Penguatan Clustering dan Strategi Pengembangan Kopi Robusta di Kabupaten Tabanan, Bali
on
Jurnal Ilmiah Teknologi Pertanian
AGROTECHNO
Volume 1, Nomor 2, Oktober 2016
ISSN: 2503-0523 ■ e-ISSN: 2548-8023
Penguatan Clustering dan Strategi Pengembangan Kopi Robusta di Kabupaten Tabanan, Bali
Clustering Strengthening dnd Development Strategy of Robusta Coffee in Tabanan Regency, Bali
Amna Hartiati1 , I.A. Mahatma Tuningrat1 , Agus Slamet Duniaji2
1Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana 2Jurusan Ilmu Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana Email: [email protected]
Info Artikel
Diserahkan: 28 Juli 2016
Diterima dengan revisi: 12 September2016
Disetujui: 29 September 2016
Abstract
The aims of this study were to identify the problems and the potential of and to determine the development strategy of Robusta coffee in Tabanan regency. This study was conducted using internal external (IE) and strength, weakness, opportunity, threat (SWOT) matrices through the interviews and determination of IE matric and its weight by experts involved in focus group discussion. Pupuan district was chosen as the sample of Robusta coffee center in Tabanan. The results showed that the internal factor was the greatest factor that affected the Tabanan's Robusta coffee development of which its strength was Papuan district is a Robusta coffee production center with the score of 0.300. On the other hand, good agriculture practices (gap) was not implemented properly such that rose the score 0.290. On the external factor view, the opportunity of demand of downstream products of Robusta coffee and the threat of instability of coffee-farmer-group's management with the score were 0.429 and 0.214 respectively. The development strategy would be implemented to improve the Robusta coffee development in Tabanan was increasing the promotion of coffee and its downstream product in domestic and international scope, therefore not only widened the marketing target and market penetration but also enhanced the Robusta coffee quality and supported the sustainable development.
Keyword: Robusta Coffee, SWOT analysis, Tabanan, strategy, clustering
Abstrak
Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi masalah dan potensi serta menentukan strategi pengembangan kopi Robusta di Tabanan. Penelitian ini menggunakan matriks Internal Eksternal (IE) dan Matrik Strenght, Weakness, Opportunity dan Threat (SWOT) dengan cara wawancara, kuisioner serta penentuan matrik Internal Eksternal IE dan bobotnya menggunakan pakar melalui Focus Discussion Group. Sebagai daerah sentra kopi robusta di Tabanan digunakan kecamatan Pupuan sebagai sampel.Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal yang paling mempengaruhi perkembangan kopi robusta Tabanan untuk kekuatannya yaitu Pupuan merupakan sentra kopi robusta dengan skor 0,300, dan untuk kelemahan Good Agriculture Practices (GAP) belum diterapkan secara tepat asas dengan skor 0,290, sedangkan untuk faktor eksternal yang paling mempengaruhi dalam hal peluang yaitu tersedianya pangsa pasar yang meminta turunan produk kopi Robusta dengan skor 0,429 dan untuk ancaman yang dihadapi yaitu belum mantapnya manajemen usaha di kelompok tani/subak abian dengan skor 0,214. Strategi yang digunakan dalam pengembangan kopi Robusta di Tabanan adalah meningkatkan promosi produk kopi beserta olahannya baik secara domestik maupun internasional, sehingga dapat memperluas target pasar dan penetrasi pasar serta meningkatkan kualitas dan pengembangan produk kopi Robusta yang mampu mendukung pelestarian lingkungan yang berkelanjutan.
Kata kunci : kopi robusta, analisis SWOT, tabanan, strategi, clustering
Hartiati, Amna, I.A. Mahatma Tuningrat, Agus Slamet Duniaji. Penguatan Clustering dan Strategi Pengembangan Kopi Robusta di Kabupaten Tabanan, Bali. Jurnal Ilmiah Teknologi Pertanian AGROTECHNO. Vol. 1, No. 2 (2016) hal. 86-94
PENDAHULUAN
Kopi merupakan salah satu komoditas penting di dalam perdagangan dunia yang melibatkan jaringan perdagangan antar bangsa dan lebih merupakan kegiatan perdagangan dari negara-negara berkembang ke negara-negara maju yang merupakan konsumen utama kopi (Siswoputranto, 1992). Selama 2 tahun terakhir, volume perdagangan kopi dunia dalam bentuk ekspor dan impor terus meningkat rata-rata 8,2% per tahun dan volume perdagangannya mencapai 6,78 juta ton per tahun (Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian, 2013). Posisi Indonesia dinilai cukup strategis di dunia internasional, karena Indonesia merupakan negara pengekspor kopi terbesar ketiga setelah Brazil dan Vietnam. Produktivitas kopi Indonesia sebesar 11.250 ton pertahun cukup rendah bila di bandingkan dengan negara produsen kopi di dunia seperti Brazil sebesar 50.826 ton pertahun dan Vietnam sebesar 22.000 ton pertahun (International Coffee Organization, 2012). Tahun 2012 luas areal tanaman kopi di daerah Bali adalah 35.568 Ha, dimana luas aeal tanaman kopi Arabika 11.939 Ha (33,57 %) dan tanaman kopi Robusta 23.629 Ha (66,43 %). Sentra produksi kopi Arabika berada di wilayah Kabupaten Bangli dan Badung, sedangkan kopi Robusta di Kabupaten Tabanan dan Buleleng. Total Produksi adalah sebesar 18.880.437 Kg terdiri dari Kopi Arabika 4.199.737 Kg dan Kopi Robusta 14.680.700 Kg dengan rata-rata produksi sebesar 619 Kg/Ha/Th (Kopi Arabika) dan 730 Kg/Ha/Th (Kopi Robusta). Terdapat sekitar 60 spesies tanaman kopi di dunia, ditinjau dari segi ekonomis spesies yang terpenting adalah coffea Arabica, coffea canephora/robusta dan coffea liberica (Rahardjo, 2012). Kopi yang di budidayakan di Indonesia secara umum ada dua jenis yaitu kopi robusta dan kopi arabika. Kopi ini memiliki keunikkan masing-masing dan pasarnya sendiri. Kopi arabika memiliki variasi rasa yang lebih beragam, rasa manis dan lembut hingga rasa kuat dan tajam, sedangkan kopi robusta memiliki variasi rasa netral sampai tajam dan sering di anggap memiliki rasa seperti gandum (Anonim, 2011a).
Saat ini, industri pengolahan kopi merupakan salah satu industri prioritas yang terus dikembangkan. Untuk mendukung upaya itu, Kementerian Perindustrian telah menyusun Peta
Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kopi. Sebagai negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia, Indonesia mampu memproduksi sedikitnya 748 ribu ton atau 6,6 % dari produksi kopi dunia pada tahun 2012. Hal tersebut disampaikan Menteri Perindustrian Mohamad S Hidayat ketika membuka Seminar dan Pameran Kopi Nusantara 2013 di Plasa Pameran Industri, Kementerian Perindustrian, Jakarta.
Beberapa kawasan kopi yang ada di Bali khususnya di Pupuan sebagai sentra produksi kopi robusta belum terklaster dengan baik seperti sebaran varietas, produksi, lokasi yang strategis, jenis produk olahan, jalur transportasi, rendahnya kualitas tenaga kerja atau sumberdaya manusia (SDM) dan Standar Oprerasional Prosedur (SOP) yang benar. Pengklasteran tidak akan optimal apabila tidak dibarengi dengan adanya strategi-strategi pengembangan dalam upaya pencapaian Sistem Indikasi Geografis yang bermuara pada peningkatan nilai tambah kopi robusta di kabupaten Tabanan. Kopi Bali yang sudah terkenal di manca Negara, perlu dikembangkan secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan produksi, kualitas dan kontinuitas kopi sebagai unggulan daerah Bali. Berdasarkan hal tersebut diatas perlu dilakukan penelitian penguatan klastering dan pengembangan kopi robusta di kabupaten Tabanan Provinsi Bali. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan identifikasi sebaran varietas, produksi, lokasi yang strategis, jenis produk olahan, jalur transportasi, rendahnya kualitas tenaga kerja atau sumberdaya manusia (SDM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang benar melakukan mendesain questioner, survey pendahuluan, mengumpulkan data petani kopi serta merancang strategi pengembangan kopi robusta di Tabanan.
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Pupuan Tabanan dengan sampel petani kopi di Desa Pupuan, Tabanan. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Juni – Oktober 2016. Analisis data kuisioner dilaksanakan di Laboratorium Manajemen Industri, FTP, Bukit Jimbaran.
Tahapan Penelitian
Survai pendahuluan dilakukan dengan cara wawancara dan studi pustaka untuk memperoleh data awal. Data yang diperoleh dari hasil survai dijadikan pedoman untuk mendapatkan data pendukung untuk FGD. Setelah FGD diperoleh data strategi pengembangan kopi dengan menggunakan metode SWOT. FGD dilaksanakan pada Rabu, 26 Oktober 2016 yang berlokasi di Hotel Taman Suci yang dihadiri oleh
7 orang pakar yaitu 2 orang dari praktisi, 2 orang dari dinas terkait, 1 orang dari pihak perguruan tinggi dan 2 orang dari petani terpilih. Untuk memperoleh data tersebut, menggunakan kuisioner. Kuisioner merupakan daftar pertanyaan yang akan digunakan untuk memperoleh data dari sumbernya secara langsung. Diagram alir penelitian disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
Model Analisis
Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)
Matrik ini menyajikan berbagai faktor lingkungan eksternal yang perlu
dipertimbangkan dalam upaya pengembangan kopi robusta di kabupaten Tabanan. Matrik EFE dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Matrik ini menyajikan berbagai faktor lingkungan internal yang perlu dipertimbangkan dalam upaya pengembangan kopi robusta di kabupaten Tabanan. Matrik IFE dapat dilihat pada Tabel 2.
Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)
Faktor-faktor Bobot Strategi Eksternal |
Bobot x Rating Rating (weighted score) |
Peluang Ancaman Total 1,00 |
(total weighted score) |
Sumber: David (2005)
Tabel 2
Matrik Internal Factor Evaluation (EFE)
Faktor-faktor Strategi Eksternal |
Bobot |
Rating |
Bobot x Rating (weighted score) |
Kekuatan Kelemahan Total |
1,00 |
(total weighted score) |
Sumber : David (2005)
Matriks IE
Tabel 3.
Matriks Internal Eksternal (IE)
Kuat Rataan Lemah
4n (3.°-4-°) (2.0-2.99) 20 1.0-1.99)
Tinggi (3.0-4.0) 3,0 |
I (Strategi intensif) |
II (Strategi intensif) |
III (Hold and Maintain) |
Sedang (2.0-2.99) 2.0 |
IV (Strategi intensif) |
V (Hold and Maintain) |
VI (Harvest and Divesture) |
Rendah 1.0-1.99) 1,0 |
VII (Hold and Maintain) |
VIII (Harvest and Divesture) |
IX (Harvest and Divesture) |
Sumber: David (2005)
Matriks SWOT
Tabel 4.
Matriks SWOT
^∖^^Intemal Ekstemal |
Strength (S) |
Weakness (W) |
Opportiuiities (O) |
Strategi S-O |
Strategi W-O |
Threats (T) |
Strategi S-T |
Strategi W-T |
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Tabel 5
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
No |
Internal Factor |
Bobot |
Rating |
Skor |
Kekuatan (Strength) | ||||
1 |
Tersedianya lahan kopi robusta |
0,067 |
4 |
0,267 |
2 |
Petani memahami aspek teknis budidaya tanam kopi robusta |
0,067 |
4 |
0,267 |
3 |
Pupuan merupakan sentra kopi robusta |
0,100 |
3 |
0,300 |
4 |
Tersedianya kebun induk kopi robusta |
0,033 |
3 |
0,100 |
5 |
Dikembangkan oleh petani yg tergabung dalam subak abian |
0,033 |
2 |
0,067 |
6 |
Tersedia unit pengolahan kopi robusta secara basah (WP) |
0,067 |
4 |
0,267 |
Kelemahan (Weaknesses) | ||||
1 |
Good agriculture practices (GAP) belum diterapkan secara tepat asas |
0,100 |
3 |
0,300 |
2 |
Terbatasnya sumber air untuk budidaya kopi robusta |
0,067 |
3 |
0,200 |
3 |
Kurangnya penguasaan petani terhadap informasi pasar |
0,100 |
2 |
0,200 |
4 |
Terbatasnya sarana pengolahan kopi robusta secara WP |
0,033 |
2 |
0,067 |
5 |
Dominan petani menjual produknya dalam bentuk primer/gelondong |
0,067 |
2 |
0,133 |
6 |
Belum dikuasainya teknis pengolahan kopi robusta secara WP |
0,033 |
3 |
0,100 |
7 |
Tidak semua petani melakukan petik merah |
0,100 |
1 |
0,100 |
8 |
Petani tidak memiliki agunan yg cukup utk memperoleh pembiayaan serta koperasi yang belum optimal |
0,067 |
4 |
0,267 |
9 |
Kualitas kopi rendah |
0,067 |
3 |
0,200 |
Total |
1,000 |
2,833 |
Analisis Matrik Eksternal Factor Evaluation (EFE)
Tabel 6
Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)
No |
Eksternal Factor |
Bobot |
Rating |
skor |
Peluang (Opportunities) | ||||
1 |
Trend permintaan pasar terhadap kopi robusta terus meningkat |
0,071 |
4 |
0,286 |
2 |
Tersedia lembaga permodalan baik pemerintah ataupun non pemerintah |
0,071 |
3 |
0,214 |
3 |
Tersedianya lembaga independen yang dapat melakukan pengujian citarasa terhadap kopi robusta |
0,036 |
2 |
0,071 |
4 |
Tersedianya lembaga akademis dan litbang yg dapat dilibatkan dalam konteks pengkajian dan pengembangan kopi robusta |
0,071 |
3 |
0,214 |
5 |
Tersedianya fasilitas internet dalam pemasaran produk kopi robusta |
0,071 |
3 |
0,214 |
6 |
Bali sebagai destinasi wisata |
0,071 |
4 |
0,286 |
7 |
Tersedianya pangsa pasar yang meminta turunan produk kopi robusta |
0,107 |
4 |
0,429 |
8 |
Konsen pemerintah daerah kabupaten Tabanan mengembangkan kopi robusta |
0,071 |
3 |
0,214 |
Ancaman (Threats) | ||||
1 |
Menurunnya animo petani mengusahakan kebun kopi, produk olahan serta kualitas |
0,107 |
1 |
0,107 |
2 |
Tingginya serangan hama penyakit |
0,071 |
2 |
0,143 |
3 |
Adanya suplai produk dari daerah lain yang dapat mengakibatkan kejenuhan pasar |
0,036 |
3 |
0,107 |
4 |
Alih fungsi lahan ke sektor lain |
0,036 |
2 |
0,071 |
5 |
Alih kepemilikan lahan |
0,036 |
2 |
0,071 |
6 |
Belum mantapnya manajemen usaha dikelompok tani/subak abian |
0,071 |
3 |
0,214 |
7 |
Perubahan iklim |
0,071 |
1 |
0,071 |
Total |
1,000 |
2,714 |
Xm: = 2,833 EFE = 2,7U∖ |
Kuat (3,00-4,00) |
Rata-rata (2,00-2,99) |
Lemah (1,00-1,99) |
Tinggi (3,00-4,00) |
I |
∏ : I I |
III |
Sedang (2,00-2,99) |
IV |
^v ! |
VI |
Rendah \ (1,00-1,99) |
vn |
vm ! |
IX |
Keterangan : simbol bintang menunjukkan titik strategi yang digunakan
Gambar 2. Hasil Analisis Matriks IE
Analisis SWOT
Strategi S – O
-
1. Pertahankan dan tingkatkan kualitas sumber daya petani kopi robusta.
-
2. Meningkatkan produksi kopi robusta secara basah dengan pembinaan secara kontinyu dari pemerintah daerah Tabanan.
Pemerintah harus siap memberikan pendampingan dan bantuan sarana untuk menunjang kegiatan petani dalam melakukan pengolahan kopi.
Strategi W – O
-
1. Melakukan pembinaan petani kopi robusta.
-
2. Meningkatkan pengetahuan petani untuk menguasai informasi pasar (promosi) dan menciptakan kawasan agrowisata yang terkoordinir dengan baik.
-
3. Mengoptimalkan koperasi sebagai wadah untuk membantu permodalan.
Strategi S – T
-
1. Meningkatkan motivasi petani kopi robusta dan mengoptimalkan lahan kopi.
-
2. Meningkatkan pengetahuan petani tentang penanggulangan hama, manajemen usaha tani, diversifikasi produk olahan kopi robusta.
-
3. Mendukung pelestarian lingkungan yang berkelanjutan melalui perwujudan usaha perkebunan kopi yang ramah lingkungan.
Strategi W – T
-
1. Melakukan koordinasi dengan berbagai instansi terkait dalam rangka legalisasi produk-produk kopi dan sosialisasi penerapan sistem manajemen mutu.
Analisis Matrik IE
Berdasarkan pemetaan pada matriks IE, dapat dilihat bahwa pada sumbu-x matriks IE, nilai total IFE adalah 2,833 sedangkan pada sumbu-y matriks IE, nilai total EFE adalah 2,714. Titik pertemuan dari kedua sumbu tersebut berada
pada sel ke-V. Divisi pada sel III, V, VII dapat melaksanakan strategi hold and maintain (jaga dan pertahankan). Strategi yang umum diterapkan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Hasil analisis matriks IE dapat dilihat pada Gambar 2.
Tabel 7
Analisis Matriks SWOT (Strenght, Weaknesse, Opportunites, and Threats)
Kekuatan (Strengths)
-
1. Tersedianya lahan kopi robusta
-
2. Petani memahami aspek teknis
budidaya tanam kopi robusta
-
3. Pupuan merupakan sentra kopi robusta
-
4. Tersedianya kebun induk kopi robusta
-
5. Dikembangkan oleh petani yg tergabung dalam subak abian
-
6. Tersedia unit pengolahan kopi robusta secara basah (WP)
-
1. Trend permintaan pasar terhadap
kopi robusta terus meningkat
-
2. Tersedia lembaga permodalan baik
pemerintah ataupun non pemerintah
-
3. Tersedianya lembaga independen yang dapat melakukan pengujian citarasa terhadap kopi robusta
-
4. Tersedianya lembaga akademis dan litbang yg dapat dilibatkan dalam konteks pengkajian dan pengembangan kopi robusta
-
5. Tersedianya fasilitas internet dalam pemasaran produk kopi robusta
-
6. Bali sebagai destinasi wisata
-
7. Tersedianya pangsa pasar yang
meminta turunan produk kopi robusta
Peluang (Opportunities) (lanjutan)
-
8. Konsen pemerintah daerah kabupaten Tabanan mengembangkan kopi robusta
Ancaman (Threats)
-
1. Menurunnya animo petani mengusahakan kebun kopi, produk olahan serta kualitas
-
2. Tingginya serangan hama penyakit
-
3. Adanya suplai produk dari daerah
lain yang dapat mengakibatkan kejenuhan pasar
-
4. Alih fungsi lahan ke sektor lain
-
5. Alih kepemilikan lahan
-
6. Belum mantapnya manajemen
usaha dikelompok tani/subak abian
-
7. Perubahan iklim
Strategi S – O
-
1. Pertahankan dan tingkatkan kualitas
sumber daya petani kopi robusta (S1, S3, S4, S5, O3,O6)
-
2. Meningkatkan produksi kopi robusta secara basah dengan pembinaan secara kontinyu dari pemerintah daerah Tabanan (S1,S2, S4, S5,S6,O2,O3,O4,O8)
-
Kelemahan (Weaknesses)
-
1. Good agriculture practices (GAP) belum diterapkan secara tepat asas
-
2. Terbatasnya sumber air untuk budidaya kopi robusta
-
3. Kurangnya penguasaan petani terhadap informasi pasar
-
4. Terbatasnya sarana pengolahan kopi robusta secara WP
-
5. Dominan petani menjual produknya dalam bentuk primer/gelondong
-
6. Belum dikuasainya teknis pengolahan kopi robusta secara WP
-
7. Tidak semua petani melakukan petik merah
-
8. Petani tidak memiliki agunan yg cukup utk memperoleh pembiayaan serta koperasi yang belum optimal
-
9. Kualitas kopi rendah Strategi W – O
-
1. Melakukan pembinaan petani kopi robusta (W1, W2, W4, W7, O3,O4,O8)
-
2. Meningkatkan pengetahuan petani untuk menguasai informasi pasar (promosi) dan menciptakan kawasan agrowisata yang terkoordinir dengan baik
(W3,W5,O1,O5,O6,O7)
-
3. Mengoptimalkan koperasi sebagai wadah untuk membantu permodalan (W8,O2,O8)
Strategi S – T
-
1. Meningkatkan motivasi petani kopi robusta dan mengoptimalkan lahan kopi (S2, S5, T1, T4, T5)
-
2. Meningkatkan pengetahuan petani tentang penanggulangan hama, manajemen usaha tani, diversifikasi produk olahan kopi robusta (S2, S4, S5,T2,T3,T6)
-
3. Mendukung pelestarian lingkungan yang berkelanjutan melalui perwujudan usaha perkebunan kopi yang ramah lingkungan
(S1,S2,S3,S4,S5,T1,T4,T5)
-
Strategi W – T
1. Melakukan koordinasi dengan berbagai instansi terkait dalam rangka legalisasi produk-produk kopi dan sosialisasi penerapan sistem manajemen mutu (SNI, ISO, HACCP)
(W1,W2,W4,W6,W7,W9,T6)
Pendekatan Clustering
Dengan adanya pendekatan clustering maka mampu menemukan kegiatan cluster kopi robusta di Pupuan seperti terbentuknya jaringan bahan baku, jaringan proses produksi, jaringan
pemasaran, dan transfer pengetahuan antar pelaku yang tergabung. Berdasarkan hasil survai dilapangan menunjukkan proses kegiatan yang terjadi di beberapa desa Pupuan adalah sebagai berikut:
Jaringan Sharing Informasi
Gambar 3. Kegiatan yang terjadi dalam cluster kopi Robusta Pupuan
KESIMPULAN
Faktor internal yang paling mempengaruhi perkembangan kopi robusta Tabanan untuk kekuatannya yaitu Pupuan merupakan sentra kopi robusta dengan skor 0,300, dan untuk kelemahan Good Agriculture Practices (GAP) belum diterapkan secara tepat asas dengan skor 0,290, sedangkan untuk faktor eksternal yang paling mempengaruhi dalam hal peluang yaitu tersedianya pangsa pasar yang meminta turunan produk kopi robusta dengan skor 0,429 dan untuk ancaman yang dihadapi yaitu belum mantapnya manajemen usaha dikelompok tani/subak abian dengan skor 0,214. Strategi yang digunakan dalam pengembangan kopi robusta di Tabanan adalah meningkatkan promosi produk kopi beserta olahannya baik secara domestik maupun internasional, sehingga dapat memperluas target pasar dan penetrasi pasar serta meningkatkan kualitas dan pengembangan produk kopi robusta yang mampu mendukung pelestarian lingkungan yang berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011a. Jenis-jenis Kopi.
http://kopiblackborneo.com/jenis-jenis-kopi/s. Akses Tanggal 20 Desember 2014. Denpasar.
[ICO] International Coffe Organization. 2012. All Exporting Countries Total Production Crop Years. England: International Coffe Organization.
David, F. 2005. Manajemen Strategi. Salemba Empat. Jakarta.
Direktorat Jendral Perindustrian dan Perdagangngan. Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 2013. Statistik Perdagangngan Kopi Dunia 2013, Jakarta.
Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Penebar Swadaya. Jakarta.
Siswoputranto, P.S. Kopi International dan Indonesia. Kanisius : Yogyakarta
94
Discussion and feedback