HUBUNGAN PENGAWASAN DENGAN PERILAKU AMAN BURUH BANGUNAN DI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2019
on
Arc. Com. Health • desember 2019
ISSN: 2527-3620
Vol. 6 No. 2 : 51 - 58
HUBUNGAN PENGAWASAN DENGAN PERILAKU AMAN BURUH BANGUNAN DI
KABUPATEN BADUNG TAHUN 2019
Kezia Leditia Supardi*, Partha Muliawan
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
*email: kkezialadytia@yahoo.com
ABSTRAK
Pengawasan merupakan faktor penting yang menguatkan timbulnya perilaku seseorang dalam bekerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan pengawasan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dengan perilaku aman (safety behavior) dalam mencegah kecelakaan kerja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian analitik menggunakan rancangan cross-sectional. Responden pada penelitian ini berjumlah 213 orang yang dipilih dengan metode systematic random sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden berperilaku tidak aman (51,64%). Terdapat hubungan antara pengawasan K3 (OR=3,21; 95% CI=1,809-5,681; p=0,000) dan pengetahuan keselamatan kerja (OR=1,88; 95% CI=1,049-3,368; p=0,034). Faktor yang paling bermakna dalam mempengaruhi perilaku aman adalah pengawasan K3. Selain itu, responden yang memiliki persepsi pengawasan K3 yang baik maka 3,2 kali akan berperilaku lebih aman dibandingkan responden yang memiliki persepsi pengawasan K3 yang kurang baik. Peneliti menyarankan bagi pekerja untuk selalu menaati peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan, pengawas perlu meningkatkan pengawasan dan melakukan monitoring evaluasi terhadap perilaku pekerja supaya terjadi perubahan perilaku.
Kata Kunci : Perilaku Aman, Pengawasan, Konstruksi
ABSTRACT
Supervision is an important factor that reinforces the emergence of a person's behavior at workplace. The purpose of this study is to know the relationship between supervision of occupational health and safety (OHS) and safe behavior in preventing work accidents. This study uses a quantitative method with analytical crossectional approach to determine the relationship of supervision with safety behavior. The subjects of this study were 213 workers selected by systematic random sampling method. The result show 55,87% has unsafe behavior. There is a relationship between OHS supervision (OR = 3.21; 95% CI = 1,809-5,681; p = 0,000) and occupational safety knowledge (OR = 1.88; 95% CI = 1,049-3,368; p = 0.034). The most significant factor influencing safety behavior is OSH supervision. In addition, respondents who have a good perception of OHS supervision 3.2 times will behave more safely than respondents who have a poor perception of OHS supervision. Suggestion for workers are to always obey the rules set by the company and for supervisors to increase supervision of workerss and conduct monitoring and evaluation of worker’s safety behavior.
Key Words: Safe Behavior, Supervision, Construction
PENDAHULUAN
Sektor konstruksi merupakan bagian yang penting dalam pembangunan suatu negara. World Health Organization Regions menyatakan bahwa pada tahun 2015 salah satu penyebab utama kematian di tempat kerja sebesar 14% diakibatkan oleh kecelakaan di tempat kerja. (Workplace Safety and Health Institute, 2017)
Precede-Proceed Theory yang dicetuskan oleh Green dan Kreuter menyatakan perilaku seseorang ditentukan oleh tiga
Penyebab kecelakaan kerja adalah perilaku tidak aman (unsafe behavior) (88%), kondisi yang tidak aman (unsafe condition) (10%), dan tidak diketahui
penyebabnya (2%). (National Safety
Council, 2011). Hal ini menunjukkan
bahwa faktor perilaku mempengaruhi kejadian kecelakaan di tempat kerja. faktor, yakni predisposing factor, enabling factor dan reinforcing factor. Dimana pengawasan dan motivasi merupakan
Tabel 1. Gambaran Karakteristik Responden
Karakteristik Responden |
Frekuensi (n) |
Proporsi (%) |
Umur 15-24 Tahun |
48 |
22,54 |
25-34 Tahun |
93 |
43,66 |
35-44 Tahun |
51 |
23,94 |
45-54 Tahun |
18 |
8,45 |
≥55 Tahun |
3 |
1,41 |
Pendidikan | ||
SD |
39 |
18,31 |
SMP |
100 |
46,95 |
SMA |
70 |
32,86 |
Sarjana |
4 |
1,88 |
Lama Kerja 1-5 Tahun |
96 |
45,07 |
6-10 Tahun |
58 |
27,23 |
11-15 Tahun |
27 |
12,68 |
≥16 Tahun |
32 |
15,02 |
Total |
213 |
100 |
Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas responden masih memiliki perilaku yang tidak aman pada saat bekerja (51,64%), merasa pengawasan K3 di proyek masih kurang baik (54,93%), |
memiliki pengetahuan yang kurang (58,69%) terhadap kecelakaan kerja dan perilaku aman di tempat kerja, motivasi responden untuk menciptakan kondisi yang aman dan berperilaku aman di tempat kerja masih lemah (55,87%) |
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Aman, Pengawasan K3, Pengetahuan Keselamatan Kerja dan Motivasi Berperilaku Aman
Kategori |
Frekuensi (n) |
Proporsi (%) |
Perilaku Aman | ||
Aman |
103 |
48,36 |
Tidak Aman |
110 |
51,64 |
Pengawasan K3 | ||
Kurang Baik |
117 |
54,93 |
Baik |
96 |
45,07 |
Pengetahuan Keselamatan Kerja | ||
Kurang |
125 |
58,69 |
Baik |
88 |
41,31 |
Motivasi Berperilaku Aman | ||
Lemah |
119 |
55,87 |
Kuat |
94 |
44,13 |
Total |
213 |
100 |
Berdasarkan Tabel 3, proporsi perilaku |
pada kelompok usia >32 tahun (52,75%), | |
aman pekerja lebih tinggi proporsinya |
berpendidikan tinggi (51,35%) dan bekerja |
lebih dari 7 tahun sebagai buruh bangunan (56,25%).
Tabel 3. Distribusi Perilaku Kerja Responden Berdasarkan Karakteristik Responden
Karakteristik Responden |
Perilaku responden(n=213) Aman Tidak Aman Total (n=103) (n=110) |
Umur ≤32 Tahun >32 Tahun |
55 (45,08%) 67 (54,92%) 122 (100%) 48 (52,75%) 43 (47,25%) 91 (100%) |
Pendidikan Rendah Tinggi |
65 (46,76%) 74 (52,24%) 139 (100%) 38 (51,35%) 36 (48,65%) 74 (100%) |
Lama Kerja ≤7 Tahun >7 Tahun |
49 (41,88%) 68 (58,12%) 117 (100%) 54 (56,25%) 42 (43,75%) 96 (100%) |
bagian dari reinforcing factor atau disebut juga faktor penguat perubahan perilaku dan pengetahuan merupakan bagian dari faktor predisposisi atau faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang. (Notoatmodjo 2012)
Proyek X merupakan proyek konstruksi pembangunan gedung yang terletak di Kabupaten Badung. Proyek ini merupakan proyek pembangunan gedung 4 lantai dengan luas tanah 1.8 hektare dan tinggi gedung 15 meter.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan manajemen diketahui masih banyaknya pekerja yang melanggar peraturan kerja seperti merokok di area proyek, memakai APD yang belum standar. Selama masa pembangunan gendung X pernah terjadi kecelakaan kerja sehingga 4 orang pekerja terluka. Kecelakaan tersebut diakibatkan oleh jatuhnya rangka baja yang tengah dipasang dan menimpa crane yang sedang beroperasi.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai hubungan pengawasan kesehatan dan keselamatan kerja dengan perilaku aman (safety behavior) dalam mencegah kecelakaan kerja pada buruh bangunan di Kabupaten Badung.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian analitik
menggunakan rancangan cross-sectional Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja buruh bangunan proyek X di Kabupaten Badung sebanyak 322 orang. Jumlah sampel minimum pada penelitian ini sebanyak 213 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik systematic random sampling.
Instrument penelitian yang peneliti gunakan adalah kuesioner disusun dengan indikator-indikator perilaku aman menurut penelitian Martinez-Corcoles, dkk (2011) dan telah dilakukan uji validitas dan realibitas. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode wawancara dengan memberikan lembar persetujuan kepada responden. Analisis kuantitatif data menggunakan tiga analisis data yaitu univariabel, bivariabel dengan uji chi-square, dan multivariable menggunakan uji Binary Logistic Regression dengan metode enter.
HASIL
Berdasarkan Tabel 1, ditemukan bahwa umur responden pada penelitian ini paling banyak berada pada kelompok umur 25-34 tahun (43,66%). Mayoritas pekerja buruh bangunan berpendidikan terakhir SMP (65,26%). Responden mayoritas telah bekerja sebagai buruh bangunan selama 1-5 tahun (45,07%).
Berdasarkan analisis bivariabel pada Tabel 4 ditemukan bahwa terdapat dua variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan perilaku aman yaitu pengawasan kesehatan dan keselamatan kerja (PR=1,84; p=0,0000; 95% CI 1,38-2,46)
dan pengetahuan keselamatan kerja (PR=1,45; p=0,0085; 95% CI 1,10-1,90). Sedangkan variabel motivasi berperilaku aman tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku aman (p>0,05).
Tabel 4. Hubungan pengawasan K3, pengetahuan keselematan kerja dan motivasi berperilaku aman dengan periaku aman pada responden
Variabel |
Perilaku (n=203) | |||||
Aman (n=103) |
Tidak Aman (n=110) |
Total |
PR |
95% CI |
P | |
Pengawasan K3 Kurang Baik Baik |
41 (35,04%) 62 (64,58%) |
76 (64,96%) 34 (35,42%) |
117 (100%) 96 (100%) |
1,84 |
1,38-2,46 |
0,0000 |
Pengetahuan Kurang Baik |
51 (40,80%) 52 (59,09%) |
74(59,20%) 36 (40,91%) |
125 (100%) 88(100%) |
1,45 |
1,10-1,90 |
0,0085 |
Motivasi Lemah Kuat |
54 (45,38%) 49 (52,13%) |
65 (54,62%) 45 (47,87%) |
119 (100%) 94 (100%) |
1,15 |
0,87-1,51 |
0,3277 |
Berdasarkan analisis multivariable pada Tabel 5, diketahui variabel yang paling berpengaruh dengan perilaku aman adalah pengawasan K3 (OR=3,21; 95% CI=1,809-5,681; p=0,000) dan pengetahuan keselamatan kerja (OR=1,88; 95% CI=1,049-3,368; p=0,034). Jika dilihat dari nilai odds, responden yang memiliki persepsi pengawasan K3 yang baik maka
3,2 kali berperilaku lebih aman di proyek dibandingkan responden yang memiliki persepsi pengawasan K3 yang kurang baik. Beradasarkan hasil yang didapatkan, maka Ho ditolak dan Ha diterima yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara pengawasan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dengan perilaku aman pada buruh bangunan di Kabupaten Badung.
Tabel 5. Analisis Multivariabel Pengawasan K3, Pengetahuan Keselamatan Kerja dan Motivasi Berperilaku Aman dengan Perilaku Aman
Variabel |
Perilaku Aman (n=203) Model Akhir Tidak 95% CI for OR Aman Aman P OR (n=103) Lower Upper (n=110) |
Pengawasan K3 Kurang Baik Baik |
41 (35,04%) 76 (64,96%) 0,000 3,21 1,809 5,681 62 (64,58%) 34 (35,42%) |
Pengetahuan Kurang Baik |
51 (40,80%) 74(59,20%) 0,034 1,88 1,049 3,368 52 (59,09%) 36 (40,91%) |
Motivasi Lemah Kuat |
54 (45,38%) 65 (54,62%) 0,611 1,16 0,652 2,068 49 (52,13%) 45 (47,87%) |
DISKUSI
Berdasarkan hasil uji chi-square ditemukan bahwa pengawasan kesehatan dan keselamatan kerja (p=0,0000) memiliki hubungan bermakna dengan perilaku aman. dimana responden yang memiliki persepsi pengawasan K3 kurang baik berpotensi 1,84 kali meningkatkan risiko berperilaku tidak aman pada responden dibandingkan responden yang memiliki persepsi pengawasan K3 baik (PR=1,84).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jatmiko,
dkk yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengawasan dengan perilaku pemakaian APD (p=0,038). (Jatmiko, dkk, 2017)
Penelitian yang dilakukan Halimah menyatakan peran pengawas yang kurang mendukung akan cenderung menyebabkan pekerja berperilaku tidak aman, peran pengawas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku pekerja. (Halimah,2010).
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Shiddiq, dkk menujukkan perilaku
negatif disebabkan oleh kurangnya pengawasan oleh supervisor K3 dan kurangnya pekerja mengikuti instruksi SOP yang telah ditetapkan. (Shiddiq, dkk., 2014)
Hal tersebut dapat diakibatkan karena sikap manajemen yaitu sebagai pengawas memiliki peran dalam pembentukan sikap pekerja baik secara langsung maupun secara tidak langsung. (Fogarty & Shaw, 2010)
Pengetahuan terhadap keselamatan kerja (p=0,0085) memiliki hubungan dengan perilaku aman, dimana responden yang memiliki pengetahuan keselamatan kerja yang kurang berpotensi 1,45 kali meningkatkan risiko berperilaku tidak aman pada responden dibandingkan responden yang memiliki pengetahuan keselamatan kerja yang baik (PR=1,45).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suriani yang menyatakan terdapatnya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku aman karyawan (95%; p=0,004). (Suriani, 2013)
Seseorang yang memiliki pengetahuan yang luas akan lebih bijak dalam memutuskan sesuatu tindakan. Sehingga pengetahuan memiliki pengaruh terhadap tindakan yang akan diambil. (Nani, 2009)
Motivasi untuk berperilaku aman (p=0,3277) tidak memiliki hubungan dengan perilaku aman pada responden. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Halimah yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara motivasi dengan perilaku aman (p=0,000). Walaupun memiliki hubungan, motivasi merupakan
variabel yang tidak memiliki perbedaan bermakna dengan perilaku. Halimah, 2010)
Penelitian yang dilakukan oleh Sialagan mengungkapkan bahwa dorongan yang ada dalam diri tenaga kerja untuk berperilaku aman juga harus didukung perusahaan dengan penciptaan lingkungan yang memfasilitasi terjadinya perilaku aman di tempat kerja. Motivasi yang tinggi tanpa dukungan fasilitas dari perusahaan akan sekedar menjadi motivasi tanpa aktualisasi yang dapat meningkatkan tenaga kerja untuk berperilaku aman. (Sialagan, 2008)
Berdasarkan hasil analisis multivariabel, didapatkan hasil akhir bahwa, Pada pengawasan K3 ditemukan bahwa responden yang memiliki persepsi pengawasan K3 yang baik berpotensi 3,21 kali berperilaku lebih aman dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi pengawasan K3 yang kurang baik (OR=3,21; 95% CI=1,809-5,681; p=0,000).
Berdasarkan hasil uji regresi logistik, pengawasan K3 memiliki pengaruh paling besar dalam pembentukan perilaku aman pada pekerja konstruksi. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Jatmiko, dkk yang menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pemakaian APD (P=0,018) dan pengawasan pekerja yang baik mempunyai kemungkinan dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku pemakaian APD yang baik sebesar 9,04 kali dibanding pengawasan yang kurang (OR=9,04). (Jatmiko, dkk., 2017)
Pada variabel pengetahuan keselamatan kerja menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan keselamatan kerja yang baik berpotensi 1,88 kali berperilaku lebih aman dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan keselamatan kerja yang kurang (OR=1,88; 95% CI=1,049-3,368; p=0,034). Meskipun memiliki hubungan, Pengetahuan keselamatan kerja merupakan variabel yang tidak memiliki perbedaan bermakna terhadap perilaku aman. Hal ini diakibatkan oleh masih banyaknya pekerja yang melanggar peraturan perusahaan walaupun memiliki pengetahuan yang baik terhadap bahaya dan akibat dari bahaya tersebut terhadap dirinya.
Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Jatmiko, dkk menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara pengawasan K3 dengan perilaku pemakaian APD (P=0,012). (Jatmiko, dkk., 2017). Hasil penelitian laing menyatakan pengetahuan yang baik memiliki peluang 7 kali perilaku amannya baik dari pada pengetahuan yang kurang (OR=6,618). (Suriani, 2013),
Pada variabel motivasi berperilaku aman menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara variabel motivasi berperilaku aman dengan berperilaku aman (P=0,611).
Motivasi yang tinggi tidak menjamin pekerja akan berperilaku aman, hal ini dikarenakan ketidakpuasan pekerja terhadap pekerjaan mereka (Reward). Kurangnya reward menjadikan kurangnya faktor pendorong hal tersebut membuat
motivasi pekerja menjadi lemah karena kurangnya faktor pendorong tersebut. (Halimah, 2010)
SIMPULAN
Berdasarkan pemaparan hasil, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik responden, sebagian besar pekerja berumur 24-34 tahun, berpendidikan terakhir SMP, dan bekerja selama 1-5 tahun. Mayoritas responden memiliki persepsi pengawasan K3 yang kurang baik, pengetahuan yang kurang terhadap keselamatan kerja, motivasi yang lemah terhadap berperilaku aman. Mayoritas responden memiliki perilaku tidak aman dengan proporsi lebih tinggi pada responden yang berumur ≤32 tahun, berpendidikan rendah dan memiliki pengalaman kerja ≤7 tahun. Perilaku aman berhubungan secara signifikan dengan pengawasan K3 dan pengetahuan tentang keselamatan kerja, sedangkan motivasi berperilaku aman tidak berhubungan secara signifikan dengan perilaku aman. Pengawasan K3 merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku aman pekerja.
SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan kepada pekerja yaitu untuk selalu mengikuti dan menaati peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan bagi pengawas selaku bagian dari manajemen disarankan untuk meningkatkan pengawasan kepada pekerja karena masih didapati pekerja yang merasa kurangnya pengawasan dari pengawas dan melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap perilaku kerja pekerja secara rutin.
DAFTAR PUSTAKA
Fogarty, G.J., & Shaw, A. (2010). Safety climate and the Theory of Planned Behavior: Towards the prediction of unsafe behavior. 42, 1455–1459.
doi:10.1016/j.aap.2009.08.008
Halimah, S. (2010). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Aman
Karyawan Di PT SIM Plant Tambun II Tahun 2010. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah Jakarta.
Jatmiko, F., Setiyawan, H., & Atmojo, T. B. (2017). Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Pengawasan terhadap Perilaku Pemakaian APD pada Pekerja Konstruksi PT Wika Beton Boyolali. Journal Of Industrial Hygiene And Occupational Health, 2, 44–56.
Https://Doi.Org/10.21111/Jihoh.V2i1.1 272
Martinez-Corcoles, M., Gracia, F., &
M.Piero, J. (2011). Leadership And Employees’ Perceived Safety
Behaviours In A Nuclear Power Plant: A Structural Equation Model. Safety Science, 49, 1118–1129.
Nani, P. S. (2009). Perilaku Pengendara Sepeda Motor Pada Remaja Tehadap Risiko Kecelakaan Lalu Lintas. Universitas Airlangga.
National Safety Council. (2011). Injury Facts (2011 Edition). Itasca, Illinois: Author.
Notoatmodjo, S. (2012). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Shiddiq, S., Wahyu, A., & Muis, M. (2014).
Hubungan Persepsi K3 Karyawan Dengan Perilaku Tidak Aman Di Bagian Produksi Unit IV PT. Semen Tonasa. Jurnal MKMI, 110–116.
Retrieved from
https://media.neliti.com/media/public ations/229580-hubungan-persepsi-k3-karyawan-dengan-per-a811cfd2.pdf'
Sialagan, T. (2008). Analisis Faktor-Faktor Yang Berkontribusi Pada Perilaku Aman di PT EGS Indonesia Tahun 2008. Depok: FKM UI. Pp. 15–26.
Suriani, D. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Aman Karyawan di PLTU Nagan Raya. Universitas Teuku Umar
Workplace Safety and Health Institute. (2017). Global Estimates of Occupational Accidents and Work-related Illnesses 2017. Singapore.
58
Discussion and feedback