Jurnal Ilmiah Teknologi Pertanian

AGROTECHNO

Volume 7, Nomor 1, April 2022

ISSN: 2503-0523 e-ISSN: 2548-8023

Deteksi dan Indentifikasi Cemaran Kimiawi dan Mikrobiologis pada Sumber Air Tradisional (Beji) di Dataran Rendah Bali Selatan

Detection and Identification of Chemical and Microbiological Pollutions in Tradisional Water Springs Beji) in South Bali Lowlands

I M. Mahaputra Wijaya*, I W. Wisma P. Putra, I B. Wayan Gunam, I B. K. Widnyana Yoga, I W. Suarta Universitas Udayana

*e-mail: [email protected]

Abstract

This study was aimed to determine the safety of Balinese local traditional water sources (beji which are commonly used by people in lowland villages in Bali for their daily needs. In this work both chemical and biological aspects were studied, namely the mineral content, heavy metals, and the content of harmful bacteria (such as E. coli and coliforms, others, Shigella, Salmonella, and others which might exist in the spring waters using with modified guidelines from SNI on drinking water. The research was conducted by collecting water samples from springs (beji located in the lowlands of southern Bali. Chemical contamination measurement on heavy metal content was carried out using Atomic Absorption Spectroscopy (AAS and the dissolved particles was observed using UV-visible Spectroscopy. The spring water samples were then grown on specific media to identify the contaminating bacteria. Twenty nine samples of spring water from Klungkung, Gianyar, Denpasar, Badung, and Tabanan regencies were collected then the physical characteristics were measured. The chemical and biological contamination tests on the spring water samples were carried out and no samples were found to be chemically or biologically polluted, and the quality of all spring waters was deemed acceptable in the SNI regarding drinking water.

Keyword: water spring, beji, pollution, spectroscopy

Abstrak

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui keamanan dari air pada sumber air tradisional (beji yang biasa digunakan oleh di masyarakat di pedesaan dataran rendah di Bali untuk keperluan sehari-hari. Aspek keamanan yang dikaji dalam penelitian ini dari sisi kimiawi dan biologis, yaitu kandungan mineral, logam berat, dan kandungan bakteri-bakteri berbahaya (seperti E. coli dan koliform, lainnya, Shigella, Salmonella, serta lainnya dari sumber mata air tersebut dengan panduan SNI tentang air minum yang dimodifikasi. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan sampel air dari beji-beji yang terletak di daerah dataran rendah Bali selatan. Uji cemaran kimia tentang kandungan logam berat dilakukan dengan metode Atomic Absorption Spectroscopy (AAS dan partikel terlarut dengan UV visible Spectroscopy. Sampel air beji kemudian ditumbuhkan pada media spesifik untuk mengidentifikasi jenis-jenis bakteri cemaran biologisnya. Dari Kabupaten Klungkung, Gianyar, Kota Denpasar, Badung, dan Tabanan dikumpulkan 29 sampel air beji untuk kemudian diukur karakteristik fisik air beji, dan absorbansi UV-visible air beji-beji tersebut. Dari uji cemaran kimiawi dan biologis pada sampel air beji yang dilakukan pada seluruh sampel tersebut tidak ditemukan sampel yang tercemar secara kimia maupun biologis, dan kualitas air beji tersebut dapat diterima dalam aturan SNI tentang air minum.

Kata kunci: sumber air, beji, cemaran, spectroskopi

PENDAHULUAN

Air sangat penting bagi makhluk hidup, dan memiliki banyak fungsi dalam kehidupan seperti sebagai pelarut umum, air digunakan oleh organisme untuk reaksi-reaksi kimia dalam proses metabolisme serta menjadi media transportasi nutrisi dan hasil

metabolism. Bagi manusia, air memiliki peranan yang sangat besar bukan hanya untuk kebutuhan biologisnya, yaitu bertahan hidup namun juga untuk pendukung kebutuhan hidup sehari-hari dan pendukung usaha. Kebutuhan akan air bersih oleh manusia semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dimana kualitas dan

Wijaya, I. M. M., Putra, I. W. W. P., Gunam, I. B. W., Yoga, I. B. K. W., & Suarta, I. W. (2022). Deteksi dan Indentifikasi Cemaran Kimiawi dan Mikrobiologis pada Sumber Air Tradisional (Beji) di Dataran Rendah Bali Selatan. Jurnal Ilmiah Teknologi Pertanian Agrotechno, 7(1), 29–36.

kuantitas air semakin menurun serta mengalami penyimpangan tatanan sebagai dampak dari eksploitasi secara berlebihan dan perilaku mahluk hidup terutama aktivitas manusia yang tidak memperhatikan aspek lingkungan dan tata ruang (Kementrian Lingkungan Hidup, 2003). Pemanfaatan air untuk berbagai kebutuhan harus memperhatikan parameter-parameter kualitas air sesuai baku mutu yang sudah ditetapkan.

Mata air merupakan sumber air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah (Arthana, 2012). Bali memiliki banyak sumber mata air alami yang biasa disebut beji yang terletak di sekitar pemukiman penduduk dan banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Pertumbuhan penduduk yang makin padat menyebabkan semakin tingginya aktivitas manusia di sekitar sumber air tersebut, sehingga potensi tercemarnya sumber mata air semakin tinggi baik secera kimia maupun biologis. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 173/Men.Kes/Per/VII/1977, jika standar mutu air sudah diatas standar atau sesuai dengan standar yang ditetapkan, seperti air tersebut bebas dari kuman-kuman dan bahan bahan kimia didalamnya, maka air tersebut sudah di atas standar baku mutu air bersih. Tingkat kualitas air yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan tertentu memiliki baku mutu yang berbeda oleh karena itu harus dilakukan pengujian untuk mengetahui kesesuaian kualitas dengan peruntukannya sehingga dirasa perlu dilakukan analisa kualitas air dengan berdasarkan beberapa parameter yaitu parameter fisika, kimia dan biologi. Hasil dari analisis parameter ini akan dibandingkan dan disesuaikan dengan baku mutu yang sudah ditentukan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kualitas air dalam beberapa parameter seperti fisika, kimia, dan biologi dari beberapa sumber mata air (beji) di wilayah Bali. Sumber mata air alami (beji) tersebut biasanya secara tradisional digunakan untuk tirta (air suci) untuk kegiatan upacara agama di Bali, dan berdasar pengamatan langsung biasanya juga digunakan untuk keperluan upacara (tirta) maupun sehari-hari dan dikonsumsi langsung tanpa dimasak ataupun difiltrasi, sehingga cemaran biologis maupun kimia yang mungkin terdapat dapat berbahaya bagi kesehatan masyarakat yang menggunakan. Sebelumnya beberapa penelitian tentang kualitas air beji telah dilakukan namun pada lingkup yang terbatas seperti pada beji di Kabupaten Gianyar (Gargitha et al, 2016), beji di Desa Sanggalangit (Faisal dan Atmaja, 2019) dan sumber air Kecamatan Sukasada (Fitriani dan Sriartha, 2021) di Kabupaten Buleleng, mata air di Desa Susut kabupaten Bangli (Aryasa et al, 2019), serta beji di Desa Kukuh Kabupaten Tabanan (Putri et al, 2018).

Dari potensi permasalahan tersebut di atas, perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah air dari beji tersebut tercemar secara biologis, seperti mengandung mikroba berbahaya, maupun tercemar secara kimia, seperti apakah mengandung logam berat. Berdasarkan potensi permasalahan yang telah dijabarkan dan dirumuskan di atas, penelitian ini secara spesifik ditujukan untuk mendeteksi jika terdapat cemaran logam berat dan cemaran mikrobiologis pada air beji yang dikonsumsi oleh masyarakat dataran rendah di daerah dengan lingkup yang lebih luas pada dataran rendah di Kabupaten Tabanan, Badung, Denpasar, Gianyar, dan Klungkung, untuk kemudian mengidentifikasi jenis unsur logam berat tersebut serta jenis cemaran mikrobiologisnya tersebut dengan menggunakan Atomic Absorption Spectroscopy dan penumbuhan pada media selektif.

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel pada sumber mata air alami (beji) yang masih digunakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang ada di daerah pedesaan di dataran rendah pada kecamatan-kecamatan yang berbatasan langsung dengan laut di Kabupaten Gianyar, Badung, Denpasar, Tabanan, dan Klungkung (kecuali Nusa Penida) Provinsi Bali yang kemudian sampel air beji tersebut dianalisis didalam laboratorium. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu menggambarkan hasil perbandingkan data kualitas air hasil uji laboratorium dengan baku mutu yang berlaku, dan memetakan cemaran jika ditemukan cemaran kimia atau biologis pada suatu daerah. Analisis dilakukan di Laboratorium Bioindustri dan Lingkungan, Laboratorium Analisis Pangan, serta Laboratorium Mikrobiologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian. Penelitian dilaksanakan pada Juni sampai September 2021.

Bahan dan Peralatan

Botol sampel, tabung reaksi, rak tabung reaksi, bunsen, pipet ukur, autoclave, labu erlenmeyer, inkubator, tabung durham, oven, Spektrofotometer UV-visible (UV-visible Spectroscopy: Libra), Spektrofotometer Serapan Atom (Atomic Absorption Spectroscopy: Shimadzu GC-2010). Sampel-sampel air dari sumber mata air beji, Lactose Broth, disposable petri dish, Eosin Methylene Blue Agar (EMBA), Escherichia coli Broth (ECB), Brilliant Green Lactose Broth (BGLB), aquades, blue tips, yellow tips.

Pengambilan Sampel Air Beji

Pengambilan sampel pada mata air telah dilakukan di sumber-sumber mata air beji pada Kabupaten Klungkung, Gianyar, Denpasar, Badung, dan Tabanan dengan grab sampling. Kecamatan yang memiliki beji yang menjadi objek penelitian dipilih pada kecamatan yang terletak pada dataran rendah, dibawah 200 mdpl dan memiliki pantai, karena diduga cemaran logam berat dan biologis biasanya mengalir ke bawah dan terakumulasi pada dataran rendah. Pengambilan dilakukan dengan cara sampel air beji dimasukkan kedalam botol yang telah disterilkan kemudian disimpan di dalam coolbox secara aseptis agar sampel tidak terkontaminasi, setelah itu sampel di bawah ke lab untuk penelitian lebih lanjut. Beji-beji dan sumber air yang menjadi objek pada penelitian ini adalah:

  • I.    Kabupaten Klungkung:

  • 1.    Kecamatan Dawan

  • a.    Beji Pura Tirta Bima Dawan Kaler

  • b.    Beji PAM Desa Dawan Kaler

  • 2.    Kecamatan Klungkung (kota)

  • a.    Beji Pura Segening Mas

  • b.    Beji Labak Gulingan Tojan

  • 3.    Kecamatan Banjarangkan

  • a.    Beji Sudamala Sidayu

  • b.    Beji Pura Dalem Tusan Banjarangkan

  • II.    Kabupaten Gianyar

  • 1.    Kecamatan Gianyar (kota)

  • a.    Beji Tukad Sangsang Lebih

  • b.    Beji Pura Beginda

  • 2.    Kecamatan Sukawati

  • a.    Beji Desa Ketewel

  • b.    Beji Sukawati-Pinda

  • 3.    Kecamatan Blahbatuh

  • a.    Beji Banda

  • b.    Beji Prangsada

  • III.    Kota Denpasar

  • 1.    Kecamatan Denpasar Timur

  • a.    Beji Pura Puseh lan Desa Kesiman

  • b.    Beji Tanggun Titi

  • IV.    Kabupaten Badung

  • 1.    Kecamatan Kuta Utara

  • a.    Beji Tegal Jaya Dalung

  • b.    Beji Pura Sawang Sari Agung

  • 2.    Kecamatan Mengwi

  • a.    Beji Tegal Gundul

  • b.    Beji Subak Pererenan

  • V.    Kabupaten Tabanan

  • 1.    Kecamatan Kediri

  • a.    Beji Villa Nyanyi

  • b.    Beji Pura Panca Pandawa Nyanyi

  • 2.    Kecamatan Tabanan (kota)

  • a.    Beji Pura Dalem Manik Asem

  • b.    Beji Dalem Yeh Gangga

  • 3.    Kecamatan Kerambitan

  • a.    Pura Beji Pererenan Penarukan

  • b.    Pura Beji Belumbang Kelating

  • 4.    Kecamatan Selemadeg Timur

  • a. Beji Patung Siwa Kelecung

  • 5.    Kecamatan Selemadeg

  • a.    Beji Bebali

  • b.    Beji SD 2 Antap

  • 6.    Kecamatan Selemadeg Barat

  • a.    Ceplusan Pantai Suan Galuh

  • b.    Beji Beda Surabrata

Pengujian Sifat Fisika Pada Air Beji

Pengujian sifat fisika pada sampel air beji dilakukan dengan cara mengukur suhu dengan menggunakan termometer, melihat warna air dan menguji absorbansi pada UV-visible spektrofotometer dan dibandingkan dengan absorbansi akuades, mencicipi rasa, dan mencium bau air dilakukan mengacu pada SNI 01-6242-2000 (Kemenperin, 2019).

Pengujian Sifat Kimia dan Cemaran Kimiawi pada Air Beji

Pengujian sifat kimia pada sampel air beji dilakukan dengan mengacu pada SNI 01-6242-2000 tentang kandungan logam dan mineral pada air mineral. Kandungan cemaran logam yang dapat diukur pada Laboratorium Analisis Pangan FTP dengan menggunakan mesin Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) dan standar yang dimiliki antara lain: Timbal (Pb), Tembaga (Cu), dan lain-lain seperti Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) dimana variable pengukurannya mengacu pada SNI 01-35541998 (Badan Standardisasi Nasional, 2019) yang dimofikasi dan pengukuran mengacu pada Yoga (2020).

Pengujian Cemaran Biologis pada Air Beji

Pengujian cemaran biologis pada air beji dilakukan dengan menguji sampel air beji pada beberapa uji mikrobiologis sesuai dengan SNI 01-6242-2000 yang dimodifikasi. Beberapa cemaran mikrobiologis yang diujikan antara lain Coliform, E. coli, dan Salmonella-Shigella. Pengujian cemaran E. coli dilakukan dalam 4 tahap yaitu uji penduga bakteri coliform menggunakan media LB, uji penegasan bakteri coliform BGLB, uji penduga bakteri E. coli dan uji penegasan bakteri E. coli menggunakan EMBA. Uji morfologi kemudian dilakukan dengan melakukan pewarnaan gram (Feng, 2002). Pengujian cemaran Salmonella-Shigella dilakukan dengan menumbuhkan sampel air beji pada permukaan agar di petri dish yang spesifik untuk pertumbuhan Salmonella dan Shigella tanpa dilakukan pengayaan (enrichment) terlebih dahulu pada media (Oxoid).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengujian Sifat Fisika Pada Air Beji

Hasil pengujian sifat fisika pada sampel air beji disajikan pada Tabel 1 berikut, dan difference absorbance spektra UV-visible pada Gambar 1 berikut: Dari data pada Tabel 1 menunjukkan pH sampel air beji berkisar antara 6,8 sampai dengan 7,6. Nilai pH 7,6 yang cukup tinggi didapat dari Ceplusan Suan Galuh dimana airnya bersumber dari rembesan pada tebing kapur, yang menyebabkan kemungkinan tinggi kandungan kalsium (Ca) karbonat yang diukur dengan menggunakan mesin AAS. Beberapa beji tidak lagi digunakan sebagai sumber air minum seperti Beji Dalem Banjarangkan, Beji Sudamala, Beji Pura Panca Pandawa menjadi tidak terawat dan berbau tanah maupun ganggang, sementara beji-beji yang dimanfaatkan sebagai air minum tetap terawat dan berair jernih.

Pada hasil analisis dengan Spektroskopi UV-visible seluruh air beji menunjukkan tanda scattering berupa garis miring ke kiri atas, dimana absorbansi mengecil dari jangkauan (range) sinar UV (kiri) ke merah (kanan). Fenomena scattering ini menandakan pada

seluruh air beji terdapat material organik tidak larut air yang masih terlarut di dalam sampel, walaupun seluruh sampel telah disentrifugasi 5000 rpm selama 5 menit, kemudian dengan hati-hati dituang (decanting) dan disaring dengan kertas Whatman nomor 47, yang menandakan material terlarut atau tersuspensi berupa partikel mikroskopis yang masih sebaiknya diidentifikasi kembali di masa depan.

Beberapa sampel air beji seperti dari Beji Belumbang Kelating, Ceplusan Suan Galuh, Beji SD Antap, Beji Penarukan, Beji Kelecung, Beji Tanggun Titi Kertalangu, Beji Sudamala Sidayu, dan Beji Pura Beginda memiliki puncak absorbansi (peak absorbance) pada 280 nm, dimana hampir seluruh beji tersebut berada pada Kabupaten Tabanan, kecuali Beji Beginda (Gianyar) dan Beji Tanggun Titi (Denpasar Timur). Absorbansi pada rentang 280 nm ini kemungkinan menandakan absorbansi protein yang menandakan terdapat kemungkinan terdapat protein atau mikroorganisme yang terlarut pada air beji tersebut (Chang dan Zhang, 2017).

Tabel 1. Karakteristik Fisik Air Beji

No.

Nama

Suhu (oC)

pH

Rasa

Bau

Warna

Keterangan

1

Tirta Bima

23

7,2

tidak berasa

tidak berbau

tidak berwarna

Untuk tirta, air minum dan mandi.

2

Beji PAM Dawan Kaler

24

7,4

tidak berasa

tidak berbau

tidak berwarna

Untuk air minum dan mandi.

3

Pura Segening

24

7,0

tidak berasa

tidak berbau

tidak berwarna

Hanya untuk tirta.

4

Pura Labak Gulingan

27

7,3

tidak berasa

tidak berbau

tidak berwarna

Untuk tirta dan air minum.

5

Beji Sudamala

27

7,5

tidak berasa

tidak berbau

tidak berwarna

Untuk tirta dan mandi.

6

Beji Dalem Banjarangkan

25

7,2

terasa tanah

berbau tanah

berwarna kecoklatan

Hanya untuk tirta.

7

Beji Tukad Sangsang

25

7,2

tidak berasa

tidak berbau

tidak berwarna

Untuk air minum dan mandi.

8

Beji Pura Beginda

25

7,2

tidak berasa

tidak berbau

tidak berwarna

Untuk tirta, air minum dan mandi.

*Air dari satu sumber, untuk umum diambil di luar pura. Air tirta tidak dapat diakses.

9

Beji Ketewel

25

7,2

tidak berasa

tidak berbau

tidak berwarna

Untuk air minum dan mandi.

10

Beji Sukawati Pinda

25

7,3

tidak berasa

tidak berbau

tidak berwarna

Untuk air minum dan mandi.

11

Beji Banda

26

7,0

tidak berasa

tidak berbau

tidak berwarna

Untuk air minum dan mandi.

12

Beji Prangsada

25

7,3

tidak berasa

tidak berbau

tidak berwarna

Untuk tirta, air minum dan mandi.

*Air dari satu sumber, untuk umum diambil di luar pura. Air tirta tidak dapat diakses.

13

Beji Pura Puseh Desa Kesiman

24

6,9

tidak berasa

tidak berbau

tidak berwarna

Untuk tirta, air minum dan mandi.

14

Beji Banjar Tanggun Titi

24

6,9

tidak berasa

tidak berbau

tidak berwarna

Untuk air minum dan mandi.

15

Beji Tegal Jaya

24

6,8

tidak berasa

tidak berbau

tidak berwarna

Untuk air minum.

16

Beji Sawang Sari Agung

26

6,9

tidak berasa

tidak berbau

tidak berwarna

Untuk air minum.

17

Beji Tegal Gundul

25

7,2

tidak berasa

tidak berbau

tidak berwarna

Untuk tirta.

18

Beji Subak Pererenan

24

7,0

tidak berasa

tidak berbau

tidak berwarna

Untuk air minum.

19

Beji Villa Nyanyi

25

7.0

tidak berasa

tidak berbau

tidak berwarna

Untuk air minum.

*Sumber air baru ditemukan, fondasi pembangunan villa menembus aliran air bawah tanah.

20

Beji Pura Panca Pandawa

27

7,4

tidak berasa

berbau

ganggang

tidak berwarna

Untuk tirta dan mandi.

21

Beji Dalem

Manik Asem

25

7,2

tidak berasa

tidak berbau

tidak berwarna

Untuk tirta, air minum dan mandi.

22

Beji Yeh Gangga

25

6,8

tidak berasa

tidak berbau

tidak berwarna

Untuk tirta, air minum dan mandi.

23

Pura Beji Penarukan

25

6,9

tidak berasa

tidak berbau

tidak berwarna

Untuk tirta, air minum dan mandi.

24

Pura Beji Kelating

26

6,9

tidak berasa

tidak berbau

tidak berwarna

Untuk tirta, air minum dan mandi.

25

Beji Kelecung

25

7,2

tidak berasa

tidak berbau

tidak berwarna

Untuk tirta.

26

Beji Bebali

25

7,6

tidak berasa

tidak berbau

tidak berwarna

Untuk tirta dan air minum.

27

Beji SD 2

Antap

26

7,2

terasa tanah

berbau tanah

keruh

Untuk air minum dan mandi.

28

Ceplusan Suan Galuh

27

7,6

tidak berasa

tidak berbau

tidak berwarna

Untuk air minum dan mandi*.

*Digunakan untuk mencuci perahu dan mesin perahu.

29

Beji Beda Surabrata

25

6,9

tidak berasa

tidak berbau

tidak berwarna

Untuk air minum dan mandi.

Wavelength (nm)

Gambar 1. Spektra Selisih Absorbansi (Difference Absorbance Spectra) UV-visible dari Sampel Air Beji dengan Air Akuades


Hasil Pengujian Cemaran Kimiawi pada Air Beji Pengujian sifat kimia pada sampel air beji dilakukan dengan mengacu pada SNI 01-6242-2000 tentang

kandungan logam dan mineral pada air mineral. Kandungan cemaran logam berat dan mineral yang berguna diukur pada Laboratorium Analisis Pangan

FTP dengan menggunakan mesin Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) antara lain: Timbal (Pb), kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Tembaga (Cu) dan Kadmium (Cd), menggunakan metode pengukuran menggunakan mesin GC-2010 yang dikembangkan

oleh Yoga (2020). Pengukuran dilakukan mengacu pada SNI 01-3554-1998 (Badan Standardisasi Nasional, 2019). Hasil pengukuran kandungan mineral dan logam berat pada sampel air beji disajikan pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Kandungan Mineral dan Logam Berat pada Air Beji (ppm)

No.

Nama Sumber Air (beji)

Mg

Ca

Pb1

Cu2

1

Beji Tirta Bima Dawan Kaler

3,850

28,185

0

0

2

Beji PAM Dawan Kaler

3,577

27,681

0

0

3

Pura Beji Segening Mas

3,748

20,825

0

0

4

Pura Beji Labak Gulingan

3,846

30,076

0

0

5

Pura Beji Sudamala Sidayu

2,815

31,509

0

0

6

Beji Pura Dalem Banjarangkan

2,953

31,641

0

0

7

Beji Tukad Singsing

3,837

34,372

0

0

8

Beji Pura Beginda

3,403

28,418

0

0

9

Beji Ketewel

3,810

33,469

0

0

10

Beji Sukawati-Pinda

3,824

30,011

0

0

11

Beji Banda

3,818

28,491

0

0

12

Beji Prangsada

3,818

30,760

0

0

13

Beji Pura Puseh Desa Kesiman

3,778

29,476

0

0

14

Beji Banjar Tanggun Titi

3,789

26,489

0

0

15

Beji Tegal Jaya Dalung

3,756

27,487

0

0

16

Beji Pura Sawang Sari Agung

3,777

28,469

0

0

17

Beji Pura Tegal Gundul

3,818

28,874

0

0

18

Pura Beji Subak Pererenan

3,849

26,396

0

0

19

Beji Villa Nyanyi

3,815

32,584

0

0

20

Pura Beji Panca Pandawa

3,811

28,449

0

0

21

Beji Pura Dalem Manik Asem

3,805

26,331

0

0

22

Beji Yeh Gangga

3,818

29,496

0

0

23

Pura Beji Penarukan

3,742

28,445

0

0

24

Pura Beji Kelating

3,750

26,385

0

0

25

Beji Patung Siwa Kelecung

3,858

30,817

0

0

26

Beji Bebali

3,883

32,384

0

0

27

Beji SD 2 Antap

3,838

31,964

0

0

28

Ceplusan Suan Galuh

3,817

33,572

0

0

29

Beji Beda Surabrata

3,688

26,458

0

0

*Data cemaran cadmium belum dapat diukur karena ditemukan kerusakan pada lampu Cd saat penelitian.

1,2Kandungan logam berat Timah hitam (Pb) dan Tembaga (Cu) pada seluruh sampel air beji dibawah ambang batas deteksi mesin AAS (<0,5 ppm .

Pengujian Cemaran Biologis pada Air Beji

Pengujian cemaran biologis pada air beji dilakukan dengan menguji sampel air beji pada beberapa uji mikrobiologis sesuai dengan SNI 01-6242-2000. Beberapa cemaran mikrobiologis yang diujikan antara lain coliform, E. coli, dan SalmonellaShigella. Contoh pengujian cemaran mikrobiologis E. coli pada air beji dapat dilihat pada Gambar 2. Hasil pengujian cemaran coliform, E. coli, dan Salmonella-Shigella.pada air beji disajikan dalam Tab l 3

Gambar 2. K0oloni E. coli yang tumbuh pada media emba (hijau metalik)

Tabel 3. Hasil Uji E. coli, Salmonella-Shigella, dan Coliform

No.              Nama

E. coli (CFU/ml)

Pengujian Salmonella

Shigella (CFU/ml)

Coliform (MPN index/ml)

1 Beji Tirta Bima Dawan Kaler

0

0

4.6

2 Beji PAM Dawan Kaler

0

0

4.6

3

Pura Beji Segening Mas

0

0

11

4

Pura Beji Labak Gulingan

0

0

4.6

5

Pura Beji Sudamala Sidayu

0

0

4.6

6

Beji Pura Dalem Banjarangkan

0

0

11

7

Beji Tukad Singsing

0

0

11

8

Beji Pura Beginda

0

0

11

9

Beji Ketewel

0

0

4.6

10

Beji Sukawati-Pinda

0

0

11

11

Beji Banda

0

0

11

12

Beji Prangsada

0

0

11

13

Beji Pura Puseh Desa Kesiman

0

0

11

14

Beji Banjar Tanggun Titi

0

0

4.6

15

Beji Tegal Jaya Dalung

0

0

4.6

16

Beji Pura Sawang Sari Agung

0

0

11

17

Beji Pura Tegal Gundul

0

0

11

18

Pura Beji Subak Pererenan

0

0

4.6

19

Beji Villa Nyanyi

0

0

4.6

20

Pura Beji Panca Pandawa

0

0

>11

21

Beji Pura Dalem Manik Asem

0

0

>11

22

Beji Yeh Gangga

0

0

4.6

23

Pura Beji Penarukan

0

0

4.6

24

Pura Beji Kelating

0

0

4.6

25

Beji Patung Siwa Kelecung

0

0

11

26

Beji Bebali

0

0

11

27

Beji SD 2 Antap

0

0

4.6

28

Ceplusan Suan Galuh

0

0

4.6

29

Beji Beda Surabrata

0

0

4.6

Sampel coliform yang positif ditandai dengan gelembung pada tabung durham sudah dikonfirmasi ke media BGLB dan EMBA namun tidak ada koloni hijau metalic yang tumbuh sebagai indikasi adanya E. coli, jadi pengujian tidak dilanjutkan pada tahap uji mikroskopik. Pengujian sampel diulangi sebanyak 3 kali, dan dapat dilihat seluruh air beji yang menjadi sampel penelitian lulus uji SNI dari sisi cemaran mikrobiologis tidak ada yang tercemar bakteri E. coli dan Salmonella-Shigella, serta angka perhitungan coliform berada pada nilai yang dapat diterima menurut SNI. Dari ke tiga aspek hasil pengujian di atas, seluruh hasil mengindikasikan bahwa kondisi air beji-beji yang menjadi objek pengujian dalam keadaan baik dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Hal ini juga mengindikasikan kemungkinan besar belum atau kecil kemungkinan telah terjadi pencemaran air pada area yang menjadi daerah resapan sumber air dari beji-beji ini, paling tidak dalam batas deteksi pengujian yang telah dilakukan, walaupun tidak menutup kemungkinan pencemaran secara terbatas (isolated pollution) tetap dapat terjadi dan mencemari sumber air tanah di sekitar tempat tersebut (Arbain, et al 2012). Kondisi air beji-beji yang masih baik ini perlu dijaga oleh seluruh pengguna, masyarakat dalam lingkungan sekitar (penyangga/buffer zone), dan pemerintah daerah sebagai regulator untuk memastikan kelangsungan dan kepastian keamanan air beji di masa depan tetap terjaga, dan terus dapat digunakan

sebagai alternatif sumber air minum di masa depan oleh masyarakat jika terjadi bencana ataupun hal lain yang menyebabkan pasokan sumber air utama seperti air PDAM terganggu.

KESIMPULAN

Seluruh air beji yang diuji lolos dalam aspek pengujian, aman untuk dikonsumsi karena aman dari cemaran kimia dan biologis. Daerah penyanggga di sekitar beji yang menjadi sumber resapan air yang mengalir ke beji pun secara umum dapat dianggap aman dari pencemaran kimia dan biologi, serta dari jumlah sampel yang diambil secara umum dapat disimpulkan air tanah di Bali Selatan belum tercemar dari cemaran biologis maupun kimia. Di masa depan penelitian ini dapat dilanjutkan untuk menguji kualitas air tanah di pemukiman sekitar berbagai lokasi kandidat isolated pollution tersebut untuk melihat jika skenario pencemaran terbatas tersebut terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Arbain, Mardana, N, K., Sudana, I B. 2012. Pengaruh Air Lindi Tempat Pembuangan Akhir Sampah Suwung Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di Sekitarnya Di Kelurahan Pedungan Kota Denpasar. ECOTROPHIC: Jurnal Ilmu Lingkungan (Journal of Environmental Science),      vol. 3, no.      2.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/ECOTROPHI C/article/view/2504

Arthana, W. 2012. Studi Kualitas Air Beberapa Mata Air Di Sekitar Bedugul, Bali. Bumi Lestari Journal of Environment. vol. 7, no. 1. https://ojs.unud.ac.id/index.php/blje/article/vi ew/2413.

Aryasa, I W. T., Risky, D. P., Artaningsih, N. L. P. J. 2019. Uji Pendahuluan Kualitas Air pada Sumber Mata Air di Banjar Tanggahan Tengah, Desa Susut Kecamatan Susut Kabupaten Bangli, Jurnal Kesehatan Terpadu, vol.             3             no.             2.

https://jurnal.undhirabali.ac.id/index.php/kese hatan/article/view/979

Badan Standardisasi Nasional, 2019, http://sispk.bsn.go.id/SNI/DetailSNI/7125, diakses pada 5 Desember 2019.

Chang S.K.C., Zhang Y. (2017) Protein Analysis. In: Nielsen S.S. (eds) Food Analysis. Food Science Text Series. Springer, Cham. https://doi.org/10.1007/978-3-319-45776-5_18

Gargitha, I W. G. S., Restu, I W., Sari, W., Hermawati, A. 2016. Analisis Kondisi Indeks Kualitas Air Pada Enam Mata Air Di Kabupaten Gianyar, Bali. ECOTROPHIC: Jurnal Ilmu Lingkungan (Journal of Environmental Science), v. 10, n. 2, p. 116122.

https://doi.org/10.24843/EJES.2016.v10.i02.p 06.

Faisal, M. dan Atmaja, D. M. 2019. Kualitas Air pada Sumbr Mata Air di Pura Taman D sa

Sanggalangit sebagai Sumber Air Minum Berbasis Metode Storet. Jurnal Pendidikan Geografi Undiksha, vol. 7 no. 2 http://dx.doi.org/10.23887/jjpg.v7i2.20691

Feng, P., Weagant, S. D., Grant. M. A., Burkhardt. W. 2002. BAM: Enumeration of Escherichia coli and the Coliform Bacteria. U. S. Food and Drug Administration., diakses pada 5 Desember 2019.

Fitriani, N. K. T. dan Sriartha, I P. 2021. Analisis Kualitas Air di Kecamatan Sukasada. Jurnal Pendidikan Geografi Undiksha, vol. 9 no.1. http://dx.doi.org/10.23887/jjpg.v9i1.31412

Kemenperin                              library,

http://lib.kemenperin.go.id/neo/detail.php?id= 230697, diakses pada 4 Desember 2019.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2003. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003, tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air, Jakarta.

Putri, N. L. N. D. D., Sudarma, N., & Prihatiningsih, D. (2018). Identifikasi Kualitas Mata Air sebagai Sumber Air Minum Tanpa Pengolahan di Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Bali, 2018. Bali Medika Jurnal, 5(1), 127–135.

https://doi.org/10.36376/bmj.v5i1.28

Yoga, I B. K. W., Teknik Analisis Mineral Bahan Pangan Dengan Atomic Absorption Spectrophotometer, Gerakan Menulis Buku (GMB) Indonesia, 2020.

36