APLIKASI METODE PENCUCIAN TERHADAP PENURUNAN JUMLAH BAKTERI PATOGEN PADA SAYURAN SEGAR SELADA (Lactuca sativa L): SYSTEMATIC REVIEW
on
Arc. Com. Health • agustus 2021
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620
Vol. 8 No. 2: 216 - 236
APLIKASI METODE PENCUCIAN TERHADAP PENURUNAN JUMLAH BAKTERI PATOGEN PADA SAYURAN SEGAR SELADA (Lactuca sativa L): SYSTEMATIC REVIEW
Ni Putu Wiastari, I Nengah Sujaya*
Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
ABSTRAK
Selada merupakan sayuran segar yang kerap dikonsumsi mentah. Banyaknya kasus keracunan akibat konsumsi selada, karena memiliki risiko tinggi untuk terkontaminasi bakteri patogen, perlu penanganan yang baik sebelum dikonsumsi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui metode pencucian terhadap penurunan bakteri patogen pada selada selama satu dekade terakhir. Systematic Review digunakan dalam penelitian ini. Pencarian literature pada Google Scholar, PubMed, dan ScienceDirect. Kata kunci yang dimasukkan ke database yaitu “Pencucian Selada” dan “Penurunan Bakteri Patogen”. Didapatkan 20 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan telah dilakukan penilaian kualitas artikel. Berdasarkan 20 artikel, metode pencucian selada diterapkan selama satu dekade terakhir yaitu air mengalir, air oksidasi elektrolisis, air ozon, electrolyzed acidic water, klorin, natrium hipoklorit, persulfat, asam asetat, PAA, cuka, SCFA, belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L), serta sabun pencuci sayuran. Hampir semua metode pencucian mampu mengurangi bakteri patogen pada selada. Namun, penurunan tidak signifikan saat dicuci dengan air mengalir. Hasil review menunjukkan kombinasi klorin dan asam sebagai larutan pencuci merupakan metode yang paling efektif, penurunannya mencapai 5 Log CFU/g atau lebih dari 80% E.coli O157:H7 pada selada. Berdasarkan hasil review, direkomendasikan kombinasi asam asetat dan jus lemon sebagai larutan pencuci skala rumah tangga, sedangkan penggunaan kombinasi klorin dan asam direkomendasikan untuk skala industri.
Kata Kunci: metode pencucian, penurunan bakteri patogen, selada, systematic review
ABSTRACT
Lettuce is a fresh vegetable that is often consumed raw. Many food posioning has been reported due to lettuce consumption, lettuce has high risk on pathogenic bacterial contamination, therefore it requires proper handling before it is consumed. The purpose this study is review washing methods for decreasing pathogenic bacteria in lettuce over the past decade. Systematic review was used in this study. Literature search on Google Scholar, PubMed, and ScienceDirect with the keyword "Lettuce Washing" and "Decreasing Pathogenic Bacteria". Twenty articles are found that meet as well as article quality. The methods of washing lettuce applied over the past decade that were running water, electrolyzed oxidizing water, ozone water, elektrolyzed acidic water, chlorine, sodium hypochlorite, persulphate, acetic acid, vinegar, short chain fatty acid, peracetic, starfruit (Averrhoa bilimbi L), and vegetable washing detergen. All washing methods were able to reduce pathogenic bacteria in lettuce. However, insignificant reduction was found in running water. The study found that combination of chlorine and acid as a washing solution was the most effective method, reduced 5 Log CFU/g or more than 80% of E. coli O157:H7 in lettuce. Based on this study, combination of acetic acid and lemon is recomended for washing method in household scale,while combination of chlorine and acid is recommended in industrial scale.
Keywords: washing method, decreasing pathogenic bacteria, lettuce, systematic review
PENDAHULUAN
Sayuran merupakan salah satu makanan yang sangat penting dikonsumsi untuk mencapai kesehatan yang optimal. Selama beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan konsumsi per kapita dari sayuran segar di kalangan masyarakat baik di Indonesia dan negara-negara di dunia salah satunya Amerika (Fishburn & Frank, 2012). Pada saat ini konsumen tertarik
pada produk yang segar, natural, dan diproses secara minimal untuk menjaga kesehatan mereka (Nielsen, 2015).Di negara-negara seperti Eropa dan Amerika sayuran segar kerap dikonsumsi dalam bentuk salad, di indonesia sayuran segar kerap dikonsumsi dalam bentuk salad dan lalapan. Selada merupakan salah satu sayuran segar yang umumnya dikonsumsi dalam keadaan mentah atau tanpa
pengolahan, selada merupakan komponen utama penyusun salad dan lalapan. Selada dikategorikan sebagai bahan pangan yang beresiko tinggi karena proses pengolahannya yang minim (Hannan, et al., 2014).
Hal utama yang menjadi permasalahan dalam sayuran segar adalah keamanan mikrobiologi (Pardede, 2009). Kontaminasi bakteri patogen pada sayuran segar sering terjadi. Bakteri patogen dianggap sebagai agen yang paling sering menyebabkan foodborne disease seperti Salmonella spp., Shigella spp., Escherichia coli O157:H7, Campylobacter spp., Yersinia spp., Stapyhlococcus aureus dan Listeria spp. (Cetinkaya et al., 2008; WHO, 2008). Bakteri patogen yang biasanya mengontaminasi sayuran segar adalah Salmonella spp. dan E.coli (Banach et al., 2017).
Dengan adanya cemaran atau kontaminasi bakteri patogen pada sayuran segar, sehingga banyak menimbulkan kasus keracunan. Sayuran hijau menjadi pangan tertinggi kasus keracunan makanan dibandingkan jenis pangan lainnya (Herman et al. 2015; Hussain & Gooneratne, 2017). Risiko tertinggi terjadi ketika sayuran segar tidak dicuci, baik di tingkat petani atau konsumen (Hussain & Gooneratne, 2017). Beberapa kasus keracunan sayuran segar pada tahun 2018 di Amerika Serikat mewabah karena terdapat E.coli pada selada dilaporkan menyerang 98 orang di 22 wilayah Amerika Serikat. Di Indonesia, sebuah penelitian menunjukkan bahwa kasus keracunan sayuran akibat kontaminasi bakteri meningkat dari tahun ke tahun (Winarti &Miskiyah, 2010).
Meningkatnya pola konsumsi sayuran yang diolah minimal, dengan begitu penanganan sayuran segar sebelum dikonsumsi menjadi sangat penting. Pencucian yang dilakukan kebanyakan masyarakat indonesia adalah mencuci sayuran segar hanya dengan air mengalir (Zakki, 2015) atau tidak sama sekali mencuci sayuran sebelum dikonsumsi. Berdasarkan penelitian sebelumnya, pencucian dengan air mengalir belum mampu secara signifikan mengurangi cemaran mikroba pada sayuran segar.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, meningkatnya pola konsumsi sayuran segar yang diolah minimal, meningkatkan risiko keracunan akibat cemaran bakteri patogen, sehingga sangat perlu penanganan sayuran segar sebelum dikonsumsi. Masyarakat dan industri perlu mengetahui metode pencucian untuk pengurangan bakteri patogen pada selada sehingga dapat menurunkan risiko kasus keracunan akibat cemaran bakteri patogen pada selada.
Dengan begitu peneliti bermaksud untuk mengkaji lebih lanjut permasalahan tersebut melalui ulasan sistematik (Systematic review). Nantinya didapatkan metode pencucian yang dapat membantu meningkatkan mutu dan keamanan sayuran segar khususnya selada baik ditingkat rumah tangga atau industri. Tujuan dari Systematic Review ini adalah untuk mengetahui metode pencucian terhadap penurunan jumlah bakteri patogen pada sayuran segar selada berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama satu dekade terakhir.
METODE PENELITIAN
Systematic Literature Review (ulasan sistematik) merupakan metode yang digunakan dalam penulisan ini. Dalam penelitian ini peneliti mengkaji permasalahan melalui jurnal-jurnal penelitian baik nasional dan internasional ataupun grey literature. Peneliti melakukan pencarian data melalui portal-portal yang dapat diakses seperti Google Scholar, ScienceDirect dan PubMed. Pencarian data artikel menggunakan kata kunci, kata kunci bahasa Indonesia : “pencucian selada dan penurunan bakteri patogen”. Kata kunci bahasa Inggris “Lettuce Washing and Microbial Reduction. Selanjutnya dilakukan tahapan screening yang bertujuan untuk memilih masalah penelitian yang sesuai dengan topik yang diteliti. Penelitian ini discreening berdasarkan pada kriteria sebagai berikut.
Artikel diterbitkan dalam rentang waktu 10 tahun (2010-2020), tipe artikel : research articles , judul berkaitan dengan metode pencucian pada selada untuk pengurangan bakteri patogen, dan artikel yang dapat diakses secara penuh
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan untuk uji kelayakan artikel sebagai berikut:
Kriteria inklusi
-
1. Artikel penelitian memiliki desain penelitian eksperimental
-
2. Studi dalam artikel penelitian membahas metode-metode pencucian pada selada
-
3. Studi dalam artikel penelitian membahas pengurangan bakteri patogen pada
selada dalam bentuk penurunan (log) setelah dilakukan pencucian.
-
4. Studi dalam artikel penelitian membahas bakteri patogen yang meliputi bakteri aerob mesofilik, Escherichia coli O157: H7, Salmonella, Listeria monocytogenes dan bakteri patogen lainnya
Kriteria Eksklusi
-
1. Artikel penelitian memiliki tipe artikel literature review bukan penelitian dengan desain eksperimental
-
2. Artikel tidak membahas metode
pencucian
-
3. Perlakuan bukan pencucian pada
sayuran segar selada.
-
4. Tidak membahas pengurangan bakteri patogen.
Penilaian Kualitas artikel dilakukan pada artikel yang telah memenuhi kriteria inklusi. Penilaian kualitas artikel menggunakan Tools JBI (The Joanna Briggs Institute) Critical Appraisal Checklist for a Experimental Studies (The Joanna Briggs Institute. 2017), terdapat 9 kriteria yang harus dipenuhi untuk mendapat kualitas artikel yang baik. Kualitas artikel tinggi memenuhi 7-9 poin, kualitas artikel menengah 4-6 poin, kualitas artikel rendah 1-3 poin. Penilaian kualitas artikel juga memperhatikan JIF (Journal Impact Factor), semakin tinggi nilai JIF semakin berkualitas jurnal tersebut.
Selanjutnya dilakukan ekstraksi data, data yang diekstraksi pada setiap studi yang inklusi meliputi penulis, tahun terbit jurnal, judul penelitian, nama jurnal, metode penelitian, kelompok perlakuan, bakteri yang diteliti, hasil penelitian dan
referensi. Setelah itu sintesis data dilakukan secara kualitatif dengan metode narasi dengan menganalisis isi literatur.
HASIL
Berdasarkan hasil penelusuran artikel dengan kata kunci pada 3 database yaitu Google Scholar, ScienceDirect, dan PubMed didapatkan 1300 artikel yang telah dilakukan duplicates removal. Selanjutnya dilakukan screening pada artikel, sebanyak 455 artikel yang didapat setelah melalui tahapan screening artikel. Selanjutnya 262 artikel yang telah lolos tahap screening artikel dan dapat diakses full text. Sebanyak 242 dari 262 dieksklusi karena tidak sesuai dengan kriteria inklusi. Hasil akhir artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan yang akan dilakukan sintesis hasil sebanyak 20 artikel. Artikel yang telah sesuai dengan kriteria inklusi dilakukan penilaian kualitas artikel menggunakan Tools JBI Critical Appraisal Checklist for a Experimental Studies serta memperhatikan JIF (Journal Impact Factor). Hasil dari penilaian kualitas artikel dikategorikan sebagai berikut 13 artikel sangat baik (tinggi), 7 artikel baik (menengah). Sebanyak 14 artikel dari jurnal yang memiliki nilai JIF yang lebih dari 1 sedangkan 6 artikel dari jurnal memiliki nilai JIF kurang dari 1.
Selanjutnya 20 artikel dilakukan ekstraksi data untuk mengelompokan data-data penting pada artikel. Adapun hasil ekstraksi data dapat dilihat pada Tabel 1. hasil ekstraksi data sesuai kriteria inklusi
DISKUSI
Metode Pencucian Selada dan
Efektivitasnya
Berdasarkan hasil systematic review didapatkan 20 artikel yang telah memenuhi
kriteria inklusi mengenai metode pencucian pada selada sebagai upaya pengurangan bakteri patogen. Adapun metode pencucian yang diperoleh serta efektivitasnya berdasarkan artikel yang didapat adalah sebagai berikut Metode Pencucian dengan Air
Penggunaan air yang diteliti yaitu air mengalir, air oksidasi elektrolisis, air ozon, dan Electrolyzed acidic water (EAW) serta teknik blansir. Penggunaan air mengalir secara intensif diteliti dalam satu dekade terakhir oleh (Beatriz et al., 2012), (Fishburn & Frank, 2012), (Davidson & Ryser, 2013), (Ramos, et al., 2014), (Petri, et al, 2015) dan 5 peneliti lainnya. Penggunaan air mengalir menghasilkan penurunan tertinggi pada E.coli yaitu penurunan 1,69 log CFU/g, penggunaan air mengalir paling lemah efektivitasnya dibanding metode lain yang didapat.
Metode lainnya yaitu air oksdasi elektrolisis dalam satu dekade terakhir diteliti oleh (Fishbun & Frank., 2012) dan (Qi & Yen, 2019). Penurunan yang cukup signifikan pada ketiga bakteri patogen yaitu E. coli 0157:H7, Salmonella, dan L.monocytogenes yaitu sekitar 2,8-3,8 log CFU/g. Rendahnya pH air EO dalam kombinasi dengan ORP tinggi dan klorin bebas, efektif dalam menonaktifkan berbagai mikroorganisme termasuk bakteri gram negatif dan gram positif.
Penggunaan Ozon sebagai larutan pencuci juga diteliti selama satu dekade terakhir oleh (Yasuhiro, et al.,2011) dan (Fishbun & Frank., 2012). Penggunaan ozon sebagai larutan pencuci memiliki efektivitas yang hampir sama dengan air mengalir yaitu penurunan sekitar 1,5-1,8
log CFU/g. Air ozon mampu menonaktifkan spectrum yang luas dari mikroorganisme, termasuk bakteri gram negatif serta merupakan antimikroba yang kuat.
Penggunaan Electrolyzed acidic water sebagai larutan pencuci dalam satu dekade diteliti oleh (Pratama, 2018) didapatkan hasil menyebabkan penurunan sekitar lebih 1 log CFU/g. Electrolyzed water memiliki kemampuan oksidasi-reduksi yang tinggi yang dapat menembus dinding sel mikroorganisme atau memiliki sifat menginaktifkan pertumbuhan mikroorganisme.
Teknik blansir juga diteliti dalam satu dekade terakhir oleh (Metisya,2016). Penggunaan teknik blansir untuk pencucian selada pada suhu 60°C selama 5 menit mengakibatkan penurunan bakteri patogen berkisar 2,6 Log CFU/g. Pemanasan pada suhu 60°C pada selada sebelum dikonsumsi dapat menetralisir atau membunuh bakteri patogen. Metode ini memiliki potensi dapat menjadi metode pencucian yang efektif terhadap penurunan bakteri patogen, namun artikel yang membahas metode ini hanya satu artikel sehingga tidak ada perbandingan efektivitasnya dan perlu pengkajian lebih mengenai metode pencucian dengan teknik blansir.
Metode Pencucian dengan Sanitizer Kimia
Berdasarkan hasil review artikel selama satu dekade terakhir, selain penggunaan air penggunaan sanitizer kimia juga secara intensif diteliti. Pencucian dengan sanitizer kimia meliputi klorin,
kombinasi klorin dan asam, serta persulfat diaktivasi.
Penggunaan klorin sebagai larutan pencuci selada telah intensif diteliti dalam satu dekade oleh (Keskinen & Annous, 2011), (Davidson & Ryser, 2013), (Bencardino, et al.,2018), (Sharma & Chauhan, 2019), (Fishbun & Frank., 2012, (Qi & Yen, 2019) dan (Lippman, et al.,2020). Penurunan yang paling efekif yaitu pada E. coli 0157:H7 mengalami penurunan hingga 3,79 Log CFU/g. Klorin mampu menyebabkan reaksi mematikan pada membran sel dan mempengaruhi DNA. Penggunaan klorin 100-200 ppm mampu mengurangi cemaran bakteri patogen. Kelemahan dari penggunaan klorin adalah bersifat karsinogenik, dan berpotensi toksisitas sehingga tidak disarankan digunakan dalam skala rumah tangga.
Penggunaan kombinasi klorin dan asam, metode ini merupakan metode pencucian yang menyebabkan penurunan tertinggi diantara metode lainnya yang didapat. Menurut Davidson & Ryser (2013), penambahan klorin dengan asam mengakibatkan penurunan 5,47 Log CFU/g. Efektivitas klorin sebagai sanitizer dipengaruhi oleh konsentrasi, suhu dan pH, pH dibawah 4, klorin akan terdisosiasi membentuk asam hipoklorit. Asam hipoklorit merupakan suatu senyawa yang berperan paling efektif terhadap daya bunuh mikroba patogen, Peningkatan asam hipoklorit berpengaruh posistif terhadap inaktivasi total mikroba.
Bahan kimia lainnya adalah persulfat yang diteliti oleh (Qi & Yen, 2019). Pengurangan E. coli O157: H7 dan L. monocytogenes yang menghasilkan
penurunan hingga 3,5 log CFU/g dalam 5 menit setelah pencucian dengan persulfat. Kelebihan penggunaan persulfat adalah mencegah kontaminasi silang dan tidak mengubah warna kualitas selada. Sehingga persulfat teraktivasi dapat menjadi pembersih alternatif untuk dekontaminasi produk segar.
Metode Pencucian dengan Asam
Penggunaan asam juga sebagian besar digunakan dalam artikel penelitian selama satu dekade terakhir. Penggunaan asam yang didapatkan meliputi formulasi asam lemak rantai pendek (SCFA), asam asetat, kombinasi asam asetat dan jus lemon, cuka, PAA (asam perasetat) dan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L).
Penggunaan SCFA (asam lemak rantai pendek) sebagai larutan pencuci diteliti oleh (Keskinen & Annous, 2011). Formulasi SCFA yang tersusun atas asam kaprilat, surfaktan dan asam laktat mengakibatkan penurunan E.coli lebih dari 5 log CFU/g. Penambahan surfaktan dalam formulasi ini dapat menjadi “agen aktif permukaan” larutan pencuci dapat mengurangi tegangan permukaan larutan sanitasi dan dengan demikian meningkatkan kontak antara sel-sel bakteri dan pembersih yang dapat menghasilkan peningkatan inaktivasi bakteri. pH rendah (asam) dapat membantu dalam memberikan keefektifan terhadap penurunan bakteri patogen.
Metode asam lainnya yaitu asam asetat diteliti oleh (Nastou et al., 2012), metode ini mengakibatkan pengurangan tertinggi pada Listeria yaitu 2,6 log CFU/g. Kombinasi antara asam asetat dan jus lemon sebagai larutan pencuci juga diteliti,
larutan pencuci ini mampu secara signifikan mengurangi salmonella pada selada sebanyak 3,3 log CFU/g. Penggunaan cuka juga diteliti sebagai larutan pencuci selama satu dekade terakhir oleh (Faozia & Ibrahim, 2017) dan (Ramos et al., 2014). Hasil yang didapat penggunaan cuka yang mengakibatkan penurunan tertinggi yaitu pada cuka balsamic yaitu 2,15 log CFU/g. Cuka dapat menjadi pembersih mikroba yang alami, keasaman yang tinggi pada cuka dapat membunuh bakteri. Adapun kelebihan penggunaan cuka yaitu tidak ada beban organik yang ditimbulkan.
Asam asetat sebagai larutan pencuci dapat menghambat mikroba patogen. Asam asetat dapat merusak fungsi membran dengan mendenaturasi enzim dan mengubah sifat permeabel membran sehingga menjadi tidak stabil. Kombinasi antara asam asetat dan jus lemon dapat menyebabkan penurunan lebih tinggi. Jus lemon mengandung asam sitrat dapat mengganggu pH optimum dari bakteri dan kandungan flavonoid dapat menembus dinding sel dan membuat permeabilitas sel turun sehingga menyebabkan bakteri lisis.
Penggunaan asam lainnya yaitu PAA (asam perasetat), metode pencucian ini telah intensif diteliti dalam satu dekade terakhir oleh (Petri, et al, 2015), (Qi & Yen, 2019), (Lippman, et al.,2020), dan (Banach, et al., 2020). PAA ini sebagai larutan pencuci adalah mengalami penurunan tertinggi pada bakteri E. coli 0157:H7 yaitu 5 Log CFU/g. PAA merupakan desinfektan dengan range yang cukup lebar karena memiliki penghambatan terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negatif
serta yeast dan aktif terhadap spora dan virus pada suhu ruang. Bahan ini mematikan mikroba dengan merusak fungsi protein hingga DNA. Kelebihan dari penggunaan metode ini adalah tidak terpengaruh oleh keberadaan material / zat organik serta tidak membentuk hasil samping reaksi.
Penggunaan asam alami juga diteliti dalam artikel selama satu dekade terakhir sebagai larutan pencuci selada. Menurut Devika,(2019) konsentrasi 25% selama 5 menit dilakukan pencucian menyebabkan penurunan tertinggi yaitu sekitar 4 log CFU/g. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) memiliki komposisi asam organik yang terdiri dari asam asetat,asam sitrat dan asam format dapat menghambat mikroba. Buah belimbing wuluh juga mengandung senyawa flavonoid dan safonin yang menghambat dan mematikan bakteri patogen dan penurun tegangan permukaan yang kuat. Belimbing wuluh memiliki potensi menjadi alternatif yang baik bagi metode pencucian di tingkat rumah tangga karena selain mudah didapatkan, relatif murah, dan tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan.
Metode Pencucian dengan Sabun Pencuci Sayuran
Sabun pencuci sayuran telah intensif diteliti dalam satu dekade terakhir oleh (Siahaan, 2010), (Fishburn & Frank, 2012), dan (Sharma & Chauhan, 2019). Secara keseluruhan berdasarkan hasil penelitian yang diujikan pada 3 bakteri patogen yaitu E.coli, Salmonella dan Listeria tidak ada perbedaan yang signifikan terkait efektivitasnya yaitu penurunan yang berkisar 0,5 -0,9 CFU/g. Penggunaan sabun
pencuci sayuran bekerja tidak efektif pada struktur sayuran yang memiliki permukaan yang kompleks tetapi dapat mengemulsi lapisan resin dan membantu mengurangi tegangan permukaan.
Metode Pencucian Selada dalam Skala Rumah Tangga dan Industri Pangan
Adapun metode-metode yang dapat menjadi alternatif dalam pencucian sayuran selada dalam pengurangan bakteri patogen di tingkat rumah tangga berdasarkan hasil review dengan mempertimbangkan aspek mudah didapatkan, relatif murah, dan efektivitasnya dalam pengurangan bakteri patogen adalah penggunaan air dengan teknik blansir, penggunaan bahan-bahan rumah tangga juga dapat digunakan sebagai larutan pencuci yang memiliki efektivitas dalam pengurangan bakteri patogen seperti kombinasi asam asetat dan jus lemon, serta belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) yang merupakan bahan alami dan tidak menimbulkan efek samping. Diantara pilihan metode alternatif yang cocok diterapkan dalam skala rumah tangga, metode pencucian dengan kombinasi asam asetat dan jus lemon yang paling efektif dan direkomendasikan untuk skala rumah tangga.
Metode pencucian yang efektif perlu digunakan dalam skala industri pangan, alternatif metode pencucian yang cocok digunakan dalam skala industri mempertimbangan aspek biaya, waktu, aplikatif dan efektivitasnya dalam pengurangan bakteri patogen adalah kombinasi klorin dan asam, klorin sendiri merupakan sanitizer bahan pangan yang secara luas digunakan dalam skala
industri, penambahan asam pada klorin akan mengakibatkan efektivitas yang maksimal dalam pengurangan bakteri patogen, waktu pencucian yang dibutuhkan juga tidak terlalu lama. Penggunaan asam lemak rantai pendek juga dapat diterapkan dalam skala industri yaitu formulasi SCFA yang tersusun dari asam kaprilat,surfaktan dan asam laktat memberikan penurunan yang signifikan pada bakteri patogen. Penggunaan PAA (asam perasetat) sebagai larutan pencuci dalam waktu singkat dapat menonaktifkan bakteri patogen pada selada dan setelah pencucian menghasilkan COD yang stabil sehingga limbahnya tidak mencemari. Diantara pilihan metode alternatif yang cocok diterapkan dalam skala industri, metode pencucian dengan kombinasi klorin dan asam yang paling efektif dan direkomendasikan untuk skala industri.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil review pada 20 artikel yang memenuhi kriteria inklusi mengenai metode-metode pencucian terhadap penurunan jumlah bakteri patogen pada sayuran segar selada. Secara keseluruhan setelah dilakukan pencucian pada selada dengan berbagai metode yang digunakan, hampir semua metode mengakibatkan penurunan jumlah bakteri patogen. Penggunaan air mengalir dan sabun pencuci sayuran memiliki efektivitas yang tidak signifikan dalam pengurangan bakteri patogen, sedangkan penggunaan kombinasi klorin dan asam sebagai larutan pencuci menjadi metode yang paling efektif dalam pengurangan bakteri patogen berdasarkan artikel yang telah direview
yaitu pengurangan 5 log CFU/g atau lebih dari 80% E.coli O157:H7 pada selada.
Berdasarkan metode pencucian yang didapat, beberapa metode pencucian pada selada yang efektif digunakan baik dalam skala industri atau rumah tangga dengan mempertimbangkan aspek mudah didapatkan, mudah diaplikasikan, relatif murah, efisesnsi waktu, aman, serta efektivitasnya tehadap penurunan bakteri patogen. Adapun metode pencucian pada selada yang paling efektif dan direkomendasikan sebagai metode pencucian skala rumah tangga adalah kombinasi asam asetat dan jus lemon, sedangkan metode yang paling efektif dan direkomendasikan sebagai metode pencucian dalam skala industri adalah kombinasi klorin dan asam.
SARAN
Bagi masyarakat dan industri pangan diharapkan memperhatikan penanganan bahan pangan khususnya sayuran selada yang diolah minimal atau akan dikonsumsi mentah, pembersihan atau pencucian selada sebelum dikonsumsi perlu dilakukan dengan metode pencucian yang tepat sebagai upaya pengurangan bakteri patogen pada selada.
Penggunaan metode pencucian yang tepat dan efektif dapat maksimal dalam pengurangan bakteri patogen. Penggunaan air mengalir saja terbukti belum efektif dalam pengurangan bakteri patogen pada selada. Metode pencucian sayuran selada dengan kombinasi asam dan jus lemon direkomendasikan digunakan dalam skala rumah tangga, sedangkan penggunaan
kombinasi klorin dan asam
direkomendasikan untuk skala industri.
Bagi peneliti selanjutnya Perlu dilakukan penelitian sejenis mengenai metode pencucian pada sayuran segar lainnya yang kerap diolah minimal atau dikonsumsi mentah terhadap pengurangan bakteri patogen guna meningkatkan keamanan sayuran segar dan perlu penelitian systematic review selanjutnya dengan menggunakan analisis secara kuantitatif yaitu meta analisis
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih disampaikan kepada Ibu Dr. Ni Ketut Sutiari, S.KM.,M.Si, ibu Made Ayu Hitapretiwi Suryadhi, S.Si.MHSc.PH.D, serta ibu Dr. Ir. Komang Ayu Nocianitri, M.Agr.Sc selaku penguji yang telah memberikan masukan yang kritis pada substansi artikel ini.
DAFTAR PUSTAKA
Banach, J. L, H. van Bokhorst-van de Veen, L.S. van Overbeekc, P.S. van der Zouwen, M.H. Zwieteringd, H.J. van der Fels-Kler .(2020) .Effectiveness of A Peracetic Acid Solution on Escherichia coli Reduction during Fresh-Cut Lettuce Processing at The Laboratory and Industrial Scales. International Journal of Food Microbiology, 321: 108537. Doi:
10.1016/j.ijfoodmicro.2020.108537.
Beatriz, A., R., Eduardo Cesar, T., & Marisa Itapema, C. (2012).Comparison of Different Washing and Disinfection Protocols Used by Food Services in Southern Brazil for Lettuce (Lactuca sativa). Food and Nutrition Sciences,
3:28-33. Doi: 10.4236/fns.2012.31006.
Bencardino, D., Vitali, L. A. & Petrelli, D. (2018).Microbiological Evaluation of Ready-To-Eat Iceberg Lettuce during Shelf-Life and Effectiveness of Household Washing Method. Italian Journal of Food Safety, 7: 50-54. Doi: 10.4081/ijfs.2018.6913.
Cetinkaya F, Cibik R, Soyutemiz GE, Ozakin C, Kayali R, Levent B. (2008). Shigella and Salmonella
Contamination in Various Foodstuffs in Turkey. Food Control, 19:1059-1063. Doi : 10.1016/j.foodcont.2007.11.004
Davidson, G. R., Buchholz, A. L. and Ryser, E. T. (2013). Efficacy of Commercial Produce Sanitizers against
Nontoxigenic Escherichia coli 0157: H7 during Processing of Iceberg Lettuce in A Pilot-Scale Leafy Green Processing Line. Journal of Food Protection, 76(11):1838–1845. Doi:
10.4315/0362-028X.
Devika, Zan Zabila., Elza, Ismail. & Joko, Susilo.(2019). Pemanfaatan Ekstrak Belimbing Wuluh untuk Pencucian Sayuran dalam Meningkatkan
Keamanan Pangan, Ditinjau dari Sifat Fisik dan Daya Terima. [Doctoral Dissertation], Yogyakarta : Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Faozia, A., & Ibrahim, A. (2017). Evaluation of Household Sanitizers for Reducing Levels of Salmonella typhimurium on Iceberg Lettuce and Rocket Leaves. Evaluation. International Journal of Sciene and Research Methodology,
5(4):1-12.
Fishburn, J. D., Tang, Y. & Frank, J. F. (2012). Efficacy of Various ConsumerFriendly Produce Washing
Technologies in Reducing Pathogens on Fresh Produce. Food Protection Trends, 32(8) : 456–466.
Hannan, A., Rehman, R., Saleem, S., Khan, M.U., Qamar, M.U., Azhar, H. (2014). Microbiological analysis of Ready-to-eat Salads. International Food Research Journal, 21(5) :1797-1800,
Herman KM, Hall AJ, Gould LH. (2015). Outbreaks Attributed to Fresh Leafy Vegetables. Epidemiology & Infection, 143(14):3011-3021.Doi:
10.1017/S0950268815000047.
Hussain MA, Gooneratne R. (2017). Understanding The Fresh Produce Safety Challenges.Foods Journal, 6(23): 1-2.Doi: 10.3390/foods6030023.
Inatsu, Y., Kitagawa, T., Nakamura, N., Kawasaki, S., Nei, D., Bari, M. L., & Kawamoto, S. (2011) .Effectiveness of Stable Ozone Microbubble Water on Reducing Bacteria on the Surface of Selected Leafy Vegetables. Food Science and Technology Research, 17(6) : 479–485. Doi : 10.3136/fstr.17.479
Keskinen, L. A. & Annous, B. A. (2011). Efficacy of Adding Detergents to Sanitizer Solutions for Inactivation of Escherichia Coli O157: H7 on Romaine Lettuce. International Journal of Food Microbiology, 147(3): 157–161.
Doi:10.1016/j.ijfoodmicro.2011.04.002.
Lippman, B.,Yao, S., Huang, R., & Chen, H. (2020).Evaluation of The Combined Treatment of Ultraviolet Light and Email korespondensi : nsujaya@unud.ac.id
Peracetic Acid as An Alternative to Chlorine Washing for Lettuce Decontamination. International Journal of Food Microbiology, 232:2-9
Doi:10.1016/j.ijfoodmicro.2020.10859.
Metisya, H. (2016).Perbedaan Pencucian Menggunakan Air Mengalir dan Menggunakan Teknik Blansir Terhadap Pertumbuhan Koloni Bakteri Pada Lalapan Selada (Lactuca sativa L.) Di Warung Makan Kelurahan Jati Kota Padang. [Doctoral Dissertation], Padang : Universitas Andalas
Nastou, A., Rhoades, J., Smirniotis, P., Makri, I., Kontominas, M., &
Likotrafiti, E. (2012). Efficacy of Household Washing Treatments for The Control of Listeria Monocytogenes on Salad Vegetables. International Journal of Food Microbiology, 159: 247– 253.Doi: 10.1016/j.ijfoodmicro.2012.09.003.
Nielsen, A.C.(2015).We Are What We Eat: Healthy Eating Trends Around The World (Global Health and Wellness Report). New York: The Nielsen Company
Nou, X. & Luo, Y. (2010). Whole-Leaf Wash Improves Chlorine Efficacy for Microbial Reduction and Prevents Pathogen Cross-Contamination
during Fresh-Cut Lettuce Processing. Journal of Food Science, 75(5): 283-290. Doi: 10.1111/j.1750-3841.2010.01630.
Pardede, E. (2009). Buah dan Sayur Olahan Secara Minimalis. [Artikel Ilmiah], Medan : Universitas HKBP
Nommensen.
226
Petri, E., Rodríguez, M. & García, S. (2015). Evaluation of Combined Disinfection Methods for Reducing Escherichia coli O157: H7 Population on Fresh-Cut Vegetables. International Journal of Environmental Research and Public health, 12(8): 8678–8690.Doi:
10.3390/ijerph120808678.
Pratama, N. (2018). Efektivitas Desinfeksi Beberapa Jenis Larutan Pencuci dan Pengaruhnya Terhadap Mutu Selada (Lactuca sativa L.) Selama
Penyimpanan.[Doctoral Dissertation], Semarang : Universitas Katolik
Soegijapranata.
Qi, H. & Hung, Y. (2019) .Effectiveness of Activated Persulfate in Removal of Foodborne Pathogens from Romaine Lettuce.Food Control, 106:106708. Doi: 10.1016/j.foodcont.2019.106708.
Ramos, B., Brandão, T. R., Teixeira, P., & Silva, C. L. (2014).Balsamic Vinegar From Modena: An Easy And Effective Approach to Reduce Listeria monocytogenes from Lettuce. Food Control, 42:38–42. Doi:
10.1016/j.foodcont.2014.01.029.
Sharma, A. & Chauhan, K. (2019).Analysis of Antimicrobial Treatment on Green Leafy Salad Vegetables. International Journal of Current Microbiology and Applied Science, (8): 1–13.
Siahaan, R. (2010).Isolasi Salmonella Spp. Pada Sayuran Segar Di Wilayah Bogor
dan Evaluasi Pengaruh Perlakuan Pencucian Dengan Sanitaiser
Komersial.[Skripsi], Bogor :Fakultas Teknologi Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
The Joanna Briggs Institute. (2017).Critical Appraisal Checklist for-
Experimental Studies. Available : http://joannabriggs.org/research/critic al-appraisal-tools.html
Uhlig, E., Olsson, C., He, J., Stark, T., Sadowska, Z., Molin,G.&
Håkansson, Å. (2017). Effectsof
Household Washing on Bacterial Load and Removal of Escherichia Coli from Lettuce and “Ready-To-Eat” Salads. Food Science and Nutrition, 5(6): 1215–1220. Doi: 10.1002/fsn3.514.
WHO (World Health Organization). (2008). Microbiological Hazards in Fresh Leafy vegetable and herbs. Available: http://fao.org/jemra/FFV_2007_Final
Winarti, C & Miskiyah. (2010). Status kontaminan pada sayuran dan Upaya Pengendaliannya di Indonesia. Pengembangan Inovasi Pertanian,(3):
227-237.
Zakki, G. I. (2015).Pengetahuan dan Perilaku Preventif Terhadap Bakteri E.Coli Pada Masyarakat Kecamatan Gondomanan Di Kota Yogyakarta. [Doctoral
Dissertation], Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Arc. Com. Health • agustus 2021
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 Vol. 8 No. 2: 216 - 236
Lampiran
Tabel 1. Hasil Ekstraksi Data Sesuai Kriteria Inklusi
Penulis / Tahun |
Judul Nama Metode Perlakuan Bakteri Hasil Penelitian Referensi Penelitian Jurnal/JIF Penelitia yang diteliti |
Raja Oloan Ihotma Siahaan (2010) |
Isolasi Scientific eksperimental Pencucian dengan Salmonella Penurunan kandungan Siahaan, R. (2010).Isolasi Salmonella Spp. Repository perendaman dalam air Salmonella spp. pada selada Salmonella Spp. Pada Sayuran Pada Sayuran IPB matang pada suhu ruang setelah dicuci dengan air Segar Di Wilayah Bogor dan Segar Di selama 30 detik dan matang adalah 0,4 log CFU/g Evaluasi Pengaruh Perlakuan Wilayah Bogor dengan perendaman atau setara dengan 36%, Pencucian Dengan Sanitaiser Dan Evaluasi dalam larutan sanitaiser sedangkan larutan sanitaiser Komersial.[Skripsi], Bogor Pengaruh komersial pada suhu komersial dapat menurunkan Perlakuan ruang selama 30 detik hingga 0,9 log CFU/g yang :Fakultas Teknologi Pertanian Pencucian setara dengan 81%. Institut Pertanian Bogor. Dengan Sanitaiser Komersial |
Xiangwu Nou and Yaguang Luo (2010) |
Whole-Leaf Wash Journal of eksperimental Dicuci dalam air yang E.coli Perlakuan pencucian selada Nou, X. & Luo, Y. (2010). WholeImproves Food Science diklorinasi 70 ppm O157: H7 setelah dipotong di air yang Leaf Wash Improves Chlorine Chlorine selama 1 menit dan 30 diklorinasi selama 60 detik Efficacy for Microbial Reduction Efficacy for JIF: 2,081 detik sebelum dan setelah menghasilkan pengurangan and Prevents Pathogen Cross- Microbial (2018) pemotongan. Diulang 1,1 log, sedangkan perlakuan Contamination during Fresh-Cut Reduction and pencucian sebanyak 3 kali mencuci seluruh daun selada Lettuce Processing. Journal of Food Prevents dalam air yang diklorinasi Science, 75(5): 283-290. Doi: Pathogen Cross- selama 60 detik menghasilkan 10.1111/j.1750-3841.2010.01630. Contamination pengurangan 1,9 unit log. during Fresh-Cut Lettuce |
Email k |
Processing orespondensi : nsujaya@unud.ac.id |
Lindsey A. Keskinen , |
228 Efficacy of adding International eksperimental Perlakuan pencucian E.coli Perlakuan pencucian Keskinen, L. A. & Annous, B. A. detergents to Journal of selada dengan, O157: H7 yang paling efektif adalah (2011). Efficacy of Adding |
Detergents to Sanitizer Solutions for | |
Bassam A. sanitizer Annous solutions for (2011) inactivation of Escherichia coli O157:H7 on Romaine lettuce |
Food 1. formulasi asam lemak SCFA (asam lemak rantai Inactivation of Escherichia coli 0157: Microbiology rantai pendek (SCFA), pendek) yang dapat H7 on Romaine Lettuce. International 2. air denionisasi, mengurangi populasi E.coli Journal of Food Microbiology, 147(3): JIF : 4,006 3. 100 ppm klor dioksida, O157: H7 sebanyak lebih dari 157– (2018) 4. 100 ppm klorin, 5 log CFU/gr selama 2 menit 161.Doi:10.1016/j.ijfoodmicro.2011.04 5. 200 ppm klorin pencucian, untuk perlakuan .002. pencucian lainnya |
menghasilkan pengurangan populasi E.coli kurang dari 1 log CFU/g.
Yasuhiro Inatsu, et al (2011) |
Effectiveness of Stable Ozone Microbubble Water on Reducing Bacteria on the Surface of Selected Leafy Vegetables |
Food Science and Technology Research JIF : 0,448 (2018/2019) |
eksperimental |
Perlakuan yang dilakukan adalah pencucian dengan
|
E. coli O157: H7 |
Mencuci dengan DW, OW dan OMBW mengurangi E. coli O157: H7 yang menempel pada permukaan sekitar 0,5 hingga 1,0 log CFU / g. 0,3 hingga 1,0 log CFU / g efektivitas bakterisida yang lebih tinggi diamati ketika larutan NaCLO 100 mg / L. digunakan untuk mencuci |
Inatsu, Y., Kitagawa, T., Nakamura, N., Kawasaki, S., Nei, D., Bari, M. L., & Kawamoto, S. (2011). Effectiveness of Stable Ozone Microbubble Water on Reducing Bacteria on the Surface of Selected Leafy Vegetables. Food Science and Technology Research, 17(6) : 479–485. Doi : 10.3136/fstr.17.479 |
Aikaterini Nastou, Et al (2012) |
Efficacy of household washing treatments for the control of Listeria monocytogenes on salad vegetables |
International Journal of Food Microbiology JIF : 4,006 (2018) |
eksperimental |
Mencelupkan sayuran ke dalam larutan asam asetat ( pka 4,75) dengan berbagai konsentrasi dan waktu pemaparan 0,5%, 1,0%, 1,5% dan 2,0% 5 hingga 30 menit |
L. monocytog enes |
Perendaman dalam air pada suhu 30 ° C menyebabkan penurunan L. monocytogenes 0,8 log CFU/ cm 2.. Pengurangan yang lebih tinggi dengan meningkatnya konsentrasi, pengurangan tertinggi yang diamati dengan konsentrasi asam asetat 2,0% sebanyak 2,6 log CFU/g. |
Nastou, A., Rhoades, J., Smirniotis, P., Makri, I., Kontominas, M., & Likotrafiti, E. (2012). Efficacy of Household Washing Treatments for The Control of Listeria monocytogenes on Salad Vegetables. International Journal of Food Microbiology, 159: 247-253.Doi:10.1016/j.ijfoodmicro.2012.09 .003. |
Email korespondensi : nsujaya@unud.ac.id
Ana Beatriz |
Comparison of |
Food Science |
eksperimental |
perlakuan pencucian |
aerob |
Pengurangan terbesar dalam |
Beatriz, A., R., Eduardo Cesar, T., & |
Almeida de Oliveira, Et al (2012) |
Different Washing and Disinfection Protocols Used by Food Services in Southern Brazil for Lettuce (Lactuca sativa) |
and Nutrition JIF : 0,95 (2019) |
|
mesofilik |
total bakteri aerob mesofilik ditemukan untuk perawatan natrium hipoklorit (200 ppm klorin) selama 30 menit, dengan pengurangan 2,46 log10 CFU / g Perlakuan cuka 20% menyebabkan penurunan lebih baik dari air . pengurangan terkecil mikroorganisme aerob ditemukan dalam perawatan yang hanya menggunakan air |
Marisa Itapema, C. (2012).Comparison of Different Washing and Disinfection Protocols Used by Food Services in Southern Brazil for Lettuce (Lactuca sativa). Food and Nutrition Sciences, 3:28-33. Doi: 10.4236/fns.2012.31006. | |
Jillian D. |
Efficacy Of |
Journal of |
eksperimental |
perlakuan pencucian |
Salmonella |
Air pada penurunan bakteri |
Fishburn, J. D., Tang, Y. & Frank, J. F. |
Fishburn, |
Various |
Food |
1.Air keran |
, E. coli |
patogen sekitar 1 log unit. |
(2012). Efficacy of Various Consumer | |
Yanjie Tang dan Joseph F. |
Consumer Friendly Produce |
Protection |
2. sabun pencuci sayuran komersil, |
O157: H7 dan L. |
Pencucian dengan menggunakan sabun pencuci |
Friendly Produce Washing Technologies in Reducing Pathogens | |
Frank |
Washing |
JIF : 1,559 |
3.air ozon, |
monocytog |
sayuran komersil kurang |
on Fresh Produce. Food Protection | |
(2012) |
Technologies In Reducing Pathgogens On Fresh Produce |
(2018) |
|
ene |
efektif terhadap penurunan E.coli dan L.monocytogenes. pencucian dengan klorin penurunan Salmonella 2,05 log. Namun klorin ini lebih efektif dalam mengurangi E.coli O157: H7. Metode air oksidasi elektrolisis lebih efektif dari air lebih dari 3 log. |
Trends, 32(8) : 456–466. |
Gordon R. |
Efficacy of |
Journal of |
eksperimental |
perlakuan pencucian |
E. coli |
Penurunan populasi E.coli |
Davidson, G. R., Buchholz, A. L. and |
Davidson, |
Commercial |
Food |
1. air saja |
0157:H7 |
secara signifikan pada selada |
Ryser, E. T. (2013).Efficacy of | |
Annemarie L. |
Produce |
Protection |
2. 50 ppm asam |
setelah ditambahan peracid, |
Commercial Produce Sanitizers | ||
Buchholz, And |
Sanitizers against |
peroksiasetat |
dan klorin atau klor dan |
against Nontoxigenic Escherichia coli |
Email korespondensi : nsujaya@unud.ac.id
Elliot T. Ryser Nontoxigenic (2013) Escherichia coli 0157:H7 during Processing of Iceberg Lettuce ina Pilot-Scale Leafy Green |
JIF : 1,559 3. 50 ppm peracid ditambah CA yaitu 0157: H7 during Processing of (2018) 4. 50 Klorin dan klorin (1,4),(3,79),(5,47) CfU/g setelah Iceberg Lettuce in a Pilot-Scale Leafy yang diasamkan dengan pencucian 90s. Perlakuan Green Processing Line. Journal of asam sitrat pencucian dengan berbagai Food Protection, 76(11):1838–1845. klorin lebih efektif daripada Doi: 10.4315/0362-028X. menggunakan air saja. |
B. Ramos, Balsamic vinegar T.R.S. Brandão, from Modena: An P. Teixeira, easy and effective C.L.M. Silva approach to (2014) reduce Listeria monocytogenes from lettuce |
International eksperimental Selada di beri perlakuan Listeria Pencucian dengan Ramos, B., Brandão, T. R., Teixeira, Journal of 1. Air saja (kontrol) monocytog menggunakan air biasa hanya P., & Silva, C. L. (2014).Balsamic Food 2. Cuka Balsamic enes mampu mengurangi 0,05 log. Vinegar From Modena: An Easy and Microbiology 3. Cuka Anggur putih L. monocyotogenes. Tetapi Effective Approach to Reduce 4. Asam Asetat penurunan terbesar adalah Listeria monocytogenes From Lettuce. JIF : 4,006 pengunaan cuka balsamic, Food Control, 42:38–42. Doi: (2018) Penurunan bakteri pada 10.1016/j.foodcont.2014.01.029. masing masing perlakuan |
Cuka balsamic 50% yaitu (CFU/ml): 2,15, Cuka Putih 50% : 1,18, Asam asetat 50% : 1,13
Eva Petri , Mariola Rodríguez dan Silvia García (2015) |
Evaluation of Combined Disinfection Methods for Reducing Escherichia coli Population on Fresh-Cut Vegetables |
International Journal of Environmenta l Research and Public Health JIF : 2,468 (2018) |
eksperimental |
Setelah diinokulasi selada dilakukan pencucian dengan perlakuan 1. air biasa dan air yang diklorinasi (kontrol): 65 ppm
|
E. coli 0157:H7 |
Hasilnya menunjukkan bahwa Populasi dari E. coli secara signifikan menurun Masing-masing penurunannya log CFU/g. klorin : 2,49, PAA : 2,21, Klorin dioksida : 1,41, Air : 1,41. Mencuci dengan air ledeng saja tidak bisa mengurangi kontaminasi. |
Petri, E., Rodríguez, M. & García, S. (2015). Evaluation of Combined Disinfection Methods for Reducing Escherichia coli O157: H7 Population on Fresh-Cut Vegetables. Internationa Journal of Environmental Research and Public health, 12(8): 8678–8690.Doi: 10.3390/ijerph120808678. |
Hasna Metisya (2016) |
Perbedaan Pencucian Menggunakan |
E-Journal Universitas Andalas |
Penelitian ini menggunakan desain pre and |
Perlakuan pencucian dengan 1. Tanpa perlakuan |
Bakeri patogen |
Rata-rata jumlah koloni bakteri pada sayuran selada tanpa perlakuan adalah 480 cfu/gr, |
Metisya, H. (2016).Perbedaan Pencucia Menggunakan Air Mengalir dan Menggunakan Teknik Blansir Terhadap |
Email korespondensi : nsujaya@unud.ac.id
Air Mengalir post (kontrol) selada yang dicuci Pertumbuhan Koloni Bakteri Pada Dan 2. Pencucian dengan air menggunakan air mengalir Lalapan Selada (Lactuca sativa L.) Di Menggunakan mengalir adalah 268,8 cfu/gr, selada Warung Makan Kelurahan Jati Kota Teknik Blansir 3. Pencucian dengan yang dicuci menggunakan Padang. [Doctoral Dissertation], Terhadap teknik blansir 60°C teknik blansir selama 1 menit, Padang : Universitas Andalas Pertumbuhan selama 1 menit, 3 3 menit, dan 5 menit masing- Koloni Bakteri menit dan 5 menit masing 23,4 CFU/gr, 5,85 Pada Lalapan CFU/gr, dan 0 CFU/gr. Selada (Lactuca Sativa L.) Di Warung Makan Kelurahan Jati Kota Padang | |
Elisabeth Uhlig, Et al (2017) |
Effects of Food Science eksperimental Selada yang tersisa Escherichi Tanpa dicuci selada yang household and Nutrition kemudian dicuci oleh dua a coli diinokulasi E.coli memiliki Uhlig, E., Olsson, C., He, J., Stark, T., washing on prosedur yang berbeda O157: H7 nilai rata-rata 5,0 log 10 CFU / Sadowska, Z., Molin, G.& bacterial load and JIF : 0,95 1. Tidak dicuci g. Setelah pencucian pertama Håkansson, Å. (2017). Effects of removal of (2019) 2. Membilas dalam jumlah E.coli menurun 4,2 log Household Washing on Bacterial Escherichia coli saringan di bawah air 10 CFU / g dan setelah Load and Removal of Escherichia coli from lettuce and mengalir dengan pencucian ke 5 jumlah E.coli From Lettuce and “Ready-To-Eat” “ready-to- aliran air sebesar 2 L/ menurun 3,9 log 10 CFU / g. Salads. Food Science and Nutrition, eat” menit dan 8L/menit 5(6): 1215–1220. Doi: salads 3. perendaman dalam 10.1002/fsn3.514. wadah dengan air |
Faozia A. Ibrahim, Radya A. Mustafa, Suleiman Abusalloum, M.S. Eljadar (2017) |
Evaluation of International eksperimental Diberi perlakuan Salmonella Pencucian dengan pada Faozia, A., & Ibrahim, A. (2017). Household Journal of pencucian dengan produk typhimuri larutan natrium hipoklorit 200 Evaluation of Household Sanitizers Sanitizers for Science and rumah tangga um ppm selama 2 menit for Reducing Levels of Salmonella Reducing Levels Research 1. Dicelupkan ke air mengurangi S.typhimurium typhimurium on Iceberg Lettuce and of Salmonella Methodology suling 1,5 L selama 30 pada sampel 0,1 log 10 CFU / Rocket Leaves. Evaluation. typhimurium on menit g. Campuran lemon jus dan International Journal of Sciene and Iceberg Lettuce JIF : 4,598 2. air yang mengandung cuka (1: 1), populasi awal Research Methodology, 5(4):1-12. and Rocket Leaves (2018) cuka 1,5% selama 30 berkurang hingga 3,3 dan 2,7 |
Email korespondensi : nsujaya@unud.ac.id
menit
-
3. Larutan Natrium hipoklorit 200 ppm
-
4. Campuran jus lemon dan cuka (asam asetat) 0,086%)
log 10 CFU / g setelah 15 dan 30 menit. Menariknya, pada inokulum rendah, semuanya perawatan yang diterapkan (kecuali air suling)
Daniela |
Microbiological |
Italian Journal |
eksperimental |
Perendaman pada |
Escherichi |
Untuk selada yang dicuci |
Bencardino, D., Vitali, L. A. & |
Bencardino, Luca Agostino |
evaluation of ready-to-eat |
of Food Safety |
|
a coli Salmonella |
dengan air menyebabkan reduksi yang lemah pada |
Petrelli, D. (2018) .Microbiological Evaluation of Ready-To-Eat Iceberg | |
Vitali, Dezemona Petrell (2018) |
iceberg lettuce during shelf-life and effectiveness of household washing methods |
JIF : 0,970 (2019) |
waktu (0 detik,15 menit dan 30 menit) |
spp. dan Listeria monocytog enes |
patogen yaitu 4% dalam waktu 30 menit. Untuk pencucian dengan NaCL pada 15 menit dan 30 menit berkurang 4% dan sedangkan pencucian dengan air dan cuka mengalami penurunan yang lebih besar yaitu 22% setelah 30 menit pencucian. Pencucian air dengan klorin juga mengalami penurunan yang signifikan yaitu lebih dari 70% selama 30 menit. |
Lettuce during Shelf-Life and Effectiveness of Household Washing Method. Italian Journal of Food Safety, 7: 50-54. Doi: 10.4081/ijfs.2018.6913. |
Nita Pratama |
Efektivitas |
E-Journal |
eksperimental |
Empat cairan yang |
Bakteri |
Pertumbuhan koloni setelah |
Pratama, N. (2018).Efektivitas Desinfek |
(2018) |
Desinfeksi Beberapa Jenis Larutan Pencuci Dan Pengaruhnya Terhadap Mutu Selada (Lactuca Sativa L.) |
Unika |
digunakan yaitu
|
patogen |
dicuci dengan larutan pencuci EAW masih tergolong rendah dibandingkan dengan larutan pencuci lainnya. Peningkatan jumlah koloni tertinggi terjadi pada hari ke-8 dengan pencucian Ca(ClO)2 serta hari ke-10 dengan pencucian ERW |
Beberapa Jenis Larutan Pencuci dan Pengaruhnya Terhadap Mutu Selada (Lactuca sativa L.) Selama Penyimpanan.[Doctoral Dissertation], Semarang : Universitas Katolik Soegijapranata. |
Email korespondensi : nsujaya@unud.ac.id
Selama
Penyimpanan
dan kran. EAW memiliki daya antimikrob yang lebih tinggi, karena nilai ORP EAW menjadi lebih tinggi.
Arpita Sharma, |
Analysis of |
International |
eksperimental |
Perlakuan pencucian |
Bakteri |
Hasil penelitian menunjukkan |
Sharma, A. & Chauhan, K. |
dan Kalpna |
Antimicrobial |
journal of |
pada sayuran segar |
patogen |
bahwa dalam pengenceran 102 |
(2019).Analysis of Antimicrobial | |
Chauhan |
Treatment on |
current |
dilakukan perendaman 2 |
-10- 6 pada kontrol berkisar |
Treatment on Green Leafy Salad | ||
(2019) |
Green Leafy Salad Vegetables |
microbiology and applied sciences JIF: 4,963 (2018) |
menit dengan:
sayur |
antara 2,37-2,19 log 10 CFU / g. Pencucian dengan air keran menyebabkan penurunan minimal pada pengenceran 102 -10- 6 berkisar 2,32 -2,13 log 10 CFU / g , pencucian dengan |
Vegetables. International Journal of Current Microbiology and Applied Science, (8): 1–13. |
klorin penurunannya 1,88-1,79 log 10 CFU / g pencucian dengan pencuci sayur dan buah menyebabkan penurunan 1,61-1,5 log 10 CFU / g dan tidak ada pertumbuhan bakteri dalam air klorin dan pencuci sayur dan buah pada pengenceran 10- 4- 10- 6.
Devika, Zan |
Pemanfaatan |
Jurnal Induk |
eksperimental |
Perendaman sayur |
Zabila dan Elz |
Ekstrak |
Nasional |
semu dengan |
lalapan pada ekstrak |
a, |
Belimbing |
Kesehatan |
rancangan acak |
belimbing wuluh 25% 5 |
Ismail dan Jok |
Wuluh Untuk |
Kemenkes RI |
sederhana |
menit dan 20 menit |
o, Susilo |
Pencucian | |||
(2019) |
Sayuran Dalam |
Meningkatkan Keamanan
Bakteri |
Terdapat penurunan angka |
Devika, Zan Zabila., Elza, Ismail. & |
Patogen |
kuman setelah dilakukan perendaman dengan menggunakan esktrak belimbing wuluh. Penurunan angka kuman pada selada paling tinggi yaitu pada perendaman dengan |
Joko, Susilo.(2019). Pemanfaatan Ekstrak Belimbing Wuluh untuk Pencucian Sayuran dalam Meningkatkan Keamanan Pangan, Ditinjau dari Sifat Fisik dan Daya Terima. [Doctoral dissertation], Yogyakarta : Poltekkes Kemenkes |
Email korespondensi : nsujaya@unud.ac.id
Hang Qi, Yen- |
Effectiveness of |
International |
eksperimental |
Perlakuan yang |
Escherichi |
Perlakuan persulfat yang |
Qi, H. & Hung, Y. (2019). |
Con Hung |
activated |
Journal of |
dilakukan adalah |
a coli |
diaktifkan dan EO mencapai |
Effectiveness of Activated Persulfate | |
(2019) |
persulfate in removal of foodborne pathogens from romaine lettuce |
Food Microbiology JIF : 4,006 (2018) |
pencucian dengan
70 (mmol/L) Semua perlakuan dilakukan selama 5 menit pada suhu 20°C dan 4°C |
O157: H7 dan Listeria monocytog enes |
pengurangan yang signifikan lebih tinggi diatas 3 log CFU/g pada E.coli dan L. Monocytogenes dibanding dengan perlakuan lainnya. PAA dan pemutih memperoleh pengurangan sekitar 2,9 log CFU/g mereka masih lebih efektif dari natrium hidroksida (2,5 log CFU / g) dan besi sulfat (2.3 log CFU /g) |
in Removal of Foodborne Pathogens from Romaine Lettuce.Food Control, 106:106708. Doi: 10.1016/j.foodcont.2019.106708. | |
Beth Lippman, Shiyun Yao, Runze Huang, Haiqiang Chen (2020) |
Evaluation of the combined treatment of ultraviolet light and peracetic acid as an alternative to chlorine washing for lettuce decontamination |
International Journal of Food Microbiology JIF : 4,006 (2018) |
eksperimental |
Perlakuan pencucian dengan
|
Salmonella |
Di antara semua perawatan tunggal Untuk kelompok perlakuan 2 menit , sedangkan 80 ppm PAA dan 20 ppm klorin bebas menghasilkan pengurangan 1,52 dan 1,23 log. Untuk kelompok perlakuan 5 menit, pengobatan gabungan menghasilkan pengurangan 3,24 log, sedangkan pencucian |
Lippman, B.,Yao, S., Huang, R., & Chen, H. (2020).Evaluation of The Combined Treatment of Ultraviolet Light and Peracetic Acid as an Alternative to Chlorine Washing For Lettuce Decontamination. International Journal of Food Microbiology, 232:2-9 Doi:10.1016/j.ijfoodmicro.2020.1085 |
Email korespondensi : nsujaya@unud.ac.id
klorin 20 ppm hanya mencapai 9. pengurangan 1,24 log.
J.L. Banacha, Et |
Effectiveness of a |
International |
eksperimen |
Percobaan di |
Escherichi |
Penggunaan PAA tidak |
Banach, J. L, H. van Bokhorst-van |
al |
peracetic acid |
Journal of |
skala |
laboratorium |
a coli |
terpengaruh oleh beban |
de Veen, L.S. van Overbeekc, P.S. |
(2020) |
solution on Escherichia coli reduction during fresh-cut lettuce processing at the laboratory and industrial scales |
Food Microbiology JIF : 4,006 (2018) |
laboratorium dan dievaluasi di industri |
menggunakan pencucian dengan
|
organik di dalam air.Seperti yang diamati oleh pengurangan sekitar 5 log dari E. coli di dalam air. penggunaan larutan PAA (ca 75 mg / L) adalah Disinfektan air cuci yang efektif dan aman yang berpotensi digunakan pada skala industri |
van der Zouwen, M.H. Zwieteringd, H.J. van der Fels-Kler .(2020) .Effectiveness of A Peracetic Acid Solution on Escherichia coli Reduction during Fresh-Cut Lettuce Processinga at The Laboratory and Industrial Scales. International Journal of Food Microbiology, 321: 108537. Doi: |
10.1016/j.ijfoodmicro.2020.108537.
Email korespondensi : nsujaya@unud.ac.id
Pangan, Ditinjau Dari Sifat Fisik Dan Daya Terima
menggunakan ekstrak belimbing wuluh selama 5 menit dengan jumlah bakteri sebanyak 0,675 x 105 CFU/g.
Yogyakarta
236
Discussion and feedback