PERBEDAAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH REVERSE STOCK SPLIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2007-2011
on
PERBEDAAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM SEBELUM
DAN SESUDAH REVERSE STOCK SPLIT PADA PERUSAHAAN
YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2007-2011
Komang Ayu Setia Dewi1
1Fakultas Ekonomi Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia
e-mail : ayusetia_dewi@yahoo.com / telp : +62 85 738 037 637
ABSTRAK
Analisa investor terhadap informasi-informasi yang dipublikasikan perusahaan merupakan dasar pemikiran untuk melakukan investasi. Informasi mengenai aksi korporasi merupakan hal yang penting untuk diketahui seorang investor. Salah satu jenis aksi korporasi adalah reverse stock split. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan volume perdagangan saham akibat dilakukannya reverse stock split. Penelitian ini menggunakan metode studi peristiwa, dan melakukan uji hipotesis dengan uji beda yaitu uji-t. Hasil dari penelitian adalah volume perdagangan saham sebelum dan sesudah dilakukannya reverse stock split adalah berbeda, yakni mengalami peningkatan. Sehingga reverse stock split dapat memberi sinyal yang positif.
Kata kunci : reverse stock split, uji beda, volume perdagangan saham
ABSTACT
Analysis of investors to information published company is rationale for investing. Information on corporate actions is important for an investor note. One type of corporate action is a reverse stock split. This research was conducted to determine differences in the volume of trading in shares due to a reverse stock split. This study uses event study method, and to test the hypothesis with the t-test. The results of this study in the form of share trading volume before and after the reverse stock split is different, which is on the increase. So the reverse stock split give a positive signal.
Keywords : reverse stock split, different test, share trading volume
Dalam suatu laporan keuangan akan terdapat berbagai informasi yang diperlukan untuk dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi seorang investor. Adapun informasi yang penting bagi seorang investor adalah informasi mengenai aksi korporasi. Salah satu aksi korporasi yang dapat dilakukan perusahaan adalah stock split. Terdapat dua jenis stock split secara umum, yakni stock split up dan stock split down/reverse stock split.
Reverse stock split yang dilakukan perusahaan nantinya akan berpengaruh pada tingkat penjualan saham perusahaan. Hal ini disebabkan karena harga saham perusahaan yang melakukan reverse stock split akan meningkat setara dengan harga saham di pasar, sehingga dapat menjadi daya tarik bagi investor untuk melakukan suatu transaksi. Menurut Lusiana (2011:177) teori sinyal menyatakan bahwa stock split memberikan informasi ke pasar mengenai prospek perusahaan yang akan membaik.
Secara umum perusahaan akan mengharapkan dengan dilakukannya reverse stock split akan meningkatkan nilai perusahaan di pasar yang terlihat dari meningkatnya jumlah saham perusahaan yang diperjualbelikan. Beberapa penelitian sejenis pernah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan hasil yang berbeda.
Pada umumya perusahaan yang melakukan reverse stock split dikatakan memberi sinyal negatif, karena reverse stock split dianggap sebagai tindakan yang mengakui bahwa perusahaan tengah berada pada kondisi yang tidak stabil. Dengan
kata lain, perusahaan merasa tidak percaya diri dengan prospek perusahaannya di masa depan.
Namun tidak menutup kemungkinan bahwa hal sebaliknya dapat terjadi. Dengan dilakukannya reverse stock split ini dapat memberi sinyal positif bagi pasar. Sehingga nantinya setelah dilakukannya reverse stock split harga saham perusahaan dapat berubah ke range harga yang lebih menarik, sehingga investor lebih tertarik dalam melakukan trasaksi.
Dengan adanya hasil penelitian sebelumnya yang tidak konsisten, serta kemungkinan-kemingkinan yang dapat terjadi mengenai penilaian investor/pasar kepada perusahaan yang melakukan reverse stock split maka penulis ingin melakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan dari volume perdagangan saham sebelum dan sesudah reverse stock split pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2007-2011.
Reverse stock split berdampak baik bagi perusahaan apabila setelah reverse stock split dilakukan, volume perdagangan saham perusahaan akan mengalami perubahan berupa peningkatan. Sebaliknya apabila tindakan reverse stock split ini berdampak buruk bagi perusahaan maka volume perdagangan saham perusahaan akan mengalami perubahan berupa penurunan.
Kajian Pustaka
Sinyalling Theory ( Teori Sinyal )
Dalam teori sinyal dinyatakan bahwa informasi yang diungkapkan perusahaan kepada publik, akan ditangkap oleh investor atau pasar sebagai sinyal-sinyal yang nantinya dijadikan dasar pertimbangan membuat suatu keputusan berinvestasi. Manajemen suatu perusahaan dikatakan memiliki informasi yang lebih akurat dan tepat mengenai keadaan perusahaan daripada investor. Hal ini yang mendasari perusahaan akan melakukan pengungkapan mengenai keadaan perusahaannya yang dituangkan ke dalam suatu laporan keuangan. Menurut Lusiana (2011,177) pelaksanaan stock split mengandung biaya tinggi yang harus ditanggung. Sehingga dapat dikatakan hanya perusahaan yang memiliki keadaan keuangan yang stabil dan bagus yang dapat melakukan aksi korporasi ini, sehingga reaksi pasar terhadap kebijakan ini adalah positif.
Trading Range Theory
Trading range theory merupakan suatu teori yang memuat mengenai tindakan stock split yang dilakukan untuk mengubah harga saham yang semula tidak sesuai dengan rentang harga yang seharusnya, sehingga dapat dirubah ke arah rentangan harga yang lebih baik. Menurut Lusiana ( 2011 : 172) pada umunya perusahaan yang melakukan reverse stock split karena merasa harga sahamnya sangat murah dan jumlah saham yang beredar sudah terlampau banyak. Perusahaan memilih untuk melakukan aksi korporasi berupa reverse stock split agar harga saham perusahaan
akan berada pada range yang lebih menarik, sehingga pasar maupun investor akan lebih tertarik untuk melakukan transaksi atas saham tersebut.
Reverse Stock Split
Reverse stock split merupakan bagian dari aksi korporasi stock split. Reverse stock split merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menggabungkan beberapa lembar saham dengan nilai nominal tertentu menjadi satu lembar saham dengan nilai nominal yang lebih tinggi, reverse stock split ini dilakukan dengan menggunakan rasio tertentu. Misalkan reverse stock split dilakukan dengan rasio 3:1, maka 3 lembar saham yang bernilai 50 akan digabungkan menjadi 1 lembar saham yang bernilai 150. Pada umumnya perusahaan yang melakukan tindakan reverse stock split adalah perusahaan yang menilai harga perlembar saham perusahaannya di pasar terlalu rendah, sehingga kebijakan ini diambil untuk meningkatkan nilai nominal per lembar saham agar semakin menarik untuk di perjualbelikan.
Volume Perdagangan Saham
Volume perdagangan saham dapat menjadi suatu indikator dalam menentukan ada tidaknya reaksi pasar terhadap suatu kejadian tertentu yang berkaitan dengan transaksi saham. Besarnya aktivitas volume perdagangan saham dapat diukur dengan menggunakan Trading Volume Activity (TVA). TVA merupakan suatu persamaan yang menunjukkan nilai perbandingan antara jumlah saham yang diperdagangkan dalam waktu tertentu dengan jumlah saham yang beredar pada waktu tertentu.
Semakin sering suatu saham diperdagangkan maka volume perdagangan saham perusahaan tersebut juga semakin besar.
Hasil Penelitian Sebelumnya
Terdapat perbedaan dari hasil penelitian yang pernah dilakukan beberpa peneliti mengenai tindakan reverse stock split ini. Amir (2006) memperoleh hasil bahwa tidak terjadi perubahan kinerja pada perusahaan perbankan yang melakukan reverse stock split. Li (2002) menyatakan bahwa terjadi peningkatan likuiditas saham setelah dilakukannya reverse stock split pada perusahaan yang ditelitinya. Sedangkan Lina (2011) berpendapat bahwa reverse stock split mengakibatkan abnormal return negatif dan likuiditas saham meningkat.
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia, sehingga data yang dikumpulkan diperoleh dari data sekunder di website www.idx.co.id dan website yahoo finance. Data yang diperoleh dari website IDX merupakan data berupa laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang melakukan reverse stock split. Sedangkan data yang diperoleh dari website yahoo finance berupa data mengenai jumlah saham yang diperdagangkan pada perusahaan-perusahaan yang melakukan reverse stock split.
Data volume saham yang diperdagangkan yang digunakan adalah data 15 hari
sebelum tanggal dilakukannya reverse stock split dan 15 hari setelah dilakukannya
reverse stock split. Analisis data dilakukan dengan menggunakan adalah dengan menggunakan statistik infenensial. Perhitungan TVA( Tradig Volume Activity ) dan ATVA ( Average Trading Volume Activity ) dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut. Menurut Foster (1986) dalam Etty (1999:200) perhitungan TVA dan ATVA dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut
TVA = Saham perusahaan yang diperdagangkan pada periode tertentu …………...(1) Saham perusahaan yang beredar pada periode tertentu
ATVA sebelum/sesudah = ∑ TVA sebelum/sesudah ………………………………(2) 15 hari
Pengujian yang dilakukan terdiri atas dua tahap pengujian, yakni uji normalitas dan uji hipotesis. Uji normalitas dilakukan untuk mengentahui apakah data dari sample yang digunakan terdistribusi normal atau tidak. Dengan mengetahui hasil uji normalitas ini, maka dapat ditentukan lebih lanjut mengenai jenis pengujian yang akan dilakukan untuk uji hipotesis pada penelitian ini. Apabila setelah diuji data terdistribusi normal maka uji hipotesis akan dilakukan dengan uji-t, sedangkan apabila hasil dari uji normalitas adalah tidak normal, maka uji hipotesis aka menggunakan uji wilcoxon.
Populasi dan Sample
Populasi pada penilitian ini melingkupi seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2007-2011, metode penentuan sample yang digunakan
adalah dengan metode purposive sampling. Sehingga diperoleh 9 perusahaan yang melakukan aksi korporasi reverse stock split selama 2007-2011, dan 9 perusahaan inilah yang dijadikan sample dalam penelitian ini. Terdapat pertimbangan-pertimbangan yang dipergunakan dalam menentukan sample penelitian. Pertimbangan-pertimbangan tersebut adalah sebagai berikut.
-
1) Perusahaan yang melakukan reverse stock split dalam kurun waktu 2007-2011. Tahun 2007-2011 menjadi dasar dalam pemilihan sample dikarenakan keadaan perekonomian pada tahun 2007-2011 berlangsung secara fluktuatif, selain itu di tahun ini dapat diperoleh data terbaru untuk penelitian.
-
2) Perusahaan yang melakukan publikasi melalui laporan keuangan, IDX, dan yahoo finance mengenai volume saham yang beredar dan volume saham yang diperdagangkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia, jumlah perusahaan yang diketahui melakukan aksi korporasi berupa reverse stock split dan sesuai dengan pertimbangan dalam menentukan sample yang menggunakan metode purposive sampling dalam kurun waktu 2007-2011 adalah sebanyak 9 perusahaan. Data yang dipergunakan dari 9 perusahaan yang dijadikan sampel meliputi jumlah lembar saham yang beredar dan jumlah lembar saham yang diperdagangkan baik sebelum maupun sesudah reverse stock split.
Pengujian data dengan menggunakan uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data yang digunakan dalam penelitian telah terdistribusi normal, sehingga dapat ditentukan uji hipotesis dengan uji-t. Berikut adalah tabel yang menunjukkan hasil pengujian uji normalitas.
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
TVASEBELUM |
TVASESUDAH | |
N |
9 |
9 |
Normal Parametersa Mean |
.148435 |
.623439 |
Std. Deviation |
.2629650 |
.8120563 |
Most Extreme Differences Absolute |
.365 |
.253 |
Positive |
.365 |
.253 |
Negative |
-.286 |
-.221 |
Kolmogorov-Smirnov Z |
1.094 |
.759 |
Asymp. Sig. (2-tailed) |
.183 |
.612 |
a. Test distribution is Normal.
Dari hasil pengujian dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa data yang diuji terdistribusi secara normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai dari asymp.sig (2-tailed) masing-masing baik sebelum maupun sesudah yakni sebesar 0.183 dan 0.612 bernilai lebih besar dari 0.05. Sehingga dapat diketahui bahwa pengujian untuk menguji hipotesis dapat menggunakan uji-t.
Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan uji-t. Menurut Suyana
-
(2009,39) formulasi hipotesis dapat disajikan sebagai berikut.
Ho : E(X) (volume perdagangan sebelum reverse stock split) = E(Y) (volume perdagangan setelah reverse stock split).
Volume perdagangan saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah reverse stock split adalah sama.
H1 : E(X) (volume perdagangan sebelum reverse stock split) ≠ E(Y) (volume
perdagangan setelah reverse stock split).
Volume perdagangan saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah reverse stock split adalah tidak sama atau ada perbedaan.
Kriteria pengujian :
-
(1) Ho diterima bila t hitung ≤ t tabel (α/2)
-
(2) Ho ditolak bila t hitung > t tabel (α/2)
Berdasarkan tabel Distribution Student (t), dapat diketahui nilai t tabel pada df 8 adalah sebesar 1.86 menurut Nata (2002:321).
Perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS memperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 3. Hasil pengujian dengan Uji-t
Paired Samples Statistics
Mean |
N |
Std. Deviation |
Std. Error Mean | |
Pair 1 ATVASESUDAH |
.623439 |
9 |
.8120563 |
.2706854 |
ATVASEBELUM |
.148435 |
9 |
.2629650 |
.0876550 |
Paired Samples Test
Paired Differences |
t |
df |
Sig. (2tailed) | |||||
Mean |
Std. Deviation |
Std. Error Mean |
95% Confidence Interval of the Difference | |||||
Lower |
Upper | |||||||
Pair 1 ATVASESUDAH - ATVASEBELUM |
.4750037 |
.5579737 |
.1859912 |
.0461072 |
.9039003 |
2.554 |
8 |
.034 |
Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diperoleh hasil berupa nilai ATVA (Average Trading Volume Activity) sebelum dan sesudah reverse stock split dilakukan. Dari hasil pengujian tersebut, dapat diketahui bahwa mean ATVA sebelum reverse stoc split lebih kecil yakni sebesar 0.148 dari pada mean ATVA sesudah dilakukannya reverse stock split yakni sebesar 0.623. Hasil pengolahan ini menunjukkan bahwa setelah dilakukannya reverse stock split terjadi peningkatan aktivitas volume perdagangan saham perusahaan.
Dari hasil pengolahan data diatas dapat diketahui bahwa nilai t hitung yang diperoleh dari data yang diolah adalah sebesar 2.554. Nilai t tabel yang sebelumnya telah ditentukan yakni sebesar 1.86. Sesuai dengan formulasi hipotesis yang sebelumnya telah dirumuskan, hasil pengujian dengan uji-t menunjukkan nilai t hitung lebih besar dari t tabel. Sehingga Ho ditolak dan H1 diterima, jadi volume perdagangan saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah reverse stock split adalah tidak sama atau ada perbedaan.
Dengan dilakukannya serangkaian pengujian yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dari volume perdagangan saham sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan aksi korporasi reverse stock split oleh perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil ini menunjukkan bahwa informasi yang terkandung dalam aksi korporasi berupa reverse stock split yang dilakukan suatu perusahaan merupakan suatu informasi positif bagi investor di kalangan tertentu. Dengan meningkatnya aktivitas perdagangan saham
Reverse stock split akan memberikan dampak yang baik bagi perusahaan serta tanggapan yang positif oleh investor maupun pasar. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwi dan Iga (2007), Li (2002), dan Lina (2011) yang juga memperoleh hasil berupa likuiditas saham perusahaan setelah dilakukan reverse stock split mengalami peningkatan, dan likuiditas saham ini juga ditentukan dengan volume perdagangan saham. Namun penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Amir (2006) yang memperoleh hasil penelitian bahwa peruasahaan yang melakukan reverse stock split tidak mengalami perubahan kinerja.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai perbedaan volume perdagangan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah reverse stock split, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah reverse stock split. Reverse stock split dapat memberi informasi positif bagi investor karena terjadi peningkatan volume perdagangan saham sesudah dilakukannya reverse stock split, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan nilai average trading volume activity sebelum reverse stock split sebesar 0.148, dan sesudah reverse stock split sebesar 0.623.
Sesuai dengan kesimpulan diatas maka peneliti dapat memberi beberapa saran yaitu sebagai berikut.
-
1) Dalam menentukan suatu keputusan untuk melakukan kegiatan investasi sebaiknya para investor melakukan analisa lebih dalam pada perusahaan-perusahaan yang ingin dijadikan tempat berinvestasi, karena telah terdapat berbagai informasi yang dapat dijadikan dasar dalam melakukan investasi, salah satunya ialah aksi korporasi, sehingga kegiatan investasi yang dilakukan dapat berjalan sesuai
dengan tujuan investor.
-
2) Bagi peneliti selanjutnya, dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Indonesia sebaiknya memilih jenis perusahaan yang hendak diteliti dengan tepat, serta memastikan data yang ada lengkap dan sesuai dengan tujuan penelitian. Selain itu, dalam mengembangkan penelitian sejenis, dapat ditambahkan variabel lain yang berkaitan.
DAFTAR RUJUKAN
Amir Hamzah. 2006. Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum dan Sesudah Reverse Stock Split di PT Bursa Efek Jakarta. Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya. Vol 4 No 8.
Ayu Mila W, I Gusti. 2010. Analisis Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Volume Perdagangan Saham dan Abnormal Return Saham Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Tahun 2007-2009. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Diponogoro. Semarang.
Dwi Rahmawati dan Iga Dewi Kusumawati. 2007. Aksi Reverse Split Sebagai Upaya Menjaga Kepercayaan Investor. Majalah Ekonomi: Tahun XVII No 3.
Etty Gurendrawati. 1999. Studi Empiris tentang Pengaruh Pemilihan Metode Akuntansi untuk Merjer dan Akuisisi terhadap Volume Perdagangan Saham Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 2(2): h:196-210.
Jogiyanto H.M. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Julijanto, Muhammad. Problem-problem Demokrasi. Diakses di wordpres.com, 10 Juni 2012.
Lina Sulistyowati. 2011. Analisis Perbedaan Harga Saham dan Likuiditas Saham Sebelum dan Sesudah Peristiwa Reverse Split Pada Perusahaan yang Tercatat di BEI Periode 2003-2008. Skripsi Sarjana Ekonomi Akuntansi Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negri Yogyakarta, Yogyakarta.
Li Hua Jing. 2002. An Event Study of Reverse Stock Split in Hong Kong Market. SSRN Accounting Journal.
Lusiana Fransiska dan Anna Purwaningsih. 2011. Perbedaan Likuiditas Saham Sebelum dan Sesudah Reverse Stock Split. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 6(2): h:175-185.
Nata Wirawan. 2002. Statistik 2 (Statistik Inferensia). Denpasar : Keraras Emas
Putra Astika,IB. 2010. Teori Akuntansi Konsep-Konsep Dasar Akuntansi Keuangan. Bali.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta, CV.
Suyana Utama, Made.2009. Aplikasi Analisis Kuantitatif. Bali: Fakultas Ekonomi, UNUD.
Universitas Udayana, Fakultas Ekonomi. 2010/2011. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi dan Mekanisme Pengujian. Bali.
Universitas Udayana, Fakultas Ekonomi. 2012. Pedoman Penulisan Artikel Ilmiah. Bali
Discussion and feedback