PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL PADA AGENCY COST PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008-2012
on
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 9.1 (2014): 245-258
PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL PADA AGENCY COST PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008-2012
Ni Luh Gede Emy Lestari Dewi1
2
Putu Agus Ardiana2
-
1Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bali, Indonesia e-mail: [email protected]/telp:+62 89 68 54 99 229
-
2Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bali, Indonesia
ABSTRAK
Penunjukan manajer oleh pemegang saham adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham, namun disisi lain manajer memiliki tujuan berbeda yaitu untuk memaksimumkan kesejahteraan manajer itu sendiri. Perbedaan tujuan tersebut menimbulkan konflik keagenan dan juga akan menimbulkan biaya yang disebut dengan biaya keagenan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial terhadap agency cost dan perbedaan agency cost antara perusahaan yang dikelola oleh manajer pemilik dan oleh nonmanajer-pemilik pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil analisis dengan menggunakan regresi berganda dan uji independen t-test diperoleh bahwa peningkatan kepemilikan manajerial, akan meningkatkan biaya keagenan tetapi hubungan kedua variabel ini tidak linear melainkan kuadratik atau parabolik. Hasil yang lain menunjukkan biaya keagenan yang terjadi di perusahaan yang dikelola oleh manajer yang juga berstatus sebagai pemilik lebih tinggi secara signifikan daripada perusahaan yang dikelola manajer yang tidak berstatus sebagai pemilik.
Kata kunci: kepemilikan manajerial, biaya keagenan
ABSTRACT
The appointment of managers by shareholders is to maximize shareholder wealth, on the other hand the manager has a different purpose, namely to maximize the welfare of the managers themselves. The goal difference lead to agency conflicts and would also cause the cost of the so-called agency costs. This study aims to determine the effect of managerial ownership on agency cost and agency cost difference between a company that is managed by the owner and by the manager-owner nonmanagers on companies listed in Indonesia Stock Exchange. The results of multiple regression analysis using test and independent t-test found that the higher the managerial ownership, the higher the agency costs but relations between the two variables is not linear but quadratic or parabolic. Other results show that agency costs occur in a company managed by a manager who is also the owner's status as significantly higher than manager-managed company that is not the status of the owner.
Keywords: managerial ownership, agency cost
PENDAHULUAN
Pengelolaan perusahaan yang dipercayakan kepada manajer yang ditunjuk oleh pemegang saham, dalam kenyataannya seringkali terjadi persinggungan tujuan diantara kedua pihak. Manajer dapat saja mengorbankan kepentingan pemegang saham dengan kewenganan yang dimiliki untuk bertindak menguntungkan dirinya sendiri. Pemegang saham (principal) lebih tertarik dengan apa yang telah dicapai oleh manajemen (agent) dengan mana mereka mengharapkan berita baik (good news) dari investasi yang telah mereka tanamkan di perusahaan tersebut, di lain pihak para manajemen (agents) akan berusaha meningkatkan kepentingannya agar memperoleh bonus yang tinggi dengan berusaha memberikan kesan pesan (utility) yang baik sehingga selalu dipercaya oleh pemegang saham (principal) serta memperoleh keuntungan yang diharapkannya.
Pemberian insentif yang layak kepada manajer serta dengan mengeluarkan biaya pengawasan untuk mencegah hazard dari manajer dapat ditempuh pemegang saham (principal) dalam membatasi divergensi kepentingannya. Biaya-biaya tersebut disebut agency cost. Menurut Jensen dan Meckeling dalam Untung dan Hartini (2006: 18) menyatakan peningkatan kepemil.ikan sah.am oleh mana.jemen merup.akan salah satu cara mengu.rangi age.ncy c.ost. Apabila mana.jemen juga seba.gai pem.egang sah.am (owner manager) mas.alah keag.enan akan sema.kin kecil, kar.ena da.lam kon.disi seperti ini owner manager tidak ter.lalu terbe.bani den.gan kewaj.iban un.tuk meng.atur laba (yang bersifat moral hazard) kar.ena laba ata.upun
rugi ak.an memi.liki dam.pak yang rel.atif sa.ma antara para mana.jemen (agents) dan peme.gang sa.ham (principal).
Keselarasan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham dapat terbantu dengan adanya kepemi.likan saham mana.jerial, dimana kinerja perusahaan akan semakin meningkat seiring peningkatan prop.orsi kepem.ilikan saha.m man.ajerial ses.uai den.gan hipo.tesis pemu.satan kepen.tingan (conve.rgence of inte.rest hypot.hesis) menu.rut Jen.sen (1993).
Istilah kepem.ilikan mana.jerial dan kepemilikan institutional merupakan bagian dari stru.ktur kepemi.likan. Stru.ktur kepem.ilikan adalah perse.ntase sah.am yang dimi.liki pihak in.sider dan out.sider. Pih.ak insi.der yaitu peme.gang sa.ham yang ber.ada dija.jaran eksekutif dan direktur (manajemen). Sedangkan pih.ak outs.ider yaitu pih.ak inst.itusi dan individu yang pasif dalam kegia.tan opera.sional perus.ahaan di luar pih.ak insiders peru.sahaan. Di Indonesia, struktur kepemilikan khususnya pada perusahaan manufaktur terdiri dari kepemilikan manajerial, institusi, dan publik. Khususnya untuk kepemilikan manajerial diharapkan dapat mengurangi masalah agensi yang dalam hal ini adalah agency cost yang timbul akibat monitoring yang dilakukan oleh pihak principal. Perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia memiliki kepemilikan manajerial yang lebih mendominasi dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Faizal (2004) telah membuktikan bahwa dalam penelitiannya kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap agency cost yang menunjukkan bah.wa kepemi.likan mana.jerial be.lum dap.at berfu.ngsi
sepen.uhnya seba.gai mekan.isme untuk men.ekan diskresi manajerial. Rustendi dan Jimmi (2008) dalam penelitiannya juga membuktikan bahwa secara parsial kepemilikan manajerial tidak berpengaruh positif terhadap agency cost.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Wahidahwati (2002) menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial berhubungan negatif dengan rasio hutang. Hal ini berarti bahwa managerial ownership merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi debt ratio. Hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa institutional ownership mempunyai pengaruh yang signifikan dan berhubungan negatif dengan debt ratio. Penelitian Erni Masdupi (2005) menun.jukkan bah.wa ins.ider owne.rship dan institutional investor berpeng.aruh negatif dan signi.fikan terhad.ap kebijakan hutang perusahaan yang diproksikan dengan debt ratio (DR). Ini berarti bahwa semakin tinggi prosentase kepemilikan insiders akan mampu mengurangi peranan hutang sebagai mekanisme untuk mengurangi agency conflict dan dengan adanya kehadiran institutional investor dapat digunakan sebagai alat monitoring dalam rangka meminimumkan biaya keagenan yang ditimbulkan oleh hutang. Sedangkan shareholders dispersion tid.ak mempun.yai peng.aruh yang signi.fikan terh.adap kebi.jakan huta.ng peru.sahaan.
Menurut Slamet Haryono (2005:64) prinsip pemisahan pemilik (principals) dengan manajemen sebagai pengelola sebenarnya akan mempunyai efek potensial terjadinya masalah keagenan. Masalah tersebut akan berpengaruh pula terhadap harga surat berharganya karena pasar akan merespon segala peristiwa/informasi yang berakibat pada perubahan harapan manfaat yang akan diterimanya di masa datang.
Sulistyanto dalam Slamet Haryono (2005: 63) kon.flik kepent.ingan an.tara ma.najer dan peme.gang sah.am dapat dimi.numkan mel.alui meka.nisme pengaw.asan yang d.apat mensejajarkan kepen.tingan-kepen.tingan ya.ng terk.ait. Pada penelitian Ang dkk (2000) pada penelitiannya memperoleh hasil bahwa biaya keagenan lebih tinggi jika perusahaan dikelola oleh manajer non pemilik, biaya keagenan lebih rendah jika kepemilikan manajerial lebih tinggi.
Berdasarkan pemaparan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial terhadap age.ncy cost dan perbed.aan age.ncy co.st antara pe.rusahaan yang dik.elola oleh mana.jer pem.ilik dan oleh nonmanajer-pemilik pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitiannya adalah di PT. Bursa Efek Indonesia yang dilakukan dengan mengakses situs resmi PT. Bursa efek Indonesia (www.idx.co.id) maupun membaca dan mencatat yang ada pada Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Berdasarkan pendekatan purposive sampling dengan kriteria dan ketersediaan data yang dapat diobservasi, maka dari hasil pemilihan sampel diperoleh sampel sebanyak 28 perusahaan yang manajernya memiliki proporsi kepemilikan saham dan 77 perusahaan yang tidak memiliki proporsi kepemilikan saham. Untuk pengujian hipotesis pertama, jumlah observasi sebanyak 28 perusahaan x 5 tahun penelitian = 140 observasi. Sedangkan untuk pengujian hipotesis kedua, jumlah observasi sebanyak 28 perusahaan + 77 perusahaan = 105
observasi. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi berganda dan juga menggunakan uji asumsi klasik. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan uji independent t-test untuk mengetahui perbedaan agency cost antara perusahaan yang dikelola oleh manajer pemilik dan nonmanajer-pemilik.
Variabel agency cost diukur dengan selling and general administrative/SGA. SGA merupakan proksi dari operating expense. Yang mengukur agency cost berdasarkan selling and general administrative, yaitu rasio beban operasi (operating expense) terhadap total penjualan (net sales).
Variabel Kepemilikan saham manajerial adalah persentase jumlah saham yang dimiliki oleh eksekutif dan direktur (manajemen). Variabel ini akan dikuadratkan sehingga didapatkan variabel Squared Managerial Ownership. Kepemilikan manajerial dalam penelitian ini menggunakan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh eksekutif dan direktur (manajemen) yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan.
H.ASIL D.AN P.EMBAHASAN
Berikut disajikan hasil uji asumsi klasik pada Tabel 1.
Tabel 1
Hasil Uji Asumsi Klasik
Normalitas |
Multikolinearitas (Tol) (VIF) |
Autokorelasi |
Heteroskedastisitas | |
0,000 |
0,180 |
5,543 |
1,729 |
1,000 |
Sumber: Olah Data
Keseluruhan uji asumsi klasik menunjukkan bahwa model regresi telah terbebas dari masalah asumsi klasik. Pada hasil uji normalitas tingkat probabilitas signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai p lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa residual tidak terdistribusi secara normal. Tetapi mengingat jumlah observasi adalah sebanyak 140 observasi, maka residual mendekati distribusi normal (approximately normally distributed) (Studenmund, 2010). Nilai tol > 0,1 dan VIF < 10, Nilai Sig. pada pengujian heteroskedastisitas > 0,05 dan nilai pada pengujian autokorelasi sebesar 1,729, dengan n = 140 dan k = 2 didapat angka dl = 1,634 dan du = 1,715. Oleh karena DW hitung > du, maka dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi antar residual.
Penelitian ini meneliti kemungkinan hubungan linear dan nonlinear antara kepemilikan manajerial (managerial ownership) dan biaya keagenan (agency costs). Gambar 1 mengindikasikan bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut adalah nonlinear, khususnya parabolik (kuadratik). Berdasarkan hasil analisis dalam grafik tersebut, variabel tambahan berupa kuadrat kepemilikan manajerial ditambahkan dalam penelitian ini.
Gambar 1
Grafik Hubungan Managerial Ownership dan Agency Costs
Sumber: Olah Data
Tabel 2 di bawah ini mendukung dugaan bahwa hubungan antara kepemilikan manajerial dan biaya keagenan tidak linear karena p-value (sig) koefisien regresi variabel kepemilikan manajerial (Managerial Ownership atau MO) dalam t-test adalah sebesar 0.065 yang lebih besar dari tingkat kesalahan (α) sebesar 0.05. P-value (sig) koefisien regresi variabel kuadrat kepemilikan manajerial (Squared Managerial Ownership atau MO2) menunjukkan keadaan yang sebaliknya, yaitu sebesar 0.000 yang lebih kecil dari tingkat kesalahan (α) sebesar 0.05. Hasil penelitian dalam tabel ini mempertegas bahwa hubungan antara kepemilikan manajerial dan biaya keagenan adalah nonlinear, khususnya parabolik atau kuadratik sebagaimana dijelaskan oleh pengaruh signifikan variabel squared managerial ownership (MO2) terhadap agency cost (AC).
Tabel 2
Hasil Uji Regresi
Variabel |
Koefisien |
Std. |
t |
signifikansi t | |
Regresi |
Error |
hitung | |||
C |
Constant |
0.637 |
0.547 |
1.164 |
0.247 |
MO |
Managerial Ownership |
0.562 |
0.302 |
1.859 |
0.065 |
MO2 |
Squared Managerial Ownership |
1.034 |
0.035 |
29.246 |
0.000 |
Dependent variable : AC (Agency Costs) |
F hitung =2653.049
Sig. F R2 Adjusted R2 |
= 0.00 = 0.975 = 0.974 |
Sumber: Olah Data
Hasil penelitian yang bersifat nonlinear ini sejalan dengan hasil penelitian
Morck (1988) yang menyebutkan hubungan yang nonmonotonik antara kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan (Tobin’s Q). Hasil penelitian Morck (1988) tersaji dalam Gambar 2.
Gambar 2
Hubungan Nonmonotonik Antara Kepemilikan Manajerial dan Nilai Perusahaan
Sumber: Morck (1988)
Morck (1988) menemukan bahwa kepemilikan manajerial sampai dengan lima persen mampu meningkatkan nilai perusahaan (secara implisit berarti menurunkan biaya keagenan). Sedangkan pemberian saham kepada manajer lebih dari lima persen sampai 25 persen cenderung menurunkan nilai perusahaan (secara implisit berarti menaikkan biaya keagenan). Lebih lanjut, kepemilikan manajerial lebih dari 25 persen kembali meningkatkan nilai perusahaan (secara implisit berarti menurunkan biaya keagenan). Morck (1988) menyarankan kepemilikan manajerial sampai lima persen daripada lebih dari 25 persen dengan dampak yang relatif sama (meningkatkan nilai perusahaan).
Meskipun hasil penelitian ini sejalan dengan dengan Morck (1988) dalam pola umum yang bersifat tidak linear, hasil penelitian ini bertentangan dengan Morck (1988) dalam hal hubungan kepemilikan manajerial dan biaya keagenan sampai pada level kepemilikan lima persen. Untuk level kepemilikan manajerial ini, Morck (1988) menemukan hubungan yang berlawanan arah antara kepemilikan manajerial dan biaya keagenan atau hubungan yang searah antara kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan, sedangkan penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kepemilikan manajerial dan biaya keagenan dengan pengaruh yang signifikan dan bersifat parabolik atau kuadratik.
Morck (1988) menyebutkan dua jenis hipotesis yang menjelaskan hubungan yang nonmonotonik anatara kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan. Hipotesis pertama adalah convergence of interest hypothesis. Hipotesis ini melandasi hubungan yang searah antara kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan (hubungan yang
berlawanan arah antara kepemilikan manajerial dan biaya keagenan). Artinya, jika manajer diberikan saham perusahaan yang semakin banyak, maka berdasarkan hipotesis ini, biaya keagenan akan menurun karena kepentingan (interest) manajer dan pemilik semakin menyatu (converged) sehingga nilai perusahaan meningkat. Hipotesis kedua adalah entrenchment hypothesis. Hipotesis ini menjelaskan bahwa ketika manajer diberikan saham perusahaan yang semakin banyak, maka yang terjadi justru penurunan nilai perusahaan karena meningkatnya biaya keagenan. Morck (1988) mengungkapkan bahwa entrenchment hypothesis lebih sulit dijelaskan (less clearcut) daripada hipotesis sebelumnya. Tetapi manajer yang kepemilikan manajerialnya relatif tinggi cenderung bertindak seolah-olah dirinya adalah pemilik perusahaan yang paling berkuasa sehingga justru meningkatkan biaya keagenan dan menurunkan nilai perusahaan.
Penelitian ini mendukung entrenchment hypothesis yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial yang meningkat justru meningkatkan biaya keagenan dan menurunkan nilai perusahaan. Grafik parabolik dalam Gambar 2 di atas mempertegas bahwa level kepemilikan manajerial di atas dua persen justru meningkatkan biaya keagenan (dilandasi oleh entrenchment hypothesis). Untuk menurunkan biaya keagenan, kepemilikan manajerial yang disarankan adalah kurang dari dua persen.
Hipotesis kedua pada penelitian ini menganalisis biaya keagenan di perusahaan yang dikelola oleh manajer yang berstatus sebagai pemilik (sebagai konsekuensi dari kepemilikan manajerial) dan manajer yang tidak berstatus sebagai pemilik (manajer yang tidak memiliki saham perusahaan yang dikelolanya). Terdapat 28 perusahaan
yang memberikan saham kepada manajer dan 77 perusahaan yang tidak memberikan saham kepada manajer. Pengujian secara statistik (independent t-test) menunjukkan bahwa rata-rata biaya keagenan di perusahaan yang dikelola oleh manajer pemilik (8,43%) justru lebih tinggi daripada perusahaan yang dikelola oleh manajer nonpemilik (4,01%). Secara statistik, rata-rata biaya keagenan dua jenis manajer ini berbeda secara signifikan pada tingkat keyakinan 95 persen.
Tabel 2
Hasil Uji Independent t-test
Manager Status |
N |
Mean |
Sig | |
Agency Costs |
Manajer Pemilik |
28 |
8.4254 |
- |
Manajer Nonpemilik |
77 |
4.0144 |
- | |
t-Test for Equality |
Equal Variances Assumed |
- |
- |
0.018 |
of Means |
Equal Variances Not Assumed |
- |
- |
0.017 |
Sumber: Olah Data
Hasil penelitian ini secara konsisten mendukung temuan pada bagian sebelumnya bahwa kepemilikan saham oleh manajer pada level dua persen atau lebih justru meningkatkan biaya keagenan sebagaimana didukung oleh entrenchment hypothesis. Berdasarkan sampel penelitian ini, biaya keagenan justru lebih rendah ditemukan di perusahaan yang dikelola oleh manajer yang tidak memiliki saham perusahaan. Jika dikaitkan dengan temuan dalam Gambar 1 maka perusahaan dengan kepemilikan manajerial kurang dari dua persen memiliki biaya keagenan yang lebih rendah. Temuan ini mempertegas rekomendasi bahwa level kepemilikan manajerial untuk menurunkan biaya keagenan sebaiknya tidak lebih dari dua persen.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, yakni: Sem.akin tin.ggi kepe.milikan mana.jerial, sema.kin tin.ggi bia.ya keag.enan tetapi hubungan kedua variabel ini tidak linear melainkan kuadratik atau parabolik. Level kepemilikan manajerial lebih tinggi dari (sekitar) dua persen justru meningkatkan nilai perusahaan (dilandasi oleh entrenchment hypothesis) sedangkan level kepemilikan manajerial kurang dari (sekitar) dua persen dapat menurunkan biaya keagenan (dilandasi oleh convergence of interest hypothesis). Biaya keagenan yang terjadi di perusahaan yang dikelola oleh manajer yang juga berstatus sebagai pemilik lebih tinggi secara signifikan daripada perusahaan yang dikelola manajer yang tidak berstatus sebagai pemilik.
Mengingat bahwa hubungan antara kepemilikan manajerial dan biaya keagenan adalah kuadratik atau parabolik dan biaya keagenan cenderung meningkat untuk level kepemilikan manajerial di atas (sekitar) dua persen, maka penelitian ini menyarankan agar pemilik perusahaan tidak memberikan saham perusahaan kepada manajer lebih dari (sekitar) dua persen. Convergence of interest hypothesis tidak hanya dapat direalisasikan dengan cara memberikan saham kepada manajer sampai pada level tertentu, tetapi diyakini dapat dicapai dengan pendekatan hubungan interpersonal yang baik antara pemilik dan manajer. Manajer cenderung berperilaku menyimpang (bertentangan dengan keinginan pemilik) ketika pemilik memberikan tekanan yang berlebihan kepada manajer, meskipun manajer diberikan proporsi saham perusahaan.
REFERENSI
Ang, J. S., Cole, R. A., dan Lin., J.W. 2000. Agency Cost and Ownershi Structure Journal of Finance, 55: h: 377-397.
Fauzi, Fitriya dan Locke, Stuart. 2012. Do Agency Cost Really Matter? A Non-linear Approach of Panel Data. Asian Journal of Finance and Accounting, 4(1): h: 359-379.
Gul, Sajid., Sajid, Muhammad., Razzaq, Nasir., dan Afzal, Famal. 2012. Agency Cost, Corporate Governace and Ownership Structure (The case of Pakistan). International Journal of Business and Social Science, 3(9): h:268-277.
Hadiprajitno, Paulus Basuki. 2013. Struktur Kepemilikan, Mekanisme Tata Kelola Perusahaan, dan Biaya Keagenan di Indonesia. Dalam Jurnal Akuntansi dan Auditing, 9: h:97-127.
Haryono, Slamet., 2005, Struktur kepemilikan Dalam Bingkai Teori Keagenan, Jurnal Akuntansi dan Bisnis V, 1: h:63-71
Jensen, M.C., and W.H Meckling. 1976. Theory of the Firm: Management Behavior, Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial Economic, 4: h:305-360.
Jensen, M. 1993. The Modem Industrial Revolution, Exit, and The Failure Of Internal Control systems. Journal of Finance, 48: h:831-880.
Meythi. 2005. Konflik Keagenan: Tinjauan Teoritis dan Cara Menguranginya. Jurnal Ilmiah Akuntansi IV, 2: h:1-17
Morck, Randal. 1988. “Management Ownership and Market Valuation”, Journal of Financial Economics, 20:h293-315.
Rustendi Tedi dan Jimmi Farid. 2008. Pengaruh Hutang dan Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur,, Dalam Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi, 3.
Slamet Haryono. 2005. ”Struktur Kepemilikan Dalam Bingkai Teori Keagenan”. Dalam Jurnal Akuntansi & Bisnis, 5(1) : h: 63-71.
258
Discussion and feedback