PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH, SUKU BUNGA SBI PADA INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BEI
on
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 3.2 (2013): 421-435
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH, SUKU BUNGA SBI PADA INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BEI
Anak Agung Gde Aditya Krisna1 Ni Gusti Putu Wirawati2
1Fakultas Ekonomi Universitas Udayana (UNUD), Bali, Indonesia E-mail : Gungkhrsna@gmail.com / Telp : 08174724121
2Fakultas Ekonomi Universitas Udayana (UNUD), Bali, Indonesia
ABSTRAK
Indeks harga saham gabungan (IHSG) merupakan catatan-catatan atas perubahan maupun pergerakan harga saham sejak mulai pertama kali beredar sampai pada suatu saat tertentu. Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi IHSG, salah satunya adalah faktor makroekonomi. Dalam penelitian ini, faktor makroekonomi yang digunakan adalah tingkat inflasi, nilai tukar rupiah, dan tingkat suku bunga sertifikat bank Indonesia. Data yang diambil adalah closing price bulanan dari masing-masing variabel dependen dan independen. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sample jenuh dan diperoleh sampel sebanyak 56 bulan data closing price. Data yang digunakan adalah data sekunder dengan metode pengumpulan data dokumentasi. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan tingkat inflasi nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga SBI berpengaruh signifikan pada IHSG sedangkan secara parsial hanya tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah yang berpengaruh signifikan pada IHSG di BEI.
Kata kunci : IHSG, tingkat inflasi, nilai tukar rupiah, tingkat suku bunga SBI
ABSTRACT
IHSG is the notes on the changes or the stock price since its first circulated until at a certain time. There are several factors that can affect the IHSG, one of which is a macroeconomic factor. In this research, macroeconomic factors used is the rate of inflation, exchange rate, and interest rate SBI. The data is taken from the monthly closing price of each dependent and independent variables. The sampling method used in this study is the sample saturated and obtained a sample of 56 months of data closing price. The data used are secondary data collection methods of data documentation. The analysis tool used is multiple linear regression. The results showed that simultaneous inflation and the exchange rate SBI significant effect only partially IHSG while the rupiah and inflation significant effect on the Indonesia Stock Exchange (IDX).
Keywords: stock index, inflation rate, exchange rate, interest rate
PENDAHULUAN
Salah satu pasar yang berperan cukup signifikan di Indonesia dalam mendorong pertumbuhan ekonomi adalah pasar modal. Menurut Undang-Undang No.8 Tahun 1995
“Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, dan lembaga serta profesi yang berkaitan dengan efek. Saat ini pasar modal di Indonesia telah mengalami perkembangan yang semakin baik, hal ini dibuktikan dengan selalu bertambahnya perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun ke tahun sehingga semakin banyak jenis surat berharga yang diperjual-belikan di Bursa Efek Indonesia.(UU, 1995)”
Setyawan Aditya (2010) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Inflasi,
Tingkat Suku Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia” , ia melakukan pengamatan selama lima tahun, mulai dari Tahun 2006 sampai Tahun 2010. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara simultan ada pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan secara
parsial hanya variabel Inflasi yang berpengaruh positif signifikan terhadap IHSG.
Utami Mudji dan Rahayu Mudjilah (2003) dalam penelitiannya yang berjudul
“Peranan Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar Dalam Mempengaruhi
Pasar Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi”. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa secara simultan perubahan profitabilitas, suku bunga, inflasi dan nilai tukar mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham badan usaha selama periode krisis ekonomi di Indonesia. Secara parsial hanya suku bunga dan
nilai tukar yang mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap harga saham selama krisis ekonomi tersebut.
Perbedaan hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya sehingga penulis ingin meneliti kembali faktor-faktor makroekonomi apa saja yang berpengaruh terhadap IHSG, dan penelitian ini berjudul “pengaruh tingkat inflasi, nilai tukar rupiah, dan tingkat suku bunga SBI pada IHSG di BEI. Penulis melakukan pengamatan dari bulan Januari 2008 sampai Agustus 2012”.
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Sinyal
Wolk, et al. (2001) berpendapat bahwa teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan.
Pasar Modal
Menurut kamus lengkap ekonomi (2000).
“Pasar modal / bursa saham (stock market) adalah mekanisme surat-surat berharga yang teroganisir melalui bursa utama dan bursa pararel. Termasuk dalam surat berharga yang diperdagangkan adalah saham biasa, saham preferen, obligasi konversi, opsi, hak saham, dan sertifikasi hak beli saham”. (kamus lengkap ekonomi, 2000)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di BEI dengan mengakses data di website
www.idx.co.id dan di Bank Indonesia dengan mengakses data di website
www.bi.go.id serta mengakses data di website www.yahoofinance.com .
Variabel-variabel yang diduga berpengaruh pada IHSG adalah tingkat infalsi, nilai tukar rupiah, dan tingkat suku bunga sertifikat bank Indonesia.
Adapun definisi dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut ;
-
a) IHSG (Y)
Dalam penelitian ini data IHSG yang digunakan adalah closing price data ISHG bulanan yang dipublikasikan oleh BEI pada bulan Januari 2008 sampai dengan Agustus 2012.
-
b) Tingkat inflasi
Samuelson dan Nordhaus (1998: 578-603). Menyatakan bahwa Inflasi
merupakan kenaikan harga secara umum. Tingkat Inflasi yang dimaksud adalah closing price bulanan dari tingkat inflasi di Indonesia dari bulan Januari 2008 sampai Agustus 2012.
-
c) Nilai tukar rupiah
Musdholifah & Tony (2007), menyatakan bahwa nilai tukar atau kurs adalah perbandingan antara harga mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Dalam penelitian ini nilai tukar rupiah diukur dengan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika pada setiap akhir bulan Januari 2008 sampai dengan Agustus 2012.
-
d) Tingkat suku bunga SBI
Menurut Karl dan Fair (2001:635) Suku Bunga merupakan pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman. Tingkat suku bunga bunga SBI yang digunakan dalam penelitian ini adalah closing price disetiap akhir bulan mulai dari bulan Januari 2008 sampai dengan Agustus 2012. Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel
”Populasi adalah suatu wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2009:115). ”Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat dianggap mewakili populasi tersebut karena memiliki karakteristik yang sama” (Sugiono 2009:112). “Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh, yaitu teknik pengumpulan sampel dengan metode sensus” (Sugiono,2009:119). Data yang digunakan adalah closing price bulanan dari tingkat inflasi, nilai tukar rupiah, tingkat suku bunga SBI dan IHSG periode Januari 2008 sampai Agustus 2012.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Tabel 1
Hasil Statistik Deskritptif
|
Variabel |
N |
Minimum |
Maximum |
Mean |
Std.deviation |
|
Inflasi |
56 |
,0241 |
,1214 |
,061125 |
,0277932 |
|
Kurs |
56 |
7324,34 |
9565,00 |
8594,8351 |
591,00325 |
|
Bunga |
56 |
,0580 |
,0950 |
,071696 |
,0107651 |
|
IHSG |
56 |
1241,54 |
4180,73 |
2920,2596 |
898,19544 |
Variabel tingkat inflasi dengan jumlah data (N) sebanyak 56 bulan (Januari 2008 s/d Agustus 2012) memiliki nilai terkecil atau minimum 0,0241 dan nilai terbesar atau maximum 0,1214. Nilai rata-rata (mean) tingkat inflasi dari 56 bulan pengamatan adalah 0,061125 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,0277932.
Variabel nilai tukar rupiah (kurs tengah BI) dengan jumlah data (N) sebanyak 56 bulan (Januari 2008 s/d Agustus 2012) memiliki nilai terkecil atau minimum Rp. 7324,34 dan nilai terbesar atau maximum Rp. 9565,00. Nilai rata-rata (mean) nilai tukar rupiah dari 56 bulan pengamatan adalah Rp. 8594,8351 dengan nilai standar deviasi sebesar 591,00325.
Variabel tingkat suku bunga SBI dengan jumlah data (N) sebanyak 56 bulan (Januari 2008 s/d Agustus 2012) memiliki nilai terkecil atau minimum 0,0580 dan nilai terbesar atau maximum 0,0950. Nilai rata-rata (mean) tingkat suku bunga SBI dari 56 bulan pengamatan adalah 0,071696 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,0107651.
Variabel IHSG dengan jumlah data (N) sebanyak 56 bulan (Januari 2008 s/d Agustus 2012) memiliki nilai terkecil atau minimum 1241,54 dan nilai terbesar atau maximum 4180,73. Nilai rata-rata (mean) tingkat inkat inflasi dari 56 bulan pengamatan adalah 2920,2596 dengan nilai standar deviasi sebesar 898,15944.
Uji Asumsi Klasik
Dalam penelitian ini menggunakan 4 uji asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
-
1) Uji Normalitas
Tabel 2
Hy∣jothesis Test Summarv
|
Null |
Hypothesis Test |
≡ig. |
Decision | |
|
1 |
The distribution ut Unstandardized O r∣ e-S a rτ∣ ρ I e Residual is normal with mean O1OOCKo Im o gorova n d sta r∣ d a rd d evi ati o r∣ 1651^S. S m i rn ov T est |
.4S9 |
F: eta in the null hyp oth esis. | |
⅛jfmptotic significances are displayed. Thesigriificarice level is .L∣5.
Uji Kolmogorov-Smirnov menghasilkan besar nilai asym sig 0,489 yang lebih
besar dari 0,05 sehingga ini berarti variance data berdistribusi normal.
-
2) Uji multikolinieritas
Tabel 3
Coefficientsa
|
Model |
Collinearity Statistics | |
|
Tolerance |
VIF | |
|
(Constant) Inflasi |
,304 |
3,293 |
|
1 Kurs |
,486 |
2,060 |
|
Bunga |
,199 |
5,034 |
Uji multikolinieritas atas data penelitian menghasilkan nilai Tollerance diatas 0,1 atau nilai VIF yang kurang dari 10 yang mengindikasikan bahwa tidak terjadi multikolinieritas pada model regresi dari penelitian ini.
-
3) Uji Heteroskedatisitas
Tabel 4
Uji Heteroskedatisitas
|
Model |
T |
Sig. |
|
(Constant) |
-1,233 |
,223 |
|
Inflasi |
1,114 |
,270 |
|
1 Kurs |
,467 |
,642 |
|
Bunga |
1,230 |
,224 |
|
LagY |
-,558 |
,579 |
Uji heteroskedastisitas atas data penelitian menghasilkan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yang mengindikasikan bahwa secara statistik bebas dari gejala heteroskedastisitas.
-
4) Uji Autokorelasi
Tabel 5
Model Summary
|
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
Durbin-Watson |
|
1 |
,937a |
,877 |
,870 |
323,62091 |
1,696 |
Uji autokorelasi DW menghasilkan nilai sebesar 1,696. Oleh karena nilai DW= 1,696 lebih besar dari 1,67(du) dan kurang dari 4-1,67 (4-du), yang mengindikasikan bahwa secara statistic tidak terjadi terjadi autokorelasi.
Uji Hipotesis
Tabel 6
Hasil Regresi Linear Berganda
|
Variabel |
Standardized Coef. Beta |
Std. Error |
t |
Sig. |
|
(Constant) |
0 |
724,495 |
-1,050 |
,299 |
|
Inflasi |
,107 |
1619,626 |
2,105 |
,040 |
|
nilai tukar rupiah |
,132 |
,072 |
2,818 |
,007 |
|
tingkat suku bunga SBI |
-,115 |
6833,417 |
-1,402 |
,167 |
|
R. Square = 0, 965 Adjusted R. Square = 0, 963 Std. Error = 172,73170 F = 348,203 Sig. F = 0,000 | ||||
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan persamaan regresi linear berganda dengan derajat keyakinan 95% atau derajat penyimpangan sebesar 5%. Berdasarkan hasil analisis regresi pada Tabel 6 dapat dilihat hasil dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi IHSG seperti: tingkat inflasi, nilai tukar rupiah, dan tingkat suku bunga SBI. maka diperoleh model regresi sebagai berikut.
Ŷ = 0,107 X1 + 0,132 X2 - 0115 X3+ ε
Persamaan regresi tersebut dapat diinterpretasikan secara sebagai berikut.
-
1) Nilai koefisien tingkat inflasi (β1) sebesar 0,107 artinya dengan asumsi variabel nilai tukar rupiah (X2) dan tingkat suku bunga SBI (X3) tetap maka jika tingkat inflasi naik 1 persen maka akan mampu meningkatkan IHSG sebesar 0,107 persen. Artinya apabila tingkat inflasi yang diperoleh positif maka IHSG akan meningkat sehingga para investor akan lebih tertarik untuk berinvestasikan dananya di bank guna meminimalisir tingkat kerugian investasi.
-
2) Nilai koefisien nilai tukar rupiah (β2) sebesar 0,132 artinya dengan asumsi variabel tingkat inflasi (X1) dan tingkat suku bunga SBI (X3) tetap maka jika nilai tukar rupiah naik 1 persen maka akan mampu meningkatkan IHSG sebesar 0,132 persen. Artinya apabila nilai tukar rupiah yang diperoleh positif maka IHSG akan meningkat sehingga para investor akan tertarik untuk berinvestasi di IHSG bursa efek Indonesia.
-
3) Nilai koefisien tingkat suku bunga SBI (β3) sebesar – 0,115 artinya dengan asumsi variabel tingkat inflasi (X1) dan nilai tukar rupiah (X2) tetap maka jika tingkat suku bunga SBI naik 1 persen akan mampu menurunkan IHSG sebesar 0,115 persen. Artinya apabila tingkat suku bunga SBI yang diperoleh positif maka IHSG akan meningkat sehingga para investor akan lebih tertarik untuk berinvestasikan dananya di bank guna mendapatkan bunga yang lebih tinggi dan resiko kerugian yang relative kecil.
Berdasarkan tabel 6 nilai Adjusted R. Square adalah 0.963. hal ini berarti 96,3% variasi penentuan tingkat IHSG dijelaskan oleh ketiga variabel independen
yaitu tingkat inflasi, nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga SBI. Sedangkan sisanya 3,7% dapat dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model.
Uji F
Dari uji ANOVA atau F test didapat nilai F hitung sebesar 348,203 dengan probabilitas 0,000 Karena probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi penentuan tingkat IHSG atau dapat dikatakan bahwa tingkat inflasi, nilai tukar rupiah, dan tingkat suku bunga SBI secara serempak berpengaruh terhadap IHSG. Dengan demikian, maka model dianggap layak uji dan pembuktian hipotesis dapat dilanjutkan.
Uji t
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi, nilai tukar rupiah, dan tingkat suku bunga SBI pada IHSG di BEI.
Tabel 7
Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Tingkat Suku Bunga SBI Pada IHSG di BEI
|
Variabel |
t.hitung |
t. tabel |
Signifikansi |
Keterangan |
|
Tingkat inflasi |
2,105 |
1,676 |
0,040 |
H0 ditolak |
|
Nilai tukar rupiah |
2,818 |
1,676 |
0,007 |
H0 ditolak |
|
Tingkat suku bunga SBI |
-1,402 |
1,676 |
0,167 |
H0 diterima |
-
1) Pengaruh Tingkat Inflasi Pada IHSG di BEI
Hipotesis pertama dikemukakan bahwa Tingkat Inflasi tidak berpengaruh terhadap IHSG. Tabel 7 menunjukkan bahwa thitung = 2,105>ttabel = 1,676 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,040 lebih kecil dari α =0,05, maka H0 ditolak dan H1
diterima. ini berarti bahwa tingkat inflasi berpengaruh signifikan pada IHSG. Penelitian mendukung penelitian yang dilakukan Setyawan aditya (2010), ia melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah pada Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia” , Ia melakukan pengamatan selama lima tahun, mulai dari Tahun 2006 sampai Tahun 2010. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara simultan ada pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah pada Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan secara parsial hanya variabel Inflasi yang berpengaruh positif signifikan pada IHSG.
-
2) Pengaruh Nilai Tukar Rupiah pada IHSG di BEI
Hipotesis kedua (H2) dikemukakan bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh positif dan signifikan pada IHSG di BEI. Tabel 7 menunjukkan bahwa thitung = 2,818 > ttabel = 1,676 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,007 lebih kecil dari α =0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti nilai tukar rupiah dapat dikatakan berpengaruh positif dan signifikan pada IHSG. Pengaruh positif ini berarti bahwa nilai tukar rupiah dan IHSG berbanding lurus. Jika nilai tukar rupiah semakin kuat mengakibatkan IHSG semakin baik. Begitu pula sebaliknya jika nilai tukar rupiah semakin lemah maka IHSG akan semakin buruk. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Ana Oktavia (2005) yang berjudul “analisis pengaruh nilai tukar rupiah/Us$ dan tingkat suku bunga SBI terhadap IHSG di Bursa efek Jakarta periode 2003-2005”. Dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara parsial ada
pengaruh signifikan antara nilai tukar rupiah pada IHSG di bursa efek Jakarta periode 2003-2005 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.
-
3) Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI pada IHSG di BEI
Hipotesis ketiga (H3) dikemukakan bahwa tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara tingkat suku bunga SBI terhadap IHSG di BEI. Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa thitung = -1,402 < ttabel = 1,676 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,124 lebih besar dari α = 0,167, maka H0 diterima dan H1 ditolak, hal ini berarti tingkat suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan pada ISHG. Penelitian mendukung penelitian yang dilakukan Aditya Setyawan (2010) yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah pada IHSG di BEI periode 2006-2010”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara parsial tingkat suku bunga tidak berpengaruh positif terhadap IHSG di BEI.
Standardized Koefisien Beta
Variabel independen yang berpengaruh paling dominan terhadap variabel dependen dapat diketahui dari nilai standardized koefisien beta. Variabel independen yang berpengaruh paling dominan terhadap variabel dependen adalah variabel nilai tukar rupiah dengan nilai sebesar 0,132 dilihat dari lampiran 4 pada tabel coefficients.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan di bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan dan saran sebagai berikut:
-
1) Secara simultan variabel independen tingkat inflasi, nilai tukar rupiah, dan
tingkat suku bunga SBI berpengaruh positif dan signifikan pada indeks harga saham gabungan (IHSG) di bursa efek Indonesia (BEI) dengan probabilitas sebesar 0,000.
-
2) Secara parsial variabel inflasi dan nilai tukar rupiah yang berpengaruh positif dan signifikan pada IHSG di BEI periode Januari 2008 sampai Agustus 2012, sedangkan variabel tingkat suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan pada IHSG di BEI periode Januari 2008 sampai Agustus 2012.
-
3) Dilihat dari nilai standardized coefficient beta, variabel independen yang berpengaruh paling dominan pada IHSG di BEI periode Januari 2008 sampai Agustus 2012 adalah variabel nilai tukar rupiah dengan nilai 0,132.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di bursa efek Indonesia (BEI) periode Januari 2008 – Agustus 2012, dan disarankan bagi para investor yang ingin berinvestasi di bursa efek Indonesia (BEI) agar lebih selektif dan selalu memperhatikan perubahan nilai tukar rupiah (kurs) sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan investasi.
Berdasarkan nilai R square sebesar 0,963 (96,3%) variasi perubahan (fluktuasi) indeks harga saham gabungan (IHSG) di bursa efek Indonesia (BEI) secara simultan dipengaruhi oleh tingkat inflasi, nilai tukar rupiah, dan tingkat suku bunga SBI dan sisanya (3,47%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model. Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar menambah variabel independen misalnya faktor luar negeri, PDB, jumlah uang beredar, dan factor
lainnya untuk mengetahui variabel-variabel apa saja yang berpengaruh terhadap
indeks harga saham gabungan (IHSG) di bursa efek Indonesia (BEI).
REFERENSI
Darmadji, T., & Fakhrudin. 2001. Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Musdholifah & Tony.2007. Http://Imamsetiyantoro.Wordpress.Com/2012/02/
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Definisi Atau Pengertian Pasar Modal.
Samuelson, P.A, Dan Nordhaus W.D. 1998. Ilmu Makroekonomi. Edisi Tujuh Belas. Jakarta: Pt. Media Globalisasi Edukasi.
Setyawan, Aditya. 2010. Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Dan Pasar Modal.
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alpabet.
Utami, Mudji dan Rahayu, Mudjilah. 2003. Peranan Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar Dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi. Jurnal akuntansi dan pasar modal.
435
Discussion and feedback