Jurnal Manajemen Agribisnis

Vol. 2, No. 1, Mei 2014

ISSN: 2355-0759

Dampak Pengembangan Agribisnis pada Subak terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani

(Kasus di Subak Guama, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan)

N. Yudiarini, K. Budi Susrusa1), dan NW. Sri Astiti2),

Program Studi Magister Agribisnis, Program Pascasarjana, Universitas Udayana E-mail: [email protected]

  • 1)    2) Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Abstract

Impact of Agribusiness Development on Subak to the Farmers Household Income

(Case study in Subak Guama, District of Marga, Regency of Tabanan)

Agriculture and rural development in Indonesia seems to be less attention. If the farmer working individual, with a small area and low capital, they are in a weak position. Rice fields in Bali can not be separated from subak who have an exellence management, efficiency in the allocation of natural and human resources. The purpose of this study was to determine the household income of farmers in Subak Guama, find the distribution of income in Subak Guama and the factors that influence household income of farmers in Subak Guama. The population of the study is all the farmer in Subak Guama. Simple random sampling technique, from 86 people were used. Data obtained were tabulated and analyzed by quantitative and qualitative.

The result show that the average household income of farmers in Subak Guama Rp 68.972.115,38/year or Rp 5.747.676,28/Month. Per capita income of farmers in Subak Guama Rp14.674.918,17/year. Gini ratio numbers is 0,324, said low lameness, it means there is an equal distribution income of farmers in Subak Guama. Factors affecting farmers' household income simultaneously ie age of farmer, Subak role , social and economic benefits . Partial factors that affect household income of farmers is land area, length of education, KUAT and Subak role, social, economic and technical benefits.

The suggest based on the findings of the study, that the intensive training required to Subak Guama members to increase knowledge about the agribusiness and can increase revenue. Motivation to younger generations as farmers urgently needed, KUAT is expected to buy all the farmer production .

Keywords: income, farm households, gini ratio, agribusiness development

Pendahuluan

Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi agribisnis yang sangat besar dan beragam serta tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Namun potensi tersebut belum dapat dikembangkan dengan optimal, sehingga agribisnis belum mampu menjadi tulang punggung perekonomian yang kuat bagi negara dan bangsa Indonesia.

Agribisnis sebagai suatu sistem, terdiri dari lima subsistem, yakni: (1) subsistem usahatani (on-farm); (2) subsistem industri hulu sebagai penyedia input (upstream); (3)

sub sistem industri hilir, yang mengolah produk-produk pertanian (downstream); (4) sub sistem pemasaran, dan (5) subsistem penunjang (supporting service).

Saat ini potret petani dan kelembagaan petani di Indonesia diakui masih belum sebagaimana yang diharapkan. Menurut Dimyati ( 2007), permasalahan yang masih melekat pada sosok petani dan kelembagaan petani di Indonesia adalah: (1) Wawasan dan pengetahuan petani terhadap masalah manajemen produksi maupun jaringan pemasaran masih minim; (2) Petani belum terlibat secara utuh dalam agrbisnis dan aktivitas petani masih terfokus pada kegiatan produksi (on farm); dan (3) peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai wadah organisasi petani belum berjalan secara optimal. Subak di Bali telah eksis sejak 10 abad yang lalu, dan hingga kini tetap eksis dan berperan untuk memberikan pelayanan kepada anggotanya (petani). Hal ini menandakan bahwa subak ( dengan segala kendala dan kelemahannya) telah mampu secara berkelanjutan berfungsi memerankan dirinya sebagai suatu system irigasi yang berwatak sosio-kultural.

Subak Guama berlokasi di Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Luas wilayah persawahan Subak Guama adalah 184 ha, yang dibagi menjadi tujuh tempek (bagian dari subak), antara lain tempek Manik Gunung yang berlokasi paling hulu, tempek Pekilen, tempek Kekeran Desa, tempek Kekeran Carik, tempek Guama, Tempek Blusung, dan tempek Celuk, yang berlokasi di bagian hilir. Jumlah krama (anggota) Subak Guama sebanyak 544 orang petani.

Keberhasilan pengembangan agribisnis di Subak Guama semestinya dapat dinikmati oleh seluruh petani yang menjadi anggota Subak Guama beserta keluarganya. Selain petani itu sendiri, anggota keluarga petani, khususnya istri petani juga diharapkan dapat menikmati keberhasilan pengembangan agribisnis. Anggota keluarga petani di Subak Guama seyogyanya dapat juga mengakses fasilitas dan kegiatan yang terdapat di Subak Guama. Oleh karena itu Penelitian dengan judul “Dampak Pengembangan Agribisnis Di Subak Terhadap Tingkat Pendapatan Petani Dan Keluarganya. ( Kasus di subak guama, Kecamatan Marga, kabupaten Tabanan)” sangat relevan dan sangat tepat untuk dilakukan.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, secara umum dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini, di antaranya adalah sebagai berikut.

  • 1.    Bagaimanakah tingkat pendapatan Rumah Tangga petani on farm dan off farm?

  • 2.    Bagaimanakah distribusi pendapatan rumah tangga petani?

  • 3.    Faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan agribisnis di Subak Guama?

Tujuan Penelitian

Memperhatikan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

  • 1.    Untuk menganalisis tingkat pendapatan Rumah Tangga petani on farm dan off farm.

  • 2.    Untuk menganalisis distribusi pendapatan Rumah Tangga petani.

  • 3.    Untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan agribisnis di Subak Guama.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ganda yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Pada aspek manfaat teoritis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan khasanah pengetahuan tentang pentingnya pemberdayaan subak dalam pengembangan agribisnis. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan juga dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi peneliti dan stakeholder lain yang memiliki interest terhadap pemberdayaan subak melalui pengembangan agribisnis.

Sedangkan secara praktis, hasil penelitian ini dapat mengungkapkan berbagai manfaat dari keberhasilan pengembangan agribisnis di Subak Guama.

Kerangka Berpikir, Konsep dan Hipotesis Penelitian

Kerangka Berpikir

Hingga saat ini potret petani dan kelembagaan petani di Indonesia pada umumnya diakui masih belum sebagaimana yang diharapkan. Permasalahan yang masih melekat pada sosok petani dan kelembagaan petani di Indonesia adalah: (1) wawasan dan pengetahuan petani terhadap masalah manajemen produksi maupun jaringan pemasaran masih minim, (2) petani belum terlibat secara utuh dalam agrbisnis dan aktivitas petani masih terfokus pada kegiatan produksi (on farm); dan (3) peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai wadah organisasi petani belum berjalan secara optimal.Salah satu subak yang telah dianggap berhasil mengembangkan agribisnis adalah Subak Guama, yang berlokasi di Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Keberhasilan tersebut tentunya tidak terlepas dari berbagai faktor yang mendukungnya.

Keberhasilan pengembangan agribisnis di Subak Guama, seyogyanya dapat memberikan manfaat kepada seluruh petani yang menjadi anggotanya, termasuk seluruh anggota keluarga seluruh petani.

Konsep

Pemberdayaan Subak Guama sebagai unit pelaku agribisnis diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat bagi seluruh petani yang menjadi anggotanya, termasuk anggota rumah tangga petani itu sendiri.

Keberhasilan Subak Guama mengembangkan agribisnis, tidak terlepas dari pengaruh atau peran dari berbagai faktor, baik yang berasal dari luar subak maupun dari dalam Subak Guama itu sendiri. Oleh karena itu, berbagai faktor yang mungkin berpengaruh atau berperan dalam pengembangan agribisnis di Subak Guama perlu diidentifikasi.

Untuk mengetahui peran dari setiap faktor terhadap keberhasilan pengembangan agribisnis di Subak Guama, maka dilakukan analisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, antara lain: Faktor eksternal, seperti: peran instansi/dinas terkait tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi dan pusat; faktor internal, seperti: luas lahan, tingkat pendidikan, sikap petani, peran Subak, peran KUAT; serta manfaat ekonomi, manfaat sosial dan manfaat teknis berpengaruh terhadap tingkat pendapatan rumah tangga petani di Subak Guama.

Metode Penelitian

Rancangan Penelitian

Hingga saat ini sebagian besar subak yang ada di Bali belum dapat dimanfaatkan sebagai unit ekonomi. Lembaga subak masih hanya dipandang sebagai lembaga sosio-religius, yang hanya berfungsi mengatur/mengelola pengairan lahan pertanian (sawah) dan menyelenggarakan ritual-ritual keagamaan terkait dengan aktivitas-aktivitas dalam berusahatani.

Untuk menjawab tujuan dari penelitian ini, maka dibutuhkan data, baik data kuantitatif maupun kualitatif. Selanjutnya, data yang telah dikumpulkan dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan alat analisis yang sesuai.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Subak Guama, di Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Pemilihan subak ini dilakukan secara sengaja (purposif sampling). Penelitian ini dilakukan selama lebih kurang satu bulan, yang pelaksanaannya direncanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2013.

Hasil dan Pembahasan

Pekerjaan di Luar Sektor Pertanian

Pekerjaan diluar usahatani (Off-Farm) rumah tangga petani di Subak Guama dapat dilihat secara lebih rinci pada tabel 6.6

Tabel 6.6

Pekerjaan Off-Farm Rumah Tangga Petani di Subak Guama

No

Mata Pencaharian

Jumlah

%

1

PNS/TNI/POLRI (Formal)

7

2,33

2

Karyawan Swasta (Formal)

46

15,33

3

Tukang Bangunan (Non Formal)

35

11,67

4

Pedagang (Non Formal)

20

6,67

5

Buruh Bangunan (Non Formal)

64

21,33

6

Industri Rumah Tangga (Non Formal)

20

6,67

7

Tukang ukir (Non Formal)

34

11,33

8

lain-lain

74

24,67

Jumlah

300

100

Sumber: Olahan Data Primer 2013

Analisis Pendapatan petani

Pendapatan Petani On-Farm dan Off-Farm

Hasil penelitian menunjukkan sistem usahatani di Subak Guama adalah usahatani keluarga, yaitu usahatani yang diatur dan dioperasikan oleh seorang petani dengan bantuan anggota keluarganya tanpa dicampuri oleh orang luar dalam pengambilan keputusan, namun bisa saja menggunakan beberapa tenaga kerja sewa. Petani sebagai kepala keluarga juga mendapat tambahan pendapatan dari anggota rumah tangga,

dengan demikian hasil pendapatan anggota Runah Tangga mempengaruhi hasil total pendapatan Rumah Tangga petani Pendapatan petani on-farm dalam penelitian ini adalah total pendapatan yang diterima oleh petani dan anggota Rumah Tangga setelah dikurangi biaya-biaya, biaya yang dimaksud meliputi biaya untuk pupuk, biaya bibit, biaya obat-obatan biaya tenaga kerja luar keluarga, biaya pajak dan biaya iuran subak. Sedangkan biaya dalam keluarga dan biaya penyusutan alat diabaikan atau tidak diperhitungkan. Dalam penelitian ini, pendapatan Rumah tangga adalah pendapatan yang riil diterima oleh Rumah tangga petani.

Petani di subak Guama dalam berusahatani memakai sistem usahatani campuran (mix Farming) yaitu tipe usahatani dimana produksi tanaman dikombinasikan dengan usaha ternak. Tanaman yang ditanam dilahan usahatani petani di Subak Guama adalah padi, sedangkan ternak yang diternakkan adalah sapi, sedangkan babi diternakkan bukan di lahan sawah, tapi di rumah petani.Pendapatan off-farm yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah total pendapatan petani yang diterima oleh petani dan anggota rumah tangganya di luar usahatani tanpa dikurangi biaya-biaya. Dari hasil wawancara didapatkan pendapatan off-farm yang dihasilkan oleh anggota rumah tangga petani di Subak Guama adalah dari pekerjaan sebagai PNS/TNI/POLRI, karyawan swasta, tukang bangunan, pedagang, buruh bangunan, industri rumah tangga dan lain-lain. Pendapatan on-farm dan off farm petani pada penelitian ini adalah total pendapatan yang dihasilkan oleh petani dan anggota rumah tangganya dari pendapatan usahatani dan pendapatan di luar usahatani.

Pola tanam petani di Subak Guama pada tahun 2012 secara terus menerus dalam satu musim tanam adalah padi. Musim tanan di Subak Guama adalah : Bulan Januari 2012 – Mei 2012, Musim Tanam I; Juli 2012 – Oktober 2012, Musin Tanam II; Novenber 2012 – Maret 2013 Musim tanam III. Pada saat penelitian ini dilakukan (April – Juni 2013), palawija baru pertama kali ditanam. Data pendapatan yang digunakan pada penelitian ini adalah data pendapatan tahun 2012.

Untuk lebih jelas, rata-rata pendapatan usaha di lahan sawah petani di Subak Guama dapat dilihat pada Tabel 6.7

Tabel 6.7

Rata-rata Pendapatan Petani ( 2012) Usaha Padi di Subak Guama

No

Musim Tanam (MT)

Jenis Usaha

Penerimaan (Rp/Thn)

Biaya (Rp/Thn)

Pendapatan (Rp/Thn)

1

MT I

Padi

11.256.140

2.218.604,65

9.037.535,35

2

MT II

Padi

11.052.930

2.123.255,81

8.929.674,19

3

MT III

Padi

10.647.700

2.209.302,33

8.438.397,67

Total

32.956.770

6.551.162,79

26.405.607,21

Sumber:Olahan Data Primer,2013

Memperhatikan Tabel 6.7 , rata-rata total pendapatan jenis usaha padi yang dihasilkan oleh petani di Subak Guama adalah Rp 26.405.607,21/tahun. Pada kegiatan usahatani, sumber-sumber pendapatan berasal dari lahan sawah, lahan tegalan dan usaha ternak (sapi dan babi). Untuk pendapatan petani di lahan tegalan dapat dilihat pada Tabel 6.8

Tabel 6.8

Rata-rata Pendapatan Petani Tahun 2012 Dari Usahatani di Lahan Tegalan

No

Jenis Usaha

Penerimaan (Rp/Tahun)

Biaya (Rp/Tahun)

Pendapatan (Rp/Tahun)

1

Kelapa

233.166,59

608,45

232.558,14

Total

233.166,59

608,45

232.558,14

Sumber: Olahan Data Primer 2013

Usahatani di lahan tegalan petani di Subak Guama adalah pisang dan kelapa. Dari wawancara mendalam didapatkan petani tidak pernah menjual hasil dari tanaman pisang, buah pisang yang dihasilkan hanya untuk keperluan sendiri. Tanaman kelapa di Subak Guama tidak terlalu banyak, tetapi petani tetap menjual hasil kelapa kepada pembeli yang sudah menjadi langganan. Biaya untuk usahatani kelapa yang dapat peneliti hitung adalah biaya memetik kelapa, karena tanaman kelapa milik petani adalah tanaman yang berusia lebih dari 5 tahun. Untuk pendapatan rata-rata usaha ternak, dapat dilihat pada Tabel 6.9

Tabel 6.9 Rata-rata Pendapatan (2012) Usaha Ternak Petani di Subak Guama

No Jenis Usaha

Penerimaan

Biaya

Pendapatan

(Rp/Tahun)

(Rp/Tahun)

(Rp/Tahun)

1       Sapi

10.702.081,40

226.744,19

10.475.337,21

2      Babi

8.896.885,82

100.073,69

8.796.812,13

Total

19.598.967,22

326.817,88

19.272.149,34

Sumber: Olahan data Primer, 2013

Tabel 6.10 Rata-rata Pendapatan Off-Farm Anggota Rumah Tangga Petani

di Subak Guama Tahun 2012

No Sumber

Nilai

Rata-rata

Frekuensi

Pendapatan

(Rp/Tahun)

(Rp/tahun)

(%)

1 PNS/TNI/ABRI

13.674.418,59

158.690,91

0,69

2 Karyawan Swasta

176.511.627,8

2.052.460,79

8,90

3 Tukang Bangunan

273.488.372,15

3.180.097,35

13,79

4 Buruh Bangunan

571.534.883,84

6.645.754,46

28,82

5 Tukang Ukir

332.604.651,06

3.867.495,94

16,77

6 Pedagang

56.744.186

659.816,12

2,86

7 Industri RT

83.720.930,2

973.499,19

4,22

8 Lain-lain

475.062.790,56

5.523.985,93

23,95

Total

1.983.341.860,2

23.061.800,69

100

Sumber: Olahan data Primer 2013

Rata-rata Total Pendapatan On-Farm dan Off-Farm Rumah Tangga Petani Di Subak Guama Tahun 2012

No Sumber Pendapatan

Nilai

(Rupiah/Tahun)

Frekuensi

(%)

1 On-Farm

Usaha padi

26.405.607,21

38,28

Usaha tegalan

232.558,14

0,34

Usaha ternak

19.272.149,34

27,94

Total On-farm

45.910.314,69

66,56

2 Total Off-Farm

23.061.800,69

33,44

Total On-farm dan Off-farm

68.972.115,38

100

Sumber: Olahan Data Primer, 2013

Distribusi Pendapatan Petani

GR = 1 – 0,6761981

GR = 0,324

Hasil perhitungan Gini Ratio untuk pendapatan petani disubak Guama memiliki indeks 0,324 yang berarti tingkat ketimpangan rendah. Hal ini juga dapat berarti bahwa distribusi pendapatan petani di Subak Guama adalah merata. Dari hasil pengamatan secara langsung, petani dan anggota Rumah Tangga petani di Subak Guama rata-rata memiliki taraf hidup yang sama. Tidak ditemukan perbedaan terhadap kondisi ekonomi diantara petani di Subak Guama.

Hasil perhitungan didapatkan rata-rata pendapatan perkapita untuk petani di Subak Guama adalah Rp.14.674.918,17/Tahun. Dari catatan Badan Pusat Statistik Nasional, pendapatan nasional perkapita tahun 2012 sebesar Rp.30.516.670,73. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Bali, pendapatan perkapita Bali tahun 2011 adalah Rp. 18.500.000. Melihat data yang didapat dari BPS baik Nasional maupun Propinsi, pendapatan perkapita Rumah Tangga petani di Subak Guama masih dibawah.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga Petani

Tabel 6.18

Hasil Analisis Koeffisien Regresi Linier Berganda

Model

Unstandardized coeff

Standardized coeff

Beta

t

sig

B

Std.error

(constant)

-51,422

5,087

-10,108

0,000

X1

0,041

0,039

0,039

1,1037

0,303

X2

-0,027

0,013

-0,027

-2,084

*0,041

X3

0,005

0,066

0,004

0,081

0,936

X4

0,151

0,168

0,012

0,898

0,372

X5

0,546

0,375

0,031

1,455

0,150

X6

5,286

0,786

0,443

6,725

*0,000

X7

0,211

1,096

0,006

0,192

0,848

X8

0,293

0,213

0,018

1,376

0,173

X9

4,382

0,518

0,355

8,464

*0,000

X10

2,103

0,509

0,143

4,134

*0,000

X11

0,094

0,468

0,009

0,201

0,841

Sumber: Olahan Data Primer 2013

Keterangan:

Y = Total Pendapatan

X7 = Peran lembaga pendidikan

X1 = Luas lahan

X8 = Peran lembaga dinas

X2 = Usia Sampel

X9 = Manfaat sosial

X3 = Lama Pendidikan

X10 = Manfaat ekonomi

X4 = sikap

X11 = Manfaat teknik

X5 = Peran Kuat

* = signifikan

X6 = Peran subak

Berdasarkan analisis dari Tabel 6.18 maka diperoleh persamaan regresi linier sebagai berikut;

Y= -51.422 + 0,041X1 – 0,027X2 + 0,155X3 + 0,151X4 + 0,546X5 + 5,286X6 + 0,211X7 + 0,293X8 + 4,382X9 + 2,103X10 + 0,094X11 + e1

Dari uji regresi simultan didapatkan 4 variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, yaitu usia, peran subak, manfaat sosial serta manfaat ekonomi.

Simpulan dan Saran

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti yang telah diuraikan sebelumnya dan sesuai dengan tujuan penelitian ini, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut.

  • 1.    Secara keseluruhan rata-rata pendapatan Rumah Tangga petani di Subak Guama yang bersumber dari on-farm dan off-farm adalah sebesar Rp.68.972.115,38 /tahun atau Rp.5.747.676,28/Bulan yang bersumber dari on-farm 66,56% dan dari off-farm sebesar 33,44%.

  • 2.    Dari hasil perhitungan Gini Ratio untuk pendapatan rumah tangga petani di Subak Guama memiliki ketimpangan rendah. Artinya pendapatan penduduk di Subak Guama merata. Hal ini ditunjukkan oleh angka Gini sebesar 0,34.

  • 3.    Faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi pendapatan rumah tangga petani di Subak Guama adalah usia, peran subak, manfaat sosial dan manfaat ekonomi.

Dapat dilihat semakin tua usia petani, maka pendapatan akan menurun. Peran subak sangat penting dalam meningkatkan pendapatan Rumah Tangga petani.

Saran

Berdasarkan temuan dalam penelitian ini dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut

  • 1.    Diperlukan adanya langkah yang nyata, khususnya bagi Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tabanan secara koordinatif untuk mengintensifkan pembinaan kepada anggota Subak Guama guna peningkatan pengetahuannya mengenai agribisnis. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah menyelenggarakan penyuluhan dan pelatihan tentang pengembangan agribisnis melalui wadah organisasi subak;

  • 2.    Melihat faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan petani yang paling penting harus diperhatikan adalah usia petani, karena memiliki koefisien persamaan regresi paling kecil. Sedangkan untuk peningkatan pendapatan penting diperhatikan faktor peran lembaga pendidikan.

  • 3.    Koperasi Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT) sebagai motor penggerak pengembangan agribisnis di Subak Guama, ke depan diharapkan dapat mengantarkan petani dalam menjual produksi usahataninya dalam bentuk bahan jadi, misalnya beras.

Ucapan Terima kasih

Melalui media ini disampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Ketut Budi Susrusa, MS dan Dr. Ir. Ni Wayan Sri Astiti,MP., atas segala perhatian dan dukungannya selama proses perkuliahan dan penyusunan tesis ini.

Daftar Pustaka

Akhmad,S., 2007. Membangun Gerakan Ekonomi Kolektif dalam Pertanian Berkelanjutan; Perlawanan Terhadap Liberalisasi dan Oligopoli Pasar Produk Pertanian. Tegalan Diterbitkan oleh BABAD. Purwokerto. Jawa Tengah.

Ambarawati, IGAA. 2005. Strategi Pembangunan Pertanian Bali Berbasis Subak dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi. Dalam Pitana dan Setiawan AP. editor. Revitalisasi Subak dalam Memasuki Era Globalisasi. Yogyakarta: Andi.

Anonim. 2001. Pedoman Umum Pengembangan Kewirausahaan Agribisnis. Badan Pengembangan Agribisnis Departemen Pertanian.

Anonim, 2005. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Pertanian.Anjak-2005.

Apriyanto, A. 2005. Neoliberalisme Sebagai Tantangan Kebijakan Pembangunan Pertanian Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Petani. Malang: Keynote Speech Menteri Pertanian Pada Seminar & Lokakarya Nasional Gedung Widyaloka Universitas Brawijaya, Malang Tanggal 12 Maret 2005 mengenai Arah Kebijakan Pembangunan Pertanian Nasional Pada Kabinet Indonesia Bersatu.

Baga, L. M. 2007. Efektivitas Organisasi Koperasi dan Pengembangan Agribisnis. Diskusi Terbatas: Kelembagaan dan Koperasi dalam Restrukturisasi Pertanian Perdesaan yang diselenggarakan oleh PERHEPI di Jakarta, 30 September 2004.

Chambers, Robert. 1983. Pembangunan Desa, Mulai dari Belakang. Jakarta: LP3ES

Cholisin, 2011. Pemberdayaan Masyarakat. Makalah disampaikan pada Gladi Manajemen Pemerintahan Desa Bagi Kepala Bagian/Kepala Urusan Hasil Pengisian Tahun 2011 di Lingkungan Kabupaten Sleman, 19-20 Desember 2011.

Cohen and Uphoff, N.T, 1980, Community Participation in Development Projects. The Indian Journal of Public Administration.

Delivery, 2004, Pemberdayaan Masyarakat dalam Praktek. .http://www. deliveri. org/guidelines/ how/hm_7/hm_7_summaryi.htm.

Dimyati, A., 2007. Pembinaan Petani dan Kelembagaan Petani. Balitjeruk Online. Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Tlekung-Batu. Jawa Timur

Elizabeth, R.. 2007. Partisipasi sebagai Strategi Pemberdayaan Petani Miskin melalui Program Integrasi Jagung dan Ternak. http://ejournal.unud.ac.id /abstrak/(8)%20soca-roosgandha -integrasi%20jagung-ternak(1).pdf

Elizabeth, R. dan Iwan S.A.. 2009. Sistem Kelembagaan Komunitas Petani Sayuran di Desa Baturiti, Kabupaten Tabanan Provinsi Bali. http://pse.litbang. deptan.go.id/ind/pdffiles/ MKP_B6.pdf

Fatah, L. 2006. Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Banjarbaru: Pustaka Banua.

Hananto, S. 1980. Masalah Perhitungan Distribusi Pendapatan di Indonesia. Prisma, No.1. Jakarta: LP3ES.

Indrawati, Evi I., Nana H. dan Dody Y. (2003). Partisipasi Masyarakat Dalam Upaya Rehabilitasi Lahan Dan Konservasi Tanah (RLKT). Jurnal Pengelolaan DAS Kajian Finansial Usaha Tani. Surakarta Vol. IX, 1 2003 Hutan Rakyat Pada Strata Luas

Jamal, H, 2008. Mengubah Orientasi Penyuluhan Pertanian. Balitbangda Provinsi Jambi. Jambi Ekspress Online. Diunduh tanggal 18 Juni 2012.

Kartasasmita, G.. 1996. Kartasasmita, .Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta: CIDES.

Martono, E. 2006 SLPHT Sebagai Lembaga Pemberdayaan Petani. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, Volume 2, Nomor 1, Juli 2006 ISSN 1858-1226

Pitana, I G. 1992. SUBAK: Sistem Irigasi Tradisional di Bali. Sebuah Canangsari.Penerbit Upada Sastra, Denpasar.

Pranadji, T. 2003. Reformasi Kelembagaan dan Kemandirian Perekonomian Perdesaan: Kajian Pada Kasus Agribisnis Padi Sawah. Makalah yang Disampaikan pada Seminar Nasional “Peluang Indonesia untuk Mencukupi Sendiri Beras Nasionalnya” Badan Penelitian dan Pengembangan Deptan RI, 2 Oktober 2003.

Prayitno, H. dan Budi Santosa. 1996. Ekonomi Pembangunan. Cetakan Pertama. Jakarta:Ghalia Indonesia.

Saragih, 2001. Suara dari Bogor: Membangun Sistem Agribisnis.Edisi Milenium. Edisi Kedua.Penerbit Yayasan USESE bekerjasama dengan Sucofindo.ISBN: 97995902-6-4.

Syahyuti (2007). “Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sebagai Kelembagaan Ekonomi Di Perdesaan. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 5 No. 1, Maret 2007

Susrusa Budi, Ketut. 2007. Manejemen Usahatani. Seri Sinopsis manajemen Agribisnis ke-1. Universitas Udayana 2007.

Silviyanti S, S. 2008. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Partisipasi Wanita Tani Dalam Program Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (Sl-PHT) Lada (Kasus Di Kelompok Wanita Tani Di Desa Ulak Rengas Kecamatan Abung Tinggi Kabupaten Lampung Utara).

http://lemlit.unila.ac.id/file/arsip%202009/PROSIDING%20dies%20ke43%20UNILA% 202008/ARTIKEL%20Pdf/SERLY %20207-215.pdf

Soekartawi (1995). Pembangunan Pertanian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Bisnis, CV. Alfabeta, Bandung.

Suhud, 2005., dalam Feriyanto, W.K. Peran Koperasi sebagai Kelembagaan Agribisnis dalam Peningkatan Posisi Tawar Petani.

Supadi. 2008. Partisipasi Petani Untuk Meningkatkan Produksi Kedelai Menuju Swasembada. Jurnal Litbang Pertanian, 27(3), 2008.

Suparta, N. 2005.Pendekatan Holistik Mambangun Agribisnis.Cetakan I, Juni 2005. Denpasar: CV Bali Media Adhikarsa.

Suparta, N. dan I Wayan Ramantha. 2010. Manajemen Bisnis Kecil & Kewirausahaan. Cetakan Pertama, Juni 2010. Denpasar: Pustaka Nayottama.

Suprapto, 2000, dalam Sutrisno, 2009. Pengembangan Agribisnis sebagai Terobosan Ekonomi Pedesaan

Sutoro, E., 2002, Pemberdayaan Masyarakat Desa. Materi Diklat Pemberdayaan Masyarakat Desa, yang diselenggarakan Badan Diklat Provinsi Kaltim, Samarinda, Desember 2002.

Sutawan, N. 2005. Subak Menghadapi Tantangan Globalisasi. Dalam Pitana dan Setiawan AP. editor. Revitalisasi Subak dalam Memasuki Era Globalisasi. Yogyakarta: Andi

Sutawan, N., M. Swara, W. Windia, dan IW Sudana. 1989. Pilot Proyek Pengembangan Sistem Irigasi yang Menggabungkan Beberapa Empelan/Subak di Kabupaten Tabanan dan Buleleng. Denpasar: Universitas Udayana.

Sutjipta, N. 2010. Agrowisata. Modul Mata Kuliah Agrowisata.Universitas Udayana.2010.

Turindra, A. 2009. Pemberdayaan Masyarakat.

http://Turindraatp.blogspot.nl/2009/11/pemberdayaan-masyarakat.html.

(diunduh pada tanggal 22 Oktober 2012)

Waridin. 2007. Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Nelayan Dalam Pembangunan Komunitas Di TPI Asemdoyong, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 8, No. 1, Juni 2007

Wibowo, R. (2008. Koperasi Dan Korporasi Petani: Kunci Pembuka Pengembangan Agribisnis Berdaya Saing, Berkerakyatan, dan Berkeadilan.

http://www.smecda.com/ deputi7/file_makalah/ 01_08KOPERASI_ DAN_AGRIBISNIS.pdf

Widodo, S. 2008b. Partisipasi, Pemberdayaan dan Pembangunan. http://learning-.slametwidodo.com/2008/02/01/partisipasi-pemberdayaan-dan-pembangunan/

Yuliawati, ID. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Diduga Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Petani Dalam Pengelolaan Jaringan Irigasi Di Tingkat Tersier (Studi Kasus Desa Mandapa, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Majalengka). Bogor: Ekonomi Pertanian Dan Sumberdaya Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Zakaria, W.A. 2009. Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Kunci Kesejahteraan Petani. http://pse.litbang. deptan.go.id/ind/pdffiles/MP_ProsC32009.pdf

Zamhariri. 2008. Pengembangan Masyarakat: Perspektif Pemberdayaan dan Pembangunan. Komunitas, Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam. Volume 4, Nomor 1, Juni 2008.

Windia. 2008. Orasi Ilmiah: Menuju Sistem Irigasi Subak yang Berkelanjutan Di Bali. Universitas Udayana Denpasar.

Yudiarini, et.al., Dampak Pengembangan Agribisnis... | 48