ISSN: 2302-8556

E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 8.1 (2014): 94-104

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE

PADA MANAJEMEN LABA

A.A Intan Puspita Sari 1 I G.A.M. Asri Dwija Putri 2

1Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana e-mail: itea_shibagucci@yahoo.com / Telp: +6289 68 54 10 160 2Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

ABSTRAK

Penerapan Good Corporate Governance (GCG) me.rupakan ke.wajiban seti.ap pe.rusahaan ag.ar me.ncapai keselara.san an.tara kepentingan pengelola dan stakeholders dalam mencapai tujuan utama perusahaan. GCG berperan penting sebagai mekanisme pengawasan terhadap seluruh aktivitas operasional perusahaan, sehingga penerapan GCG yang baik diharapkan akan mampu mengurangi perilaku manajemen laba yang bersifat oportunis. Tujuan pengujian secara empiris yai.tu untuk menguji pengaruh mekanisme GCG yang terdiri dari kempemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan komite audit terhadap manajemen laba. Penelitian ini menggunakan Modified Jones Model untuk menghitung akrual diskresioner yang menjadi proksi dari manajemen laba. Pe.rusahaan manu.faktur ya.ng teregist.rasi di Bursa Efek Indonesia yang di.pilih dengan metode purposive sampling aka.n men.jadi sam.pel dal.am peneli.tian. Analisis regresi linear berganda digunakan sebagai teknik analisis. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian membuktikan bahwa kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit memiliki pengaruh negatif terhadap manajemen laba. Namun dua mekanisme GCG lainnya, yakni kepemilikan institusional dan ukuran dewan komisaris tidak terbukti berpengaruh terhadap manajemen laba.

Kata kunci: Manajemen laba, Corporate Governance

ABSTRACT

Implementation of Good Corporate Governance ( GCG ) has become a necessity for any company to achieve harmony between the interests of managers and stakeholders in achieving the main objectives of the company. GCG plays an important role as a mechanism for oversight of all operational activities of the company, so the application of good corporate governance is expected to reduce earnings management behavior that is opportunistic. Empirically testing purpose of this study was to examine the effect of corporate governance mechanisms consisting of kempemilikan managerial, institutional ownership, the proportion of independent board, board size and audit committee on earnings management. This study used the Modified Jones model to calculate discretionary accruals becomes a proxy of earnings management. The sample in this study is a manufacturing company that is listed on the Indonesia Stock Exchange. Sampling was done by purposive sampling method. Multiple linear regression analysis was used as an analytical technique in this study. Based on the discussion of the results of the study prove that managerial ownership, the proportion of independent board and audit committee negatively affect earnings management. However, two other corporate governance mechanisms, namely institutional ownership and board size no proven effect on earnings management.

Keywords: Earnings management, Corporate Governance

PENDAHULUAN

Seiring dengan laju perputaran waktu serta berkembangnya perekonomian di Indonesia maka semakin banyak kiat-kiat pintar yang dilakukan para manajer dalam mengembangkan perusahaannya. Seperti yang sering kita dengar dengan istilah ma.najemen l.aba. Ada pe.rbedaan pand.angan anta.ra p.raktisi d.an akade.misi me.ngenai ma.najemen l.aba. Dari panda.ngan praktisi menganggap bahwa manajemen laba merupakan suatu kecurangan. Dari pandangan akademisi menganggap bahwa manajemen laba bukanlah suatu kecurangan. Menurut Sulistyanto (2008), manajemen laba merupakan usaha untuk menunda, menyembunyikan, dan menggganti informasi keuangan.

Menurut teori keagenan, hub.ungan agen.si te.rjadi saat prinsi.pal mendelegasik.an wewe.nang peng.a.mbilan ke.pu.tusan kep.ada age.n. Pen.delegasian we.wenang pe.nga.mbilan ke.putusan akan me.munculkan pe.rmasalahan bar.u yang be.rsumbe.r pada pe.rbedaan ke.pentingan anta.ra p.rinsipal dan agen (Jensen dan Meckling, 1976). Ariyoto, dkk (2000), menyatakan bahwa konsep corporate governance muncul karena adanya keterbatasan dari teori keagenan. Corporate governance adal.ah k.onsep un.tuk me.ningkatkan ki.nerja pe.rusahaan me.lalui moni.toring kine.rja dan men.jamin ak.unt.abilitas mana.jemen te.rhadap stakeholde.r se.suai de.ngan peratu.ran .yang be.rlaku (Nasution dan Setiawan, 2007).

Corporate governance mengandung konsep pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Manajer perusahaan di.beri kewena.ngan untuk me.ngurus jalannya pe.rusahaan dan menga.mbil ke.putusan a.tas na.ma pe.milik. De.ngan informasi yang di.miliki, ma.najer dapat be.rtindak hanya

un.tuk menguntungkan dirinya sendiri dengan cara mengorbankan kepentingan pemilik, sehingga infor.masi yang disa.mpaikan ke.pada pe.milik ti.dak se.suai dengan kon.disi pe.rusahaan ya.ng sebena.rnya (Ujiantho dan Pramuka, 2007). Kond.isi sepe.rti ini dike.nal se.bagai asi.metri info.rmasi (Richardson dalam Ujiantho dan Pramuka, 2007). Adanya asimetri antara agen dan principa) akan menimbulkan kesempatan b.agi ma.najer unt.uk me.lakukan man.ajem.n laba.

Manajemen yang ingin menunjukan kinerja yang baik dapat termotivasi untuk memanipulasi laporan keuangan agar bisa mencapai laba seperti yang diinginkan oleh pemilik. Menurut Dechow dalam (Siallagan dan Machfoedz, 2006), laporan yang dibuat oleh manajemen, mampu membe.rikan info.rmasi te.rkait de.ngan kine.rja pe.rusaha.n. Hal ini diprediksi dapat menimbulkan manipulasi laba yang sering diartikan sebagai manajemen laba. Jika hal ini terjadi, akan mengakibatkan rendahnya kualitas laba (Rachmawati dan Triatmoko, 2007). Jika kondisi seperti ini muncul, maka diperlukannya suatu cara pengendalian yang mampu menyejaj.arkan perbed.aan kepen.tingan anta.ra ked.ua belah pi.hak. Boediono (2005), meyatakan mekanisme good corporate governance memiliki kemampuan untuk menghasilkan suatu l.aporan keuanga.n ya.ng di dala.mnya terdapa.t info.rmasi laba.

Menurut Healy dan Wahlen (Theresia, 2005) manajemen laba adalah upaya memodifikasi lapor.an keuangan yang be.rtujuan me.nyesatkan pe.megang saha.m y.ang ingin mengeta.hui kine.rja perusaha.an. Laporan keuangan haruslah menunjukkan informasi yang sebenarnya. Jika tidak, maka akan menyesatkan

pihak pengguna laporan. Kebijakan dan keputusan yang diambil akan berpengaruh terhadap penilaian kinerja (Ujiantho, 2007).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mengakses situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id. Penel.itian ini m.enggunakan da.ta la.poran keuangan tahunan perusahaan periode 2009–2011.

Semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ak.an men.jadi po.pulasi dala.m peneli.tian ini. Sampel pene.litian .diambil seca.ra non probability sampling, .yaitu de.ngan pende.katan purposive sampling. Kriteria pemilihan sampel adalah, pertama, perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2011 dan secara berturut-turut menerbitkan laporan keuangan pada periode pengamatan. Kedua, perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan tahunan secara lengkap yang berakhir per 31 Desember pada periode pengamatan serta lima tahun sebelumnya. Ini bertujuan untuk mendapatkan data-data yang menunjang penghitungan nilai dan komponen akrual perusahaan. Ketiga, perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunannya dalam satuan Rupiah.

Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi untuk mengumpulkan data (Sugiyono, 2010). Aplikasi metode dokumentasi dalam penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder berupa angka-angka dalam laporan keuangan, terutama yang terdiri dari laporan .laba .rugi, laporan a.rus .kas, dan ne.raca perusahaan sampel, serta teori dan jurnal yang mendukung mengenai manajemen laba dan good corporate governance.

Pen.elitian ini me.nggunakan tek.nik analisis r.egresi l.inear b.erganda sebagai alat uji. Sebelum dianalisis regresi, harus dilakukan uji asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui bahwa model regresi yang dibuat terbebas dari masalah normatitas, multikolenieritas, heteroskedastisitas, serta masalah autokorelasi data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil uji asumsi klasik dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.

Uji Asumsi Klasik

Normalitas

Variabel

Multikolinearitas

Heteroskedastisitas

Autokorelasi (Durbin-Watson)

Tolerance

VIF

0,239

Kep. Manajerial

0,774

1,292

0,700

2,211

Kep. Institusional

0,891

1,122

0,431

Prop. Dewan Komisaris

0,556

1,799

0,363

Uk. Dewan Komisaris

0,546

1,831

0,059

Uk. Komite Audit

0,873

1,146

0,693

Sumber: Data Diolah, 2013

Hasil uji Kolmogorov-Smirnov (normalitas) dalam penelitian ini menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal. Hal ini ditunjukkan pada Tabel. 1. yang menunjukkan bahwa nilai Asymp. sig (2-tailed) keempat persamaan tersebut lebih besar dari α = 0,05.

Pada Tabel 1. untuk uji multikolinearitas memberikan hasil nilai

tolerance untuk masing masing variabel bebas lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF untuk masing-masing variabel lebih kecil dari 10. Maka ini berarti dalam tid.ak te.rjadi multikoliniea.ritas pada .model .regresi.

Pada uji het.eros.kedastisitas, me.tode pengu.jian yang digunakan adalah uji Glejser. Ber.dasarkan Tabel 1. da.pat dil.ihat ba.hwa se.mua vari.abel be.bas mem.iliki ni.lai sig.nifikansi > 0,05 ma.ka ini berarti pada model regresi tidak terjadi gejala heteroskedasitisitas.

Berdasarkan Tabel 1. nilai DW sebesar 2,261 dengan nilai dL= 1,57 dan dU = 1,78 sehingga 4-dL = 4-1,07 = 2,43 dan 4-dU = 4-1,83 = 2,22 . Oleh karena nilai d statistic 2,211 berada diantara dU dan 4-dU maka pengujian dengan Durbin-Watson berada pada daerah tidak ada autokorelasi.

Hasil analisis regresi linear berganda dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.

Rangkuman Analisis Regresi Linear Berganda

Variabel

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig.

B

Std.Error

Beta

(Constant)

0,425

0,176

2,416

0,018

Kep. Manajerial

-1,118

0,545

-0,215

-2,050

0,043

Kep. Institusional

-0,014

0,097

-0,014

-0,141

0,888

Prop. Dewan Komisaris

-0,043

0,020

-0,263

-2,127

0,036

Uk. Dewan Komisaris

0,025

0,014

0,227

1,822

0,071

Uk. Komite Audit

-0,109

0,051

-0,210

-2,129

0,036

R

= 0,397

R Square

= 0,158

Fu ÷ hitung

= 3,709

Sig. F

= 0,004

Sumber: Data Diolah, 2013

Berdasarkan Tabel 2. didapatkan nilai Fhitung sebesar 3,709 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,004. Ftabel (df = (k-1);(n-k) = (6-1);(105-6) = 5;99 kemudian diperoleh nilai Ftabel sebesar 2,30. Hal ini berarti bahwa Fhitung = 3,709 > Ftabel = 2,30 atau probabilitas 0,004 jauh lebih kecil daripada 0,05. Artinya, meka.nisme CG (Corporate Governance) secara se.rempak be.rpengaruh te.rhadap ma.najemen

.laba (DA). Pada Tabel 2. menunjukkan pula nilai koefisien determinasi (R2) sebesar = 0,158 mempunyai arti bahwa 15,8 persen variasi perubahan manajemen laba (DA) dipengaruhi oleh mekanisme CG (Corporate Governance) sedangkan 84,2 persen sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model penelitian.

Pada hasil .uji di Tabel 2. variabel kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, dan ukuran komite audit terbukti secara parsial berpengaruh negatif terhadap DA yang ditunjukan oleh nilai signifikansi masing-masing variabel tersebut sebesar (0,043); (0,036); dan (0,036) lebih kecil dari nilai α = 0,05. Sedangkan dua variabel lainnya, yakni kepemilikan institusional dan ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap DA karena nilai signifikansi masing-masing variabel tersebut sebesar (0,888); dan (0,071) lebih besar dari nilai α = 0,05.

Variabel kepemilikan manajerial me.miliki penga.ruh negatif terhadap manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa mekanisme CG yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial mampu menurunkan tindakan manajemen laba. Dimana, besarnya kepemilikan manajerial pada suatu perusahaan akan menurunkan tindakan manajemen laba karena seperti yang kita ketahui apabila seorang manajer juga memiliki kepemilikan saham di perusahaannya, maka manajer tersebut akan melindungi sahamnya agar tidak jatuh dengan cara tidak melakukan tindakan manajemen laba.

Variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh pada manajemen laba.

Konsep dari Porter (Pranata dan Mas’ud 2003) mengung.kapkan ba.hwa

inst.itusional ada.lah pemi.lik yang le.bih mem.fokuskan pada current earnings. Akibatnya pihak manajemen akan mela.kukan tinda.kan y.ang b.isa m.eningka.tkan l.aba j.angka pe.ndek, sa.lah sa.tunya de.ngan m.elakukan man.ipulasi laba. Pandangan yang serupa juga dikemukakan oleh Cornett et al. (dalam Ujiantho dan Pramuka, 2007) yang menyatakan bahwa manaje.r akan cende.rung melakukan man.ipulasi la.ba ka.rena me.reka akan me.rasa te.rikat de.n.gan kepem.ilikan institus.ional.

Variabel proporsi dewan komisaris me.miliki penga.ruh negatif terhadap manajemen laba. Hal ini menunjukkan semakin tinggi proporsi dewan komisaris independen maka akan menurunkan tindakan manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan regulasi dari BAPEPAM Nomor: Kep-29/PM/2004 yang menetapkan bahwa setiap emiten wajib memiliki komisaris independen telah terimplementasi dengan baik. Dengan adanya dewan komisaris independen akan memperkuat pengawasan seluruh aktivitas operasional perusahaan sehingga mekanisme dari Good Corporate Governance (GCG) tersebut dapat dijalankan secara efektif di dalam perusahaan.

Variabel ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh pada manajemen laba. Tidak berpengaruhnya ukuran dewan komisaris mungkin saja dikarenakan o.leh fak.tor lain se.perti: inde.pendensi, kom.posisi, kom.petensi, dan mo.tivasi de.wan di.reksi (Midiastuty dan Machfoedz, 2003). Selain itu, Gideon (2005) menyebutkan bahwa pe.nentu da.ri efe.ktivitas penga.wasan ter.hadap mana.jemen pe.rusahaan bu.kanlah besa.r keci.lnya de.wan komisa.ris. Namun, efektivitas pengawasan tergantung bagaimana komunikasi, koordinasi, dan pembuatan keputusan.

Variabel komite audit berpengaruh negatif pada manajemen laba. Hasil dari penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Siallagan dan Machfoedz (2006) yang menemukan bahwa dengan adanya komite audit di dalam perusahaan maka discretionary accruals (DA) semakin rendah. Ko.mite .audit dipe.rlukan .untuk me.lakukan .pengawasan te.rhadap .manajemen. .Komite .audit .akan meminimalkan. ti.ndakan mana.jemen .laba .yang di.lakukan .manajemen.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, dan ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Variable kepemilikan konstitusional dan ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh pada manajemen laba.

Good Corporate Governance (GCG) berperan penting sebagai monitoring terhadap seluruh aktivitas operasional perusahaan, sehingga penerapan GCG yang baik diharapkan akan mampu mengurangi perilaku manajemen laba yang bersifat oportunis. Namun dengan adanya dua temuan variabel dari mekanisme CG dalam penelitian ini yang tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, yakni kepemilikan institusional dan ukuran dewan komisaris menyiratkan bahwa upaya pihak regulator/pemegang saham untuk mengurangi manajemen laba .bisa mem.pertimbangkan as.pek .lain .yang tu.rut mem.bantu m.enekan t.indakan ma.najemen .laba. Sehingga peneliti selanjutnya dapat menambah variabel lain yang dirasa mampu menekan manajemen laba dengan tetap memasukan variabel GCG untuk mengetahui perbedaan hasil yang diperoleh.

Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan sektor industri manufaktur, sehingga untuk penelitian berikutnya diharapkan dapat menggunakan sampel yang lebih aku.rat dan mena.mbah sam.pel ta.hun penga.matan. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan nilai indeks CG berupa scorecard CG dari IICG maupun IICD sebagai alternatif lain untuk proksi dari CG, selain mekanisme CG.

REFERENSI

Gideon SB Boediono. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governace dan Dampak  Manajemen Laba dengan

Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, Solo, 2005

Hastuti , Theresia Dwi. 2005. Hubungan antara Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Dengan Kinerja Keuangan (Studi Kasus pada Perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta) Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, Solo 2005

Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Vol. 3, h. 305-360

Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Di Industri Perbankan. Simposium Nasional Akuntansi X, IAI, Makasar 2007

Pratana Puspa Midiastuty dan Mas’ud Mahfoedz. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VI. IAI, Surabaya 2003

Rachmawati, Andri dan Hanung Triatmoko. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi X. IAI, Makasar 2007

Siallagan, H. dan Mas’ud Mahfoedz. 2006. Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi IX. IAI, Padang 2006

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung:CV Alfabeta

Sulistyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba: Teori dan Model Impiris. Jakarta: PT.

Grasindo

Ujiantho, Arif Muh. dan B.A.  Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate

Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X, IAI, Makasar 2007