JURNAL BETA (BIOSISTEM DAN TEKNIK PERTANIAN) Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana

https://ojs.unud.ac.id/index.php/beta

Volume 7, Nomor 2, September 2019

Strategi Peningkatan Kinerja Rantai Pasokan Ikan Tribang (Upeneus moluccensis) dari Pasar Lelang Ikan Gunung Agung Sampai Konsumen Rumah Tangga Kota Denpasar

Strategy for Improving Performance of Tribang Fish Supply Chain (Upeneus moluccensis) from Gunung Agung Fish Auction Market to Denpasar City Household Consumers

I Gusti Putu Angga Wira Dananjaya, I Wayan Widia, Ida Ayu Rina Pratiwi Pudja Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Unud

E-mail: [email protected]

Abstrak

Sistem rantai pasokan ikan tribang saat ini belum memberikan kesejahteraan kepada para pelaku usaha khususnya pedagang kecil. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui struktur, mekanisme, dan kelembagaan rantai pasokan ikan tribang; (2) menemukan langkah strategis untuk meningkatkan kinerja rantai pasokan ikan tribang. Penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap pertama mengetahui struktur, mekanisme, kelembagaan rantai pasokan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan tahap kedua mengetahui prioritas rekomendasi menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP). Pengambilan sampel pelaku rantai pasokan menggunakan metode purposive sampling, snowball sampling, dan non probability sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa rantai pasokan ikan tribang terdiri dari sembilan pola aliran rantai dimana mekanisme rantai pasokan ikan tribang bersifat tradisional dan kelembagaan rantai pasokan ikan tribang bersifat perdagangan umum. Berdasarkan metode AHP, prioritas rekomendasi dalam meningkatkan kinerja rantai pasokan ikan tribang yaitu kriteria meningkatkan nilai tambah produk, alternatif responsiveness (kemampuan reaksi rantai pasok), dan indikator siklus waktu pemenuhan pesanan menjadi prioritas yang paling berperan penting.

Kata Kunci: ikan tribang, manajemen rantai pasokan, Analytical Hierarchy Process (AHP).

Abstract

Supply chain system of tribang fish currently does not provide welfare to people business, especially small traders. The purpose of this study are (1) to know the structure, mechanism, and institutional supply chain of tribang fish; (2) find strategic steps to improve the performance of tribang fish supply chains. This study consisted of two stages, the first stage knowing the structure, mechanism, institutional supply chain using qualitative descriptive analysis, and the second stage knowing the priority recommendations using the Analitycal Hierarchy Process (AHP) method. Sampling of supply chain actors uses purposive sampling, snowball sampling, and non probability sampling methods. The results showed that tribang fish supply chain consisted of nine chain flow patterns where the tribang fish supply chain mechanism was traditional and the tribang fish supply chain institution was general trading. Based on AHP method, priority recommendations to improving the performance of tribang fish supply chains are criteria of increasing product added value, alternative of responsiveness (supply chain reaction capabilities), and indicator of cycle order fulfillment are the most important priorities.

Keywords: tribang fish, supply chain management, Analytical Hierarchy Process (AHP)

PENDAHULUAN

Pemenuhan kebutuhan ikan segar bagi konsumen tidak terlepas dari sistem manajemen rantai pasok. Menurut Chopra dan Meindhl (2007) bahwa

manajemen rantai pasok adalah keterpaduan antara perencanaan, koordinasi, dan kendali seluruh proses dan aktivitas bisnis dalam rantai pasok untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan biaya yang paling rendah. Tujuan strategis dari rantai pasokan

adalah untuk memenangkan persaingan pasar atau setidaknya bertahan. Karena itu untuk menjadi pemenang dalam persaingan pasar maka rantai pasokan harus bisa menyediakan produk yang murah, berkualitas, tepat waktu, dan bervariasi (Pujawan, 2005).

Jaringan rantai pasok ikan segar salah satunya adalah dapat kita jumpai di Pasar Lelang Ikan Gunung Agung Denpasar dimana kegiatan jual beli ikan segar dapat kita lihat secara langsung. Namun dalam pengelolaan rantai pasokan masih mengalami beberapa kendala seperti ketepatan waktu, kuantitas dan kualitas ikan segar yang dibutuhkan oleh konsumen. Di lain sisi, sistem manajemen yang tidak terstruktur dapat kita jumpai dengan melihat kurangnya kerjasama antar pelaku rantai pasokan dan tidak adanya sistem bagi keuntungan yang merata antar pelaku rantai pasokan. Hal tersebut mengindikasikan adanya permasalahan dalam rantai pasok ikan segar.

Sistem pengukuran kinerja diperlukan sebagai pendekatan dalam rangka mengoptimalkan efisiensi jaringan rantai pasok. Sistem pengukuran manajemen rantai pasokan digunakan untuk menentukan apa yang akan diukur dan dimonitor serta menciptakan kesesuaian antara strategi rantai pasokan dengan metrik pengukuran, setiap periode pengukuran dilakukan untuk mengetahui seberapa penting ukuran yang satu relatif terhadap yang lain, siapa yang bertanggungjawab terhadap suatu ukuran tertentu adalah sebagian dari pertanyaan ang harus dijawab pada waktu mengembangkan sistem pengukuran kinerja rantai pasok (Pujawan, 2005). Pengukuran kinerja juga dapat diterapkan salah satunya pada rantai pasokan ikan segar. Dalam hal ini, rantai pasokan ikan tribang memiliki beberapa permasalahan baik dari segi kualitas ikan ataupun manajemen rantai pasokan sehingga diperlukan pengukuran kinerja rantai pasokan.

Ikan tribang merupakan salah satu ikan laut yang masuk ke dalam jenis ikan jangki dengan potensi pemasaran yang baik. Dibalik potensi pemasaran yang baik dalam pemasarannya ikan tribang memiliki beberapa kendala seperti rendahnya kualitas ikan akibat penanganan yang kurang tepat oleh pedagang dan manajemen rantai pasokan yang tidak terstruktur. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur, mekanisme, dan kelembagaan rantai pasokan ikan tribang, dan untuk menemukan langkah strategis untuk meningkatkan kinerja rantai pasokan ikan tribang. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan bertujuan untuk membenahi beberapa permasalahan di lapangan terkait dengan rantai pasokan sehingga diharapkan nantinya dapat

menciptakan rantai pasokan ikan tribang yang efektif dan efisien dan dapat meningkatkan kinerja rantai pasokan ikan tribang yang berdaya saing.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Lelang Ikan Gunung Agung, Pasar Kumbasari, pasar-pasar tradisional Denpasar, pasar-pasar desa di Kota Denpasar, dan juga perumahan-perumahan di Kota Denpasar Selatan seperti Sesetan, Pemogan, dan Gerogol Carik. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2018.

Instrument dan Metode Pengumpulan Data

Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data penentuan prioritas dalam rangka meningkatkan kinerja rantai pasokan menggunakan kuesioner. Format kuesioner mengikuti persyaratan dan ketentuan yang diperlukan sesuai dengan metode Analytical Hierarchy Process.

Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini meliputi dua kategori yaitu: pertama responden untuk pengumpulan data tentang struktur, mekanisme, kelembagaan rantai pasokan ikan tribang, dan kedua responden untuk pengukuran kinerja rantai pasokan ikan tribang. Kedua kategori responden tersebut merupakan individu-individu yang berasal dari pemangku kepentingan. Adapun pemangku kepentingan (stakeholder) yang diikutkan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut; (1) Pengepul; (2) Pedagang Pasar Lelang Ikan Gunung Agung; (3) Pedagang Pasar Kumbasari; (4) Pedagang pasar tradisional; (5) Pedagang pasar desa; (6) Pedagang ikan keliling; (7) Warung ikan/Restaurant; (8) Konsumen rumah tangga;

Responden dalam penelitian ini juga terbagi menjadi dua jenis yaitu pelaku rantai pasokan dan konsumen rumah tangga. Pengambilan sampel ditingkat pelaku rantai pasokan dilakukan menggunakan metode snowball sampling. Sedangkan pengambilan sampel ditingkat konsumen rumah tangga dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dan non probability sampling (populasi yang jumlah dan identitas populasi tidak diketahui).

Metode Analisis

Analisis kondisi umum rantai pasokan ikan tribang menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sedangkan analisis data penetapan prioritas dalam rangka meningkatkan kinerja rantai pasokan ikan tribang menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).

Langkah pertama yang diambil dalam analisis AHP adalah menyusun hirarki. Bagan hirarki disusun berdasarkan kriteria dan alternatif yang telah dipilih oleh pakar. Dilanjutkan dengan langkah kedua yaitu penilaian kriteria dan alternatif oleh para responden. Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Skala yang digunakan pada setiap tingkat dengan orientasi pada tujuan pemilihan alternatif terbaik menggunakan skala dari 1 sampai 9. Menurut Saaty (2001), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Apabila suatu elemen dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi nilai 1. Jika elemen i dibandingkan dengan elemen j mendapatkan  nilai tertentu,  maka elemen j

dibandingkan dengan elemen i merupakan kebalikannya  (Sukenda dan  Afrizone, 2011).

Langkah ketiga adalah penentuan prioritas untuk setiap kriteria dan alternatif. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik. Apabila perbandingan berpasangan dilakukan dengan cara kuesioner kepada multi responden, maka data hasil kuesioner dirata-ratakan menggunakan rata-rata geometrik. Selanjutnya langkah keempat yaitu konsistensi logis dimana semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Penghitungan konsistensi logis dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut. a. Mengalikan matriks dengan proritas bersesuaian. b. Menjumlahkan hasil perkalian per baris.

  • c.    Hasil penjumlahan tiap baris dibagi prioritas bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan.

  • d.    Hasil c dibagi jumlah elemen, akan didapat λmaks. e. Indeks Konsistensi (CI) = (λmaks-n) / (n-1) f. Rasio Konsistensi = CI/ RI, di mana RI adalah indeks random konsistensi. Jika rasio konsistensi ≤ 0.1, hasil perhitungan data dapat dibenarkan (Saaty, 2001).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Sistem Rantai Pasokan Komoditas Ikan Tribang di Pasar Lelang Ikan Gunung Agung sampai Konsumen Rumah Tangga Kota Denpasar Dari Gambar 1 diperoleh sebanyak sembilan jalur distribusi atau pola aliran rantai pasokan ikan tribang, antara lain sebagai berikut.

  • 1.    Pola I : pengepul → Pasar Lelang Ikan Gunung Agung → pasar tradisional → konsumen rumah tangga

  • 2.    Pola II : pengepul → Pasar Lelang Ikan Gunung Agung → pasar tradisional → pasar desa → konsumen rumah tangga

  • 3.    Pola III : pengepul → Pasar Lelang Ikan Gunung Agung → Pasar Kumbasari → pasar tradisional → konsumen rumah tangga

  • 4.    Pola IV : pengepul → Pasar Lelang Ikan Gunung Agung → Pasar Kumbasari → pasar tradisional → pasar desa → konsumen rumah tangga

  • 5.    Pola V : pengepul → Pasar Lelang Ikan Gunung Agung → Pasar Kumbasari → pasar desa → konsumen rumah tangga

  • 6.    Pola VI : pengepul → Pasar Lelang Ikan Gunung Agung → Pasar Kumbasari → konsumen rumah tangga

  • 7.    Pola VII : pengepul → Pasar Lelang Ikan Gunung Agung → Pasar Kumbasari → pedagang ikan keliling → konsumen rumah tangga

  • 8.    Pola VIII : pengepul → Pasar Lelang Ikan Gunung Agung → Pasar Kumbasari → warung ikan → konsumen rumah tangga

  • 9.    Pola IX     : pengepul → Pasar Lelang Ikan

Gunung Agung → warung ikan → konsumen rumah tangga

Berdasarkan pola aliran, pelaku rantai pasokan ikan tribang di Pasar Lelang Ikan Gunung Agung dan Kota Denpasar disajikan pada Tabel 1.

Gambar 1. Pola aliran rantai pasokan ikan tribang di Pasar Lelang Ikan Gunung Agung dan Kota Denpasar

Tabel 1 Pola aliran produk ikan tribang pada setiap pelaku rantai pasokan

Pelaku Rantai Pasokan

Membeli dari

Rata-rata Harga Beli (Rp/kg)

Menjual ke

Rata-rata Total Volume Jual (kg/hari)

Rata-rata Harga Jual (Rp/kg)

Pengepul

Nelayan

Rp 15.333,00

Pasar Lelang Ikan Gunung Agung

1.667

Rp 20.000,00

Pedagang Pasar

Lelang Ikan Gunung Agung

Pengepul

Rp 20.000,00

  • -    Pasar tradisional

  • -    Pasar Kumbasari

  • -    Warung ikan/ restaurant

1.000

Rp 25.000,00

Pedagang Pasar Kumbasari

Pasar Lelang Ikan Gunung Agung

Rp 25.017,24

  • -    Pasar tradisional

  • -    Pasar desa

  • -    Warung ikan/ restaurant

  • -    Pedagang ikan keliling

  • -    Konsumen rumah tangga

61.12

Rp 27.741,38

Pedagang Pasar Tradisional

- Pasar Kumbasari

Rp 27.242,42

- Pasar desa

- Konsumen rumah tangga

11,64

Rp 31.393,94

- Pasar Lelang Ikan Gunung Agung

Pedagang Pasar desa

  • -    Pasar

Kumbasari      Rp 29.521,74  Konsumen           4,46      Rp 33.956,52

  • -    Pasar                            rumah tangga

tradisional

Pedagang Ikan Keliling

Pasar            Rp 28.000,00   Konsumen             10       Rp 33.111,11

Kumbasari                     rumah tangga

Warung Ikan/ Restaurant

  • -    Pasar Lelang

Ikan Gunung

Konsumen

gung                -        rumah tangga           -               -

  • -    Pasar

Kumbasari

Konsumen rumah tangga

  • -    Pasar tradisional        Rp 33.695,24

  • -    Pasar                (harga

Kumbasari          tertinggi)

  • -    Warung ikan/                             -                 -               -

restaurant        Rp 30.047,62

  • -    Pedagang ikan       (harga

keliling             terendah)

  • -    Pasar desa

Keterangan : sistem pembelian antara pembeli dengan pedagang bersifat pembelian langsung dengan sistem pembayaran yaitu cash.

Mekanisme rantai pasokan ikan tribang dari Pasar Lelang Ikan Gunung Agung sampai konsumen rumah tangga Kota Denpasar masih bersifat tradisional. Bersifat tradisional karena pengepul dan pelaku rantai pasokan lainnya belum membentuk kemitraan berdasarkan perjanjian ataupun kontrak sehingga pengepul dan pelaku rantai pasokan yang lainnya belum mempunyai posisi tawar yang baik. Informasi mengenai spesifikasi mutu produk dan harga jual produk yang diperoleh pedagang masih terbatas seperti mutu ikan yang hanya terdiri dari kualitas yang baik dan reject, serta informasi harga ikan mengikuti harga pasar.

Dilihat dari pola kelembagaan rantai pasokan, kelembagaan rantai pasokan ikan tribang termasuk pola perdagangan umum. Sistem jual beli produk belum menerapkan kontrak perjanjian yang mengikat antar pelaku terutama pengepul dengan middleman sehingga hanya mengandalkan kepercayaan. Ikatan pengepul dengan pedagang Pasar Lelang Ikan

Gunung Agung saat ini baru sebatas kesepakatan tentang kualitas dan kuantitas produk, jadwal pasokan, dan sistem pembayaran, serta harga mengikuti permintaan pasar.

Analisis Pengembangan Rantai Pasokan Ikan Tribang dari Pasar Lelang Ikan Gunung Agung Sampai Konsumen Rumah Tangga Kota Denpasar

Strategi Peningkatan Kinerja Rantai Pasokan Hasil perbandingan berpasangan tingkat kepentingan indikator yang dibuat oleh para pemangku kepentingan ditunjukkan pada Gambar 6. Tujuan rantai pasokan ikan tribang yang ditetapkan oleh para pemangku kepentingan rantai pasokan ikan tribang di Pasar Lelang Ikan Gunung Agung dan Kota Denpasar dibuat berdasarkan kemampuan rantai pasokan untuk meningkatkan kinerja dan mampu berdaya saing.

Kinerja Kunci

Rantai Pasokan

Meningkatkan Nilai Tambah Produk (0,296)


Meningkatkan Akses Pasar (0,138)


Membangun Kekuatan Finansial (0,092)


Meningkatkan Akses Infonnasi (0,189)


Membangun Kekuatan Finansial (0,285)


Realibilitas (0,276)


Responsiveness


Agility (0,238)


Pengelolaan Biaya (0,238)


Pemenuhan Pesanan Secara Sempurna (0,403)


Kualitas Produk (0,372)


Kualitas Proses (0,225)


Siklus Waktu Pemenuhan Pesanan (0,891)


Keterlambatan Produk (0,109)


Fleksibilitas Rantai Pasok Hulu (0,339)


Kemampuan Adaptasi Ranlai Pasok Hulu (0,432)


Kemampuan Adaptasi Rantai Pasok Hilir (0,229)


Biaya Produksi (0,527)


Biaya Distribusi (0,306)


Biaya Produk Teijual (0,167)


Gambar 2. Hasil penilaian prioritas oleh para pemangku kepentingan rantai pasokan

Berdasarkan pendapat para pemangku kepentingan, kriteria utama rantai pasokan ikan tribang dari Pasar Lelang Ikan Gunung Agung sampai konsumen rumah tangga Kota Denpasar adalah meningkatkan nilai tambah produk dengan bobot kepentingan sebesar 0,296. Alternatif untuk mencapai tujuan utama adalah alternatif responsiveness atau kemampuan reaksi rantai pasokan dengan bobot kepentingan sebesar 0,299 dengan indikator kinerja kunci yaitu siklus waktu pemenuhan pesanan dengan bobot kepentingan sebesar 0,891 dan keterlambatan produk dengan bobot kepentingan sebesar 0,109.

Meningkatkan Nilai Tambah Produk

Pada saat ini, beberapa pelaku usaha yang terlibat langsung pada sistem rantai pasokan ikan tribang yang khususnya para pelaku rantai hilir masih mendapatkan nilai tambah yang relatif kecil. Hal ini disebabkan oleh cara pemasaran para pelaku usaha ikan tribang yang belum sepenuhnya mengikuti standar operasional prosedur. Dengan kata lain bahwa rantai pasokan tersebut belum mampu berdaya saing. Tujuan yang menjadi prioritas untuk mendukung peningkatan kinerja rantai pasokan ikan tribang dan memperoleh keunggulan besaing adalah meningkatkan nilai tambah produk (0,209). Hal ini berarti bahwa nilai tambah produk menjadi prioritas utama untuk memperoleh keunggulan bersaing dalam rantai pasokan ikan tribang.

Adapun cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah suatu produk (Artaya, 2015), yaitu sebagai berikut.

  • a.    Perbaikan Proses Produksi

Untuk meningkatkan nilai tambah suatu produk perlu adanya perbaikan pada proses produksi dan menjadi fokus perhatian utama adalah pembentukan kelompok usaha kecil. Secara deskripsi ini memiliki maksud bahwa pelaku usaha kecil harus mampu bekerjasama dengan baik untuk mengatasi segala permasalahan yang dapat muncul di bidang kegiatan proses produksi, mulai dari pengadaan bahan baku, bahan pengganti, perbaikan teknik proses produksi dan lain-lain.

  • b.    Perbaikan Disain Kemasan Produk

Peningkatan nilai tambah produk juga dapat dilakukan melalui bagaimana pelaku usaha dapat menjaga keunggulan produknya melalui bahan kemasan yang digunakan, semakin baik bahan kemasan maka semakin aman produk dalam proses penyimpanan dan semakin aman dikonsumsi sehingga tentu kondisi ini lebih diterima oleh konsumen. Untuk membuat sebuah desain bagi produk harus melibatkan sentuhan teknologi, agar kemasan terlihat modern, hygiene, disukai konsumen.

  • c.    Penggunaan Media Iklan dalam Kegiatan Promosi Pelaku usaha kecil dalam mempromosikan produknya, tidak harus mengandalkan satu sarana dan satu media, semakin banyak sarana dan media iklan yang dikenal dan dikuasai maka akan semakin memberikan manfaat positif bagi perkembangan dan pertumbuhan usahanya ke depan.

Responsiveness (Siklus Waktu Pemenuhan Pesanan) Pada AHP telah ditetapkan sebuah tujuan yaitu untuk meningkatkan kinerja rantai pasokan ikan tribang

sehingga memperoleh keunggulan bersaing. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperoleh alternatif kinerja yang menjadi prioritas yaitu responsiveness (0,299) dan siklus waktu pemenuhan pesanan (0,891), yang artinya dengan menjalankan alternatif dan indikator ini tujuan akan dapat dicapai.

Kemampuan suatu pelaku rantai dalam memenuhi permintaan konsumen tanpa harus menunggu menjadi salah satu ukuran penilaian responsiveness rantai pasokan ikan tribang. Sebuah rantai pasokan akan melibatkan bagian-bagian bisnis seperti manufaktur, suplier, transportasi, warehouse, retail, bahkan konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan konsumen akhir (Chopra dan Meindl, 2007). Semakin besar nilai rata-rata pemenuhan pesanan rantai pasok, maka samakin baik capaian kinerja rantai pasoknya. Setiap satu kali periode pemenuhan pesanan menunjukkan lamanya waktu yang diperlukan perusahaan untuk memenuhi satu kali order. Semakin rendah nilai siklus pemesanannya, semakin baik capaian kinerja rantai pasoknya (Setiawan et al., 2011; Yolandika et al., 2016).

Setiap perusahaan membutuhkan waktu untuk menanggapi pesanan yang tidak terduga, baik dalam pesanan penambahan maupun pengurangan jumlah. Menurut Guritno et al., (2015), waktu tunggu pemenuhan pesanan pada sebuah rantai pasok dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tidak terduga, sehingga sulit untuk dipastikan waktu selesainya. Setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan pelaku rantai pasokan tidak mampu memenuhi permintaan konsumen antara lain faktor cuaca/alam yang menyebabkan nelayan kesulitan dalam mendapatkan ikan dan nelayan ataupun pengepul tidak melakukan konfirmasi ketika tidak mampu memasok barang yang dipesan pedagang, sehingga pedagang tidak mengantisipasi untuk memesan ke nelayan atau pengepul yang lainnya. Baik nelayan, pengepul, maupun pedagang pasar tradisional jika sudah memahami pola order yang setiap hari dilakukan, hal ini akan memudahkan setiap anggota rantai pasok dalam melakukan order atau pesanan.

Dari hasil analisis menunjukkan bahwa menurut penilaian para pemangku kepentingan kriteria meningkatkan nilai tambah produk dan indikator kinerja siklus waktu pemenuhan pesanan menjadi prioritas penting dalam meningkatkan kinerja rantai pasokan ikan tribang untuk memperoleh keunggulan bersaing.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini, maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu sebagai berikut.

  • 1.    Sistem rantai pasokan ikan tribang dari Pasar Lelang Ikan Gunung Agung sampai konsumen rumah tangga kota Denpasar terdiri dari delapan pelaku rantai pasokan dengan sembilan pola aliran distribusi. Mekanisme rantai pasokan ikan tribang dari Pasar Lelang Ikan Gunung Agung sampai konsumen rumah tangga Kota Denpasar masih bersifat tradisional, sedangkan kelembagaan rantai pasokan ikan tribang termasuk pola perdagangan umum.

  • 2.    Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process, dengan meningkatkan nilai tambah produk seperti perbaikan proses produksi, perbaikan disain kemasan produk, dan penggunaan media iklan dalam kegiatan promosi dan dengan memaksimalkan siklus waktu pemenuhan pesanan produk dapat menjadi strategi untuk meningkatkan kinerja rantai pasokan ikan tribang dari Pasar Lelang Ikan Gunung Agung sampai konsumen rumah tangga Kota Denpasar yang berdaya saing.

Saran

Adapun saran-saran dari penelitian ini yaitu sebagai berikut.

  • 1.    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi kepada para pelaku rantai pasokan ikan tribang sebagai strategi untuk meningkatkan kinerja rantai pasokan yang efektif dan efisien serta memiliki daya saing.

  • 2.    Dalam rangka meningkatkan kinerja rantai pasokan ikan tribang agar mampu berdaya saing, perlu dukungan dari seluruh pelaku rantai pasokan secara sungguh-sungguh agar dapat terlaksana secara optimal. Hal ini dapat diwujudkan melalui perencanaan kolaboratif yang merupakan kesatuan kerjasama dan penyelarasan informasi antara satu anggota rantai dengan anggota lainnya dalam perencanaan penjualan.

DAFTAR PUSTAKA

Alim S, Marimin, Yandra A, dan Faqih U. 2011. Studi Peningkatan Kinerja Manajemen Rantai Pasok Sayuran Dataran Tinggi di Jawa Barat. Jurnal Agritech, Vol. 31, No. 1, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Artaya I. 2015. Analisis Faktor Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Produk Usaha Kecil di Kota Sidoarjo dalam Menghadapi Persaingan Pasar Bebas Asean. Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Narotama Surabaya.

Astuti, R. 2012. Pengembangan Rantai Pasok Buah Manggis Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Disertasi tidak dipublikasikan. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Chopra S, Meindehl P. (2007). Supply Chain Management :  Strategy, Planning, and

Operation. Pearson Prentice Hall. New Jersey.

Guritno A D, Fujianti R, Kusumasari D. (2015). Assessment of the Supply Chain Factors and Classification of Inventory Management in Suppliers’ Level of Fresh Vegetables. Agriculture and Agricultural Science Procedia. 3, pp 51-55.

Handfield RB, Ernest L, Nichols Jr. (2012). Supply Chain Redesign. Prentice Hall. New Jersey.

Marimin dan Maghfiroh N. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. Penerbit IPB Press. Bogor

Pujawan IN. 2005. Supply Chain Management. Guna Widya. Surabaya.

Saaty, Thomas L. 2001. Decision Making with Dependence and Feedback : The Analytical Network Process 2nd ed. RWS Publications. Pittsburgh

Setiawan A, Marimin, Arkeman Y, Udin F. (2011). Studi peningkatan kinerja manajemen rantai pasok sayuran dataran tinggi di Jawa Barat. Jurnal Aritech. 31(1), pp 60-70.

Sukenda dan Afrizone.Z.P. 2011. Sistem Pendukung Keputusan untuk Memilih Kendaraan Bekas dengan Menggunakan Metode Analitic Hierarchy Process (AHP). Penerbit Teknik Informatika Universitas Widyatama.

Syarif, H., Marimin, Ani, S., Sukardi, dan Mohamad, Y. 2012. Modifikasi Metode Hayami untuk Perhitungan Nilai tambah pada Rantai Pasok Agroindustri Kelapa Sawit. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 22(1) : 22-31.

Yolandika C, Nurmalina R, Suharno. (2016). Analisis Supply Cahin Management Brokoli CV. Yan’s Fruit and Vegetable di Kabupaten Bandung

Barat. Tesis. Program Magister Agribisnis. Institut Pertanian Bogor.

Yuniar, A., R. 2012. Analisis Manajemen Rantai Pasok Melon Di Kabupaten Karanganyar. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

252