PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN MANAJERIAL, LEVERAGE, DAN FINANCIAL DISTRESS TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI
on
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 7.1 (2014): 223-
PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN MANAJERIAL, LEVERAGE, DAN FINANCIAL DISTRESS TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI
Ni Kd Sri Lestari Dewi 1
2
I Ketut Suryanawa2
1Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia e-mail: lestari_dewi1990@yahoo.co.id / telp: +62 81 933 030 396
2Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia
ABSTRAK
Konservatisme akuntansi diimplementasikan dalam keadaan jika terdapat suatu peningkatan aktiva yang belum terealisasi, maka kejadian tersebut belum bisa diakui. Namun, mengakui adanya penurunan aktiva walaupun kejadian tersebut belum terealisasi. Konservatisme dikatakan lebih mengantisipasi rugi daripada laba. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan struktur kepemilikan manajerial, leverage, dan financial distress pada konservatisme akuntansi. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan diperoleh sebanyak 37 perusahaan yang sesuai dengan kriteria. Penelitian ini menggunakan regresi linear berganda dan uji asumsi klasik untuk analisis data. Uji F dan uji t digunakan dalam menguji hipotesis penelitian. Hasil yang diperoleh bahwa pengaruh struktur kepemilikan manajerial dan leverage signifikan positif pada konservatisme akuntansi, sedangkan financial distress mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap konservatisme akuntansi.
Kata kunci: konservatisme, kepemilikan manajerial, leverage, financial distress
ABSTRACK
Accounting conservatism is implemented in a state if there is an increase in the unrealized assets, so that events can not be recognized yet. But, recognized a decrease of assets event although the event has not been realized yet. Conservatism is said to be admitted loss than profit. This research is aiming to see the correlation among managerial ownership structure, leverage, and financial distress in accounting conservatism. This research as carried out at manufacture company in the Indonesia Stock Exchange in 2009–2011 period. Sample selection do by purposive sampling method and obtained 37 companies in criteria accordingly. This study used multiple linear regression and classic assumption test for data analysis. F test and t-test have been used to test the research hypothesis. The result showed that the effect of managerial ownership structure and leverage are positive significant in accounting conservatism, and the effect of financial distress is negative significant in accounting conservatism.
Keywords: conservatism, managerial ownership, leverage, financial distress
PENDAHULUAN
Manajemen perusahaan dalam menentukan metode ataupun estimasi akuntansi yang dipakai untuk menyusunan laporan keuangan diberikan fleksibilitas dalam Standar Akuntansi
Keuangan (SAK), sehingga setiap metode akuntansi yang dipilih oleh perusahaan memiliki tingkat konservatisme yang berbeda-beda. Seorang manajer dalam menghadapi suatu ketidakpastian diharapkan menerapkan prinsip akuntansi konservatif. Konservatisme akuntansi mengakui adanya penurunan aktiva walaupun kejadian tersebut belum terealisasi, namun kejadian belum bisa diakui jika terdapat suatu peningkatan aktiva yang belum terealisasi.
Konservatisme memiliki kaidah pokok, yaitu (1) harus mengakui kerugian yang sangat mungkin terjadi, tetapi tidak boleh mengantisipasi laba sebelum terjadi. (2) apabila dihadapkan beberapa pilihan, akuntan diharapkan memilih metode akuntansi yang paling tidak menguntungkan (Suharli, 2009). Konservatisme akuntansi yaitu suatu praktik mengecilkan aktiva bersih atau mengurangi laba dalam merespon berita buruk dan tidak meningkatkan laba jika merespon kabar baik (Basu, 1997).
Prinsip konservatisme masih terdapat banyak kritikan yang muncul namun ada pula yang mendukung penerapan prinsip konservatisme, sehingga prinsip konservatisme masih dianggap sebagai prinsip yang kontroversial. Laporan keuangan yang konservatif dapat mengurangi biaya keagenan dan mengurangi terjadinya asimetri informasi (Lafond dan Watts, 2006). Selain itu, Penerapan akuntansi konservatif dapat membatasi perilaku opertunistik manajer (misalnya menciptakan manipulasi terhadap laba) dalam menyajikan laporan keuangan dapat dibatasi (Watts, 2003). Indrayati (2010) menyatakan apabila dalam penyusunan laporan keuangan metode yang digunakan berdasarkan prinsip konservatime maka hasilnya akan cenderung tidak sesuai kenyataan dan bias.
Ada beberapa faktor dalam menentukan keputusan menajer menggunakan metode konservatif atau tidak. Besar kecilnya struktur kepemilikan saham dapat mempengaruhi kebijakan dan pengambilan keputusan perusahaan. Bila kepemilikan manajerial lebih tinggi
dibanding pihak eksternal, maka perusahaan akan cenderung menggunakan metode akuntansi
yang konservatif. Faktor lain yang mempengaruhi konservatisme adalah leverage. Lo (2005) menyatakan jika perusahaan mempunyai hutang yang tinggi, maka kreditur juga mempunyai hak untuk mengetahui dan mengawasi jalannya kegiatan operasional perusahaan, yang mengakibatkan perusahaan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam pelaporan laba. Faktor lain yang juga mempengaruhi konservatisme adalah financial distress. Financial distress terjadi apabila perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pembayarannya kepada pihak kreditor (Brigham dan Daves, 2003). Manajer mengatur tingkat konservatisme akuntansi pada saat perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan. Bagi pengguna laporan keuangan perlu dipahami bahwa perubahan laba akuntansi selain dipengaruhi oleh kinerja manajer juga dapat dipengaruhi dari kebijakan konservatisme akuntansi yang ditempuh oleh manajer.
Penelitian tentang konservatisme akuntansi telah banyak dilakukan, tetapi hasilnya masih belum konsisten. Diantaranya adalah hasil penelitian Lo (2005) yang mendukung adanya hubungan positif antara leverage dan tingkat kesulitan keuangan dengan konservatisme akuntansi. Hasil ini berbeda dengan Suprihastini dan Pusparini (2007) menyatakan bahwa tingkat kesulitan keuangan perusahaan dan tingkat hutang secara bersama-sama tidak berpengaruh kebijakan tingkat konservatisme akuntansi. Sementara, secara parsial, tingkat hutang tidak memiliki pengaruh terhadap konservatisme akuntansi sedangkan tingkat kesulitan keuangan memberikan pengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi. Deviyanti (2012) dan Widyaningrum (2008) menyatakan pengaruh kepemilikan manajerial signifikan positif pada laporan yang konservatif. Namun, Lafond dan Roychowdhury (2007) berpendapat bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang signifikan negatif dengan tingkat konservatisme.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel struktur kepemilikan manajerial, leverage dan financial distress pada konservatisme akuntansi, karena penelitian sebelumnya masih terdapat hasil yang belum konsisten sehingga dilakukan penelitian kembali terhadap variabel tersebut.
Perusahaan akan semakin menerapkan prinsip akuntansi yang konservatif apabila kepemilikan saham yang dimiliki manajemen lebih besar. Hal ini dikarenakan perusahaan dalam laporan keuangan tidak hanya mementingkan laba yang tinggi, tetapi lebih mementingkan kontinuitas perusahaan jangka panjang. Kepemilikan saham oleh manajemen dapat menurunkan permasalahan agensi karena semakin besar saham yang dimiliki manajemen maka semakin besar motivasi mereka dalam bekerja untuk meningkatkan nilai saham perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976). Hasil penelitian Widyaningrum (2008), Wu (2006) menyatakan pengaruh kepemilikan manajerial signifikan positif pada konservatisme akuntansi. Berbeda yang diperoleh oleh Lafond dan Roychowdhury (2007), Wardhani (2008) menemukan bahwa adanya pengaruh yang signifikan negatif antara kepemilikan manajerial dengan konservatisme akuntansi. Sesuai uraian tersebut, ditarik hipotesis:
H1: Struktur kepemilikan manajerial berpengaruh pada penerapan konservatisme akuntansi.
Leverage yang tinggi menunjukkan besarnya modal pinjaman yang digunakan untuk pembiayaan aktiva perusahaan. Semakin tinggi hasil dari rasio ini maka cenderung semakin besar risiko keuangan bagi kreditur maupun pemegang saham. Leverage dikatakan menguntungkan bila perusahaan dapat menghasilkan laba yang melebihi biaya pembelanjaan tetapnya (bunga obligasi dan dividen saham preferen yang konstan). Dengan demikian perusahaan yang memiliki hutang tinggi akan memilih penerapan akuntansi konservatif. Leverage memberikan pengaruh signifikan positif terhadap konservatisme akuntansi (Ahmed dan Duellman,2007). Namun hasil yang berbeda diperoleh oleh Widyaningrum (2008)
berpendapat bahwa leverage mempunyai pengaruh yang negatif terhadap konservatisme akuntansi. Maka diperoleh hipotesis:
H2: Leverage berpengaruh pada konservatisme akuntansi.
Berdasarkan pernyataan teori signaling, manajer menaikkan tingkat konservatisme akuntansi jika keuangan perusahaan bermasalah. Jika perusahaan dalam kesulitan keuangan dan mempunyai prospek buruk, manajer memberi sinyal dengan menyelenggarakan akuntansi konservatif. Namun, manajer akan mengurangi tingkat konservatisme bila tingkat kesulitan keuangan perusahaan tinggi sesuai teori akuntansi positif (Suprihastini dan Pusparini, 2007). Lo (2005) menyatakan adanya pengaruh positif antara financial distress dengan konservatisme akuntansi. Namun, hasil berbeda diperoleh oleh Ningsih (2013) dan Alhayati (2013), dimana penelitian tersebut menemukan pengaruh financial distress dengan konservatisme akuntansi signifikan negatif. Dari penjelasan tersebut diperoleh hipotesis: H3 : Financial distress perusahaan berpengaruh pada konservatisme.
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini yaitu perusahaan manufaktur yang telah tercatat dan menerbitkan laporan keuangan di BEI periode 2009-2011. Metode purposive sampling dilakukan untuk memilih sampel yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Kriteria dalam pemilihan sampel yaitu: (1) Perusahaan Manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangan auditan secara lengkap (laporan laba rugi, neraca dan aliran kas) selama 3 tahun berturut-turut tahun 2009 sampai 2011, (2) Mempunyai kepemilikan manajerial, (3) Perusahaan manufaktur yang laporan keuangannya mencerminkan penerapan akuntansi konservatif dengan nilai CONACCnya kurang dari 0. Berdasarkan kriteria hanya 37 perusahaan, sehingga jumlah pengamatan selama 3 tahun menjadi 111 pengamatan.
Identifikasi variabel dan pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1)
2)
Konservatisme akuntansi (Y) menjadi variabel terikat, diukur dengan ukuran akrual
Givoly dan Hayn (2002) dalam Sari (2004):
CONACCit = NIit – CFOit
(1)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:
a.
b.
Struktur Kepemilikan Manajerial (X1), diukur dengan:
Jumlah saham yang dimiliki direksi dan komisaris KM = x100%....(2)
Jumlah saham yang beredar
Leverage (X2) adalah proporsi penggunaan hutang untuk membiayai investasinya
dalam bentuk aktiva perusahaan.
(3)
DER = Total Hutang x 100% Total Modal Sendiri
c. Financial Distress (X3) adalah gejala-gejala awal terhadap penurunan kondisi laporan keuangan perusahaan. Diukur dengan menggunakan model Z-Score versi lima variabel yang dirumuskan oleh Altman (1968).
Z-Score = 0,717 Q1 + 0,847 Q2 + 3,107 Q3 + 0,420 Q4 + 0,998 Q5 …..(4)
Ket :
Q1 = Modal Kerja terhadap Total Aktiva
Q2 = Laba Ditahan terhadap Total Aktiva
Q3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak terhadap Total Aktiva
Q4 = Nilai Pasar Modal Sendiri terhadap Nilai Buku Hutang
Q5 = Penjualan terhadap Total Aktiva
Bila Z < 1,23 maka perusahaan dikategorikan mengalami tingkat kesulitan keuangan yang besar/perusahaan tidak sehat, jika 1,23 < Z < 2,90 perusahaan berpotensi mengalami kesulitan bisa dikatakan daerah rawan, dan untuk Z > 2,90 perusahaan termasuk dalam kriteria sehat.
Sumber data sekunder dan metode observasi non partisipant digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan situs (www.idx.co.id). Teknik Regresi linear berganda digunakan penelitian ini dalam menganalisis data dibantu dengan program SPSS. Uji asumsi klasik dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan analisis regresi linear berganda. Persamaan regresi berganda:
Y = α + β1X1 + β2X2+ β3X3 + ε ...................………………………… (5)
Ket:
Y: Konservatisme akuntansi
α : Nilai intersep konstanta
β1-β3: Koefisien regresi variabel X1: Struktur Kepemilikan Manajerial
X2: Leverage
X3: Financial Distress
ε: Error atau variabel di luar model
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Asumsi Klasik bertujuan untuk memastikan apakah model regresi telah memenuhi kriteria BLUE (Best, Linear, Unbisased Estimator). Adapun uji asumsi klasik yang dilakukan dengan:
-
1) Uji Normalitas, untuk mengetahui apakah residual berdistribusi normal atau tidak. Sesuai hasil SPSS diperoleh signifikansi 2-tailed sebesar 0,142 > 0,05 maka data terdistribusi secara normal.
-
2) Uji Multikoleniaritas, untuk menguji apakah terjadi korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2009:95). Hasil tolerance dari Struktur Kepemilikan Manajerial sebesar 0,993, Leverage sebesar 0,984 dan Financial Distress sebesar 0,989 ternyata lebih besar dari 0,1 (10%). Nilai VIF lebih kecil dari 10 dimana nilai VIF dari Struktur Kepemilikan Manajerial
sebesar 1,007, Leverage sebesar 1,016 , dan Financial Distress sebesar 1,011. Dengan demikian antar variabel bebas tidak terjadi multikoleniaritas.
-
3) Uji Heteroskedastisitas, untuk melihat apakah terjadi ketidakcocokan varian dalam suatu model yang dianalisis dengan uji glesjer. Dimana nilai Sig. Struktur Kepemilikan Manajerial sebesar 0,489, Leverage sebesar 0,056, Financial Distress sebesar 0,378 lebih besar dari 0,05. Maka dinyatakan tidak adanya heterokedastisitas.
-
4) Uji Autokorelasi, untuk mendeteksi korelasi antara data pada masa lalu dengan data masa sekarang, menggunakan Durbin-Watson. Nilai DW sebesar 2,139. Dengan jumlah data(n)= 111 dan jumlah variabel bebas(k)=3, du=1,74 dl=1,61 berada diantara batas (du) (4-du), maka tidak terjadi autokorelasi.
Tabel 1.
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
T |
Sig | ||
B |
Std. Error |
Beta | ||||
1 |
(Constant) |
-0,067 |
0,053 |
-1,260 |
0,210 | |
X1 |
0,691 |
0,002 |
0,999 |
299,368 |
0,000 | |
X2 |
0,007 |
0,003 |
0,007 |
2,154 |
0,013 | |
X3 |
-0,034 |
0,011 |
-0,010 |
-3,047 |
0,003 |
Adjusted R Square = 0,78 F = 30,856 ; Sig = 0,000
Sumber: Data Diolah
Persamaan regresi:
Y = -0,067 + 0,691X1 + 0,007X2 – 0,034X3 + ε……………………….(6)
Nilai adjusted R2 yaitu 0,78 artinya sebesar 78% variabel struktur kepemilikan manajerial, leverage, dan financial distress mempengaruhi konservatisme akuntansi, sedangkan dipengaruhi variabel lain sebesar 22% . Uji F diperoleh signifikansi 0,000 lebih
kecil dari 0,05 berarti struktur kepemilikan manajerial, leverage, dan financial distress
berpengaruh secara simultan terhadap konservatisme akuntansi. Uji t dilakukan untuk melihat apakah kepemilikan manajerial, leverage, dan financial distress secara parsial berpengaruh pada konservatisme akuntansi.
Hasil statistik uji t menunjukan bahwa variabel struktur kepemilikan manajerial memiliki nilai koefisien beta 0,691 dan signifikan 0,000 kurang dari 0,025 serta nilai thitung = 299,368 > ttabel = 1,98. Ini berarti struktur kepemilikan manajerial merupakan faktor yang berpengaruh signifikan dan positif terhadap konservatisme akuntansi. Persentase jumlah saham manajer yang tinggi terhadap suatu perusahaan membuat manajer tidak hanya memikirkan bonus yang akan didapatkan apabila labanya tinggi tetapi manajer lebih mengembangkan perusahaan dengan menggunakan cadangan tersembunyi yang dapat meningkatkan jumlah investasi perusahaan dan manajer akan lebih mementingkan kontinuitas perusahaan dalam jangka panjang. Hasil temuan Widyaningrum (2008), Deviyanti (2012) menunjukkan kepemilikan manajerial terhadap konservatisme berpengaruh signifikan positif.
Uji t menunjukan bahwa variabel leverage mempunyai nilai koefisien 0,007, signifikan sebesar 0,013 lebih kecil dari 0,025 dan nilai thitung = 2,154 > ttabel = 1,98. Ini berarti leverage merupakan faktor yang berpengaruh signifikan dan positif terhadap konservatisme akuntansi. Semakin tinggi leverage yang dimiliki oleh perusahaan, maka kreditur mempunyai hak lebih besar dalam mengawasi dan mengetahui penyelenggaraan operasi dan akuntansi perusahaan karena kreditur berkepentingan terhadap keamanan dananya yang diharapkan dapat menguntungkan bagi dirinya. Kreditur akan cenderung menuntut manajer untuk menerapkan konservatisme dalam menyusun laporan keuangan. Lo (2005), Alhayati (2013) juga bependapat bahwa leverage berpengaruh signifikan positif terhadap konservatisme.
Hasil uji t menunjukan bahwa variabel financial distress nilai koefisiennya -0,034 sedangkan signifikannya 0,003 dibawah dari 0,025 dan nilai thitung = -3,047 < ttabel = -1,98. Ini berarti financial distress merupakan faktor yang mempunyai pengaruh negatif dan signifikan dengan konservatisme akuntansi. Financial distress dapat dipengaruhi oleh konservatisme akuntansi sesuai teori akuntansi positif. Kondisi keuangan perusahaan yang menurun atau bermasalah salah satunya diakibatkan oleh kualitas manajer yang buruk. Keadaan tersebut dapat memicu pemegang saham melakukan penggantian manajer. Ancaman tersebut dapat mendorong manajer menurunkan penerapan prinsip konservatisme. Ningsih (2013) menemukan pengaruh financial distress secara signifikan negatif pada penerapan konservatisme akuntansi.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil dan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan:
-
1) Struktur kepemilikan manajerial terhadap konservatisme akuntansi terdapat pengaruh yang signifikan positif, berarti manajer cenderung memilih akuntansi yang konservatif apabila saham yang dimiliki manajemen tinggi.
-
2) Leverage mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan pada penerapan konservatisme akuntansi, artinya besarnya leverage maka perusahaan menggunakan akuntansi konservatif.
-
3) Financial Distress berpengaruh signifikan negatif pada konservatisme akuntansi, sehingga financial distress yang semakin tinggi akan mendorong manajer untuk mengurangi tingkat konservatisme akuntansi.
Sesuai simpulan yang telah diuraikan tersebut, maka dapat disampaikan beberapa saran:
-
1) Bagi investor dapat melakukan analisa laporan keuangan sehubungan dengan keputusan dalam menanamkan modal kepada perusahaan dengan melihat dari kepemilikan saham, leverage, financial distress.
-
2) Bagi manajemen dapat mengenali tanda-tanda awal kebangkrutan, kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut.
-
3) Penelitian selanjutnya diharapkan membandingkan variabel kepemilikan manajerial dengan variabel kepemilikan institusional/publik dan mengubah periode menjadi triwulan.
REFERENSI
Ahmed, A.S., and Duellman, S., 2007. Accounting conservatism and board of director characteristics: An empirical analysis, Journal of Accounting and Economics.
Alhayati, Fajri. 2013. Pengaruh Tingkat Hutang (Leverage) dan Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan Terhadap Konsevatisme Akuntansi. Skripsi. Universitas Negeri Padang.
Altman, E. 1968. Financial Ratios, Discriminant Analysis and the Prediction of Corporate Bankruptcy. Journal of Finance.
Basu, Sudipta. 1997. The Conservatism Principle and The Asymmetric Timeliness of Earnings. Journal of Accounting and Economic 24(1). Hal 1-51.
Brigham, Eugene F and Philip R. Daves. 2003. Intermediete Financial Management. Eight Edition. Thomson. South-Western. P. 837-859.
Deviyanti, Dyahayu Artika. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Konservatif. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro.
Givoly, D. dan Hayn, C. 2002. The Changing Time-Series Properties of Earnings, Cash Flows and Accruals: Has Financial Reporting Become More Conservative?. Journal of Accounting and Economics 29, 287–320
Indrayati, Martha R. 2010. Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris terhadap Tingkat Konservatisme. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Lafond, Ryan., and Sugata Roychowdhury. 2007. Managerian Ownership and Accounting Conservatism. http://www.ssrn.com
Lafond, Ryan., and Watts, R.L. 2006. The Information Role of Conservative Financial Statements. http://papers.ssrn.com.
Jensen, M dan Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency, and Ownership Structure. Jurnal of Financial Economics.
Lo, Eko Widodo. 2005. Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan terhadap Konservatisme Akuntansi. Simposium Nasional Akuntansi VIII, 396 – 440.
Ningsih, Euis. 2013. Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Risiko Litigasi terhadap Konservatisme Akuntansi. Skripsi. Universitas Negeri Padang.
Sari, Dahlia. 2004. Hubungan Antara Konservatisme Akuntansi dengan Konflik Bondholders-Shareholders Seputar Kebijakan Dividen dan Peringkat Obligasi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia.
Suharli, M. 2009. Akuntansi dan Pelaporan Keuangan untuk Perusahaan Jasa. http://bisindo.com.
Suprihastini, Eka dan Herlina Pusparini. 2007. Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan dan Tingkat Hutang Terhadap Konservatisme Akuntansi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta 2001-2005. Jurnal Riset Akuntansi, 6.
Wardhani, Ratna. 2008. Tingkat Konservatisme Akuntansi di Indonesia dan Hubungannya dengan Karakteristik Dewan Sebagai Salah Satu Mekanisme Corporate Governance. Makalah SNA XI, Pontianak.
Watts, R.L. 2003. Conservatism in Accounting Part I: Explanations and Implications. Journal of Accounting and Economics. 207–221.
Widyaningrum. 2008. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Leverage dan Risiko Litigasi terhadap Konservatisme Akuntansi. Skripsi. Undip.
Wu, Shuo. 2006. Managerial ownership and earnings quality. Working Paper. Sauder School of Business University of British Columbia.
234
Discussion and feedback