Strategi Pengembangan Agribisnis Puring di Desa Petiga, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan
on
Jurnal Manajemen Agribisnis
Vol. 1, No. 2, Oktober 2013
ISSN: 2355-0759
Strategi Pengembangan Agribisnis Puring di Desa Petiga, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan
IGA. WIDARI UPADANI, DWI PUTRA DARMAWAN1), IM. NARKA TENAYA2) Program Studi Magister Agribisnis, Program Pasca Sarjana, Universitas Udayana e-mail : [email protected]
1) 2) Prodi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana
Abstract
Strategy of Croton Agribusiness Development at Petiga Village, Marga District, Tabanan Regency
Croton (Codiaeum variegatum) has become a valuable ornamental plant because of the beauty of its colorful unique features of leaves that is worth to collect. Farmers from Petiga Village have been trying to develop croton as the object of business. A huge prospect of ornamental plant as the development in Bali emerging, bring hopes for the future of croton agribusiness. Yet, there are still many aspects that have to be taken into consideration in order to bring this business prospective especially to Petiga Village farmers.
This research was conducted at Petiga Village, Marga District, Tabanan Regency with the aim at: (1) identifying internal factors (strengths and weaknesses) and external factors (opportunities and threats). (2) determining the position of the business, (3) formulating strategies that are relevant to be applied. Respondents of this research were determined on purpose, including the farmer, head of farmer groups, village agriculture field supervisor, and the head of Agriculture Departement from Tabanan Regency. Data analysis methods used were: (1) Analysis of IFE matrix, (2) Analysis of EFE matrix, (3) Analysis of the IE matrix, (4) SWOT Analysis, and (5) Analysis of AHP.
The results of the study showed that the major constraint of the progress development of croton agribusiness at Petiga Village was that most of the farmer lack of information regarding the market and the price of the product. Only a small group of farmers had an access to the direct market of croton. The study also identify two major internal strengths : good quality product (croton) and the possibility of developing new variety of croton with better prices. While the external threats come from other kind of ornament plant and croton from other regions (East Java). SWOT analysis formulates four alternative strategies : improving the quantity and quality of the product, improving marketing and promotion, improving management and entrepreneurship skill of the farmer and improving coordination and consolidation among farmers. Analysist of Hierarchy Process found that improving management and entrepreneurship of the farmers had a higher priority above other alternative strategies. This strategy could be perform by delivering practical training and close supervision on the site to give them a direct benefit.
Keywords: strategy, croton, SWOT Analysis, AHP
Pendahuluan
Latar belakang
Sektor agribisnis telah terbukti mampu bertahan dari terpaan badai krisis moneter. Kenyataan ini menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia tidak dapat sepenuhnya tergantung pada sektor industri dan jasa saja, tetapi juga pada sektor agribisnis. Oleh karena itu semestinya para pengambil kebijakan baik dari tingkat pusat, provinsi sampai ke tingkat kabupaten dalam pembangunan ekonomi di wilayahnya masing-masing perlu memberikan prioritas pada sektor agribisnis karena mampu meningkatkan pendapatan para pelaku agribisnis, menyerap tenaga kerja, meningkatkan perolehan devisa, dan mampu mendorong munculnya industri yang lain.
Puring atau dikenal juga dengan Kroton (Codiaeum variegatum) sejak beberapa tahun belakangan ini, telah menjadi tanaman hias yang bernilai tinggi. Tanaman yang dulu lebih dikenal sebagai tanaman pendamping makam dan pagar, saat ini sudah naik kelas menjadi tanaman hias yang menghiasi perumahan elit, kantor, dan hotel. Bentuk dan warna daunnya yang khas dan berwarna-warni mampu memikat konsumennya untuk mengoleksi puring. Banyaknya jenis tanaman puring membuka peluang besar bagi penghobi dan pebisnis tanaman puring untuk berkecimpung dalam agribisnis tanaman ini.
Petani Desa Petiga sejak beberapa tahun yang lalu telah mencoba mengembangkan tanaman puring dengan harapan mampu mengisi celah bisnis puring di Bali mengingat tingginya permintaan akan jenis tanaman hias akibat hiruk pikuk pembangunan yang ada. Namun meskipun memiliki potensi yang cukup, namun ternyata agribisnis ini belum mampu memberi kesejahteraan yang merata bagi masyarakat petani puring di Desa Petiga. Karena itu perlu dilakukan identifikasi kendala-kendala yang dihadapi petani terutama faktor-faktor yang mempengaruhi baik internal maupun eksternal sehingga dapat dirumuskan strategi yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang ada.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi oleh masyarakat Desa Petiga Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan dalam agribisnis tanaman puring, (2) mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang menentukan keberhasilan pengembangan agribisnis tanaman puring, dan (3)
merumuskan alternatif serta menetapkan prioritas strategi dalam pengembangan agribisnis tanaman puring yang ada di Desa Petiga.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Petiga, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan yang dari awal April 2013 sampai dengan awal Juli 2013. Sebagai responden faktor internal yang dipilih dari Pengurus Kelompok Tani, Kepala Desa Petiga, Sesepuh agribisnis puring Desa Petiga, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) desa Petiga, dan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan sehingga total menjadi 20 orang. Sedangkan Responden faktor eksternal yang dipilih dari unsur dosen, mahasiswa, wartawan, dan pengamat yang ditetapkan secara sengaja sebanyak lima orang.
Dari data yang terkumpul , kemudian dibuat analisis faktor internal (IFAS = Internal Factor Analysis Summary) dan faktor eksternal (EFAS = External Factor Analysis Summary). Hasil-hasil analisis ini kemudian akan dipergunakan untuk memposisikan agribisnis puring Desa Petiga pada matriks IE sehingga dapat dipilih strategi-strategi yang tepat dalam upaya mengembangkan agribisnis puring Desa Petiga. Sebagai pembanding dalam proses pencocokan input (matching stage), maka dilakukan analisis SWOT untuk dapat memformulasikan strategi yang lebih komprehensif bagi pengembangan Agribisnis Tanaman Puring Desa Petiga dengan menggunakan konsep Mariks SWOT. Pada matriks ini, semua faktor lingkungan yang teridentifikasi disusun dalam bentuk matriks. Berdasarkan matriks faktor-faktor tersebut, kemudian dirancang empat macam strategi alternatif yakni strategi S-O, strategi W-O, strategi S-T, dan strategi W-T.
Dengan analisis SWOT akan diperoleh beberapa alternatif strategi bisnis dalam pengembangan agribisnis puring. Selanjutnya dari alternatif strategi yang dibuat, dilakukan penyusunan skala prioritas strategi dengan menggunakan software Expert Choice for Windows atau Criterium Decision Plus, yang dikombinasikan dengan perhitungan manual dengan Excel for Windows.
Dengan memberikan penilaian secara komparatif secara bertingkat terhadap Fokus, Faktor, Aktor, Tujuan dan Strategi yang telah ditentukan, dengan menggunakan software ini dapat dibuat urutan prioritas berdasarkan nilai skor yang dihasilkan.
Hasil dan Pembahasan
Analisis lingkungan mengidentifikasi faktor-faktor kekuatan yakni: Kebijakan pemerintah, adanya kelompok tani, dukungan infrastruktur, dukungan masyarakat, kecocokan tanah dan iklim, kemampuan SDM, tingkat ekonomi dan pendidikan, kualitas produk puring, dan harga jual puring yang murah dan bersaing. Sedangkan faktor-faktor kelemahan yang teridentifikasi adalah: lokasi desa yang jauh dari pusat konsumen, kurangnya koordinasi dan komunikasi antar petani dan antar kelompok tani, kurangnya informasi pasar, kurangnya proposi dan kreativitas petani, sedikitnya peminat tanaman puring, dan lemahnya kemampuan manajemen dan kewirausahaan. Di sisi lain teidentifikasi beberapa peluang seperti: potensi pasar yang masih luas, akses informasi yang tersedia, kemungkinan mengembangkan varietas baru, peluang untuk menjalin kemitraan, kemungkinan mengadakan pameran tanaman puring, kontinyuitas produksi dan adanya kemudahan kredit bagi UMKM. Beberapa faktor ancaman antara lain: serangan hama penyakit, tanaman hias lain yang lebih populer dan tanaman puring dari luar daerah.
Hasil perhitungan matriks IFAS dan EFAS menunjukkan bahwa yang menjadi faktor kekuatan utama bagi petani puring Desa Petiga adalah kualitas produk yang baik dengan skor 0,239 dan harga jual produk dengan skor 0,237. Kelemahan utama terletak dalam hal koordinasi dan komunikasi dengan skor 0,294 dan kemampuan manajemen dan wirausaha dengan skor 0,280. Secara lengkap hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Sedangkan faktor peluang paling kuat yang mempengaruhi adalah pengembangan varietas baru dengan skor sebesar 0,315 dan kontinyuitas produksi dengan skor 0,316. Faktor ancaman paling kuat yang mempengaruhi adalah adanya tanaman hias lain yang lebih populer dengan skor sebesar 0,450 dan adanya tanaman puring dari luar daerah yang masuk ke Bali dengan skor 0,600 seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 1
Matriks Evaluasi Faktor Internal Strategi Pengembangan Agribisnis Tanaman Puring di Desa Petiga
Faktor Strategis Internal |
Bobot |
Rating |
Skor Bobot | |
Kekuatan | ||||
1. |
Kebijakan pemerintah |
0.05 |
4 |
0.201 |
2. |
Adanya Kelompok Tani |
0.04 |
4 |
0.150 |
3. |
Dukungan Infrastruktur |
0.05 |
4 |
0.215 |
4. |
Dukungan Masyarakat |
0.06 |
4 |
0.228 |
5. |
Kecocokan Tanah dan Iklim |
0.06 |
4 |
0.223 |
6. |
Kemampuan SDM petani |
0.06 |
3 |
0.183 |
7. |
Tingkat Ekonomi dan Pendidikan |
0.07 |
3 |
0.198 |
8. |
Kualitas Produk |
0.06 |
4 |
0.239 |
9. |
Harga Jual Produk Kelemahan |
0.06 |
4 |
0.237 |
1. |
Lokasi dari Pusat Konsumen |
0.05 |
4 |
0.219 |
2. |
Koordinasi dan Komunikasi |
0.10 |
3 |
0.294 |
3. |
Informasi Pasar |
0.09 |
3 |
0.279 |
4. |
Promosi dan Kreativitas |
0.07 |
4 |
0.279 |
5. |
Peminat Tanaman Puring |
0.09 |
3 |
0.273 |
6. |
Kemampuan Manajemen dan Wirausaha |
0.09 |
3 |
0.280 |
TOTAL |
1.000 |
3.498 | ||
Tabel 2 | ||||
Matriks Evaluasi Faktor Eksternal Strategi Pengembangan Agribisnis Puring di Desa Petiga | ||||
Faktor Strategis Eksternal |
Bobot |
Rating |
Skor Bobot | |
Peluang | ||||
1. |
Potensi pasar |
0.05 |
4 |
0.200 |
2. |
Akses informasi |
0.07 |
4 |
0.277 |
3. |
Pengembangan varietas baru |
0.08 |
4 |
0.315 |
4. |
Menjalin kemitraan |
0.06 |
4 |
0.258 |
5. |
Pameran tanaman hias |
0.06 |
4 |
0.250 |
6. |
Kontinyuitas produksi |
0.11 |
3 |
0.316 |
7. |
Kemudahan kredit bagi UMKM Ancaman |
0.07 |
4 |
0.277 |
1. |
Serangan hama penyakit |
0.15 |
3 |
0.450 |
2. |
Tanaman hias lain yang lebih populer |
0.15 |
3 |
0.450 |
3. |
Tanaman puring dari luar daerah |
0.20 |
3 |
0.600 |
TOTAL |
1.000 |
3.395 |
Hasil penempatan matriks IFAS dan EFAS agribisnis puring di Desa Petiga ke dalam matriks IE, menempatkan posisi agribisnis puring di Desa Petiga pada sel I, yang menggambarkan bahwa agribisnis puring di Desa Petiga secara internal dan eksternal dalam kondisi kuat. Dengan posisi ini, petani puring di Desa Petiga dapat melakukan penetrasi ke pasar yang lebih luas dan mengembangkan produk sehingga dapat menghasilkan jenis-jenis puring yang lebih beragam.
TOTAL SKOR BOBOT IFAS
KUAT 4,0 3.498 |
RATA-RATA LEMAH 3,0 2,0 1,0 | |||
TINGGI 3.395 TOTAL SKOR 3,0 BOBOT EFAS SEDANG 2,0 RENDAH 1,0 |
I |
II |
III | |
IV |
V |
VI | ||
VII |
VIII |
IX |
Gambar 1 Matriks I-E Agribisnis Puring di Desa Petiga
Berdasarkan analisis SWOT dapat diformulasikan 4 strategi alternatif dalam pengembangan puring di Desa Petigaseperti terlihat pada Tabel 3, yakni: Strategi S-O (Strengths-Opportunity) Meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi puring, Strategi S-T (Strengths-Threaths) Meningkatkan promosi dan pemasaran, Strategi W-O (Weeknesses-Opportunities) Meningkatkan kemampuan manajemen dan kewirausahaan petani puring, serta Strategi W-T(Weeknesses-Threats) Meningkatkan koordinasi dan persatuan petani puring.
Tabel 3
Penyusunan Faktor-Faktor Strategis dan Alternatif Strategi dengan Matriks SWOT Agribisnis Puring di Desa Petiga
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan (S) |
Kelemahan (W) |
|
|
Peluang (O)
-
1. Potensi pasar
-
2. Akses informasi
-
3. Pengembangan varietas baru
-
4. Menjalin kemitraan
-
5. Pameran tanaman hias
-
6. Kontinyuitas produksi
-
7. Kemudahan kredit bagi UMKM
Strategi S - O
Strategi W - O
0.200
0.277
0.315
0.258
0.250
0.316
0.277
S8+S9+O1+O2+O3+O4+O5+O6+O7
Meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi puring
W2+W6+O5+O6+O7
Meningkatkan kemampuan manajemen dan kewirausahaan petani puring
Ancaman (T)
1. Serangan hama penyakit
0.450
-
2. Tanaman hias lain yang lebih pop 0.450
-
3. Tanaman puring dari luar daerah 0.600
Strategi S - T
S1+S2+S3+S4+T1+T2+T3 Meningkatkan promosi dan pemasaran tanaman puring Desa Petiga
Strategi W - T
W2+W6+T1+T2+T3 Meningkatkan koordinasi dan persatuan petani puring
Simpulan dan Saran
Simpulan
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
-
1. Dari sisi internal, teridentifikasi adanya beberapa kekuatan yang ada pada petani puring Desa Petiga yaitu : dukungan kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah, adanya kelompok-kelompok tani, infrastruktur yang cukup baik, kecocokan tanah dan iklim, jumlah petani puring yang cukup besar dengan latar belakang ekonomi dan kemampuan SDM yang baik, serta kualitas produk puring yang cukup baik dan harga yang relatif murah. Sedangkan kelemahannya yaitu : lokasi yang jauh, koordinasi dan komunikasi antar petani dan kelompok tani, terbatasnya akses informasi pasar, lemahnya manajemen, promosi dan kemampuan wirausaha, serta terbatasnya peminat tanaman puring.
-
2. Dari sisi eksternal, teridentifikasi adanya beberapa peluang yaitu : potensi pasar yang masih terbuka lebar, terbukanya sarana untuk akses informasi, peluang untuk mengembangkan varietas baru, adanya peluang untuk menjalin kemitraan dan dukungan institusi perbankan dalam hal kredit, adanya peluang untuk produksi kontinyu dan program pemerintah dalam penyelenggaraan pameran tanaman hias.
-
3. Berdasarkan hasil analisis SWOT dapat dirumuskan 4 strategi yakni strategi S-O: meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi puring, strategi S-T: meningkatkan promosi dan pemasaran tanaman puring, strategi W-O: meningkatkan kemampuan manajemen dan kewirausahaan petani puring, dan strategi W-T: meningkatkan koordinasi dan persatuan petani puring.
-
4. Hasil perhitungan analisis AHP menunjukkan prioritas strategi tersebut berturut-turut : meningkatkan kemampuan manajemen dan kewirausahaan petani, meningkatkan promosi dan pemasaran tanaman puring, meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi puring, meningkatkan koordinasi dan persatuan petani puring.
Saran
-
1. Mengingat besarnya potensi agribisnis puring di Desa Petiga, sebaiknya semua pihak mulai dari petani puring, ketua-ketua kelompok tani, perangkat desa Petiga, PPL dan dinas terkait dapat memanfaatkan segala kelebihan yang ada dan meminimalisir kelemahan sehingga dapat mengatasi ancaman-ancaman yang ada.
-
2. Melihat hasil analisis AHP, sudah saatnya pihak-pihak yang berkepentingan menata manajemen pengelolaan agribisnis puring di Desa Petiga baik di tingkat petani, kelompok tani maupun di tingkat desa. Dalam hal meningkatkan kemampuan kewirausahaan, petani puring perlu mendapat pembinaan dan pendampingan dari stakeholder misalnya : bank dan LPD, swasta, Dinas terkait dan Perguruan Tinggi.
-
3. Untuk meningkatkan apresiasi masyarakat akan tanaman puring dan mengingat lokasi Desa Petiga cukup jauh dari pusat kota, maka hasil penelitian ini merekomendasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan di desa Petiga berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Tabanan untuk memperkuat eksistensi agribisnis puring di Desa Petiga.
-
4. Kepada petani puring yang ada di Desa Petiga agar meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi, serta kemampuan manajemen dan wirausaha. Di samping itu perlu lebih mengintensifkan komunikasi dan koordinasi baik antar sesama petani puring maupun antar kelompok tani sehingga dapat meningkatkan persatuan sesama petani puring. Untuk mengantisipasi permintaan puring jenis koleksi (seperti jenis kura-kura, apel, jengkol), petani puring harus lebih kreatif dalam mempelajari dan
mengembangkan budidaya tanaman puring koleksi yang berharga mahal sehingga dapat menaikkan citra produksi dan taraf hidup mereka menjadi lebih signifikan.
Daftar Pustaka
Antara, Made. 2009. Pertanian Bangkrut atau Bangkit. Denpasar: Widya Pataka. Badan Perpustakaan dan Arsip Propinsi Bali.
Assauri, S. 2013. Manajemen Pemasaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Choliq, R. Agus, SE., Thobroni, M. 2008. Puring, Mahkota Indonesia, Flora Alternatif Pendulang Uang. Yogyakarta: Kanisius.
David, F. R. 2006. Strategic Management: Concepts (Ichsan Setiyo Budi. Pentj.) Jakarta: PT. Salemba Empat.
Hernanto, Fadholi. 1993. Ilmu Usahatani. Jakarta: PT Penebar Swadaya
Hunger, J. David, Wheelan, Thomas L. 2011. Manajemen Strategis. Yogyakarta: Andi
Husnan, Suad dan Suwarsono, Mohammad. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Edisi Ketiga.
Cetakan Pertama. Yogyakarta: Penerbit Unit Penerbit dan Pencetakan.
Pearce, J.A. dan Richard B.R. 2009. Manajemen Strategis Formulasi, Implementasi dan Pengendalian (Buku 1). Salemba Empat. Jakarta.
Purwanto, Arie W., Purwantoro, Aziz. 2011. Puring. Yogyakarta: Kanisius
Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT, Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Soekartawi. 2003. Agribisnis Teori & Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Saaty, TL.1991. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.
Sulianto. 2006. Metode Riset Bisnis. Yogyakarta: Andy Offset
Sumarsan, T. 2003. Sistem Pengendalian Manajemen (Konsep, Aplikasi, dan Pengukuran Kinerja). Jakarta : PT. Indeks.
Suwarsono. 1996. Manajemen Strategik Konsep dan Kasus. Yogyakarta: YKPN
Upadani, et.al., Strategi Pengembangan Agribisnis... | 75
Discussion and feedback