JURNAL BETA (BIOSISTEM DAN TEKNIK PERTANIAN) Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana http://ojs.unud.ac.id/index.php/beta

Volume 6, Nomor 2, September 2018

Analisis Nilai Tambah Produk Hortikultura Selada (Lactuca sativa L) di Pasar Modern dengan Proses Penanganan Pascapanen

Analysis of Added Value of Horticultural Lettuce Products (Lactuca sativa L) in Modern Market with Postharvest Handling Process

Enike Windari Sihite, I G.N. Apriadi Aviantara, Ni Luh Yulianti

Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Unud

E-mail: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui penanganan pascapanen yang dilakukan pasar modern sampai selada dipasarkan; (2) menentukan nilai tambah dengan penanganan pascapanen dihitung dengan profit margin di pasar modern. Penelitian ini dilakukan pada awal bulan September sampai akhir Oktober 2016, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pengamatan langsung menggunakan kuisioner untuk mengumpulkan data. Penelitian dilakukan disalah satu pasar modern dan pasar tradisional untuk membandingkan perlakuan penanganan pascapanen terhadap selada. Penanganan pascapanen merupakan salah satu upaya suatu perusahaan untuk memberikan nilai tambah terhadap selada. Pasar modern dengan tingkat penjualan semua jenis selada sebanyak 88,99 kg dapat mengembalikan biaya penanganan pascapanen. Sedangkan pasar tradisional harus menjual selada sebanyak 121,55 kg untuk mengembalikan modal awal. Penanganan pascapanen sangatlah penting untuk mempertahankan umur simpan selada. Selain mempertahankan umur simpan selada, pasar modern memperoleh keuntungan lebih dan mendapat perhatian lebih dari konsumen dibandingkan pasar tradisional. Hasil penelitian ini juga memperoleh profit margin yang berbeda. Profit margin yang diperoleh pasar modern adalah sebesar 129,87% sedangkan profit margin yang diperoleh dari pasar tradisional adalah sebesar 25,3%. Profit margin yang diperoleh pasar modern sebesar 129,87% menunjukkan bahwa rasio penjualan yang tinggi merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu, sebaliknya jika rasionya rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu.

Kata kunci: Nilai tambah, margin keuntungan, pascapanen, selada.

Abstract

This study aims to (1) find out postharvest handling conducted by modern markets until the lettuce is marketed; (2) determining the added value with postharvest handling calculated by profit margin in the modern market. This research was conducted in early September until the end of October 2016, the method used in this research is descriptive method with direct observation using questionnaires to collect data. The study was conducted in one modern market and traditional markets to compare postharvest handling treatment of lettuce. Postharvest handling is one of the efforts of a company to provide added value to the lettuce. The modern market with the selling rate of all types of lettuce as much as 88.99 kg can restore the cost of postharvest handling. While the traditional market must sell as much as 121.55 kg lettuce to restore the initial capital. Postharvest handling is very important to maintain shelf life of lettuce. In addition to maintaining shelf life of lettuce, the modern market gains more and gets more attention from consumers than traditional markets. The results of this study also obtained a different profit margin. Profit margin obtained by modern market is 129,87% while profit margin obtained from traditional market is 25,3%. The profit margin obtained by the modern market of 129.87% indicates that a high sales ratio is a company's ability to generate high profits at a certain level of sales, on the contrary if the low ratio signifies sales that are too low for a certain level of cost, or cost too high for the level specific sales. Keyword: value added, profit margin, postharvest, lettuce.

PENDAHULUAN

Hortikultura sangat berperan penting dalam pola pangan baik sayuran dan buah-buahan. Komoditas hortikultura khususnya sayuran memegang bagian terpenting dari keseimbangan pangan yang dikonsumsi. Sayuran merupakan sumber provitamin A, vitamin C, mineral terutama dari kalsium dan besi. Selain hal tersebut, sayuran juga merupakan sumber serat yang sangat penting dalam menjaga kesehatan tubuh. Selada mengandung mineral iodium, fosfor, besi, tembaga, kobalt, seng, kalsium, mangan dan kalium sehingga berkhasiat dalam menjaga keseimbangan tubuh (Aini et al., 2010).

Selada merupakan produk hortikultura yang mudah rusak (perisable) sehingga butuh penanganan khusus pada tahapan pascapanen. Kerusakan – kerusakan yang terlihat pada pascapanen sebesar 25%-28% (Rahmawati, 2010:45-49). Proses penanganan pascapanen yang tidak baik dapat mengakibatkan kerusakan yang cepat. Proses penanganan pascapanen merupakan salah satu proses untuk mempertahankan mutu seperti tekstur, warna, cita rasa, nilai nutrisi dan memperpanjang masa simpan.

Mutu adalah suatu kajian yang subyektif didefinisikan sebagai kumpulan dari karakteristik dan atribut yang memberikan nilai terhadap produk itu sendiri, sehingga menyebabkan suatu komoditi memiliki nilai yang dikehendaki bagi pengguna akhir (Kader, 1985). Mutu komoditi hortikultura segar merupakan kombinasi dari ciri-ciri, sifat dan nilai harga yang mencerminkan nilai total komoditi tersebut baik untuk bahan pangan sayuran. Sedangkan mutu akhir dari suatu komoditi musiman sangat dipengaruhi oleh beberapa aspek mutu. Khususnya, bagi komoditi sayuran mutu penampilan merupakan komponen mutu yang cukup sangat penting. Para konsumen dengan cukup melihat tingkat kesegaran sayuran sudah dapat memutuskan untuk membeli.

Pada umumnya, dipasar tradisional tidak ada penanganan pascapanen setelah penerimaan selada dari supplier. Tidak ada perlakuan penanganan pascapanen seperti pencucian, pengemasan dan penyimpanan. Dalam hal pengemasan sendiri, pedagang hanya menggunakan keranjang bambu dan keranjang keras yang terbuat dari plastik untuk pemasaran. Adanya kerusakan yang terjadi apabila selada ditumpuk karena selada memiliki kepakaan atau tanggapan terhadap kelembaban maka selada akan mengalami kehilangan air secara terus menerus setelah panen. Selain itu pedagang juga menggabungkan selada yang sudah rusak dengan selada yang tidak mengalami kerusakan. Sehingga mengakibatkan kerusakan fisik dan menurunkan harga jual selada.

Penanganan pascapanen yang baik sebenarnya perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan nilai hasil pertanian, tetapi kenyataannya di Indonesia pasar tradisional belum melakukan penanganan pascapanen yang baik, karena keterbatasan-keterbatasan yang mereka miliki. Keterbatasan-keterbasan tersebut seperti halnya tidak ingin mengeluarkan biaya tambahan untuk memperkerjakan karyawan, tidak tersedianya ruangan atau tempat penyimpanan yang baik sedangkan untuk tingkat pemasaran yang lebih modern atau dipasar modern sudah dilakukan penanganan pascapanen yang cukup baik. Dengan adanya penanganan pascapanen hortikultura pada pasar modern menjadikan harga produk hortikultura lebih tinggi, disamping itu juga dibutuhkan tambahan tenaga, biaya dan peralatan. Penanganan pascapanen yang dilakukan pada pasar-pasar modern menjadikan umur simpan buah dan sayuran lebih panjang.

Nilai tambah (Value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu produksi. Nilai tambah yang dilakukan bertujuan untuk mempertahankan umur simpan hortikultura, mendapatkan perhatian lebih dari konsumen dan juga mendapatkan keuntungan lebih. Selama ini belum banyak penelitian yang menganalisa nilai tambah produk holtikultura terutama selada, baik ditingkat pasar modern maupun di pasar tradisional. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui nilai tambah yang diperoleh dengan melakukan penanganan pascapanen oleh pihak pasar modern dan juga membandingankan penanganan pascapanen yang dilakukan di pasar tradisional.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pengamatan langsung menggunakan kuisioner untuk mengumpulkan data. Penelitian ini dilakukan September - Oktober 2016. Langkah awal yang dilakukan oleh peneliti adalah menentukan tempat penelitian dan melakukan survei. Kemudian pengumpulan data-data yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Setelah pengumpulan data dilakukan analisa dan perhitungan sebagai hasil penelitian.

Tempat dan Waktu

Tempat penelitian ini dilakukan disalah satu pasar modern di Denpasar yaitu Carefour Sunset Road dan pasar tradisional, unit pasar kuta II Jl.Ken dedes kecamatan Kuta Badung. Populasi yang diamati adalah seluruh elemen yang terlibat dalam proses

penanganan pascapanen baik dari pedagang sayur, supplier dan karyawan pasar modern.

Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan setelah penyebaran kueisioner secara acak kepada responden yang ditetapkan. Kuesioner dibacakan oleh peneliti sehingga responden mengerti apa yang dimaksudkan dalam penelitian. Jawaban-jawaban yang diberikan oleh responden dicatat langsung oleh peneliti dalam kuesioner. Adapun data yang dicari dalam penelitian ini adalah:

  • 1.    Waktu dan jumlah penerimaan yang dilakukan oleh supplier.

  • 2.    Volume penjualan selada (Rp/kg).

  • 3.    Penanganan pascapanen yang dilakukan oleh pihak pasar modern dan pasar tradisional.

  • 4.    Penanganan pascapanen selama pemasaran selada.

  • 5.    Harga jual selada dari supplier ke pasar modern dan pasar tradisional.

  • 6.    Harga beli selada oleh konsumen (Rp/kg).

Analisis data

Analisis data memiliki tujuan untuk menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah untuk dibaca dan juga diinterpretasikan Rangkuti (2001). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode kuantitatif dan kualitatif.

Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif merupakan analisis yang dilakukan dengan menguraikan data-data yang didapatkan dari kuisioner. Data tersebut akan memberikan suatu gambaran tentang penanganan pascapanen baik dari pihak pasar tradisional dan pasar modern.

Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif merupakan suatu analisis yang digunakan untuk menghitung margin keuntungan yang diperoleh pasar tradisional dan pasar modern dan mengetahui penanganan pascapanen yang dilakukan pasar modern dengan menggunakan nilai tambah.

Margin Keuntungan (Profit Margin)

Menurut Bambang Riyanto (2001:30), profit margin adalah perbandingan antara net operating income dengan net sales yang dinyatakan dalam persentase.

Net Ofierating income

Profit margin =------——------x 100%

Net Sales

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis selada yang diteliti dalam penelitian ini ada 5 jenis selada yaitu selada keriting, selada kepala, selada romaine, selada merah dan baby romaine. Perlakuan penanganan pascapanen yang dilakukan pihak pasar modern dan pasar tradisional membedakan umur masa simpan. Menurut Caesario Parlindungan, senior general manager commercial fresh PT Trans Retail Indonesia setiap tahun adanya perubahan permintaan pasar modern karena konsumen memiliki kesadaran dalam hal memilih. Pasar modern (PT Trans Retail Indonesia/Carefour) menerima produk selada dengan syarat selada harus memiliki warna yang segar, hijau, bebas dari hama dan ukuran sudah sesuai dengan kesepakatan.

Penanganan pascapanen di pasar modern

Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, penanganan pascapanen dilakukan setelah penerimaan selada. Penerimaan selada oleh pasar modern dilakukan pada pukul 6 pagi setiap pengiriman. Pihak pasar modern terlebih dahulu melihat kualitas selada dengan pengamatan langsung. Kegiatan penerimaan ini dilaksanakan oleh 2 karyawan pasar modern. Penanganan pascapanen yang dilakukan oleh pasar modern adalah sebagai berikut:

Sortasi dan grading

Sortasi merupakan kegiatan pemilihan selada berdasarkan kelayakan untuk dipasarkan sedangkan grading adalah pengelompokkan selada berdasarkan permintaan pasar modern. Kegiatan sortasi ini dilakukan dengan cara manual memilih selada yang baik dan tidak baik/rusak. Grading dilakukan bertujuan untuk membedakan setiap jenis selada menurut jenis selada yang sama. Jika selada tidak memenuhi syarat permintaan maka selada dikembalikan langsung kepada supplier. Pasar modern hanya menginginkan selada yang bermutu baik.

Pengemasan

Pasar modern melakukan pengemasan pada selada dengan menggunakan Vegetable seal tape. Selada yang dikemas dengan vegetable seal tape sebanyak 2 batang selada kemudian akan ditimbang jika konsumen ingin membeli.

Setelah proses pengemasan, maka dilakukan penyusunan selada didalam showcase. Pengaturan bahan dalam showcase membutuhkan waktu hingga 1 jam. Selada disusun rapi sesuai dengan jenis selada dan tidak adanya penumpukan dalam showcase.

Selama penyimpanan dalam showcase, selanjutnya aktifitas pascapanen lain yang dilakukan adalah penyiraman selada dengan interval waktu

penyiraman adalah 30-60 menit. Hal ini bertujuan

Biaya

3 orang

Rp 50.000

Rp

untuk memperlambat aktivitas metabolisme dan

pekerja

pekerja

150.000

mempertahankan kesegaran dan tekstur selada.

Biaya cuci

3000

Rp 5.000

Rp 5000

Kegiatan ini dilakukan 2-3 orang pekerja secara

(air)

Liter

bergantian. Penyiraman dilakukan secara manual dan

Biaya

6 pcs

Rp 5.000

Rp 30.000

menggunakan air supray. Penyiraman manual

packing

dilakukan, jika air supray tidak berfungsi atau dalam

Biaya

15 liter

Rp 7.100

Rp

keadaan rusak.

transpotasi

(BBM)

106.500

Mobil pick

1 Mobil

Rp

Rp

Pemotongan (Trimming)

up

100.000

100.000

Pemotogan (Trimming) merupakan pemotongan

Supir

1

Rp 50.000

Rp 50.000

bagian-bagian sayur yang tidak dikehendaki karena

Pekerja

kerusakan yang dialami selada. Kegiatan ini

Total

Rp

Rp

dilakukan setelah selada sudah dipasarkan selama 2

217.000

441.500

hari. Dalam proses trimming ini, karyawan hanya

Dalam satu hari, dibutuhkan 3 orang pekerja untuk

memotong atau membuang bagian daun yang sudah

melakukan kegiatan penanganan pascapanen yang

layu/lecet atau sudah menguning. Pemeriksaan ini

tepat. Masing-masing pekerja mendapat upah sebesar

dilakukan bersamaan dengan waktu penyiraman

Rp 50.000,-.

Total biaya pelaksana pascapanen ini

selada dalam showcase setiap harinya.

sebesar Rp

150.000. Kemudian untuk proses

Tabel 1

packing, diperlukan biaya sekitar Rp 30.000. Pasar modern juga harus mengeluarkan dana transportasi,

Harga jual selada dari supplier

untuk BBM

sebanyak 15 liter seharga Rp 106.500.

Jumlah rata-   Harga

Jenis                               Biaya

rata /bulan     beli /

Selada                           pembelian

(kg)         kg

Sewa mobil seharga Rp 100.000 dan supir dengan upah Rp 50.000. jadi total biaya keseluruhan sebesar Rp 441.000.

Keriting      41,5       13.000     539.500

Kepala       41,5      15.000    622.500

Tabel 3

Romaine      41,5      15.000    622.500

Harga jual selada setelah melakukan penanganan

Merah       41,5      20.000    830.000

pascapanen di pasar modern

Baby        41,5      20.000    830.000

Romaine

Jenis

Jumlah rata-rata

Harga jual / kg (Rp)

Pendapatan

Total       207,5      83.000    3.444.500

Selada

/bulan

(Rp)

Pada tabel 1, terlihat bahwa rata-rata jumlah selada

(Kg)

yang dibeli oleh pasar modern dari supplier adalah

207.5 kg. Dengan rincian sebagai berikut, selada

Keriting

41,5

33.740

1.400.210

keriting seberat 41.5 kg seharga Rp 13.000/kg, selada kepala seberat 41.5 kg seharga Rp 15.000/kg, selada

Kepala

41,5

39.990

1.659.585

romaine seberat 41.5 Kg seharga Rp 20.000/kg,

Romaine

41,5

38.750

1.608.125

selada merah seberat 41.5 kg seharga Rp 15.000/kg, selada baby romaine seberat 41.5 kg seharga Rp

Merah

41,5

51.250

2.126.875

20.000/kg. Total biaya yang dikeluarkan untuk membeli selada dari produsen sebesar Rp 3.444.500.

Baby Romaine

41,5

56.250

2.334.375

Total

207,5

219.980

9.129.170

Pada tabel 3

diatas terlihat bahwa rata-rata jumlah

selada yang jual oleh pasar modern kepada konsumen

adalah 207.5 kg. Dengan

rincian sebagai berikut,

selada keriting seberat 41.5 kg seharga Rp 33.740/kg,

Tabel 2

selada kepala seberat 41.5 kg seharga Rp 39.990/kg,

Analisa biaya dilakukan penanganan pascapanen di

selada romaine seberat

41.5 kg

seharga Rp

pasar modern.

51.250/kg, selada merah seberat 41.5 kg seharga Rp

Jumlah

56.250/kg, selada baby romaine seberat 41.5 kg

Jenis biaya   yang

Harga     Total

pascapanen  digunak

seharga Rp

38.750/kg.

Total pendapatan yang

dihasilkan sebesar Rp 9.129.170.

an

Dalam satu hari, tentu tidak semua selada laku terjual di pasar modern. Sehingga terkadang harus disiasati dengan pemberian diskon untuk konsumen. Selain itu, pekerja harus terus memastikan kualitas kesegaran selada, jika sudah tampak kurang segar atau ada bagian yang sedikit layu, akan segera dipotong dan dikemas ulang. Proses ini tentunya juga mengurangi jumlah bersih selada yang dijual. Jumlah rata-rata selada yang didiskon adalah 15 kg per jenis.

Tabel 4

Analisa diskon yang diberikan

Jenis

Selada

Jumlah rata-rata yang di diskon / bulan (kg)

Pengurangan Harga jual /kg setelah diskon 10% (Rp)

Besaran potongan harga (Rp)

Keriting

15

3.374

50.610

Kepala

15

3.999

59.985

Romaine

15

3.875

76.875

Merah

15

5.125

84.375

Baby Romaine

15

5.625

58.125

Total

75

21.998

329.970

Masing-masing jenis selada biasanya akan ada pemotongam harga dengan pertimbangan kualitas kesegaran akan terus menurun jika tidak segera laku. Diskon juga dimaksudkan untuk menambah minat beli konsumen. Jumlah besaran potongan harga sebesar Rp 329.000 untuk semua jenis selada seperti yang terlihat pada tabel 4.

Pihak pasar modern biasanya harus terus memeriksa kualitas kesegaran selada yang dijual, jika terdapat yang rusak atau sedikit layu maka akan dipotong dan dikemas ulang. Rata-rata pemotongan adalah sekitar 8 kg per hari. Sehingga menyebabkan keuntungan berkurang sebesar Rp 439.960.

Sehingga perhitungan profit margin adalah :

Net Ofierating income

Profit margin =------——------x 100%

Net Sales

4.473.240

Profit margin = „    —— x 100%

3.444.500

Profit margin = 129,87%

Net operating income dari penjualan per 207,5 kg selada pihak pasar modern. Net operating income adalah harga jual-harga pokok-biaya penanganan pascapanen-diskon-selada yang tidak laku) kemudian di kurangi dengan net sales (harga pokok) sehingga

perhitungan profit margin adalah sebesar 129,87%. Berdasarkan perhitungan data diatas bahwa melakukan penanganan pascapanen terhadap selada sangat efektif untuk membantu pencapaian profit margin yang tinggi.

Tabel 5

Tabel rata-rata pemotongan bagian selada yang mulai layu

Jenis Selada

Jumlah rata-rata yang potong / hari (Kg)

Harga jual (Rp)

Pengurangan Pendapatan (Rp)

Keriting

2

33.740

67.480

Kepala

2

39.990

79.980

Romaine

2

38.750

77.500

Merah

2

51.250

102.500

Baby Romaine

2

56.250

112.500

Total

8

213.980

439.960

Penanganan pascapanen di pasar tradisional

Penanganan pascapanen yang ada dipasar tradisional dilakukan dengan sangat sederhana. Penerimaan selada dipasar tradisional dilakukan pada pagi hari dan sore hari. Berdasarkan pengamatan dan survei, selada yang telah diterima dalam keranjang bambu tidak ada perlakuan penanganan pascapanen seperti pencucian, sortasi, grading, trimming dan pengemasan. Pedagang hanya melakukan trimming (pemotongan) setelah beberapa hari dari waktu penerimaan selada. Pedagang melakukan pemotongan atau pemisahan bagian-bagian yang sudah mengalami kerusakan fisik. Pedagang tradisional memasarkan selada dengan meletakkan selada diruangan terbuka, tidak menata rapi, tidak ada pendinginan atau perlakuan untuk memperpanjang masa umur simpan.

Dari table 6 terlihat bahwa rata-rata jumlah selada yang dibeli oleh pasar modern dari supplier adalah 140 kg. Dengan rincian sebagai berikut selada keriting seberat 28 kg seharga Rp13.000/kg, selada kepala seberat 28 kg seharga Rp.15.000/kg, selada romaine seberat 28 kg seharga Rp 20.000/kg, selada merah seberat 28 kg seharga Rp15.000/kg, Selada Baby Romaine seberat 28kg seharga Rp 20.000/kg. Total biaya yang dikeluarkan untuk membeli selada dari produsen sebesar Rp 2.324.000.

Tabel 6

Harga jual selada dari supplier di pasar tradisional

Jenis

Selada

Jumlah rata-rata /bulan (kg)

Harga beli / kg (Rp)

Biaya pembelian (Rp)

Keriting

28

13.000

364.000

Kepala

28

15.000

420.000

Romaine

28

20.000

560.000

Merah

28

15.000

420.000

Baby Romaine

28

20.000

560.000

Total

140

83.000

2.324.000

Dari Table 7 terlihat bahwa rata-rata jumlah selada yang dijual oleh pedagang dipasar tradisional adalah 140 kg. Dengan rincian sebagai berikut, selada keriting seberat 28 kg seharga Rp 20.000/kg, selada kepala seberat 28 kg seharga Rp 20.000/kg, selada romaine seberat 28 kg seharga Rp 25.000/kg, selada merah seberat 28 kg seharga Rp 30.000/kg, selada Baby Romaine seberat 28 kg seharga Rp 35.000/kg. Total pendapatan kotor yang diperoleh adalah Rp 3.640.000.

Tabel 7

Harga jual selada setelah melakukan penanganan pascapanen di pasar tradisional.

Jenis Selada

Jumlah rata-rata /hari (kg)

Harga jual / kg (Rp)

Biaya pembelian (Rp)

Keriting

28

20.000

560.000

Kepala

28

20.000

560.000

Romaine

28

25.000

700.000

Merah

28

30.000

840.000

Baby Romaine

28

35.000

980.000

Total

140

130.000

3.640.000

Demikian juga dengan pasar tradisional, dari semua jenis selada yang dibeli dari supplier tidak keseluruhan selalu laku terjual. Sering kali selada dagangan ini tersisa. Sedangkan jika tidak segera laku, selada akan semakin membusuk dan akan terbuang begitu saja. Untuk mengurangi kerugian, biasanya para pedagang cenderung memberikan potongan harga yang lumayan tinggi untuk sekedar mengembalikan modal yang telah mereka keluarkan.

Tabel 8

Analisa diskon yang diberikan di pasar tradisional

Jenis

Selada

Jumlah rata-rata yang di diskon / bulan (kg)

Pengurangan harga jual / kg setelah diskon 15% (Rp)

Besaran potonga n harga (Rp)

Keriting

10.5

4000

42000

Kepala

10.5

4000

42000

Romaine

10.5

5000

52500

Merah

10.5

6000

63000

Baby Romaine

10.5

7000

73500

total

52,5

26000

273000

Para pedagang dipasar tradisional sudah mempertimbangkan jika setiap jenis selada tidak segera laku, maka tingkat kesegaranya tentu akan terus menurun dan berakhir dengan pembusukan, oleh sebab itu memberi potongan harga pada pembeli menjadi salah satu solusi terbaik bagi mereka. Rata-rata total potongan harga yang diberikan per hari sekitar Rp 273.000,-

Tabel 9

Rata-rata pemotongan bagian selada yang mulai layu

Jenis

Selada

Jumlah rata-rata yang potong /bulan (kg)

Harga jual / kg (Rp)

Pengurangan Pendapatan (Rp)

Keriting

3,5

20.000

70.000

Kepala

3,5

20.000

70.000

Romaine

3,5

25.000

87.500

Merah

3,5

30.000

105.000

Baby Romaine

3,5

35.000

122.500

Total

18

130.000

455.000

Dengan tujuan untuk mencegah percepatan pembusukan, biasanya pedagang harus memotong bagian selada yang sudah layu dan rusak. Rata-rata pemotongan perhari sejumlah 18 kg, senilai dengan Rp 455.000,- Net operating income dari penjualan 140 kg selada pedagang pasar tradisional. Net operating income adalah harga jual-harga pokok-biaya penanganan pascapanen-diskon-selada yang tidak laku) kemudian di kurangi dengan net sales (harga pokok).

Net operating income Profit margin =------——------x 100%

Net Sales

588.000

Profit margin =--------x 100%

2.324.000


4.


= 627.978


Minimum penjualan =


Biaya Total

Harga pokok penjualan


627978

33740


Profit margin = 25,3%

Profit margin yang diperoleh dari pasar tradisional adalah 25,3%. Dari hasil perhitungan diatas, menunjukkan bahwa perlakuan pascapanen selada dipasar tradisional tidak terlalu memberikan efek besar terhadap net profit margin.

Tabel 10

Ilustrasi penjualan minimum oleh pasar modern dan pasar tradisional

Tipe pasar

Harga pembelian (⅛⅛)

Biaya penanganan pascapanen (Xp⅛

Total penjualan (Xp)

Harga pokok penjualan (Rp⅛)

Minimum

Penjualan

Pasar modern

L. Selada keriting

13000

2132

627978

33740

18,61

2. Selada kepala

15000

2132

710978

39990

17,78

3. Selada romaine

15000

2132

710978

38750

18,35

4. Selada merah

20000

2132

918478

51250

17,92

5. Baby Romaine

20000

2132

918478

56250

16,33

Total

83000

10660

3886890

219980

88,99

Pasar Tradisional

1. Selada keriting

13000

53950

20000

26,98

2. Selada kepala

15000

62250

20000

31,13

3. Selada romaine

15000

62250

25000

24,9

4. Selada merah

15000

62250

30000

20,75

5. Baby Romaine

15000

62250

35000

17,79

Total

73000

365200

130000

121,55

Keterangan :

1. Ilustrasi total pembelian selada sebesar 41,5 kg

untuk setiap jenis selada, total keseluruhan total pembelian 207,5 kg di pasar modern dan 207,5 kg di pasar tradisional.

  • 2.    HP        : Harga pembelian

BPP      : Harga Penanganan pascapanen

TB        : Total Biaya

HPP      : Harga Pokok Penjualan

MP       : Minumum Penjualan

  • 3.    Total penjualan = (HP+BPP)x 41,5

= (13.000 + 2.132) x 41,5 kg

= 16,61kg

Berdasarkan ilustrasi diatas dapat dilihat bahwa pasar modern dengan tingkat penjualan semua jenis selada sebanyak 88,99 kg dapat mengembalikan biaya pengeluaran penanganan pascapanen dan modal pembelian selada dari supplier. Sedangkan pasar tradisional harus menjual selada sebanyak 121,55 kg untuk mengembalikan modal pembelian awal. Dengan demikian, penanganan pascapanen sangat berperan penting dalam penjualan produk dengan mempertahankan umur simpan selada. Selain mempertahankan umur simpan selada, kualitas produk yang lebih baik membuat pasar modern memperoleh keuntungan lebih besar dan mendapat perhatian lebih dari konsumen dibandingkan dengan pasar tradisional. Hasil penelitian ini juga menunjukkan profit margin yang berbeda antara pasar modern dan pasar tradisionl. Profit margin yang diperoleh pasar modern adalah sebesar 129,87% sedangkan profit margin yang diperoleh dari pasar tradisional adalah sebesar 25,3%. Profit margin yang diperoleh pasar modern sebesar 129,87% menunjukkan bahwa rasio penjualan yang tinggi merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Sebaliknya, jika rasionya rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu.

KESIMPULAN & SARAN

Kesimpulan

  • 1.    Penanganan pascapanen selada di pasar modern dan pasar tradisional memiliki penanganan yang berbeda. Penanganan pascapanen yang dilakukan oleh pasar modern meliputi sortasi & grading, pengemasan, penyiraman dan trimming. Sedangkan penanganan pascapanen tradisional hanya melalukan trimming untuk memotong bagian tertentu karena mengalami kerusakan fisik.

  • 2.    Pasar modern memberikan nilai tambah terhadap produk selada yang dijual dengan perlakuan yang berbeda dibandingkan di pasar tradisional. Pasar modern melakukan beberapa penanganan seperti penempatan produk selada di tempat ber-AC, melakukan penyiraman rutin, dan trimming antara produk yang telah rusak dengan yang

masihsegar. Hal ini yang menjadi perbedaan antara produk di pasar tradisional dan pasar modern. Nilai tambah tersebut juga yang menjadi pendorong harga produk selada yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan yang dijual di pasar tradisional.

  • 3.    Pasar modern dengan tingkat penjualan semua jenis selada sebanyak 88,99 kg dapat mengembalikan biaya penanganan pascapanen. Sedangkan pasar tradisional harus menjual selada sebanyak 121,55 kg untuk mengembalikan modal awal. Penanganan pascapanen sangatlah penting untuk mempertahankan umur simpan selada. Selain mempertahankan umur simpan selada, pasar modern memperoleh keuntungan lebih dan mendapat perhatian lebih dari konsumen dibandingkan pasar tradisional. Hasil penelitian ini memperoleh profit margin yang berbeda. Profit margin yang diperoleh pasar modern adalah sebesar 129,87% sedangkan profit margin yang diperoleh dari pasar tradisional adalah sebesar 25,3%. Profit margin yang diperoleh pasar modern sebesar 129,87% menunjukkan bahwa rasio penjualan yang tinggi merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu, sebaliknya jika rasionya rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu.

Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya dapat meneliti penanganan pascapanen dan nilai tambah yang dilakukan petani dan supplier, dimana akan mempengaruhi harga.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sani Supriyanto, dan Masyhuri Machfudz. (2010). Metodologi Riset Manajemen Sumber daya Manusia. Malang: UIN Maliki Press.

Agus Purwanto, Erwan dan Dyah Ratih Sulistyastuti. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Untuk Administrasi Publik, Dan Masalah-masalah Sosial. Yogyakarta: Gaya Media.

Anandita, R. 2004. Pemasaran Hasil Pertanian. Papyrus. Surabaya.

Anonim, 2004. Budidaya Tanaman Selada. Http://www. Warinte.progresio.or.id

Dina Wahdatil Hanifah. 2014. “Analisis Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS), dan Price to Book Valu (PBV) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Perhitungan Jakarta Islamic Index

(JII) Tahun 2010-2013”. Jurnal. Universitas Brawijaya.

Bambang, Riyanto, 1999. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi ke empat, BPFE ,Yogyakarta.

Bourne, M.C. Overview of Postharvest Problem in Fruits and Vegetables Sec. Edition, National Academy Press, Washington DC. 1999.

Cahyono, B. 2005. Teknik Budi Daya dan Analisa Usahatani Selada. Aneka Ilmu, Semarang.

Hayami, Y et. AL, 1987. Analisis Nilai Tambah Dan Distribusi kripik Nangka. Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang.

Haryanto, Eko dkk. 1995. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta.

Haryanto, E., T. Suhartini, E. Rahayu, H. Sunarjono. 2003. Sawi dan Selada (Edisi Revisi). Penerbit Swadaya. Jakarta. 112 hal.

Muhtadi, D., Anjarsari, B. Meningkatkan Nilai Tambah Komoditas Sayuran. Prosiding.

M. Yusuf Samad.2006. Pengaruh Penanganan Pascapanen Terhadap mutu komoditas hortikultura. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 8 No. 1 April 2006 Hlm. 3136.

Mulawarman, Aji, 2009. KONSEP NILAI TAMBAH SYARIAH:  Pengertian dan

Definisi Nilai Tambah (62-konsep-nilai-tambah-syariahpengertian-dan-definisi-nilai-tambah-bagianpertama.htm) di akses pada tanggal 27 Mei 2010.

Nucifera Julduha dan Indra Kusumawardhani. 2013. Pengaruh net profit margin, current ratio, debt to asset ratio dan tingkat suku bunga terhadap beta saham syariah pada perusahaan yang terdaftar dijakarta islamic index. Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol. 18, 144 No. 2, Agustus 2013.

Napitupulu, 2000. Analisis Nilai Tambah Dan Distribusi kripik Nangka. Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang.

Rukmana, H. R. 1994. Bertanam Selada dan Andewi. Kanisius. Jakarta.

Rahmat Rukmana. 1994. "Budidaya Selada Alias Lettuce Dalam: Harian Haluan,

Kamis 17 Maret 1994.

Samadi, B. 2014. Rahasia Budidaya Selada. Pustaka Mina. Depok.

Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Setyowari, R.N., Budiarti, A Pasca Panen Sayur. Penebar Swadaya, Jakarta 1992.

Singarimbun, M. dan S.Effendi.1989.Metode Penelitian Survei.P3ES.Jakarta.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta.

Uep Tatang Sontani dan Sambas Ali Muhidin. (2011). Desain Penelitian Kuantitatif. Bandung: Karya Andhika Utama.

63