ANALISIS PENERIMAAN SISTEM INFORMASI E-PUSKESMAS DI KABUPATEN BADUNG BERDASARKAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL
on
Arc. Com. Health • desember 2019
ISSN: 2527-3620
Vol. 6 No. 2 : 30 - 39
ANALISIS PENERIMAAN SISTEM INFORMASI E-PUSKESMAS DI KABUPATEN BADUNG BERDASARKAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL
Viky Yudi Alvian*, I Ketut Tangking Widarsa
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
*email: viky.y.alvian@gmail.com
ABSTRAK
Penerapan sistem informasi e-Puskesmas di Kabupaten Badung masih memiliki beberapa masalah yaitu kualitas jaringan internet yang belum memadai sehingga operator kesulitan dalam menginput data pasien. Permasalahan berikutnya yaitu gangguan pada fitur untuk melakukan rujukan pasien. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana penerimaan operator terhadap sistem informasi e-Puskesmas. Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Besar sampel sebanyak 65 orang pegawai yang mengoperasikan e-Puskesmas. Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mengacu pada Technology Acceptance Model. Hasil dari penelitian ini yaitu 76,92% responden menyatakan sistem informasi e-Puskesmas berguna, sebesar 61,54% responden menyatakan mudah digunakan, dan sebesar 80% responden menyatakan menerima penggunaan sistem informasi e-Puskesmas. Namun, masih terdapat masalah yaitu kualitas jaringan internet belum merata, menambah beban pekerjaan, data pada sistem tidak sesuai dengan hasil pencatatan manual, kesulitan dalam memahami tampilan antarmuka sistem, kode ICD-X masih diinput secara manual, gangguan pada fitur untuk melakukan rujukan pasien, dan belum ada fitur untuk melakukan permintaan obat ke gudang obat dinas kesehatan. Penerapan sistem ini masih perlu diperbaiki dengan dengan peningkatan kualitas jaringan internet, penambahan operator di puskesmas dan puskesmas induk, perbaikan sistem untuk mengurangi terjadinya error, pelatihan terhadap penggunaan sistem, penambahan fitur kode ICD-X dalam sistem, perbaikan fitur rujukan pasien, dan penambahan fitur untuk permintaan obat ke gudang farmasi dinas kesehatan.
Kata Kunci : Penerimaan operator, Sistem Informasi e-Puskesmas, Technology Acceptance Model (TAM)
ABSTRACT
There were some problems on e-Puskesmas's implementation in Badung Regency. The first problem is the quality of internet connection is not good in some areas. This problem makes the operator feels difficult when input the patient’s data because this system needs good internet connection. The second problem is an error on patient’s online referral feature. This research was conducted to know the acceptance level of the system. This research was an analytic study with cross sectional design. The sample size was 65 staff that operate e-Puskesmas. The sampling methods was cluster random sampling. The research instruments was a questionnaire that based on Technology Acceptance Model. The results showed that 76,92% of respondent stated e-Puskesmas is useful, 61,54% of respondent stated e-Puskesmas is easy to use, and 80% of respondent accepted the usage of e-Puskesmas. However, still there some problem such as increase the operator’s workload, mismatched data on the system compared with manual record, bad internet connection, the user interface is not friendly by some user, lack of ICD-X code, errors on patients referral feature, and still no feature to make a drug request to pharmacy storage. This system’s implementation still need an improvement such as the improvement of the internet connection quality, and adding more staff to decrease operator’s workload, system enhancement to minimize system error, conduct staff training before system update, adding the ICD-X code feature to the system, improvement of the patients referral feature, and adding the drug request feature to the pharmacy storage.
Keywords: The operator's acceptance level, e-Puskesmas Information System, Technology Acceptance Model (TAM)
PENDAHULUAN
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan sistem informasi manajemen merupakan kebutuhan setiap organisasi pelayanan
termasuk di bidang kesehatan (Marimin dkk., 2006). Sistem informasi kesehatan merupakan salah satu bentuk pemanfaatan sistem informasi untuk membantu
pengambilan keputusan dalam bidang kesehatan. Menurut UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, informasi kesehatan tersebut diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan salah satu lembaga yang wajib melakukan kegiatan sistem informasi kesehatan dalam bentuk sistem informasi puskesmas (Permenkes No. 75 Tahun 2014).
Menindaklanjuti peraturan tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Badung telah mengimplementasikan suatu sistem informasi puskesmas dalam bentuk aplikasi komputer dengan nama e-Puskesmas di seluruh puskesmas dan puskesmas pembantu yang berada di Kabupaten Badung sejak tahun 2017. e-Puskesmas adalah aplikasi yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pencatatan data secara digital pada puskesmas. Aplikasi ini digunakan oleh puskesmas untuk melakukan pencatatan data pelayanan sehari-hari mulai dari data pasien, rekam medik, obat, kegiatan luar gedung, pelaporan (LB) yang terdiri dari LB 1 sampai dengan LB 4, serta pelaporan tahunan yang merupakan Laporan Sumber Daya (LSD) yang terdiri dari LSD 1 dan LSD 2 (Wulandari, 2016).
Hasil studi pendahuluan pada satu puskesmas di Kabupaten Badung didapatkan beberapa masalah dari sistem informasi e-Puskesmas. Permasalahan pertama yaitu kualitas jaringan internet yang kurang memadai yang menyebabkan sistem informasi e-Puskesmas tidak dapat berjalan dengan baik sehingga
menyulitkan proses input data pasien ke dalam sistem. Permasalahan berikutnya yaitu gangguan pada fitur untuk melakukan rujukan pasien. Gangguan ini dapat terjadi bahkan ketika koneksi internet sedang bagus. Hal ini mengakibatkan waktu pelayanan terhadap pasien menjadi lebih lama. Permasalahan dalam penggunaan e-Puskesmas juga ditemui di Kota Makassar yaitu pegawai puskesmas di Kota Makassar belum merasakan banyak manfaat dari penerapan e-Puskesmas. Selain itu, pegawai mengeluhkan jaringan yang sering bermasalah saat menggunakan aplikasi e-Puskesmas (Wulandari, 2016).
Penerimaan pengguna terhadap suatu teknologi merupakan kunci dalam penerapan suatu teknologi informasi dalam pelayanan kesehatan (Abdekhoda dkk, 2014). Davis (1989) mengemukakan suatu teori untuk menganalisis penerimaan suatu sistem informasi oleh penggunanya yaitu Technology Acceptance Model (TAM). Konsep TAM menawarkan sebuah penjelasan yang kuat dan efisien untuk dapat menguji perilaku penerimaan dan penggunaan suatu sistem informasi (Handayani, 2005). Menurut TAM, persepsi tentang kegunaan (perceived usefulness) dan persepsi tentang kemudahan dalam penggunaan (perceived ease of use) akan mempengaruhi sikap terhadap penggunaan (attitude towards use) yang menjadi indikator penerimaan suatu teknologi. Pada penelitian ini dibahas hasil analisis penerimaan sistem informasi e-Puskesmas di Kabupaten Badung berdasarkan Technology Acceptance Model.
e-Puskesmas dikumpulkan dengan | |
METODE PENELITIAN Penelitian analitik kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional dilakukan pada 65 operator e-Puskesmas yang berasal dari 6 puskesmas di Kabupaten Badung. Pemilihan sampel puskesmas dilakukan secara cluster random sampling dari total 13 puskesmas di Kabupaten Badung. Data persepsi operator e-Puskesmas terhadap kegunaan, kemudahan, dan pemanfaatan Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden |
menggunakan instrumen Technology Acceptance Model. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Karakteristik responden terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan lama menggunakan e-Puskesmas yang disajikan pada Tabel 1. |
Karakteristik Responden |
f (%) |
Umur 20-29 tahun 30-39 tahun 40-49 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan Terakhir SMA/Sederajat Diploma Sarjana Lama Menggunakan e-Puskesmas
1-2 tahun
|
24 (36,92) 21 (32,31) 16 (24,62) 4 ( 6,15) 11 (16,92) 54 (83,08) 7 (10,77) 44 (67,69) 14 (21,54) 16 (24,62) 45 (69,23) 4 ( 6,15) |
Berdasarkan tabel 1. dapat diketahui bahwa sebagian besar sampel penelitian berumur di bawah 40 tahun (71,93%), berjenis kelamin perempuan (83,08%), |
Persepsi Kegunaan, Kemudahan, dan Sikap Operator terhadap Sistem Informasi e-Puskesmas Persepsi kegunaan, kemudahan, dan |
berpendidikan tinggi (89,23%), dan sudah menggunakan sistem informasi e-Puskesmas selama lebih dari 1 tahun (75,38%). |
sikap operator terhadap sistem informasi e-Puskesmas dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam tabel berikut. |
Tabel 2. Persepsi Operator terhadap Kegunaan, Kemudahan, dan Penerimaan e-Puskesmas
Persepsi dan Sikap Operator |
f (%) |
Persepsi Kegunaan | |
Berguna |
50 (76,92) |
Kurang Berguna |
15 (23,08) |
Persepsi Kemudahan | |
Mudah |
40 (61,54) |
Kurang Mudah |
25 (38,46) |
Sikap terhadap Penggunaan e-Puskesmas | |
Menerima |
52 (80,00) |
Kurang Menerima |
13 (20,00) |
Berdasarkan hasil analisis terhadap variabel persepsi kegunaan, dapat diketahui bahwa sebagian besar sampel penelitian memiliki persepsi bahwa penggunaan sistem informasi e-Puskesmas berguna dalam pekerjaan mereka (76,92%) dan sebesar 23,08% responden merasa bahwa sistem tersebut kurang berguna. Ditinjau dari persepsi kemudahan, dapat diketahui sebagian besar responden memiliki persepsi bahwa sistem informasi e-Puskesmas mudah untuk digunakan (61,54%) dan sebesar 38,46% responden merasa bahwa sistem tersebut kurang mudah digunakan. Ditinjau dari sikap terhadap penggunaan e-Puskesmas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (80%) memiliki sikap untuk menerima penggunaan sistem informasi e-Puskesmas dan sebanyak 20% responden kurang menerima penggunaan sistem tersebut.
Hubungan antara Persepsi Kegunaan dan Persepsi Kemudahan terhadap Sikap Operator terhadap Penggunaan Sistem Informasi e-Puskesmas
Hasil analisis hubungan antara persepsi kegunaan dengan sikap terhadap penggunaan teknologi diperoleh bahwa di antara operator yang menyatakan sistem ini kurang berguna, ada 8 (53,33%) operator yang menerima penggunaan sistem informasi e-Puskesmas. Sedangkan di antara operator yang menyatakan sistem ini berguna, ada 44 (88%) operator yang menerima penggunaan sistem informasi e-Puskesmas. Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,003, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi kegunaan dengan sikap terhadap penggunaan.
Hasil analisis hubungan antara persepsi kemudahan dengan sikap terhadap penggunaan teknologi diperoleh bahwa di antara operator yang menyatakan sistem ini kurang mudah, ada 19 (76%) operator yang menyatakan menerima penggunaan sistem informasi e-Puskesmas. Sedangkan di antara operator yang menyatakan sistem ini mudah, ada 33 (82,5%) operator yang menerima penggunaan sistem informasi e-Puskesmas. Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,524,
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi kemudahan dengan sikap terhadap penggunaan.
Berikut merupakan tabel hasil tabulasi silang antara persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan dengan sikap terhadap pengguna e-Puskesma
Tabel 3. Hasil Tabulasi Silang antara Persepsi Kegunaan dan Persepsi Kemudahan dengan Sikap terhadap Penggunaan e-Puskesmas (n=65)
Persepsi Operator |
Sikap Operator (%) Kurang Menerima Menerima |
Total |
Nilai p | |
Persepsi Kegunaan | ||||
Kurang Berguna |
7 (46,67) |
8 (53,33) |
15 (100) |
0,003 |
Berguna Persepsi Kemudahan |
6 (12,00) |
44 (88,00) |
50 (100) | |
Kurang Mudah |
6 (24,00) |
19 (76,00) |
25 (100) |
0,524 |
Mudah |
7 (17,50) |
33 (82,50) |
40 (100) |
PEMBAHASAN
Persepsi Operator terhadap Kegunaan Sistem Informasi e-Puskesmas
Secara umum, operator sistem informasi e-Puskesmas memiliki persepsi bahwa sistem tersebut berguna dalam pekerjaan mereka. Sistem informasi e-Puskesmas dinyatakan berguna karena proses pembuatan dan laporan bulanan (LB) dapat dilakukan secara otomatis oleh sistem. Sebelum menggunakan e-Puskesmas, pembuatan laporan tersebut memerlukan waktu cukup lama karena dilakukan secara manual dengan merekapitulasi data register dan harus mengirim laporan dalam bentuk hardcopy ke dinas kesehatan. Hasil ini mendukung teori Technology Acceptance Model (TAM) yang dikemukakan oleh Davis (1989) yaitu persepsi kegunaan berkaitan dengan keyakinan pengguna bahwa teknologi yang sedang digunakan dapat
meningkatkan kinerjanya. Namun, hasil ini
tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tasmil (2014) yaitu kurang dari setengah (47%) responden menyatakan setuju bahwa sistem informasi e-Puskesmas di Kota Makassar berguna.
Sebaliknya, responden menyatakan sistem ini tidak berguna karena pencatatan data pasien dilakukan dua kali yaitu secara manual dan elektronik pada sistem e-Puskesmas yang menambah beban pekerjaan petugas. Pencatatan manual masih diperlukan karena selain untuk kepentingan administrasi, juga untuk mengantisipasi jika terjadi pemadaman listrik atau gangguan jaringan internet. Alasan tersebut dikemukakan oleh responden yang bertugas di puskesmas induk sebanyak 10 orang dan 3 orang di puskesmas pembantu. Selain itu, sistem informasi tersebut terkadang masih mengalami error yaitu data yang tampil dalam aplikasi berbeda dengan data pencatatan manual yang dipegang oleh petugas. Alasan ini dikemukakan oleh 2
orang responden lainnya yang masing-masing bertugas di puskesmas induk dan pembantu Keluhan tersebut mengurangi persepsi responden terhadap kegunaan sistem karena tidak memenuhi salah satu dimensi persepsi kegunaan yang dikemukakan oleh Jogiyanto (2007) yaitu pekerjaan menjadi lebih cepat diselesaikan.
Persepsi kegunaan berpengaruh signifikan terhadap sikap operator dalam penggunaan teknologi. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Seth dkk (2019) yaitu persepsi kegunaan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan suatu sistem informasi. Implikasi dari hasil ini yaitu operator akan menerima penggunaan sistem ini jika sistem ini dapat memberikan manfaat dalam pekerjaannya. Sistem informasi e-Puskesmas telah diketahui memberi manfaat besar dalam pembuatan laporan bulanan. Namun, keberadaan sistem ini ternyata masih dikeluhkan oleh sebagian kecil responden karena menambah beban pekerjaan akibat pencatatan yang masih perlu dilakukan dua kali pada buku register dan e-Puskesmas. Selanjutnya, dapat dipertimbangkan untuk menambah staf di setiap poli pelayanan atau pustu agar mengurangi beban kerja dari petugas.
Persepsi Operator terhadap Kemudahan Sistem Informasi e-Puskesmas
Sebagian besar operator sistem informasi e-Puskesmas memiliki persepsi bahwa sistem tersebut mudah untuk digunakan. Sistem informasi e-Puskesmas dinyatakan mudah karena operator mudah untuk mendapatkan informasi yang
diinginkan dan mudah untuk digunakan kapan saja saat diinginkan. Mudah mendapatkan informasi yang diinginkan seperti data mengenai 10 besar penyakit mudah untuk diakses kapan saja dan langsung disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Kemudian, data identitas pasien yang sudah mendaftar di loket otomatis akan muncul di poli tujuan beserta dengan riwayat kunjungannya. Selain itu, informasi mengenai obat yang diresepkan kepada pasien mudah untuk diakses dalam e-Puskesmas dan lebih jelas untuk dibaca dibandingkan dengan resep yang ditulis tangan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tasmil (2014) yaitu lebih dari setengah (84%) responden menyatakan setuju bahwa sistem informasi e-Puskesmas di Kota Makassar mudah untuk digunakan.
Sebaliknya, responden yang menyatakan bahwa sistem ini tidak mudah untuk digunakan karena kualitas jaringan internet yang belum optimal. Sistem informasi ini berjalan secara online sehingga memerlukan kualitas jaringan internet yang baik. Gangguan jaringan internet menyebabkan aplikasi berjalan lambat dan beberapa kali gagal memuat tampilan antarmuka sistem informasi e-Puskesmas. Hal ini menyebabkan beberapa operator mengeluhkan sulitnya mengoperasikan sistem informasi ini dan terkadang menggunakan hotspot pribadi. Keluhan tersebut dikemukakan oleh 15 orang responden yang bertugas di puskesmas induk sebanyak 6 orang dan 9 orang di puskesmas pembantu. Temuan ini juga sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Tasmil (2014) yaitu konektivitas jaringan internet untuk mengakses aplikasi tersebut sering putus sehingga pengguna terhambat untuk menginput data pelayanan.
Selain dari kualitas jaringan internet, tampilan antarmuka yang kurang mudah dipahami karena banyaknya formulir data yang harus diisi dan adanya pembaruan/update pada aplikasi e-Puskesmas, sehingga para operator masih menyesuaikan diri dengan tampilan barunya. Keluhan tersebut dikemukakan oleh 14 orang responden yang bertugas di puskesmas induk sebanyak 9 orang dan 6 orang di puskesmas pembantu. Setiap tahun sudah dilakukan pelatihan dalam penggunaan e-Puskesmas, namun pelatihan untuk e-Puskesmas versi terbaru belum dilakukan. Menurut Schillewaert dkk (2000), pelatihan dalam penggunaan suatu teknologi dapat meningkatkan penerimaan pengguna terhadap teknologi tersebut.
Adapun keluhan lain yaitu kode ICD-X perlu ditambahkan ke dalam sistem supaya operator tidak perlu mencari dan mengetik kode tersebut secara manual, gangguan pada saat klik “pemeriksaan selesai” membuat data pasien yang sudah diinput tidak bisa disimpan dan petugas harus menginput ulang data, dan sistem sering berubah tampilan ke e-Puskesmas kabupaten/kota lain dengan sendirinya. Masing masing keluhan tersebut dikemukakan oleh dua orang yang bertugas di puskesmas induk dan satu orang di puskesmas pembantu.
Meskipun sebagian besar responden menyatakan mudah, hasil ini belum sepenuhnya mendukung persepsi kemudahan menurut teori TAM. Menurut Davis (1989), suatu teknologi akan lebih diterima jika penggunanya memiliki persepsi bahwa dalam penggunaan teknologi tersebut tidak diperlukan usaha yang berat. Pada penelitian ini sebagian kecil responden masih memerlukan usaha lebih untuk menggunakan sistem informasi e-Puskesmas seperti menggunakan hotspot pribadi untuk mengatasi kendala jaringan, masih mencari dan mengetik kode ICD-X secara manual, melakukan refresh beberapa kali untuk mengembalikan tampilan e-Puskesmas yang berubah sendirinya, dan input ulang data pasien yang tidak tersimpan akibat gangguan sistem.
Persepsi kemudahan tidak berpengaruh signifikan terhadap sikap penggunaan e-Puskesmas. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hsiao dan Chen (2016) yaitu persepsi kemudahan memiliki pengaruh yang positif dan bermakna terhadap penerimaan suatu teknologi. Keluhan yang disampaikan oleh sebagian kecil responden seperti gangguan jaringan internet tidak mempengaruhi penerimaan responden terhadap sistem informasi e-Puskesmas. Hal ini karena saat jaringan internet sedang baik mereka dapat bekerja dengan menggunakan aplikasi ini secara optimal. Namun, frekuensi terjadinya gangguan jaringan internet tetap harus dikurangi dengan peningkatan infrastruktur jaringan di puskesmas dan puskesmas pembantu.
Sikap Operator terhadap Penggunaan Sistem Informasi e-Puskesmas
Secara umum, operator sistem informasi e-Puskesmas memiliki sikap untuk menerima penggunaan sistem tersebut. Sebagian besar operator menerima penggunaan sistem informasi e-Puskesmas karena mereka menilai bahwa sistem tersebut merupakan ide yang bagus dan diperlukan dalam pekerjaannya. Hal ini disebabkan karena sistem ini membantu kegiatan pencatatan dan pelaporan khususnya dalam pembuatan dan pengiriman laporan bulanan (LB). Selain itu, sistem ini juga Selain itu, sistem ini juga berfungsi sebagai perekam medis elektronik yang datanya disimpan secara online di server sehingga dapat menjadi cadangan jika data rekam medis manual pasien hilang atau mengalami kerusakan akibat suatu dan lain hal. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tasmil (2014) yaitu sebanyak 65% atau sebagian besar responden setuju terhadap penggunaan sistem informasi e-Puskesmas di Kota Makassar.
Sebaliknya, responden menyatakan kurang menerima penggunaan sistem ini karena kurang puas dan nyaman dalam menggunakan sistem informasi e-Puskesmas. Penyebab dari hal tersebut masih berkaitan dengan permasalahan sebelumnya. Operator tersebut menyatakan bahwa sebenarnya puas dan nyaman menggunakan sistem informasi e-Puskesmas. Kualitas jaringan internet yang belum merata, gangguan pada fitur untuk melakukan rujukan pasien BPJS Kesehatan
dan belum adanya fitur untuk melakukan permintaan obat ke gudang obat dinas kesehatan merupakan keluhan yang disampaikan responden dan sedikit menurunkan tingkat kenyamanan dan kepuasan operator yang berkaitan dengan kepuasan dan kenyamanan.
SIMPULAN
Simpulan dari penelitian ini yaitu sebagian besar responden (76,92%) memiliki persepsi bahwa sistem informasi e-Puskesmas berguna, sebesar 61,54% responden menyatakan mudah digunakan, dan sebesar 80% responden menyatakan menerima penggunaan sistem informasi e-Puskesmas. Namun, masih terdapat masalah yaitu kualitas jaringan internet belum merata, menambah beban pekerjaan, data pada sistem tidak sesuai dengan hasil pencatatan manual, kesulitan dalam memahami tampilan antarmuka sistem, kode ICD-X masih diinput secara manual, gangguan pada fitur untuk melakukan rujukan pasien, dan belum ada fitur untuk melakukan permintaan obat ke gudang obat dinas kesehatan.
SARAN
Penerapan sistem ini masih perlu diperbaiki dengan dengan peningkatan kualitas jaringan internet, penambahan operator di puskesmas dan puskesmas induk, perbaikan sistem untuk mengurangi terjadinya error, pelatihan sebelum penggunaan sistem baru, penambahan fitur kode ICD-X dalam sistem, perbaikan fitur rujukan pasien, dan penambahan fitur
untuk permintaan obat ke gudang farmasi dinas kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdekhoda, M, Ahmadi, M, Dehnad, A, & Hosseini A.F.. (2014). Information
Technology Acceptance in Health Information Management. Methods of Information in Medicine. 53(1): 14-20.
Available:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ 24248003 Accessed: 2019, March 18
Davis, F.D. (1989). “Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use and User Acceptance of Information
Technology.” Management Information System Quarterly, 13 (3): 319-340
Handayani, R. (2005). Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Minat Pemanfaatan dan Penggunaan Sistem Informasi (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. 9(2): 76-87
Hsiao, J.L & Chen, R.F. 2016. Critical Factors Influencing Physicians
Intention to Use Computerized Clinical Practice Guidelines: An
Integrative Model of Activity Theory and The Technology Acceptance Model. BMC Medical Informatics and Decision Making. 16(3)
Jogiyanto. (2007). Sistem Informasi Keperilakuan.Yogyakarta: Penerbit
Andi
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Marimin, Tanjung, H, & Prabowo, H.
(2006). Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo
Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Lembaran Negara RI Tahun 2009 No. 144. Jakarta: Sekretariat Negara
Seth, A, Coffie, A.J, Richard, A, & Stephen, S.A.Y (2019). Hospital Administration Management Technology Adoption: A Theoretical Test of Technology Acceptance Model and Theory of Planned Behavior on HAMT Adoption. American Journal of Public Health Research. 7(1):21-26
Schillewaert, N, Ahearne, M, Frambach, R, & Moenaert, R.K. (2000). The
Acceptance of Information Technology In The Sales Force. Journal of Marketing. Available: http://www.smeal.psu.edu/ebrc/public ations/res_papers/2000_10.pdf.
Accesed: 2019, June 2
Tasmil. (2014). Penilaian Tingkat Adopsi Aplikasi ePuskesmas dengan
Perspektif Technology Acceptance Model. Jurnal Pekommas 17(3): 161-168
Wulandari, F. (2016). Efektivitas Penerapan Layanan e-Puskesmas di Kota Makassar. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas
Hasanuddin.
39
Discussion and feedback