HUBUNGAN SOSIODEMOGRAFI MASYARAKAT KABUPATEN TABANAN TERHADAP PENERIMAAN VAKSINASI COVID-19 TAHUN 2021
on
Arc. Com. Health • agustus 2022
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 Vol. 9 No. 2: 221 - 232
HUBUNGAN SOSIODEMOGRAFI MASYARAKAT KABUPATEN TABANAN
TERHADAP PENERIMAAN VAKSINASI COVID-19 TAHUN 2021
I Gede Andre Cahya Pratama1, Ni Luh Putu Suariyani1*
1Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Jalan P.B. Sudirman, Denpasar, Bali, 80232
ABSTRAK
Di masa pandemi, pemerintah melakukan beragam upaya pencegahan guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19 dan tingkat keparahan akibat Covid-19, salah satunya melalui vaksinasi. Penerimaan vaksinasi tidak terlepas dari pengaruh karakteristik sosiodemografi, karena dapat mengaruhi sikap seseorang untuk menerima vaksinasi. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai hubungan sosiodemografi dengan penerimaan vaksinasi COVID-19 di Kabupaten Tabanan. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional study. Variabel bebas terdiri dari usia, status perkawinan, pekerjaan, pengeluaran, agama, pendidikan dan kepemilikan asuransi kesehatan, sedangkan variabel terikatnya adalah penerimaan vaksinasi. Kriteria inlukasi merupakan masyaraakat Kabupaten Tabanan berusia 25 – 50 yang belum melakukan vaksinasi dengan total sampel 100 orang. Teknik sampling adalah consecutive. Data yang dikumpulkan akan dianalisa secara deskriptif dan bivariat menggunaan chi square dan regresi logistik sederhana. Hasil penelitian menunjukkan Terdapat hubungan antara variabel status perkawinan (OR:2,38 95%CI: 0,635-8,914), pekerjaan (Karyawan Swasta OR:1,73 95%CI: 0,524 – 5,722; Tidak Bekerja OR: 1,83 95%CI: 0,665 – 5,053), tingkat pendidikan (SMA/sederajat OR: 7,87 95%CI: 0,762 – 81,366; Diploma/Sarjana OR: 9,66 95%CI: 0,89 – 104,81) dan kepemilikan asuransi (OR: 2,91 95%CI: 0,338 – 25,129) berhubungan dengan penerimaan vaksinasi. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi gambaran penerimaan vaksinasi serta menjadi landasan untuk pengoptimalan program edukasi kepada masyarakat.
Kata kunci: Vakinasi, Covid-19, Sosiodemografi, Tabanan
ABSTRACT
During pandemic, government carried out various prevention to break the chain of spread and severity of Covid-19, which is through vaccination. Reception of vaccination can not be separated from the influence of sociodemographic characteristics, because it can affect a person's attitude to receive vaccination. Therefore, a study was conducted on the sociodemographic relationship with receipt of COVID-19 vaccination in Tabanan Regency. The design is descriptive research with cross sectional study design. The independent variables are age, marital status, occupation, expenditure, religion, education and ownership of health insurance. Dependent variable is vaccination receipts. The inclusion criteria are people of Tabanan Regency aged 25-50 who haven’t vaccinated with a total sample 100 people. The sampling technique is consecutive. Data will be analyzed descriptively and bivariately using chi square and simple logistic regression. The results showed that there was a relationship between marital status variables (OR: 2.38 95% CI: 0.635-8.914), occupation (Private Employees OR: 1.73 95% CI: 0.524 – 5.722 ; Not Working OR: 1.83 95% CI: 0.665 – 5.053), education level (SMA/equivalent OR: 7.87 95%CI: 0.762 – 81,366 ; Diploma/Bachelor OR: 9.66 95%CI: 0.89 – 104.81) and insurance ownership ( OR: 2.91 95% CI: 0.338 – 25.129) related to vaccination acceptance. The results of this study are expected to be an illustration of vaccination acceptance for optimizing education programs for community.
Keywords: Vaccinate, COVID-19, sosiodemographic, Tabanan
PENDAHULUAN
Coronavirus Disease-19 (COVID-19) adalah penyakit yang ditimbulkan oleh virus Severe Acute Respiratory SyndromeCoronavirus disease-2 (SARS-CoV-2) (Hu et al., 2020). Kasus terkonfirmasi hingga bulan Februari di dunia telah mencapai
109.594.835 kasus. Kasus terkonfirmasi di Indonesia mencapai 1.252.685 kasus dan provinsi Bali mencapai 31.983 kasus (Satgas COVID-19, 2021). Saat ini, berbagai upaya pencegahan telah dilakukan untuk menekan laju peningkatan kasus baru COVID-19 baik
*) e-mail korespondensi: [email protected]
221
dengan melakukan pembatasan sosial hingga penerapan protokol kesehatan yang dinilai memiliki tingkat efektivitas yang tinggi. Selain itu, salah satu pencegahan yang memiliki tingkat efektivitas yang tinggi adalah melalui upaya vaksinasi. Vaksinasi tidak hanya bertujuan untuk memutus rantai penularan penyakit dan menghentikan wabah, tetapi juga dalam jangka panjang bertujuan untuk mengeliminasi bahkan untuk mengeradikasi (memusnahkan/ menghilangkan) penyakit itu sendiri. Tujuan vaksin yaitu terbentuknya kekebalan kelompok atau herd immunity dimana sebagian besar masyarakat terlindung terhadap penyakit tertentu sehingga menimbulkan dampak tidak langsung (indirect effect), yaitu turut terlindunginya kelompok masyarakat yang rentan dan bukan merupakan sasaran dari pelaksanaan vaksinasi (Kemenkes RI, 2020).
Vaksin bermanfaat untuk memberikan kekebalan tubuh dengan cara menstimulasi sistem imun tubuh orang tersebut terhadap infeksi atau penyakit tertentu yang berhubungan dengan vaksin yang diberikan (Dirjen Bina Farmasi, 2009). Di Indonesia, tidak hanya vaksin COVID-19 yang masih menjadi polemik, vaksinasi lainnya masih menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Sebanyak 64% masyarakat menyetujui penerimaan vaksin COVID-19 secara pasif yaitu dengan memilih menerima vaksin namun tidak dalam jangka waktu dekat, sedangkan sisanya menolak menerima vaksin COVID-19 (Kementerian Kesehatan et al., 2020). Berdasarkan beberapa penelitian *) e-mail korespondensi: [email protected]
sebelumnya terkait vaksinasi difteri dan campak rubella, terdapat penolakan penerimaan vaksin yang dikarenakan adanya hambatan kepercayaan, kepercayaan pada imunitas alami dan terapi alternatif, kepedulian tentang keamanan vaksin baik dari efek samping dan komponen vaksin, isu kepercayaan dan missinformasi, dan sosial demografi (Mursinah et al., 2020)
Di masa pandemi COVID-19 ini, Indonesia telah mendatangkan beberapa jenis vaksin sebagai bentuk upaya memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19. Vaksin diberikan secara gratis dan massal melalui beberapa tahapan pemberian. Penerima vaksin dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan skala prioritas, kelompok prioritas pertama yakni kelompok tenaga kesehatan, tenaga penunjang yang bekerja di dinas kesehatan, tentara, kepolisian, aparat hukum, dan petugas pelayanan publik. Selanjutnya, proses vaksinasi akan dilakukan kepada golongan tokoh masyarakat, pejabat kecamatan hingga ketua RT/RW serta pelaku perokonomian. Selanjutnya adalah golongan tenaga pendidik dan terakhir adalah masyarakat umum dan masyarakat rentan dari aspek geososial, kormobid, dan lain-lain (S, Masabi, 2020)
Di Provinsi Bali, vaksin Covid-19 sudah di distribusikan ke seluruh kabupaten. Pemberian vaksin di Bali pertama kali diproritaskan untuk seluruh tenaga kesehatan. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan kepada 10 orang yang merupakan masyarakat umum di kabupaten Tabanan, sebagian besar dari mereka (8 dari 10)
222
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 takut untuk menerima vaksinasi covid meskipun diberikan secara gratis nantinya. Penerimaan yang kurang baik pada beberapa kalangan menimbulkan banyak spekulasi dan berita yang belum diketahui secara pasti kebenarannya (Rahayu & Sensusiyati, 2020)
Penerimaan vaksinasi tidak terlepas dari adanya pengaruh sosiodemografi dimana masyarakat tersebut berada. Aspek sosiodemografi meliputi usia, agama, daerah tempat tinggal, kepemilikan asuransi kesehatan, tingkat pendidikan, dan tingkat ekonomi. Sosiodemografi berpengaruh pada penerimaan vaksin karena faktor sosial/ keluarga dapat mengaruhi sikap seseorang untuk menerima vaksinasi. Hal ini terjadi karena seseorang cenderung memiliki sikap yang sejalan dengan orang lain atau lingkungan yang dianggap individu itu sendiri penting (Tickner et al., 2006) Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan sosiodemografi terhadap penerimaan vaksinasi COVID-19 di Kabupaten Tabanan.
METODE
Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional study. Variabel bebas terdiri dari usia, status perkawinan, pekerjaan, pengeluaran, agama, pendidikan dan jenis asuransi kesehatan, sedangkan variabel terikatnya adalah penerimaan vaksinasi. Kriteria inklusi merupakan masyarakat berusia 25 – 50 yang berdomisili di
Kabupaten Tabanan dan belum melakukan vaksinasi dengan total sampel berjumlah 100 orang. Teknik sampling pada penelitian ini adalah consecutive. Penelitian ini dilakukan dari bulan 20 Juli – 20 Agustus 2021. Data yang
dikumpulkan akan dianalisa secara deskriptif dan bivariat menggunaan chi square dan regresi logistik sederhana. Data yang telah terkumpul akan dianalisa menggunakan software STATA versi 12 For Windows. Penelitian ini telah mendapatkan kelaikan etik dari Komisi Etik Penelitian Litbang FK Unud/RSUP Sanglah Nomor: 1838/UN 14.2.2.VII.14/LT /2021.
HASIL
Tabel 1. Karakteristik Sosiodemografi Responden
Variabel |
Frekuensi |
Persentase (%) |
Kecamatan Tempat Tinggal | ||
Kediri |
18 |
18 |
Pupuan |
11 |
11 |
Salamadeg |
12 |
12 |
Salamadeg Timur |
12 |
12 |
Salamadeg Barat |
12 |
12 |
Tabanan |
11 |
11 |
Baturiti |
6 |
6 |
Penebel |
8 |
8 |
Karambitan |
6 |
6 |
Marga |
4 |
4 |
Lanjutan Tabel 1 | ||
Variabel |
Frekuensi |
Persentase (%) |
Usia | ||
Min-Max |
25-35 | |
Mean |
28.95 (2.47) | |
25 – 30 tahun |
25 |
75 |
31 – 35 tahun |
75 |
25 |
Status Pernikahan | ||
Belum Menikah |
81 |
81 |
Sudah Menikah |
19 |
19 |
Pekerjaan | ||
Swasta |
2 |
23 |
Pegawai Negeri Sipil |
4 |
4 |
Wiraswasta |
29 |
29 |
Tidak Bekerja |
44 |
44 |
Pengeluaran | ||
< Rp. 1.000.000,00 |
39 |
39 |
Rp. 1.000.000,00 – Rp. 2.000.000,00 |
23 |
23 |
Rp. 2.000.001,00 – Rp. 4.000.000,00 |
27 |
27 |
Rp. 4.000.001,00 – Rp. 6.000.000,00 |
6 |
6 |
>Rp. 6.000.000,00 |
4 |
4 |
Agama | ||
Hindu |
97 |
97 |
Kristen |
2 |
2 |
Islam |
1 |
1 |
Tingkat Pendidikan | ||
SMP/sederajat |
4 |
4 |
SMA/sederajat |
58 |
58 |
Sarjana/Diploma |
38 |
38 |
Jenis Kepemilikan Asuransi | ||
Tidak Memiliki Asuransi |
60 |
60 |
Swasta |
9 |
9 |
Kartu Indonesia Sehat |
31 |
31 |
Tabel 1 menunjukkan gambaran |
responden belum menikah, yaitu sebesar | |
karakteristik responden. Ditinjau dari |
81% (81 orang). Ditinjau dari pekerjaan | |
kecamatan responden berasal, sebagian |
responden, |
sebagian besar responden |
besar responden berasal dari Kecamatan |
berprofesi |
sebagai wiraswasta, yaitu |
Kediri, yaitu sebanyak 18%. Ditinjau dari |
sebesar 29% (29 orang). Ditinjau dari | |
usia responden, rata – rata responden |
pengeluaran responden, diketahui bahwa | |
berusia 28 tahun. Responden pada |
sebagian besar responden memiliki | |
penelitian ini didominasi oleh responden |
pengeluaran per bulan pada rentang Rp | |
dengan rentang usia 25 – 30 tahun, yaitu |
1.000.000,00 |
– 2.000.000,00, yaitu sebesar |
sebanyak 75% (75 orang). Ditinjau dari |
39% (39 orang). Ditinjau dari agama yang | |
status pernikahan, sebagian besar |
dianut, sebagian besar responden |
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620
menganut kepercayaan Hindu, yaitu sebanyak 97% (97 orang). Ditinjau dari tingkat pendidikan terakhir, sebagian besar responden memiliki latar pendidikan terakhir SMA/sederajat, yaitu
sebesar 58% (58 orang). Serta ditinjau dari jenis kepemilikan asuransi kesehatan, sebagian besar responden tidak memiliki asuransi kesehatan, yaitu sebanyak 60% (60 orang).
Tabel 2. Gambaran Penerimaan Vaksinasi
Variabel |
Frekuensi |
Persentase (%) |
Kesediaan divaksinasi | ||
Ya |
72 |
72 |
Tidak |
28 |
28 |
Responden yang Anggota Keluarganya Bersedia untuk divaksinasi | ||
Ya |
80 |
80 |
Tidak |
20 |
20 |
Rencana Tempat Vaksinasi Covid-19 | ||
Banjar |
2 |
2 |
Rumah |
1 |
1 |
Dokter/Bidan/RS Swasta |
34 |
34 |
Institsi Pendidikan |
5 |
5 |
Kantor/Tempat Kerja |
10 |
10 |
Puskesmas |
47 |
47 |
Tidak Menjawab |
1 |
1 |
Keterpaparan Informasi Mengenai Vaksinasi | ||
Terpapar Informasi |
80 |
80 |
Tidak Terpapar Informasi |
20 |
20 |
Keterpaparan Informasi Program Vaksinasi yang dilakukan oleh Pemerintah | ||
Indonesia | ||
Ya |
75 |
75 |
Tidak |
11 |
11 |
Tabel 2 menunjukkan gambaran respon masyarakat di Kabupaten Tabanan mengenai penerimaan vaksinasi Covid-19. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 72% (72 orang) sedangkan 28% (28 orang) diantaranya menolak untuk divaksinasi. Responden yang bersedia bersedia keluarganya divaksinasi dan sebanyak 80% (80 orang), sedangkan 20% (20 orang) diantaranya menolak keluarganya divaksinasi. Berdasarkan lokasi rencana responden untuk menerima vaksinasi, sebagian besar masyarakat berencana divaksinasi di Puskesmas yaitu sebanyak 47% (47 orang), Dokter/Bidan/RS Swasta sebanyak 34% (34 orang), Kantor/Tempat Kerja
sebanyak 10% (10 orang), Institusi Pendidikan sebanyak 5% (5 orang) dan Banjar sebanyak 2% (2 orang). Ditinjau dari keterpaparan informasi mengenai vaksinasi, sebagian besar responden telah terpapar oleh informasi seputar vaksinasi, yaitu sebesar 80% (80 orang), sedangkan sebanyak 20% responden belum terpapar informasi mengenai vaksinasi Covid-19. Ditinjau dari keterpaparan informasi mengenai program vaksinasi yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia, sebanyak 75% (75 orang)responden pernah terpapar informasi program vaksinasi oleh pemerintah, sedangkan sebanyak 11% (11 orang) tidak pernah terpapar informasi mengenai program
vaksinasi yang dilakukan oleh
pemerintah.
Tabel 3. Hubungan Variabel Sosiodemografi dengan Penerimaan Vaksinasi Covid-19
Variabel |
Penerimaan Vaksinasi OR 95%CI p- value Ya f(%) Tidak f(%) va ue |
Usia 31 – 35 tahun 25 – 30 tahun Status Pernikahan Belum Menikah Menikah Pekerjaan Swasta Pegawai Negeri Sipil Wiraswasta Tidak Bekerja Pengeluaran <Rp. 1 juta Rp. 1 juta – 2 juta Rp. 2 juta – 4 juta Rp. 4 juta – 6 juta >Rp. 6 juta Agama Hindu Kristen Islam Tingat Pendidikan SMP/sederajat SMA/sederajat Diploma/Sarjana |
22 (29,3) 53 (70,7) 0,760 0.268 - 2.162 0,608 19 (76,0) 6 (24,0) Ref 56 (69,1) 25(30,86) Ref 0,198 16 (84,2) 3 (15,8) 2,38 0.635 - 8.914 17 (73,9) 6 (26,1) 1,73 0.524 -5.722 0,368 4 (100,0) 0 (00,0) 1 - - 18 (62,1) 11 (37,93) Ref - 33 (75,0) 11 (25,0) 1,83 0.665 - 5.053 0,241 39 (79,5) 8 (20,5) Ref 0,001 18 (78,3) 5(21,74) 0,93 0.264 - 3.273 0,909 21 (77,8) 6 (22,2) 0,90 0.273 - 2.983 0,867 0 (0,00) 6(100,00) 1 - - 2 (50,0) 2(50,0) 0,26 0.031 - 2.125 0,208 69 (71,1) 28 (28,9) Ref 1,000 2 (100) 0 (00,0) 1 - - 1 (100) 0 (00,0) 1 - - 1 (25,0) 3 (5,0) Ref 42 (72,4) 16 (27,6) 7,87 0.762 - 81.366 0,083 29 (76,3) 9 (23,7) 9,66 0.891 - 104.81 0,062 |
Jenis Kepemilikan Asuransi
Tidak Memiliki Swasta Kartu Indonesia Sehat Keterpaparan Informasi Terpapar Tidak Terpapar |
34 (70,8) 14 (29,2) Ref 6 (85,7) 1 (16,7) 2,91 0.338 - 25.129 0,332 21 (72,4) 8 (27,6) 0,66 0.260 - 1.679 0,384 72 (90,0) 8 (10,0) 1 - 0,000 0 (0,00) 20 (100,0) 1 - |
Tabel 3 menunjukkan variabel status diketahui bahwa proporsi responden perkawinan, jenis pekerjaan, tingkat berusia 25 – 30 tahun yang bersedia pendidikan dan kepemilikan asuransi menerima vaksin lebih besar berhubungan dengan penerimaan dibandingkan dengan kelompok vaksinasi. Ditinjau dari variabel usia, responden dengan rentang usia 31 – 35
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620
tahun, yaitu sebesar 76% (19 orang). Hasil analisa menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel usia dengan penerimaan vaksinasi. Ditinjau dari variabel status perkawinan, diketahui bahwa proporsi responden yang sudah menikah dan bersedia menerima vaksin lebih besar dibandingkan dengan kelompok
responden yang belum menikah, yaitu sebsar 84,2% (16 orang). Hasil analisa
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel status perkawinan dengan penerimaan vaksinasi dengan nilai OR sebesar 2,38 (95%CI:0.635 - 8.914), hal tersebut menunjukkan bahwa kelompok responden yang sudah menikah berpeluang 2,38 kali untuk bersedia divaksinasi.
Ditinjau dari variabel pekerjaan diketahui bahwa proporsi kelompok responden yang berkerja sebagai PNS yang bersedia divaksinasi lebih besar (100%) dibandingkan dengan kelompok pekerja lainnya. Hasil analisa
menunjukkan adanya hubungan antara jenis pekerjaan dengan penerimaan vaksinasi ditunjukkan dari besarnya nilai OR pada kelompok responden yang berkerja sebagai karyawan swasta sebesar 1,73 (95%CI: 0.524 - 5.722) dan pada
kelompok responden yang tidak bekerja sebesar 1,83 (95%CI:0.665 - 5.053). Hal
tersebut mengindikasikan bahwa
karyawan swasta berpeluang 1,73 kali untuk bersedia divaksinasi dibandingkan wiraswasta dan kelompok responden yang tidak bekerja berpeluang 1,84 kali untuk bersedia divaksinasi dibandingkan wiraswasta. Ditinjau dari variabel
Vol. 9 No. 2: 221 - 232 pengeluaran, diketahui bahwa proporsi kelompok responden yang memiliki pengeluaran per bulan sebesar <1.000.000 yang bersedia divaksinasi lebih tinggi dibandingakan dengan kelompok
responden dengan rentang pengeluaran per bulan lainnya, yaitu sebesar 79,5% (38 orang). Namun, diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel pengeluaran dengan penerimaan vaksinasi.
Ditinjau dari variabel agama, diketahui bahwa sebagian besar responden beragama Hindu. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa proporsi kelompok responden yang beragama Hindu yang bersedia divaksinasi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok responden yang tidak bersedia divaksinasi yaitu sebesar 71,1% (69 orang). Berdasarkan hasil analisa diketahui tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel agama dan penerimaan vaksinasi. Ditinjau dari variabel pendidikan, diketahui bahwa proporsi responden yang berlatar belakang pendidikan terakhir Diploma /Sarjana yang bersedia divaksinasi lebih tinggi dari kelompok responden berlatarbelakang pendidikan lainnya, yaitu sebesar 76,3% (29 orang). Hasil
analisa menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara variabel pendidikan dan penerimaan vaksin yang ditandai dengan nilai OR pada kelompok responden berlatar pendidikan SMA/ sederajat sebesar 7,87 (95%CI: 0.762 -
81.366) dan Diploma/Sarjana sebesar 9,66 (95%CI: 0.891 - 104.81). Hal tersebut
menunjukkan bahwa kelompok
responden yang berlatarbelakang pendidikan SMA berpeluang 7,87 kali untuk bersedia divaksinasi dibandingkan dengan kelompok responden yang berlatarbelakang pendidikan SMP, serta kelompok responden yang berlatar pendidikan Diploma/Sarjana berpeluang 9,66 kali dibandikan kelompok responden berlatar pendidikan terakhir SMP/ sederajat.
Ditinjau dari kepemilikian asuransi kesehatan, diketahui bahwa proporsi responden yang memiliki asuransi swasta dan bersedia divaksinasi lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang memiliki jenis asuransi KIS dan tidak memiliki asuransi kesehatan, yaitu sebesar 85,7% (6 orang). Hasil analisa menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel jenis kepemilikan asuransi terhadap penerimaan vaksinasi yang ditunjukkan dari nilai OR pada kelompok responden yang memiliki asuransi swasta sebesar 2,91 (95%CI: 0.338 - 25.129). Hal tersebut menunjukkan bahwa kelompok responden yang memiliki jenis asuransi swasta berpeluang 2,91 kali untuk bersedia divaksinasi dibandingkan dengan yang tidak memiliki asuransi kesehatan. Ditinjau dari variabel keterpaparan informasi, diketahui bahwa proporsi kelompok responden yang telah terpapar informasi dan bersedia untuk divaksinasi lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak terpapar informasi yaitu sebesar 90% (72 orang). Hasil analisa menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel keterpaparan informasi dengan penerimaan vaksinasi.
DISKUSI
Subjek penelitian mengenai hubungan karakteristik sosiodemografi dengan penerimaan vaksin adalah masyarakat Kabupaten Tabanan yang pada penelitian berlangsung belum melakukan vaksinasi. Hasil penelitian ini menunjukkan hasil bahwa dari total 100 responden, sebanyak 72 orang (72%) bersedia untuk divaksinasi dan 28 orang (28%) tidak bersedia divaksinasi. Hasil penelitian yang menunjukkan cukup tingginya antusiasme masyarakat Tabanan untuk bersedia melakukan vaksinasi sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Kelurahan Duhuk Manggal, Kota Surabaya yakni diketahui bahwa 81,1% masyarakat di Kelurahan tersebut bersedia untuk divaksinasi (Noer febriyanti, et al., 2021).
Hasil analisa menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel status perkawinan, pekerjaan, tingkat pendidikan dan kepemilikan asuransi dengan penerimaan vaksinasi di Kabupaten Tabanan. Ditinjau dari variabel status perkawinan diketahui bahwa bahwa proporsi responden yang sudah menikah dan bersedia menerima vaksin lebih besar dibandingkan dengan kelompok responden yang belum menikah, yaitu sebesar 84,2% (16 orang). Hasil analisa menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel status perkawinan dengan penerimaan vaksinasi dengan nilai OR sebesar 2,38 (95%CI:0.635 - 8.914), hal tersebut menunjukkan bahwa kelompok responden yang sudah menikah berpeluang 2,38 kali untuk bersedia divaksinasi. Penelitian ini menunjukkan
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 bahwa kelompok responden yang sudah menikah memungkinkan adanya interaksi satu sama lain di dalam keluarganya untuk saling memberi dukungan dalam menerima vaksinasi di kemudian hari. Lawrance Green dalam teorinya mengemukakan bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu bagian dari faktor pendorong yang dapat memengaruhi respon dan perilaku seseorang (Green, Lawrence, 2005).
Dukungan yang diberikan baik dalam bentuk dukungan emosional, intrumental, informasional dan penghargaan yang diberikan oleh pasangan dalam rumah tangga/keluarga dapat membentuk respon positif.
Ditinjau dari variabel pekerjaan, diketahui bahwa Latar belakang profesi responden pada penelitian ini cukup beragam yakni karyawan swasta, wiraswasta, PNS dan tidak bekerja. Hasil penelitian menunjukkan proporsi
kelompok responden yang berkerja sebagai PNS yang bersedia divaksinasi lebih besar (100%) dibandingkan dengan kelompok pekerja lainnya. Hasil analisa menunjukkan adanya hubungan antara jenis pekerjaan dengan penerimaan vaksinasi ditunjukkan dari besarnya nilai OR pada kelompok responden yang berkerja sebagai karyawan swasta sebesar 1,73 (95%CI:0.524 -5.722) dan pada
kelompok responden yang tidak bekerja sebesar 1,83 (95%CI:0.665 - 5.053). Hal
tersebut mengindikasikan bahwa
karyawan swasta berpeluang 1,73 kali untuk bersedia divaksinasi dibandingkan wiraswasta dan kelompok responden yang tidak bekerja berpeluang 1,84 kali *) e-mail korespondensi: [email protected]
untuk bersedia divaksinasi dibandingkan wiraswasta. Adanya hubungan antara variabel pekerjaan dengan penerimaan vaksinasi sejalan dengan teori yang dicetuskan oleh Lawrance Green bahwa pekerjaan merupakan bagian dari faktor predisposisi yang dapat memengaruhi respon seseorang (Green, Lawrence, 2005). Profesi/pekerjaan seseorang memiliki lingkungan yang beragam yang dibentuk dari kelompok orang di dalamnya dan situasi tempat kerja. Pertukaran informasi kesehatan yang optimal pada lapangan kerja dapat memengaruhi pengetahuan seseorang yang berujung terhadap respon dan perilaku sesorang individu. Oleh sebab itu, mengapa penting untuk adanya upaya edukasi mengenai vaksinasi di lingkungan tempat bekerja agar adanya pertukaran informasi positif yang optimal agar respon masyarakat mengenai vaksinasi lebih baik.
Ditinjau dari variabel pendidikan, diketahui Latar belakang pendidikan responden pada penelitian ini yaitu SMP/sederajat, SMA/sederajat dan Diploma/Sarjana. Diketahui bahwa proporsi responden yang berlatar belakang pendidikan terakhir Diploma /Sarjana yang bersedia divaksinasi lebih tinggi dari kelompok responden berlatarbelakang pendidikan lainnya, yaitu sebesar 76,3% (29 orang). Hasil analisa menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara variabel pendidikan dan penerimaan vaksin yang ditandai dengan nilai OR pada kelompok responden berlatar pendidikan SMA /sederajat sebesar 7,87 (95%CI: 0.762 -
229
81.366) dan Diploma/Sarjana sebesar 9,66 (95%CI: 0.891 - 104.81). Hal tersebut menunjukkan bahwa kelompok responden yang berlatarbelakang pendidikan SMA berpeluang 7,87 kali untuk bersedia divaksinasi dibandingkan dengan kelompok responden yang berlatarbelakang pendidikan SMP, serta kelompok responden yang berlatar pendidikan Diploma/Sarjana berpeluang 9,66 kali dibandingkan kelompok responden berlatar pendidikan terakhir SMP/sederajat. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan teori yang dicetuskan oleh Lawrance Green bahwa latar belakang pendidikan seorang individu dapat memengaruhi respon dan perilaku terhadap kesehatan (Green, Lawrence, 2005). Tingkat pendidikan dapat memengaruhi pemahaman terhadap berbagai jenis informasi yang diterimanya sehingga memiliki tingkat pengetahuan yang baik yang berujung terhadap respond dan perilakunya (Notoatmodjo, 2014). Hasil penelitian ini menjadi gambaran bahwa kelompok responden yang berlatar belakang pendidikan SMA/sederajat dan Diploma/Sarjana memiliki tingkat pemahaman yang lebih baik terhadap informasi yang didapatkannya sehingga memiliki respon yang positif terhadap penerimaan vaksinasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak memiliki asuransi kesehatan, selain itu diketahui bahwa proporsi responden yang memiliki asuransi swasta dan bersedia divaksinasi lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang memiliki jenis asuransi KIS dan tidak memiliki asuransi *) e-mail korespondensi: [email protected]
kesehatan, yaitu sebesar 85,7% (6 orang). Hasil analisa menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel jenis kepemilikan asuransi terhadap penerimaan vaksinasi yang ditunjukkan dari nilai OR pada kelompok responden yang memiliki asuransi swasta sebesar 2,91 (95%CI: 0.338 - 25.129). Hal tersebut menunjukkan bahwa kelompok responden yang memiliki jenis asuransi swasta berpeluang 2,91 kali untuk bersedia divaksinasi dibandingkan dengan yang tidak memiliki asuransi kesehatan. Upaya edukasi yang lebih optimal diharapkan dapat menyasar kelompok masyarakat yang tidak memiliki asuransi untuk agar memiliki respond dan perilaku yang positif terhadap penerimaan vaksinasi.
SIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian mengenai “Hubungan Sosiodemografi Masyarakat Kabupaten Tabanan Terhadap Penerimaan Vaksinasi COVID-19 Tahun 2021” adalah sebagian besar responden bersedia divaksinasi (72%) serta terdapat hubungan yang signifikan antara variabel status perkawinan (OR:2,38 95%CI: 0,635-8,914), pekerjaan (Karyawan Swasta OR:1,73 95%CI: 0,524 – 5,722 ; Tidak Bekerja OR: 1,83 95%CI: 0,665 – 5,053), tingkat pendidikan (SMA/sederajat OR: 7,87 95%CI: 0,762 – 81,366 ; Diploma/Sarjana OR: 9,66 95%CI: 0,89 – 104,81) dan kepemilikan asuransi (OR: 2,91 95%CI: 0,338 – 25,129) berhubungan dengan penerimaan vaksinasi.
SARAN
230
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai penerimaan vaksinasi masyarakat di Kabupaten Tabanan. Merujuk terhadap hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pada variabel status perkawinan, pekerjaan, tingkat pendidikan dan kepemilikan asuransi, diharapkan para tenaga kesehatan lebih mengoptimalkan upaya edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan vaksinasi di masa pandemi melalui pendekatan yang menyasar komunitas – komunitas yang ada di masyarakat, pendekatan kepada para tokoh masyarakat dan tokoh agama agar membantu pengoptimalan proses edukasi di masyarakat, menggunakan bahasa yang mudah dipahami dalam penyampaian informasi dan pemberian informasi melalui sosial media mengenai lokasi pemberian vaksinasi.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pada peneliti selanjutnya untuk dapat dikembangkan lebih lanjut serta dapat meminimalisir adanya bias informasi melalui pengoptimalan konten pada kuesioner penelitian dan pengkategorian variabel dan meminimalisir adanya bias selfselection agar mendapatkan gambaran utuh dari kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih peneliti tunjukkan kepada seluruh masyarakat Kabupaten Tabanan yang telah bersedia menjadi responden serta membantu dalam penyebaran kuesioner. Selain itu, ucapan terimakasih penliti tunjukkan *) e-mail korespondensi: [email protected]
Vol. 9 No. 2: 221 - 232
kepada dosen pembimbing, dosen penguji dan semua pihak yang telah memberi masukan atas penyelesaian penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen Bina Farmasi. (2009). Pelayanan Kefarmasian untuk Vaksin, Imunosera dan Imunisasi. Available at:
https://onesearch.id/ (Accessed: 2 March 2021).
Green, Lawrence. (2005). Helath Education Planing A Diagnostik Approach. The Johns Hapkins University: Mayfield Publishing Company.
Hu, Y. et al. (2020). ‘Prevalence and severity of corona virus disease 2019 (COVID-19): A systematic review and meta-analysis’, Journal of Clinical Virology. Elsevier, 127(March), p. 104371. doi:
10.1016/j.jcv.2020.104371.
Kemenkes RI. (2020). FAQ COVID-19
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, ITAGI, WHO, & U. (2020) Survei Penerimaan Vaksin COVID-19 di Indonesia. Available at: https://covid19.go.id/.
Mursinah, Nike, S. & Herna. (2020). ‘Penolakan vaksin di beberapa negara Asia dan ancaman penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi’, Prosiding Seminar Nasional Sains, 1(1), pp. 128–134.
Noer febriyanti, et al., (2021). ‘Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Kesediaan Vaksinasi Covid-19 Pada Warga Kelurahan Dukuh Menanggal Kota Surabaya’, Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian, 3, pp. 1–7.
Available at:
file:///C:/Users/USER/AppData/Loca l/Temp/168-Article Text-499-1-10-
20210424.pdf.
Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku
231
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Rahayu, R. N. & Sensusiyati. (2020). ‘Analisis Berita Hoax Covid - 19 Di Media Sosial Di Indonesia’, Jurnal Ekonomi, Sosial, & Humaniora, 1(9), p. 63.
S, M. (2020). ‘Ini Daerah yang Akan Jadi Prioritas Pemberian Vaksin Covid-19’. Available at:
Satgas COVID-19. (2021). Peta Sebaran COVID-19. Available at:
https://covid19.go.id/peta-sebaran-covid19.
Tickner, S., Leman, P. J. & Woodcock, A.
(2006). ‘Factors underlying
suboptimal childhood
immunisation’, Vaccine, 24(49–50), pp. 7030–7036. doi:
10.1016/j.vaccine.2006.06.060.
*) e-mail korespondensi: [email protected]
232
Discussion and feedback