproduksi) dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sebagai kesatuan
sosial, keluarga terdiri atas individu- individu anggota keluarga yang dalam pergaulannya saling berinteraksi dan saling mempengaruhi sesuai dengan statusnya masing-masing.
Sebagai kesatuan ekonomi, keluarga merupakan kesatuan yang bekerja sama untuk mengatur kebutuhan-kebutuhan anggotanya. Di samping itu, keluargajuga merupakan sumber pendidikan pertama dan terutama, dimana semua pengetahuan maupun kecerdasan manusia dibentuk untuk pertama kalinya. Keluarga merupakan wadah pembentukan nilai-nilai, baik nilai sosial, budaya maupun nilai-nilai mentalitas. Pendidikan dalam keluarga merupakan sarana untuk membentuk anak yang terampil dan produktif sehingga pada gilirannya dapat mempercepat kesejahteraan masyarakat. Manusia sangat berperan dalam melestarikan potensi lingkungan hidup. Oleh karena itu anak perlu diberi bekal untuk melestarikan lingkungan melalui pendidikan lingkungan, khususnya etika lingkungan. Pendidikan lingkungan dapat dilaksanakan dengan pendekatan monolitik maupun integratif. Dalam pelaksanaan pendidikan lingkungan yang utama perlu diajarkan yaitu tentang kesadaran lingkungan. Kurangnya kesadaran lingkungan menyebabkan pencemaran lingkungan (air, udara, dan daratan), penurunan keanekaragaman hayati dan ketersediaan pangan, dan penurunan ketersediaan sumberdaya alam (SDA).
-
1) . Pengertian Tentang Lingkungan
Lingkungan dalam pengertian umum, berarti situasi di sekitar kita. Dalam lapangan pendidikan, makna lingkungan mempunyai arti yang sangat luas, yaitu menyangkut segala sesuatu yang berada di luar diri anak, dalam alam semesta ini. Lingkungan ini mengitari manusia sejak manusia dilahirkan sampai dengan meninggalnya. Antara lingkungan dan manusia ada pengaruh yang timbal balik. Artinya lingkungan mempengaruhi manusia, dan sebaliknya, manusia juga mempengaruhi lingkungan di sekitarnya.
-
2) . Macam-macam Lingkungan
Sebenarnya manusia dihadapkan pada lingkungan semenjak masih berupa janin didalam kandungan ibu. Lingkungan di masa itu berupa cairan yang merupakan sari makanan untuk calon manusia
itu. Di samping itu, janin juga dipengaruhi oleh kondisi psiko-phisis si ibu yang mengandungnya. Sejak anak lahir di dunia, anak secara langsung berhadapan dengan lingkungan yang ada di sekitarnya. Lingkungan yang dihadapi anak, pada pokoknya dapat dibedakan/dikelompokkan sebagai berikut.
-
a. Lingkungan Dalam
Berupa cairan yang meresap ke dalam tubuh manusia yang berasal dari makanan dan minuman, yang dapat menimbulkan cairan dalam jaringan tubuh. Sehingga akibat kekurangan cairan ini, memungkinkan individu merasa lapar, haus, sakit, dan lelah.
-
b. LingkunganFisikdanBiologis
Adalah lingkungan alam di sekitar anak, yang meliputi jenis tumbuh- tumbuhan, hewan, keadaan tanah, rumah, jenis makanan, benda gas, benda cair, dan juga benda padat.
-
c. Lingkungan Budaya
Adalah lingkungan yang berujud: kesusasteraan, kesenian, ilmu pengetahuan, adat istiadat, dan lain-lainnya.
Di dalam kehidupan keluarga, akan ditemukan buku-buku: buku bacaan, buku ilmu pengetahuan, dan mungkin juga dapat kita temukan benda- benda seni, seperti: hiasan dinding yang berujud wayang kulit, kain tenun, anyam- anyaman, yang semuanya itu dapat mempengaruhi jiwa anak, baik karena dari melihat orang-orang dewasa di sekitarnya memanfaatkan benda-benda itu, atau dari benda-benda itu sendiri pengaruh itu diterima anak.
-
d. Lingkungan Sosial
Lingkungan ini meliputi bentuk hubungan antara manusia satu dengan yang lainnya, maka sering pula disebut lingkungan yang berujud manusia dan hubungannya dengan atau antarmanusia di sekitar anak. Termasuk di dalamnya yaitu sikap atau tingkah laku antarmanusia, tingkah laku ayah, ibu, anggota keluarga yang lain, tetangga, teman, dan yang lainnya.
Keluarga merupakan miniatur dari masyarakat dan kehidupannya, maka pengenalan kehidupan keluarga sedikit atau banyak pasti akan memberi warna pada pandangan anak terhadap hidup masyarakat. Selain itu, corak
kehidupan pergaulan di dalam keluarga akan ikut menentukan atau mempengaruhi perkembangan diri anak.
-
e. Lingkungan Spiritual.
Adalah lingkungan yang berupa agama, keyakinan yang dianut masyarakat di sekitarnya,dan ide-ide yang muncul dalam masyarakat di mana anak hidup.
-
3) Pentingnya Lingkungan Bagi Anak
Pengaruh yang diterima anak dari dunia luarnya atau dari lingkungannya, ada yang dikenakan kepadanya dengan sengaja, dan ada yang diperoleh anak tanpa kesengajaan dari pihak luar. Para pendidik memberikan pengaruh dengan sengaja dan dengan maksud baik, dengan maksud tertentu. Guru dengan sengaja mempengaruhi anak didiknya, orang tua dengan sengaja mempengaruhi anak kandungnya, pemimpin masyarakatjuga dengan sengaja memberi pengaruh kepada anggota masyarakatnya. Sengaja mempengaruhi anak dengan berbagai jalan yang berupa usaha, memimpin, membimbing, artinya identik dengan mendidik. Perbuatan pendidik ini adalah mendidik dengan sengaja (usaha sadar).
Pengaruh yang diperoleh anak tanpa kesengajaan dari dunia luar, juga dapat memberikannya pendidikan atau pengaruh negatif. Pengaruh anak dari lingkungan di sekitarnya, dapat baik dan dapat pula buruk. Pengaruh pendidikan yang tidak sengaja ini dapat berpotensi bagi perkembangan anak. Mengingat sangat luasnya waktu, tempat, dan juga kemungkinan anak mendapatkan pendidikan/ pengaruh tidak sengaja, yang dapat memperkecil atau bahkan merusak pengaruh baik dari pendidikanyang dilakukan secara sadar, maka menjadi tugas pendidik, orang tua, tokoh masyarakat untuk berusaha menyiapkan dan mengadakan lingkungan yang sebaik- baiknya bagi anak, sehingga kemungkinan pengaruh tidak baik itu dapat dicegah atau dikurangi semaksimal mungkin.
Jika lingkungan dapat diatur, dan anak dapat dipengaruhi sedemikian rupa, maka lingkungan akan dapat menjadi kawan dan secara diam-diam akan membantu orang tua, pendidik, dalam melaksanakan pendidikan dengan hasil seperti yang diinginkan. Sebaliknya, jika lingkungan diabaikan, sehingga keadaannya demikian jelek, maka akan memberi pengaruh jelek pula terhadap perkembangan anak.
Lingkungan dapat dijadikan sumber dari alat- alat pendidikan dan faktor pendidikan, yang sangat dibutuhkan oleh orang tua atau pendidik demi terlaksananya pendidikan.
-
1) . PolaAsuhOrangTua
Keluarga sebagai kesatuan atau unit terkecil dari masyarakat, yang anggota- anggotanya hidup dan bekerja sama untuk mewujudkan kesejahteraan bersama. Di dalam keluarga terjalin hubungan cinta kasih yang intim, murni, dan bersifat kodrati. Di dalam keluarga berlaku aturan-aturan hidup yang mengikat para anggotanya. Keluarga merupakan wadah pembentukan kebiasaan, danjuga nilai-nilai, baik nilai sosial budaya maupun nilai mentalitas. Pendidikan utama dalam keluarga memegang peranan yang sangat menonjol Orang tua merupakan model yang ditiru oleh anak. Dalam perkembangannya, secara rohaniah anak ingin menjadi seperti orang tuanya. Anak mengambil sikap dan prilaku orang tuanya secara tidak sadar. Dalam proses identifikasi seluruh sistem nilai,norma, dan cita-cita serta prilaku orang tua ingin dimiliki. Dalam konteks yang demikian ini sikap dan saling hubungan ayah ibu, serta keterlibatan dalam membimbing anak sangat penting. Dikatakan demikian, karena proses identifikasi itu muncul apabila memang secara betul-betul orang tua meluangkan waktunya untuk bergaul dengan anak-anaknya serta hubungan antara orang tua dengan anak harus cukup intim, atraktif dan saling menerima.
Dalam realitas kehidupan keluarga masa kini dan tantangannya ke depan, yaitu adanya perubahan atau pergeseran cara-cara pengasuhan anak yang disebabkan oleh perubahan sistem sosial seperti orang tua yang sibuk bekerja, maupun perubahan struktur keluarga oleh adanya perceraian orang tua. Darla F. Miller( 2007: 6) mengemukakan:
“ Pratical day- to day responsibility for guiding the next generation is shifting..... Today there are fewer full- time homemakers caring for children and increasing number of exhausted dual- eamer- couples, single parents, grand parents, step- parents and other orrangements of employed householdsjuggling work while rearing children. At the same time family structures are changing, more and more research has surfaced the critical importance of early experiences
for the long- term development of a child’s personality, character, values, brain development, and social competence.)”.
Pola pendekatan dan interaksi orang tua dengan anak dalam pengelolaan pendidikan dalam keluarga seperti itu lazim disebut dengan pola asuh dalam keluarga. Pendidikan dalam keluargajuga merupakan pendidikan masyarakat, karena keluarga sebagai kesatuan terkecil dari bentuk kesatuan-kesatuan masyarakat. Pendidikan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan kehidupan anak-anak tersebut di masyarakat kelak, sehingga ada hubungan yang erat antara keluarga dan masyarakat dalam pendidikan.
Ditinjau dari segi pendidikan, keluarga merupakan satu kesatuan hidup. (sistem sosial) dan keluarga menyediakan situasi belajar. Situasi belajar sangat tergantung dari lingkungan yang diciptakan dalam keluarga. Lingkungan sangat besar artinya bagi setiap pertumbuhan fisik. Sejak individu berada dalam konsepsi, lingkungan telah ikut memberi andil bagi proses pembuahan/pertumbuhan. Suhu, makanan, keadaan gizi,vitamin, mineral, kesehatan jasmani, aktivitas, dan sebagainya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan. Menurut Wasty Soemanto (2003 : 92), klasifikasi tingkah laku manusia dapat dibedakan, yaitu terdiri atas empat macam, yakni:
-
a) insting; aktivitas yang hanya menuruti kodrat dan tidak melalui belajar.;
-
b) habits; kebiasaan yang dihasilkan dari latihan atau aktivitas yang berulang- ulang;
-
c) native behavior;( tingkah laku pembawaan, mengikuti mekanisme hereditas).;
-
a) acquired behavior; tingkah laku yang didapat sebagai hasil belajar.
Semua jenis tingkah laku di atas dipengaruhi oleh lingkungan. Demikianlah proses pendidikan itu akan memerlukan kondisi kesehatan dan stamina fisik, stabilitas emosi dan sistem saraf, kapasitas mental, serta beberapa macam keterampilan beraktivitas atau bekerja, dan sebagainya. Sebagai sistem sosial , keluarga terdiri atas : ayah , ibu, dan anak. Ikatan kekeluargaan membantu anak mengembangkan sifat persahabatan, cinta kasih, hubungan antarpribadi, kerja sama, disiplin, tingkah laku yang baik. Keluarga menyediakan situasi belajar dapat dilihat bahwa bayi dan anak sangat bergantung kepada orang tua, baik
karena Readaanjasmaniah maupun intelektual, sosial dan moral. Bayi dan anak-anak belajar menerima dan meniru apa yang diajarkan orang tuanya.
Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk nilai hidup. Nilai hidup ini akan tercermin dari sikap dan prilaku anak. Apabila anak hidup dalam lingkungan yang secara positif, jujur dan konsekuen serta alam sekitar yang asri dan nyaman, maka anak akan senantiasa mendukung nilai hidup tersebut. Untuk itu orang tua harus memberi teladan yang baik karena anak suka mengimitasi kepada orang yang lebih tua atau pada orang tuanya. Dengan teladan yang baik, anak merasa tidak dipaksa. Dalam memberikan sugesti pada anak tidak dengan cara otoriter, melainkan dengan sistem pergaulan sehingga dengan senang hati anak melaksanakannya. Biasanya anak paling suka untuk identik dengan orang tuanya, seperti anak laki-laki terhadap ayahnya sementara anak perempuan dengan ibunya. Antara anak dengan orang tua, ada rasa simpati dan kekaguman.
Semua faktor-faktor tersebut perlu mendapat perhatian orang tua dalam rangka usahanya menanamkan nilai hidup dan menciptakan iklim lingkungan yang serasi tanpa menunjukkan otoriternya. Hubungan anak dengan anak dalam keluarga itu sendiri satu sama lain saling berintegrasi, saling pengaruh mempengaruhi, dan tidak lepas dari adanya faktor- faktor interaksi.
Secara tidak langsung setiap anak berguru pada saudara-saudaranya sehingga anak itu sendiri menjadi tahu bahwa dia merasa wajib memberi sebagaimana dia merasa perlu pemberian, baik materi maupun nonmateri. Antaranak dalam keluarga belajar tukar menukar pengalaman, sehingga makin banyaknya hal-hal yang diketahui tentang baik dan buruk, tentang hak dan kewajiban, tentang saling menyayangi, tentang menjaga lingkungan dan sebagainya.
Pola asuh orang tua secara umum diklasifikasikan menjadi tiga yaitu: pola asuh otoriter, pola asuh liberal/ permisif, dan pola asuh demokratis.
Pola asuh otoriter dicirikan dengan perilaku orang tua dalam interaksi dengan anak yaitu tegas, suka menghukum, tidak simpatik. Orang tua memaksa anak-anak patuh terhadap nilai- nilai mereka serta mencoba membentuk prilaku anak sesuai dengan pola prilaku sendiri dan cenderung menekan keinginan anak untuk mandiri. Anak yang berada dalam suasana yang otoriter, aktivitasnya selalu ditentukan dan
diatur orang tua. Anak tidak mendapat kesempatan untuk mengemukakan pendapat atau berbuat sesuatu sesuai dengan keinginannya, sehingga ia merasakan kebutuhannya tidak terpenuhi, dan anak-anak merasa tertekan. Hal yang demikian itu akan menyebabkan anak kurang inisiatif, mudah gugup, ragu- ragu suka membangkang, mungkin bisa jadi penakut atau terlalu penurut. Emosi anak bisa menjadi tidak stabil, penyesuaian dirinya terhambat, kurang pertimbangan dan kurang bijaksana sehingga kurang disenangi dalam pergaulan, tidak simpatik, tidak puas dan mudah curiga.
Pola asuh liberal/permisif dicirikan dengan prilaku orang tua yang memberikan kebebasan pada anak sebanyak mungkian. Anak tidak dituntut tanggung jawab, anak diberi kebebasan mengatur dirinya sendiri dan orang tua tidak banyak mengontrol dan bahkan tidak mempedulikan anak-anaknya. Anak juga tidak akan peduli dengan lingkungannya. Kepemimpinan orang tua yang permisif ini menyebabkan anak tidak matang dalam perkembangannya, penuh ketergantungan, kurang percaya diri, sulit menghargai orang lain, emosi anak tidak stabil, mudah frustasi, agresif, selalu merasa tidak puas, dan tidak bahagia, kurang bersahabat sehingga kontrol sosialnya menjadi terganggu.
Pola asuh demokratis dicirikan dengan adanya hak dan kewajiban orang tua dan anak relatif seimbang dalam arti mereka saling melengkapi. Orang tua sedikit demi sedikit melatih anak untuk memiliki sikap bertanggung jawab, sehingga anak dapat mengarahkan prilakunya untuk mencapai kedewasaan. Mereka dalam bertindak selalu memberikan alasan pada anak, mendorong untuk saling membantu dan bertindak secara objektif, tegas tetapi hangat dan penuh pengertian serta selalu membimbing anak untuk memperhatikan lingkungannya. Kepemimpinan orang tua yang demokratis memberi pengaruh yang positif terhadap perkembangan dan prilaku anak. Dengan suasana keluarga yang demokratis anak akan mempunyai kepercayaan dalam memecahkan persoalan-persoalan. Emosi anak relatif stabil, memungkinkan ia terbuka terhadap kritik-kritik orang lain, nuraninya mampu merasakan kesalahan yang diperbuat, mampu menghargai hak-hak orang lain, peka terhadap lingkungan dan bijaksana didalam setiap tindakan. Dengan suasana yang demokratis, anak akan menjadi periang, penuh persahabatan dan mudah menyesuaikan diri, serta mencintai lingkungan sekitar.
Kehangatan dan dukungan dalam hubungan orang tua dan anak akan membantu anak untuk selalu menjaga lingkungannya, mencintai alam sekitar, serta mengeksplorasi peran- peran dan hubungan sosial yang memacu pada pembentukan kepribadian serta harga diri (se∣f- esteem ) yang dikehendaki.
Lingkungan akan berpengaruh sangat penting terhadap kehidupan anak. Oleh sebab itu, bagaimana orang tua membimbing anak untuk menjaga kelestarian lingkungan itu akan mempengaruhi sikap dan prilaku anak.
Sebagai suatu sistem, maka keluarga harus menyesuaikan dengan perubahan yang kerap terjadi pada anggota-anggotanya. Orang tuajuga mengalami perubahan. Ketika anak menghadapi masa depan terbuka dengan sederet pilihan, sedangkan orang tua mencapai di mana peluang semakin sempit. Tekanan-tekanan dialami masing-masing generasi menyebabkan terjadinya oposisi ( konflik) antara orang tua dan anak.
Kualitas hubungan orang tua-anak merupakan prediktor yang konsisten terhadap kesehatan mental anak. Keluarga di samping menjaga ketahanan dan keamanan anggotanya, maka dalam evolusi peradaban juga menampilkan fungsi-fungsi vital untuk masyarakat, meliputi fungsi: reproduksi, pelayanan ekonomi, tata aturan sosial kemasyarakatan dan dukungan emosional. “ The family in its most common form-a life long commitment between a man and woman who feed, shelter, and nurture their children until they reach maturity”.(Berk, Laura E, 2007:558). Keluarga merupakan suatu system sosial, dimana berangkat dari perspektif fungsi dan interaksi anggota-anggota di dalamnya merupakan kajian yang sangat menarik dari banyak peneliti. Teori system keluarga mengenal bahwa orang tua tidak membentuk anak-anaknya secara mekanistik tetapi terdapat “bidirectional influences” yaitu setiap anggota keluarga secara mutual mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai sistem maka keluarga merupakan satujaringan dari hubungan-hubungan ketergantungan antar anggotanya dan dalam operasinya pengaruh tersebut berlaku secara langsung dan tidak langsung.
-
2. Melestarikan Lingkungan
Apabila orang memiliki kesadaran lingkungan, maka orang tersebut akan melestarikan lingkungan, yaitu menciptakan lingkungan yang bersih, indah,
sehat, dan asri. Tetapi apabila tidak ada kesadaran lingkungan maka orang tidak peduli lingkungan, seperti: (1) penumpang mobil, mobil mewah dijalanan membuang sampah kulit pisang, kertas dan lainnya ke jalan dari dalam mobilnya dengan merasa tidak bersalah, (2) tukang sapu jalanan dari pemerintah daerah atau petugas kebersihan yang membersihkan sampah dijalan, seenaknya memasukkan sampah ke saluran/got dengan merasa tidak bersalah, (3) tempat sampah yang disiapkan untuk membuang sampah sering tidak digunakan, lebih sering sampah plastik bungkus roti atau lainnya dibuang sembarangan dengan merasa tidak bersalah. (Amos Neolaka, 2008: 108).
Tidak adanya kesadaran lingkungan karena:
-
(1) Faktor Ketidaktahuan
Faktor ini dapat berarti, memang benar-benar tidak tahu atau tahu tetapi pura-pura tidak tahu. Apabila yang terjadi adalah pura-pura tidak tahu, maka akan makin sulit mengubahnya, sebab lama kelamaan sifat kepura-puraan akan membudaya dalam dirinya sehingga menjadi perilaku atau sikap hidup dalam tindakan sehari-harinya. Faktor ketidaktahuan yang disebabkan oleh kepura-puraan, bila diperhatikan dan direnungkan secara sungguh-sungguh, tampaknya mengandung kebenaran. Seperti halnya orang yang membuang sampah sembarangan. Sesungguhnya orang itu tahu pertingnya melestarikan lingkungan. Tetapi bagaimana mau melestarikan lingkungan, karena semua orang tidak peduli pada lingkungan. Semua orang dari pimpinan tertinggi sampai terendah, semuanya tidak peduli lingkungan, karena pura-pura tidak tahu dan akan melestarikan lingkungan kalau bersama-sama melakukannya.
-
(2) FaktorKemiskinan
Kemiskinan membuat orang tidak akan peduli pada lingkungan. Orang dalam keadaan miskin, dan lapar, pusing dengan kebutuhan keluarga, kebutuhan pendidikan dan lain-lain bagaimana dapat berpikir tentang peduli lingkungan. Pada saat lapar dan kebutuhan keluarga mendesak, yang terpikirkan yaitu bagaimana kebutuhan hidup (makanan) bisa terpenuhi, sementara itu kebutuhan pelestarian lingkungan tidak terpikirkan, bahkan dapat terjadi peruskanan
lingkungan, pencurian, perampokan, pembunuhan dan perilaku buruk lainnya. Tingkat kriminalitas akan bertambah kalau rakyat makin miskin. Oleh karena itu untuk dapat melestarikan lingkungan rakyat harus sejahtera.
-
(3) . FaktorKemanusiaan
Kemanusiaan artinya secara manusia/sifat-sifat manusia, yang oleh Chiras (1991) dalam Amos Neolaka (2008) dikatakan manusia adalah bagian dari alam atau pengatur alam. Dikatakan pengatur atau penguasa karena manusia sebagai makhluk biologis memiliki sifat serakah, yaitu sifat yang menganggap semuanya untuk dirinya dan keturunannya. Jadi mengapa tidak ada kesadaran untuk melestarikan lingkungan?. Karena adanya sifat dasar manusia yang ingin berkuasa/superior terhadap lingkungan. Sehingga apa saja yang ada di sekitarnya menjadi penguasaannya.
-
(4) . Faktor Gaya Hidup
Pengaruh teknologi informasi yang sangat cepat memberi pengaruh yang cepat pula pada manusia sebagai individu yang hidup dalam lingkungannya. Gaya yang mempengaruhi sikap/ prilaku manusia untuk merusak lingkungan adalah gaya hidup yang menganggap lingkungan sebagai bagian yang dapat memberikan kenikmatan hidup. Di masyarakat dikenal sebagai gaya hidup hedonisme, yaitu selalu ingin hidup enak, pesta pora. Gaya hidup lain yang memberi kontribusi rusaknya lingkungan yaitu gaya hidup materialistik, konsumerisme, dan individualisme. Gaya hidup anak yang meniru dan berlaku seperti orang tuanya. Gaya hidup seperti ini positif kalau orang tuanya memberi teladan yang baik, dan dapat melestarikan lingkungan. Tetapi bila orang tuanya hidup boros, selalu pesta pora, maka akan memberi kontribusi negatif. Jadi tidak peduli lingkungan dapat disebabkan keteladanan dari orang tua yang tidak melestarikan lingkungan.
-
3. PolaAsuh OrangTua Dalam MembantuAnak Melestarikan Lingkungan
Masalah lingkungan pada hakekatnya adalah masalah kemanusiaan yang erat hubungannya dengan sistem nilai, sistem sosial dan agama dalam
pengelolaan lingkungan. Karena itu cara mengatasi masalah lingkungan tidak dapat hanya dengan melakukan usaha yang bersifat teknis, tetapi harus didukung dengan upaya yang bersifat edukatif dan persuasif. Upaya tersebut merupakan pelaksanaan pendidikan lingkungan mulai dari dalam keluarga. Di sini orang tua memegang peranan penting dalam memberikan pendidikan sadar lingkungan pada anak. Bagaimana upaya yang dilakukan orang tua agar anak dapat melestarikan lingkungan. Orang tua hendaknya memberikan banyak latihan. Karena menurut Dauer dan Pangrasi (1990) dalam Amos Neolaka (2008:127), latihan merupakan kunci keberhasilan belajar dan merupakan suatu cara yang penting dan efisien untuk meningkatkan pengetahuan yang dimiliki menjadi pemahaman. Bila latihan sering dilakukan akan menjadi suatu kebiasaan yang permanen Seorang pianis atau orang yang ingin melestarikan lingkungan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melatih keterampilan bermain atau kebiasaan memelihara lingkungan. Dengan sering melakukan latihan maka terjadi proses pengalaman pengetahuan bermain atau memelihara lingkungan dan akan berlanjut terus, sehingga pada saatnya sebagai pianis menjadi terkenal atau akan selalu ingin melestarikan lingkungan. Oleh karena itu pendidikan rumah (home schooling) menjadi sangat penting yaitu anak dilatih di rumah untuk membuang sampah pada tempatnya, tidak membuang sampah di selokan atau saluran depan rumah, dilatih menyapu/membersihkan rumah, berkebun, dan kegiatan lainnya. Jika latihan ini berlangsung terus maka akan menjadi biasa. Artinya menjadi kebiasaan hidup yang sadar lingkungan. Kebiasan sadar lingkungan ini akan meningkat terus menjadi budaya hidup yang pada akhirnya menjadi sikap hidupnya. Pada keadaan kesadaran lingkungan menjadi sikap hidup manusia, maka dengan sendirinya sikap dan tindakan hidup akan selalu sesuai dengan etika lingkungan. Lingkungan hidup akan terpelihara dan tetap lestari.
Dalam memberikan pendidikan lingkungan pada anak tentu orang tua hendaknya memperhatikan cara atau pendekatan yang digunakan. Orang tua janganlah bersikap otoriter atau terlalu keras pada anak. Orang tua hendaknya bersikap demokratis agar anak menerima pendidikan dan latihan itu dengan senang hati. Sehingga akan tercapai apa yang diinginkan, yaitu lingkungan yang lestari.
-
1) Keluarga merupakan wadah pembentukan kebiasaan,danjuga nilai- nilai, baik nilai sosial budaya, etika lingkungan, maupun nilai mentalitas. Pendidikan utama dalam keluarga memegang peranan yang sangat menonjol, orang tua merupakan model yang ditiru oleh anak. Karena itu orang tua harus selalu menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam segala hal termasuk melestarikan lingkungan.
-
2) Orang tua hendaknya banyak memberikan latihan pada anak dalam melestarikan lingkungan, yaitu dengan memberikan tugas menyapu halaman, membuang sampah pada tempatnya dan kegiatan lainnya. Karena dengan latihan akan menjadi suatu kebiasaan yang permanen.
-
3) Pola asuh yang diterapkan dalam menanamkan
kebiasaan untuk melestarikan lingkungan, sebaiknya dengan cara demokratis, sebab dengan pendekatan ini adanya hak dan kewajiban orang tua dan anak relatif seimbang dalam arti mereka saling melengkapi. Misalnya, mereka saling menegur apabila ada di antara anggota keluarga yang membuang sampah tidak pada tempatnya.
-
1) Kepada para orang tua agar memberikan pendidikan lingkungan terhadap anak terutama etika lingkungan agar anak menjadi sadar lingkungan.
-
2) Dalam keluarga, orang tua hendaknya selalu melatih anak untuk peduli lingkungan yaitu dengan membiasakan anak untuk membuang sampah pada tempatnya, menyapu halaman, berkebun dan kegiatan lainnya.
-
3) Orang tua selalu harus memberikan teladan dalam melestarikan lingkungan.
Daftar Pustaka
Ahmadi Abu, Nur Uhbiyanti. 2001. Ilmu Pendidikan. PT Rineka Cipta, Jakarta.
AmosNeolaka. 2008. Kesadaran Lingkungan. RinekaCipta, Jakarta.
Berk, Laura E. 2007. ChildDevelcpment. Pearson, Boston.
Djamarah Syaiful Bahri. 2002. PsikclcgiBelcjar. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Hamalik Oemar. 2005. Prcses Belajar Mengajar PT BumiAksara, Jakarta.
Miler, Darla F. 2007. Pcsitive Child Guidance. Thomson, NewYork.
Shochib Moh, 2000, PolaAsuh Orang Tua, PT Rineka Cipta. Jakarta, Soemanto Wasty. Psikclcgi Pendidikan. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Sutikno Sobry. 2006. Pendidikan Sekarang dan Masa Depan. NTP Press, Mataram.
135
Discussion and feedback