Jurnal Manajemen Agribisnis     Vol.7, No.2, Oktober 2019    E- ISSN: 2684-7728

PERSEPSI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN WISATA SITU BABAKAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

Development Perception of Tourist Area of Situ Babakan In The Province of DKI Jakarta

Jefny B. Markus Rawung1 dan Rita Indrasti2

1Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Utara

Email: jbmarkusrawung2000@yahoo.com

2Balai Besar Pengkajiandan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) Bogor Email: ritaindrasti@yahoo.com

ABSTRACT

Situ Babakan is one of the tourist areas in the Jakarta area, precisely in South Jakarta. The existence of the development of this tour must be the community feel the excitement, but the perception of this development will always be different. The development of tourist areas will have an impact on the surrounding environment. The study took 50 respondents, the parameters include gender, age, occupation and respondents' perceptions of the development of the tourist area. Interviews were conducted using a questionnaire. Analysis is done descriptively. The study was conducted in 2017 around the Situ Babakan area. The context of this study is conducive to developing tourist areas. It is hoped that local communities will also have an impact on increasing income, preserving Betawi culture, and the Regional Government has also supported the activity. Perceptions about tourism development have a real relationship with local communities in particular.

Keywords: Situ Babakan, tourism area, perception, local communities

ABSTRAK

Situ Babakan adalah salah satu daerah wisata yang berada di daerah Jakarta, tepatnya di Jakarta Selatan. Adanya pengembangan wisata ini pastilah masyarakat merasakan kegembiraan, namun persepsi tentang pengembangan ini akan selalu berbeda. Pengembangan wilayah wisata akan berdampak terhadap lingkungan sekitar. Penelitian tersebut mengambil 50 responden, parameternya antara lain yaitu jenis kelamin, umur, pekerjaan dan persepsi responden terhadap pengembangan wilayah kawasan wisata. Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuiseoner. Analisis dilakukan secara deskriptif. Kajian dilakukan pada tahun 2017 di sekitar daerah Situ Babakan. Konteks kajian ini termasuk kondusif dalam pengembangan wilayah wisata. Diharapkan masyarakat lokal berdampak juga untuk menambah pendapatan, melestarikan budaya Betawi, Pemda pun ikut mendukung kegiatan tersebut. Persepsi tentang pengembangan wisata memiliki hubungan yang nyata dengan masyarakat lokal khususnya.

Kata kunci: Situ Babakan, kawasanwisata, persepsi, masyarakatlokal.

PENDAHULUAN

Suatu daerah dapat menjadi tujuan wisata jika daerah tersebut bisa dikembangkan menjadi daerah atraksi wisata. Sesuatu atraksi wisata yang menarik adalah yang dapat mengundang para wisatawan atau pengunjung untuk berkunjung serta merasakan kenyamanan dan kepuasan. Mutu atau kualitas objek wisata tidak selalu dinilai dari

fasilitas sarana dan prasarana saja namun juga pelayanan, aksesibilitas yang mendukungnya.

Seiring dengan hal tersebut maka DKI Jakarta sebagai kota metropolitan mempunya peluang yang sangat besar untuk mengembangkan wisata perkotaan.Pengembangan Situ Babakan sebagai salah satu daerah wisata nampaknyapilihan yang sangat tepat. Namun jika pengelolaan Situ Babakan tidak baik dan tidak sesuai daya dukung

maka akan menimbulkan dampak negatif yang dapat menimbulkan kerusakan sumberdaya perairan di Situ Babakan. Hasil penelitian Arief (1999), menyatakan bahwa situ, danau dan waduk di Indonesia pemanfaatannya selain untuk keperluan pengairan, pertanian dan juga pembangkit tenaga listrik maka bisa juga dimanfaatkan sebagai tempat wisata. Namun kawasan tersebut harus dijaga kelestariannya agar tetap bisa berkelanjutan. Lukman (1999) menyatakan bahwa agar situ, danau atau waduk lebih menarik maka perlu dipelihara ikan di dalamnya. Misal di Danau Semayang, Kalimantan Timur ada bebrapa jenis ikan yang hidup dan mempunyai nilai ekonomis.

Sejalan dengan upaya Pemerintah Daerah (PEMDA) DKI Jakarta untuk meningkatkan peranan sektor wisata di DKI Jakarta antara lain, melalui (1) pemantapan dan pengembangan potensi sumberdaya alam wisata yang dimiliki di DKI Jakarta, (2) DKI Jakarta diharapkan sebagai contoh teladan dalam menciptakan wisata baru, (3) mengembangkan DKI Jakarta sebagai tempat tujuan wisata, (4) meneladani upaya pelestarian lingkungan hidup yang berkelanjutan dan budaya yang seiring dengan sasaran atau tujuan utama pembangunan, dan (5) menjadikan DKI Jakarta sebagai tujuan untuk perjalanan wisata yang lestari dan berkelanjutan.Didukung oleh pernyataan Jalaluddin (2002) bahwa persepsi merupakan pengalaman tentang wisata, obyek atau hubungan yang diperoleh dengan dapat menyimpulkan informasi yang digali dan dapat menarik kesimpulan dari persepsi tersebut. Dalam hal ini adalah bagaimana pengunjung mempunyai persepsi tentang pengembangan kawasan wiasata

Situ Babakan tersebut? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana persepsi pengunjung tentang pengembangan kawasan wisata Situ Babakan.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2017 di wilayah wisata Situ Babakan. Data dianalisis secara deskriptif dan juga non 162egative162c.Data yang diperlukan adalah data primer dan sekunder. Data sekunder diambil dari instansi terkait umuk mendukung data lokasi penelitian.. Metode 162egati adalah pengamatan yang dilakukan untuk memperoleh fakta yang ada karena untuk mencari bukti dari daerah tertentu atau suatu kelompok. Sampel dalam penelitian ini adalah50 pengunjung yang datang ke lokasi wisata Situ Babakan. Asgari (1992) menyatakan bahwa penilaian dan keputusan dilakukan pada saat tahap intepretasi seseorang dan juga pengaruh pengalamannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Wisata Situ Babakan terletak di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.Air Situ Babakan berasal dari sungai Ciliwung, luas Situ Babakan adalah 32 Ha. Di Kelurahan Srengseng Sawah merupakan daerah perkampungan Betawi. Budaya Betawi dikenal sebagai masyarakatnya yang ramah dan sangat menghargai budaya goyong royong. Topografi di wilayah ini cenderung agak bergelombang dengan ketinggian 25 mdpl , curah hujan tahunan berkisar antara 2000 – 2500 mm.

Tabel 1. Pendapat pengunjung tentang Situ Babakan

Parameter

Kategori

Jumlah (%)

Perubahan lingkungan SB

Lebih banyak positif

36,6

Lebih banyak 162egative

48,8

Sama saja

14,6

Perubahan sosial

Lebih banyak positif

51,3

Lebih banyak 162egative

2,4

Sama saja

46,3

Penting       tidaknya

SB  Sangat penting

75

dipertahankan

Penting

25

Tidak penting

0

Data olah survey tahun 2017

Pada tabel 1 dijelaskan bahwa perubahan lingkungan Situ Babakan responden cenderung menyatakan negatif (48,8%) hal ini dikarenakan kondisi Situ Babakan sudah mulai dangkal dan kotor dibandingkan dengan kondisi beberapa tahun yang lalu. Untuk responden yang menyatakan lebih banyak positif (36,6%) kemungkinan responden tersebut belum pernah ke Situ Babakan sedangkan responden yang menyatakan sama saja (14,6) responden tersebut tidak peduli dengan perubahan lingkungan. Sikap masyarakat lokal sangat berpengaruh terhadap keberadaan Situ Babakan karena bisa menambah

pendapatan mereka. Hal ini didukung dengan pernyataan Sarlito (1999) bahwa ada dua ciri sikap seseorang, (1) adanya obyek tertentu, misalnya perilaku, manusia, situasi), (2) adanya penilaian setuju atau tidak, mau atau tidak mau bahkan juga suka ataupun tidak suka. Data perubahan sosial mengarah lebih positif (51,3%) karena kesadaran akan lingkungan tercermin juga dari perubahan sosial dari masyarakat lokal ataupun pengunjung. Keberadaan Situ Babakan seharusnya memang dipertahankan karena sangat penting untuk pelestarian dan keberlanjutan lingkungan. Ardika (1999) menyatakan bahwa kawasan Situ Babakan

jika sebagai obyek wisata maka daya tarik wisata sangat tergantung juga pada kualitas lingkungan perairan.

Tabel 2. Karakteristik pengunjung Situ Babakan

Karakteristik pengunjung                Jumlah                  Jumlah total (%)

Pekerjaan pokok

PNS

16

16%

Swasta

41

41%

Petani

3

3%

Pedagang/pengusaha

26

26%

TNI/Polri

12

12%

Lainnya

2

2%

Umur

<17 tahun

13

13%

26– 35 tahun

42

42%

36 – 50 tahun

22

22%

>50 tahun

23

23%

Pendidikan

SD

7

7%

SMP

25

25%

SMA

40

40%

Perguruan Tinggi

28

28%

Jarak asal pengunjung

1 – 6 km

43

43%

7 – 15 km

51

51%

>20 km

6

6%

Status pengunjung

Sudah berkeluarga

64

64%

Belum berkeluarga

36

36%

Data olah survey tahun 2017

Sedangkan pada tabel 2 dibahas tentang

Babakan dominan dikunjungi oleh remaja hal ini

karakteristik pengunjung (pekerjaan pokok, umur,

disebabkan kalangan remaja ingin refreshing

pendidikan, jarak asal pengunjung dan status pengunjung). Pekerjaan pokok sebagian besar dari

dengan biaya yang relatif murah.

pengunjung adalah swasta, diduga penduduk DKI

Sebanyak 51% pengunjung jarak asal ke lokasi

Jakarta   yang   bekerja   di   swasta   lebih

sekitar 7 – 15 km, peluang pengunjung meskipun

memanfaatkan waktunya untuk berwisata hal ini

agak jauh namun wisata Situ Babakan sangat

dipengaruhi oleh kesibukannya yang membuat

diminati, kemungkinan penduduk DKI Jakarta

jenuh menjadikan mereka menyempatkan untuk

haus akan wisata yang relatif murah. Pengunjung

melakukan wisata. Usia yang paling banyak

yang domisilinya dekatpun sangat berminat untuk

berkunjung adalah usia sekitar 26 sampai 35 tahun

datang ke wisata Situ babakan (43%).   Sittu

(42%), usia tersebut dianggap usia yang masih

Babakanpun dianggap tempat yang cukup

sangat memerlukan refreshing untuk   wisata

representatif bagi pengunjung yang berjarak dekat

meskipun  usia   yang   lain  juga   masih

maupun jauh. Status berkeluarga sebanyak 64%

membutuhkannya.     Tingkat     pendidikan

yang telah banyak berwisata mengunjungi Situ

pengunjung sangatlah beragam, hasil survei

Babakan dibandingkan yang belum berkeluarga

menunjukkan bahwa pendidikan SMA (40%) yang

(36%). Status berkeluarga sangat membutuhkan

banyak berkunjung di Situ Babakan kemudian

wisata dan merekapun akan mengajak keluarga

disusul oleh pendidikan yang lain. Pendidikan

maka diduga Situ Babakan menjadi pilihan

SMA dikatagorikan adalah remaja. Wisata Situ

mereka untuk melakukan wisata.

Tabel 3. Pengembangan Kawasan Wisata Situ Babakan (%)

Program Pengembangan Kawasan Wisata

Setuju

Ragu-ragu

Tidak setuju

Pembangunan      jalan  74

23

3

menuju lokasi wisata

Adanya promosi  yang  75

20

5

kontinyu

Perlunya arena bermain     65

25

10

Perluasan arena parkir      68

28

4

Pelestarian budaya          80

20

0

Data olah survey tahun 2017

Pengembangan kawasan wisata yang potensi harus didukung oleh beberapa hal, penelitian Sulistyantara (1990) menyatakan bahwa wisata di perkotaan agar dapat memberikan manfaat apabila, (1) wisata tersebut harus membuat vegetasi yang dapat memberikan manfaat dalam perbaikan kualitas iklim mikro, (2) pengembangan kawasan dapat menjaga kelestarian lingkungan dan memperbaiki iklim mikro dan dapat mengurangi erosi, (3) wisata juga dapat menjadi sumber penghasilan bagi perorangan ataupun kelompok.

Agar wisata tersebut dapat lebih terjangkau maka akses menuju ke lokasi harus diperhatikan. Akses yang mudah terjangkau dan jalan yang bagus sangat mendukung kegiatan wisata tersebut apalagi biaya untuk wisata terjangkau harganya bagi para pengunjung. Sejalan dengan Silver (1996) mengemukakan bahwa aset atau modal yang mempunyai potensi di daerah perkotaan dapat dimasukkan dalam kategori program wisata, antara lain tapak warisan budaya, taman ataupun pemukiman etnis.

Arena bermain dan perluasan parkir sangat melengkapi kenyamanan wisata. Arena bermain ditujukan untuk anak-anak agar tidak bosan hanya memandang Situ saja dan bermain adalah selingan buat anak-anak. Perluasan parkirpun harus diperhatikan karena merupakan salah satu kenyamanan dan keamanan juga.

Pelestarian budaya sangatlah perlu. Pengembangan wisata Situ Babakan berarti juga pengembangan perkampungan budaya Betawi, masyarakat Betawi dikenal sebagai masyarakat yang ramah dan sangat suka kegiatan gotong royong antar warga. Surata (1993) menyatakan bahwa pengaruh adanya faktor eksternal adalah pengaruh kelompok dan perbedaan latar belakang budaya. Budaya Betawi pasti sangat berbeda dengan budaya-budaya lainnya. Hal inipun didukung oleh hasil penelitian Supriadi (1999).

SIMPULAN

dan Pariwisata, Universitas Udayana. Denpasar. Bali. Service. East Texas State University.

Arief, 1999. Danau dan Waduk Ditinjau dari Aspek Pelestarian dan Pemanfaatan. Semiloka Nasional Pengelolaan dan Pemanfaatan Danau dan Waduk.

Asngari, 1992. Perception of District Extension Director and Country Extension Agent Chairman Regarding the Roles and Function of Texas Agricultural Extension.

Jalaluddin, 2002. Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Lukman, 1999. Karakteristik dan Strategi Pemanfaatan Sumberdaya Danau. Semiloka Nasional Pengelolaan dan Pemanfaatan Danau dan Waduk. Bogor.

Sarlito,  1999. Psikologi Sosial. Individu dan

Teori-Teori Psikologi Sosial. Balai Pustaka. Jakarta.

Silver,  1996. Ekowisata Berbasis Kota di

Indonesia. Prosiding Pelatihan dan Lokakarya Perencanaan Pariwisata Berkelanjutan. ITB. Bandung.

Supriadi, 1999. Pengaruh Bentuk Penyajian Pesan Video dan Penggunaan Ilustrasi Grafis dalam Medium pada Peningkatan Pengetahuan Penyuluh Lapangan. Sumatera Selatan. Palembang.

Sulistyantara, 1990. Pengembangan Wisata Agro di Perkotaan. Prosiding Simposium dan Seminar    Nasional    Hortikultura

Indonesia. Bogor.

Surata, 1993. Persepsi Seniman Lukis Tradisional Bali Terhadap Konservasi  Burung.

Denpasar.

Situ Babakan mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai wisata.      Persepsi

masyarakat pengunjung sangat mendukung keberadaan wisata Situ Babakan. Masyarakat lokalpun juga mendukung dikarenakan terkait akan penambahan pemasukkan ekonomi mereka. Masyarakat lokal bisa menjual cenderamata, khas makanan betawi ataupun minuman bir pletok. Dengan demikian masyarakat lokal bisa lebih makmur.

DAFTAR PUSTAKA

Ardika, 1999. Pariwisata Berkelanjutan Menurut Perspektif Orang Bali. Seminar International Paiwisata Berkelanjutan. Kerjasama Pusat Penelitian Kebudayaan

Jefry dan Rita, Persepsi...|164